1. PEMBAWA AJARAN
Diperkirakan Islam di Brunei datang pada tahun 977 melalui jalur Timur
Astengoleh pedagang-pedagang dari negeri Cina. Catatan bersejarah yang
membuktikan penyebaran Islam di Brunei adalah Batu Tarsilah. Catatan pada batu ini
menggunakan bahasa Melayu dan huruf Arab. Dengan penemuan itu,membuktikan
adanya pedagang Arab yang datang ke Brunei dan sekitar Borneo untuk menyebarkan
dakwah Islam
Raja-raja Brunei sejak dahulu kala secara turun temurun adalah kerajaan Islam
dan setiap raja bergelar sultan. Di samping itu, kerajaan Brunei dalam kunstitusinya
secara tegas menyatakan bahwa kerajaan Brunei adalah negara Islam yang beraliran
sunni (ahl al-sunnah wa al-jama‘ah). Islam berkembang di Brunei karena pihak
kesultanan menjadikan sunni sebagai prinsip ketatanegaraan dan pemerintahan dalam
Islam. Menurut Hussin Mutalib bahwa pihak Sultan pernah memperingatkan agar
hati-hati terhadap Syiah. Aliran Syiah di Brunei tidak mendapat posisi penting untuk
berkembang bahkan menjadi ancaman bagi Sultan.
C. Di sumber lain dikatakan bahwa silsilah kerajaan Brunei didapatkan pada Batu
Tarsilah yang menuliskan silsilah raja-raja Brunei yang dimulai dari Awang Alak
Batatar, raja yang mula-mula memeluk agama Islam (1368) sampai kepada Sultan
Muhammad Tajuddin (Sultan Brunei ke-19, memerintah antara 1795-1804 dan
1804-1807). Data ini menunjukkan sistim pemerintahan di Brunei adalah
kesultanan atau monarki mutlak Islam, dan semuanya sangat memeperhatikan
Islam sebagai agama resmi negara.
D. John L. Esposito seorang orientalis yang pruduktif banyak menulis tentang sejarah
Islam, menurutnya bahwa Islam pertama kali datang di Brunei pada abad ke-15
dan yang pertama kali memeluk Islam adalah raja Berneo. Pendapat Esposito ini
sejalan dengan pendapat lainnya bahwa pihak raja atau sultan yang lebih awal
menyatakan diri masuk Islam, lalu kemudian diikuti oleh masyarakatnya.
3. KEADAAN ISLAM
Islam sebagai agama resmi negara Brunei dan agama mayoritas, namun agama
lain tidak dilarang. Kementerian agama Brunei berperan besar dalam menentukan
kebijaksanaan dan aturan bagi penduduknya. Buku-buku keagamaan harus lebih
dahulu melalui sensor kementerian itu sebelum boleh beredar di masyarakat. Segala
bentuk patung dilarang, walaupun patung Winston Churuchil dibangun di perempatan
utama di ibu kota Bandar Seri Begawan. Hukum Islam berpengaruh besar pada
undang-undang di negara itu. Kementerian agama sangat berhati-hati terhadap unsur-
unsur yang dapat merusak akidah tauhid, sehingga buku pun harus disensor dan tidak
lagi diizinkan pembangunan patung yang dianggap juga dapat merusak iman
seseorang.
1. Fase kerajaan Brunei Islam sebelum kolonialisme yang terjadi pada masa
pemerintahan Sultan Muhammad shah atau Sultan Brunei I hingga Sultan Bolkiah
alias Sultan Brunei ke lima.
2. Fase kerajaan Brunei Islam masa kolonialisme yang terjadi saat tampuk
pemerintahan dijalankan oleh Sultan Abdul Kahar alias Sultan Brunei ke enam.
4. periode pemerintahan
Periode Pemerintahan Mengacu pada catatan sejarah Cina, sejatinya periode
pemerintahan Kerajaan Brunei semenjak masa pra Islam sampai masa pemerintahan
Islam terbilang sangat lama, karena dapat bertahan hingga saat ini. Sehingga,
berdasarkan perhitungan itu Kerajaan Brunei telah eksis selama kurang lebih 14 abad,
yang dalam catatan sejarah Cina telah ada semenjak abad ke-6 pada masa Dinasti
Liang, hingga sekarang.
5. wilayah kekuasaan
Kerajaan Brunei ketika masih bernama Po-li menguasai 136 daerah. Pada
masa kejayaannya, Kerajaan Brunei pernah menguasai seluruh Borneo (Pulau
Kalimantan), Zulu, serta Luzon di Philipina. Saat ini, Brunei memiliki wilayah yang
lebih kecil daripada masa lalu, yang berbatasan dengan Serawak dari sebelah barat
sampai timur wilayah itu, serta sebelah utara berbatasan dengan Laut China Selatan.
Wilayah kekuasaan Brunei saat ini mencakup empat distrik, yaitu Belait, Brunei dan
Muara, Temburong, serta Tutong, yang terbagi ke dalam 38 mukim dengan luas
wilayah 5.765 km².
6. struktur pemerintahan
Kerajaan Brunei di masa lalu dipimpin oleh seorang raja bergelar Sultan
dibantu oleh beberapa wazir dan menteri yang mengurusi tugas dan peran masing-
masing. Seorang wazir akan membawahi Cheteria-cheteria (sahibul bandar) serta
beberapa orang menteri agama. Saat ini, pemegang tampuk pemerintahan tertinggi
dipegang oleh raja bergelar sultan, yang membawahi 12 menteri sesuai dengan tugas
masing-masing. Keduabelas jabatan kementrian di Brunei ialah
1. Jabatan Perdana Menteri
2. Menteri Luar Negeri dan Perdagangan
3. Menteri Dalam Negeri
4. Menteri Keuangan
5. Menteri Pertahanan
6. Menteri Pendidikan
7. Menteri Perindustrian dan Sumber-sumber Utama
8. Menteri Pembangunan
9. Menteri Kebudayaan, Belia dan Sukan
10. Menteri Kesehatan
11. Menteri Agama
12. Menteri Perhubungan.
Masing-masing jabatan memiliki gelar tersendiri.
7. sosial budaya
Semasa pra-Islam, masyarakat Melayu termasuk penduduk Brunei menganut
agama Hindu-Buddha. Setelah Melaka jatuh ke tangan Portugis, Brunei menjadi
motor penggerak perkembangan Islam bagi daerah-daerah lain di sekitarnya, di
antaranya sebelah timur kepulauan Melayu hingga Pulau Luzon, Cebu, Otan dan
sebagainya. Penduduk Brunei di masa lalu dikenal memiliki adat-istiadat kesopanan
yang tinggi. Menurut catatan Pigafetta dalam First Voyage Around the World yang
dirujuk oleh Al-Sufri (1997), orang Brunei memiliki kebudayaan dan peradaban yang
luhur. Hal itu tercermin tatkala pembesar (Gabenor) Brunei menjamu tamu dari
Spanyol, mereka menghidangkan berjenis-jenis masakan dengan menggunakan sudu
dari emas sehingga membuat takjub orang Spanyol. Orang Brunei juga memiliki
semangat nasionalisme yang tinggi, yang mereka sebut dengan semangat
“kebruneian” (Al-Sufri, dkk., 1999). Nasionalisme yang sangat kental inilah yang
konon pernah membuat tentara Spanyol dipaksa mundur teratur ketika akan
menaklukkan Brunei. Di masa sekarang ini, Kerajaan Brunei menggunakan asas
syariat Islam dalam penerapan hukum perundang-undangannya yang disebut sebagai
hukum syarak. Hukum syarak tersebut mencakup undang-undang jenayah Islam
(hukum Islam), muammalah, undang-undang keluarga, serta undang-undang
keterangan acara. Penerapan hukum Islam ini tak lain karena pengaruh kuat dari
Sultan Sharif Ali yang kukuh ingin menjadikan penduduk Brunei sebagai muslim
sejati. Hal ini kemudian berimplikasi terhadap perilaku penduduk Brunei yang
senantiasa mendasarkan perilakunya sesuai dengan syariat Islam. Hal yang paling
menonjol terlihat dari busana wanita-wanita Brunei yang dikenal dengan sebutan
”baju kurung” yang tak lain merupakan pengejawantahan syariat Islam dalam
kehidupan sehari-hari. Cara pengamalan Islam di Brunei didasarkan pada mazhab
Syafi‘i dalam bidang fikih dan ahlusunnah waljamaah di bidang akidah. Semenjak
diproklamirkan sebagai negara merdeka, Brunei menerapkan konsep "Melayu Islam
Beraja" sebagai falsafah negara yang kemudian menjadi pedoman hidup penduduk
Brunei hingga kini.
PERKEMBANGAN ISLAM DI DUNIA MALAYSIA
Dalam batu nisan tua bertulis arab ditemukan pada tahun 1963, pada makam
Syekh Abdul Kadir bin Syekh Hussen Shah Alam, pada abad ke-9 M merupakan awal
perkembangan islam di Selat Malaka dan kawasan-kawasan yang menghadap ke laut
Cina Selatan.
Peninggalan sejarah juga membuktikan bahwa perkembangan islam di
Malaysia dapat dilihat sesudah abad ke-10, pada abad ke-15 saat itu Brunei masih
bergabung dengan Malaysia, salah satu sumber dari Cina menyebutkan bahwa ada
enam masjid di Malaysia dan ditemukan batu nisan silsilah keturunan raja-raja
Brunei. Sultan Brunei saat itu adalah Abdul Djalil Jabar dan istrinya adalah putri
Sultan Sukadana dari Sambas.
Tahun 1852 juga ada masjid jami yang dibangun di daerah Kucing dan pada
tahun 1917dibangun madrasah di Malaysia yang disebut Madrasah Al-Mursyidah.
2. PEMBAWA AJARAN
Mengenai siapa tokoh penyebar agama islam di Malaysia tidak diketahui
dengan jelas, namun sejarah masuknya islam di Malaysia tidak bisa terlepas dari
kerajaan-kerajaan Melayu, jauh sebelum datangnya Inggris di kawasan tersebut. Islam
dating dari India, yakni dari Gujarat dan Malabar.
Proses islamisasi di Malaysia memainkan peranan penting dalam
mengembangkan ajaran islam adalah ulama atau pedagang dari jazirah Arab yang
pada tahun 1980-an islam di Malaysia mengalami perkembangan dan kebangkitan
yang ditandai dengan semaraknya kegiatan dakwahdan kajian islam oleh kaum
intelektual dan menyelenggarakan kegiatan internasional yaitu Musabaqah Tillawati
Al-quran yang selalu diikuti qari-qariah Indonesia.
3. KEADAAN ISLAM
Berdasarkan fakta-fakta sejarah, keberadaan agama islam di Malaysia terus
mengalami perkembangan. Pada abad ke-20 (masa pemerintahan Inggris) urusan-
urusan agama dan adat melayu local di Malaysia di bawah koordinasi sultan-sultan
dan hal itu diatur melalui sebuah departemen, dewan, atau pun kantor sultan.
Tahun 1948, setiap Negara bagian dari federasi Malaysia telah membentuk
sebuah departemen urusan agama. Orang-orang muslim di Malaysia juga tunduk pada
hokum islam yang diterapkan sebagai hukum status pribadi serta tunduk pada
yuridiksi pengadilan agama. Disamping itu, ilmu pengetahuan juga mengalami
kemajuan dengan didirikannya perguruan tinggi islam serta dibentuk fakultas dan
jurusan agama. (Universitas Malaya/Universitas Kebangsaan Malaysia)
Pada pasca kemerdekaan, pola perkembangan islam terlihat jelas tetap
dipengaruhi oleh pihak penguasa sebab penguasa atau pemerintah Malaysia
menjadikan islam sebagai agama resmi negara.
Islam di Malaysia mengalami perkembangan yang signifikan ditandai dengan
diberlakukannnya undang-undang yang berdsarkan Al quran dan realisasi hukum
islam yang sejalan dengan paham Syafi’i.
Perkembangan islam di Malaysia semakin maju dan pesat dengan bukti
banyaknya masjid-masjid yang dibangun juga terlihat dalam penyelenggaraan jamaah
haji yang begitu baik. Sehingga dapat dikatakan perkembangan agama islam di
Malaysia tidak mengalami hambatan. Bahkan ditegaskan dalam konstitusi negaranya
bahwa islam merupakan agama resmi Negara.