Anda di halaman 1dari 12

PERKEMBANGAN ISLAM DI DUNIA

BRUNEI DARUSSALAM – MALAYSIA

Oleh Kelompok 5 ( XII IPA 8) :

 Johan Nur Rokhman (10)


 Kurnia Alif Fahmi (11)
 Majiddatul Faidah (13)
 Mia Qurotul Aeny J. (15)
 Nur Fathul Huda (18)
 Silvy Loekitasari (28)
 Zahra Zu Lina (34)

Madrasah Aliyah Negeri Sidoarjo

Jalan Jenggolo 2 Sidoarjo


PERKEMBANGAN ISLAM DI DUNIA BRUNEI

1. PEMBAWA AJARAN
Diperkirakan Islam di Brunei datang pada tahun 977 melalui jalur Timur
Astengoleh pedagang-pedagang dari negeri Cina. Catatan bersejarah yang
membuktikan penyebaran Islam di Brunei adalah Batu Tarsilah. Catatan pada batu ini
menggunakan bahasa Melayu dan huruf Arab. Dengan penemuan itu,membuktikan
adanya pedagang Arab yang datang ke Brunei dan sekitar Borneo untuk menyebarkan
dakwah Islam

Kedatangan Islam di Brunei membolehkan rakyat menikmati sistem


kehidupan lebih tersusun dan terhindar dari adat yang bertentangan dengan akidah
tauhid. Awang Alak Betatar adalah raja Brunei pertama yang memeluk Islam dengan
gelar Paduka Seri Sultan Muhammad Shah (sultan ke-1 tahun 1383-1402). Ia dikenal
sebagai penggagas kerajaan Islam Brunei.

Raja-raja Brunei sejak dahulu kala secara turun temurun adalah kerajaan Islam
dan setiap raja bergelar sultan. Di samping itu, kerajaan Brunei dalam kunstitusinya
secara tegas menyatakan bahwa kerajaan Brunei adalah negara Islam yang beraliran
sunni (ahl al-sunnah wa al-jama‘ah). Islam berkembang di Brunei karena pihak
kesultanan menjadikan sunni sebagai prinsip ketatanegaraan dan pemerintahan dalam
Islam. Menurut Hussin Mutalib bahwa pihak Sultan pernah memperingatkan agar
hati-hati terhadap Syiah. Aliran Syiah di Brunei tidak mendapat posisi penting untuk
berkembang bahkan menjadi ancaman bagi Sultan.

2. PROSES MASUK DAN BERKEMBANG

Berkaitan dengan masuknya Islam di Brunei ditemukan beberapa sumber yang


berbeda yaitu :

A. Dalam Ensiklopedi Islam dijelaskan bahwa Islam mulai diperkenalkan di Brunei


pada tahun 977 melalui jalur timur Asia Tenggara oleh pedagang-pedagang dari
negeri Cina. Islam menjadi agama resmi negara semenjak Raja Awang Alak
Betatar masuk Islam dan berganti nama menjadi Muhammad Shah (1406-1408).
Perkembangan Islam semakin maju setelah pusat penyebaran dan kebudayaan
Islam Malaka jatuh ke tangan Portugis (1511) sehingga banyak ahli agama Islam
pindah ke Brunei. Kemajuan dan perkembangan Islam semakin nyata pada masa
pemerintahan Sultan Bolkiah (sultan ke-5), yang wilayahnya meliputi Suluk,
Selandung, kepulauan Suluk, kepulauan Balabac samapai ke Manila. Masuknya
Islam di Brunei didahului oleh tahap perkenalan. Islam masuk secara nyata ketika
raja yang berkuasa pada saat itu menyatakan diri masuk Islam, lalu diikuti oleh
penduduk Brunei dan masyarkat luas. Sehingga cukup beralasan jika Islam
mengalami perkembangan yang begitu cepat.

B. Dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia dikatakan bahwa agama Islam masuk ke


Brunei pada abad ke-15. Sejak itu, kerajaan Brunei berubah menjadi kesultanan
Islam. Pada abad ke-16 Brunei tergolong kuat di wilayahnya, dan daerah
kekuasaannya meliputi pula beberapa pulau di Filipina selatan. Perubahan nama
dari kerajaan menjadi kesultanan memberi informasi bahwa Islam di Brunei
mendapat perhatian yang serius dari pihak pemerintah. Hal ini menjadi salah satu
faktor sehingga penganut agama Islam semakin bertambah banyak.

C. Di sumber lain dikatakan bahwa silsilah kerajaan Brunei didapatkan pada Batu
Tarsilah yang menuliskan silsilah raja-raja Brunei yang dimulai dari Awang Alak
Batatar, raja yang mula-mula memeluk agama Islam (1368) sampai kepada Sultan
Muhammad Tajuddin (Sultan Brunei ke-19, memerintah antara 1795-1804 dan
1804-1807). Data ini menunjukkan sistim pemerintahan di Brunei adalah
kesultanan atau monarki mutlak Islam, dan semuanya sangat memeperhatikan
Islam sebagai agama resmi negara.

D. John L. Esposito seorang orientalis yang pruduktif banyak menulis tentang sejarah
Islam, menurutnya bahwa Islam pertama kali datang di Brunei pada abad ke-15
dan yang pertama kali memeluk Islam adalah raja Berneo. Pendapat Esposito ini
sejalan dengan pendapat lainnya bahwa pihak raja atau sultan yang lebih awal
menyatakan diri masuk Islam, lalu kemudian diikuti oleh masyarakatnya.
3. KEADAAN ISLAM

Islam sebagai agama resmi negara Brunei dan agama mayoritas, namun agama
lain tidak dilarang. Kementerian agama Brunei berperan besar dalam menentukan
kebijaksanaan dan aturan bagi penduduknya. Buku-buku keagamaan harus lebih
dahulu melalui sensor kementerian itu sebelum boleh beredar di masyarakat. Segala
bentuk patung dilarang, walaupun patung Winston Churuchil dibangun di perempatan
utama di ibu kota Bandar Seri Begawan. Hukum Islam berpengaruh besar pada
undang-undang di negara itu. Kementerian agama sangat berhati-hati terhadap unsur-
unsur yang dapat merusak akidah tauhid, sehingga buku pun harus disensor dan tidak
lagi diizinkan pembangunan patung yang dianggap juga dapat merusak iman
seseorang.

Rentang sejarah pemerintahan Islam di Kerajaan Brunei diawali semenjak


dipimpin oleh Raja Puni Ma-ha-mo-sha tahun 1363 M. Pada masa pemerintahan
Islam, terjadilah rentetan peristiwa sejarah yang mencatat bahwa Kerajaan Brunei
Islam ini mengalami pasang surut yang disebabkan oleh penaklukan kerajaan lain
serta munculnya kolonialisme di Asia Tenggara yang kemudian mempengaruhi situasi
politik di dalam negeri. Rentetan sejarah itu digambarkan dalam beberapa fase
pemerintahan, yaitu:

1. Fase kerajaan Brunei Islam sebelum kolonialisme yang terjadi pada masa
pemerintahan Sultan Muhammad shah atau Sultan Brunei I hingga Sultan Bolkiah
alias Sultan Brunei ke lima.

2. Fase kerajaan Brunei Islam masa kolonialisme yang terjadi saat tampuk
pemerintahan dijalankan oleh Sultan Abdul Kahar alias Sultan Brunei ke enam.

3, Fase kerajaan Brunei Islam pascakolonialisme yang terjadi pada masa


pemerintahan Sultan Hassanal Bolkiah hingga saat ini.

1. Kerajaan Brunei Islam Sebelum Kolonialisme


Perkembangan agama Islam di Brunei tidak lepas dari pengaruh para musafir,
pedagang Arab. Pada masa itu, agama Islam belum menjadi agama resmi di Kerajaan
Brunei. Agama Islam baru menjadi agama resmi pada masa pemerintahan Sultan
Muhammad Shah (1363-1482). dan berkembang pesat pada masa pemerintahan
Sultan Syarif Ali atau Sultan Brunei III. Dalam sejarahnya, pada masa pemerintahan
Sultan Muhammad Shah, Kerajaan Brunei pernah menjadi daerah di bawah pengaruh
Majapahit. Kemudian, setelah Patih Gajah Mada mangkat, Kerajaan Brunei
melepaskan diri dari pengaruh Majapahit.
Sultan Ahmad kemudian dicatat dalam sejarah sebagai Sultan Brunei II.
Setelah 17 tahun berkuasa, Sultan Ahmad mangkat dan digantikan oleh menantunya,
Sultan Sharif Ali. Hal itu dikarenakan Sultan Ahmad tidak memiliki anak laki-laki.
Meski Islam telah ada di Brunei semenjak abad ke-9, namun masih banyak
pengaruh Hindu-Buddha dalam keseharian masyarakat. Konon, Sultan Sharif Ali
membangun masjid bertingkat tiga dan banyak meninggalkan warisan kebudayaan
Islam yang agung. Sultan Sharif Ali menerapkan corak kepemimpinan yang adil dan
teratur dengan berasaskan hukum Islam. Pada masa ini, Brunei menjadi negeri yang
aman dan sentosa. Itulah sebabnya, kemudian Brunei mendapat sebutan
”Darussalam”, yang berarti negeri yang aman. Kerajaan Brunei yang aman sentosa
semakin berjaya setelah jatuhnya Kerajaan Melaka ke tangan Portugis pada tahun
1511 M, karena Sultan Brunei saat itu, yaitu Sultan Bolkiah, mengambil alih
kepemimpinan Islam dari Melaka sehingga Brunei menjadi pusat perkembangan
Islam di wilayah-wilayah taklukan dan sekitarnya. Sejak saat itulah Kesultanan
Brunei mencapai zaman kegemilangannya. Kebesaran dan kegagahan Brunei pada
zaman pemerintahan Sultan Bolkiah dianggap sebagai zaman keemasan Empayar
Brunei.

2. Kerajaan Brunei Islam pada Masa Kolonialisme


Kolonialisme di Kerajaan Brunei terjadi pada tahun 1578 M pada masa
pemerintahan Sultan Abdul Kahar. Sebenarnya, penjajah sudah lama ingin
menaklukkan Brunei semenjak mengetahui keelokan negeri ini pada tahun 1521 M
silam. Pada tahun 1578 M terjadi perselisihan di kalangan internal istana yang
melibatkan Sultan Saiful Rijal dengan dua pengiran Brunei yang dikenal dengan
”Perang Kastila”. Situasi istana yang tidak kondusif itu dimanfaatkan oleh Spanyol
untuk menaklukkan Brunei.
Upaya penaklukan Kerajaan Brunei bermula ketika pihak kolonial Spanyol
menyampaikan surat yang berisi permohonan kepada baginda raja Sultan Saiful Rijal
agar memberi keleluasaan kepada para misionaris untuk turut menyebarkan ajaran
Kristiani dan memberikan jaminan keselamatan bagi mereka di Brunei. Bahkan, isi
surat tersebut menghina kesucian dan kemuliaan Islam serta Nabi Muhammad Saw.
Surat tersebut menjadikan baginda Sultan marah besar. Bulan April 1578 M,
terjadilah pertempuran antara Kerajaan Brunei dengan pihak penjajah yang memakan
banyak korban jiwa dari pihak tentara Brunei.
Pada masa pemerintahan Sultan Shah Brunei terbilang paling singkat yaitu
pada tahun 1581 hingga 1582 M saja. Saking singkatnya, tak banyak cerita yang
didapat dari masa pemerintahan beliau ini. Tampuk kepemimpinan Kerajaan Brunei
kemudian diteruskan oleh Sultan Mohammad Hasan (1582-1598 M) yang sukses
mengembalikan masa kejayaan Brunei di masa lalu. Pada masa ini, terlihat kemajuan
di berbagai bidang, di antaranya bidang pendidikan, keagamaan, serta perdagangan.
Kemajuan di bidang pendidikan ditandai dengan banyaknya sekolah-sekolah Islam
yang didirikan. Di bidang keagamaan, kegiatan dakwah Islam ramai dikunjungi
orang. Saat itu, perdagangan juga berjalan dengan sangat baik sehingga kemashuran
Brunei terdengar dimana-mana. Masa kejayaan itu terenggut ketika Kerajaan Brunei
berada di bawah kolonial Inggris. Kerajaan Brunei mulai terkikis. Khawatir akan
kehilangan yang lebih besar dari wilayah kekuasaannya, maka pada tahun 1888 M,
Sultan Hashim Jalilul Alam Aqamaddin meminta perlindungan pihak Great Britain
(Inggris). Kerajaan Brunei kemudian menyepakati Perjanjian Persahabatan dan
Perniagaan dengan Inggris. Sayangnya, perjanjian tersebut tidak memberikan
keuntungan bagi Brunei. Oleh sebab itu, Kerajaan Brunei kemudian memperbaharui
perjanjian baru dengan Inggris yang disebut dengan Perjanjian Naungan dan
Perlindungan yang sekali lagi tidak menguntungkan Brunei. Bahkan, akibat perjanjian
ini, Brunei kehilangan wilayah Limbang dan serta merta mempersempit wilayah. Pada
tahun 1960an terjadi beberapa peristiwa penting terkait dengan pembentukan negara
Malaysia, yang saat itu mencakup wilayah Persekutuan Tanah Melayu, Sabah,
Sarawak, Singapura, dan Brunei. Karena beberapa perundingan terkait jaminan masa
depan Brunei tidak disepakati, maka Brunei mengambil keputusan untuk tidak masuk
ke dalam negara Malaysia dan membentuk kedaulatan sendiri.

3. Kerajaan Brunei Islam Pasca Kolonialisme


Sultan Hasanal Bolkiah diangkat menjadi Sultan semenjak tahun 1967 ketika
Kerajaan Brunei belum merdeka. Namun, ia telah berhasil memajukan negeri Brunei
dan memprakarsai kemerdekaan Brunei melalui pembaharuan perjanjian-perjanjian
Brunei dengan Inggris. baginda telah memberikan kecenderungan terhadap kemajuan
dan pembangunan negara di bidang agama, ekonomi, pendidikan, sosial, kebudayaan,
hingga keamanan. Pada masa pemerintahannya, pada tanggal 1 Januari 1984,
Kerajaan Brunei merdeka dan menjadi kerajaan yang berdaulat. Usaha menuju ke
arah kemerdekaan ini sebelumnya telah dirintis oleh ayahanda beliau, Sultan Haji
Omar ‘Ali Saifuddin Sa‘adul Khairi Waddien yang dengan penuh kebijakan
menandatangani Perjanjian Perlembagaan Bertulis Negeri Brunei tahun 1959. Sejak
awal pengangkatannya, Sultan Hassanal Bolkiah merombak sistem kementrian dan
berusaha mewujudkan tata pemerintahan yang bersih, jujur, amanah, sesuai dengan
konsep dan falsafah negara, sebagai ”Negara Melayu Islam Beraja”. Pada masa ini,
Sultan Hassanal Bolkiah juga mendirikan sebuah masjid termegah dan terbesar di
Brunei, yang ia beri nama ”Masjid Jami‘ Asr-Hassanil Bolkiah”. Sebagai negeri kaya
minyak dan dengan penerapan ekonomi syariah, limpahan rejeki seakan tak pernah
surut di bumi Brunei Darussalam.
Brunei dikenal sebagai Negara yang berpenduduk mayoritas muslim. Terkait
dengan ini, Islam di Brunei sejak awal kedatangannya sampai saat ini masih eksis.
. Dari sebuah hasil penelitian pada tahun 1984 oleh Departemen Sastra Melayu
Universitas Brunei Darussalam, menyebutkan bahwa beberapa perubahan social yang
terjadi di Brunei dapat dikategorikan sebagai berikut: Penduduk Brunei Darussalam
seluruhnya, baik secara cultural maupun psikologis, sedang mengatasi keragaman
yang ada ditengah-tengah mereka, disebabkan oleh kondisi geografis dan histories di
Brunei Darussalam sendiri. Kebijakan-kebijakan pemerintah mengenai hukum dan
ketertiban, kesejahteraan, pendidikan, dan pembangunan ekonomi telah mendominasi
kehidupan seluruh rakyat Brunei Darussalam.
Ada hal yang menarik di Negara Brunei Darussalam ini, misalnya Pertama,
larangan gerakan Islam al-Arqam, Kedua, larangan kepada orang-orang asing
manapun yang menjadi ancaman keharmonisan system keagamaan di Brunei
Darussalam. Darul Arqam yang berpusat di Suburd, Malaysia, maka mulanya dilarang
oleh pemerintahan Malaysia, tetapi pada kenyataannya kelompok ini telah
memberikan kontribusi yang cukup besar bagi perkembangan ekonomi umat islam.
Usaha ini, juga mengindikasikan semakin kuatnya keinginan pemerintah Brunei
Darussalam untuk membedakan diri antara “islam Brunei” dengan “islam Bukan
Brunei”. Atau dapat diinterpretasikan bahwa Pemerintah Brunei Darussalam ingin
menciptakan garis pemisah antara yang dipandang sebagai islam pribumi dengan
islam yang dianggap dari luar dan tidak sama dengan Islam Pribumi. Pada
perkembangan selanjutnya, Islam menjadi posisi yang sangat penting dalam
Pemerintah Brunei Darussalam, baik sebagai ideology nasional maupun sebagai
prinsip hidup yang mengatur kehidupan sehari-hari. Larangan pemerintah atas
peredaran minum-minuman keras hingga perhatiannya terhadap proses Islamisasi
melalui berbagai aktifitas keislaman.

4. periode pemerintahan
Periode Pemerintahan Mengacu pada catatan sejarah Cina, sejatinya periode
pemerintahan Kerajaan Brunei semenjak masa pra Islam sampai masa pemerintahan
Islam terbilang sangat lama, karena dapat bertahan hingga saat ini. Sehingga,
berdasarkan perhitungan itu Kerajaan Brunei telah eksis selama kurang lebih 14 abad,
yang dalam catatan sejarah Cina telah ada semenjak abad ke-6 pada masa Dinasti
Liang, hingga sekarang.

5. wilayah kekuasaan
Kerajaan Brunei ketika masih bernama Po-li menguasai 136 daerah. Pada
masa kejayaannya, Kerajaan Brunei pernah menguasai seluruh Borneo (Pulau
Kalimantan), Zulu, serta Luzon di Philipina. Saat ini, Brunei memiliki wilayah yang
lebih kecil daripada masa lalu, yang berbatasan dengan Serawak dari sebelah barat
sampai timur wilayah itu, serta sebelah utara berbatasan dengan Laut China Selatan.
Wilayah kekuasaan Brunei saat ini mencakup empat distrik, yaitu Belait, Brunei dan
Muara, Temburong, serta Tutong, yang terbagi ke dalam 38 mukim dengan luas
wilayah 5.765 km².

6. struktur pemerintahan
Kerajaan Brunei di masa lalu dipimpin oleh seorang raja bergelar Sultan
dibantu oleh beberapa wazir dan menteri yang mengurusi tugas dan peran masing-
masing. Seorang wazir akan membawahi Cheteria-cheteria (sahibul bandar) serta
beberapa orang menteri agama. Saat ini, pemegang tampuk pemerintahan tertinggi
dipegang oleh raja bergelar sultan, yang membawahi 12 menteri sesuai dengan tugas
masing-masing. Keduabelas jabatan kementrian di Brunei ialah
1. Jabatan Perdana Menteri
2. Menteri Luar Negeri dan Perdagangan
3. Menteri Dalam Negeri
4. Menteri Keuangan
5. Menteri Pertahanan
6. Menteri Pendidikan
7. Menteri Perindustrian dan Sumber-sumber Utama
8. Menteri Pembangunan
9. Menteri Kebudayaan, Belia dan Sukan
10. Menteri Kesehatan
11. Menteri Agama
12. Menteri Perhubungan.
Masing-masing jabatan memiliki gelar tersendiri.

7. sosial budaya
Semasa pra-Islam, masyarakat Melayu termasuk penduduk Brunei menganut
agama Hindu-Buddha. Setelah Melaka jatuh ke tangan Portugis, Brunei menjadi
motor penggerak perkembangan Islam bagi daerah-daerah lain di sekitarnya, di
antaranya sebelah timur kepulauan Melayu hingga Pulau Luzon, Cebu, Otan dan
sebagainya. Penduduk Brunei di masa lalu dikenal memiliki adat-istiadat kesopanan
yang tinggi. Menurut catatan Pigafetta dalam First Voyage Around the World yang
dirujuk oleh Al-Sufri (1997), orang Brunei memiliki kebudayaan dan peradaban yang
luhur. Hal itu tercermin tatkala pembesar (Gabenor) Brunei menjamu tamu dari
Spanyol, mereka menghidangkan berjenis-jenis masakan dengan menggunakan sudu
dari emas sehingga membuat takjub orang Spanyol. Orang Brunei juga memiliki
semangat nasionalisme yang tinggi, yang mereka sebut dengan semangat
“kebruneian” (Al-Sufri, dkk., 1999). Nasionalisme yang sangat kental inilah yang
konon pernah membuat tentara Spanyol dipaksa mundur teratur ketika akan
menaklukkan Brunei. Di masa sekarang ini, Kerajaan Brunei menggunakan asas
syariat Islam dalam penerapan hukum perundang-undangannya yang disebut sebagai
hukum syarak. Hukum syarak tersebut mencakup undang-undang jenayah Islam
(hukum Islam), muammalah, undang-undang keluarga, serta undang-undang
keterangan acara. Penerapan hukum Islam ini tak lain karena pengaruh kuat dari
Sultan Sharif Ali yang kukuh ingin menjadikan penduduk Brunei sebagai muslim
sejati. Hal ini kemudian berimplikasi terhadap perilaku penduduk Brunei yang
senantiasa mendasarkan perilakunya sesuai dengan syariat Islam. Hal yang paling
menonjol terlihat dari busana wanita-wanita Brunei yang dikenal dengan sebutan
”baju kurung” yang tak lain merupakan pengejawantahan syariat Islam dalam
kehidupan sehari-hari. Cara pengamalan Islam di Brunei didasarkan pada mazhab
Syafi‘i dalam bidang fikih dan ahlusunnah waljamaah di bidang akidah. Semenjak
diproklamirkan sebagai negara merdeka, Brunei menerapkan konsep "Melayu Islam
Beraja" sebagai falsafah negara yang kemudian menjadi pedoman hidup penduduk
Brunei hingga kini.
PERKEMBANGAN ISLAM DI DUNIA MALAYSIA

1. PROSES MASUK DAN BERKEMBANG

Islam masuk ke Malaysia sebelum abad ke-12 M yaitu pada abad 10 M /3 H,


hal ini di dasarkan pada mata uang dinar emas yang ditemukan di Klantang tahun
1914. Bagian pertama mata uang itu bertuliskan “Al Julus Kelatan dan angka Arab
577 H” bagian kedua bertuliskan “Al Mutawakkil” gelar pemerintahan Klantang.

Dalam batu nisan tua bertulis arab ditemukan pada tahun 1963, pada makam
Syekh Abdul Kadir bin Syekh Hussen Shah Alam, pada abad ke-9 M merupakan awal
perkembangan islam di Selat Malaka dan kawasan-kawasan yang menghadap ke laut
Cina Selatan.
Peninggalan sejarah juga membuktikan bahwa perkembangan islam di
Malaysia dapat dilihat sesudah abad ke-10, pada abad ke-15 saat itu Brunei masih
bergabung dengan Malaysia, salah satu sumber dari Cina menyebutkan bahwa ada
enam masjid di Malaysia dan ditemukan batu nisan silsilah keturunan raja-raja
Brunei. Sultan Brunei saat itu adalah Abdul Djalil Jabar dan istrinya adalah putri
Sultan Sukadana dari Sambas.
Tahun 1852 juga ada masjid jami yang dibangun di daerah Kucing dan pada
tahun 1917dibangun madrasah di Malaysia yang disebut Madrasah Al-Mursyidah.

2. PEMBAWA AJARAN
Mengenai siapa tokoh penyebar agama islam di Malaysia tidak diketahui
dengan jelas, namun sejarah masuknya islam di Malaysia tidak bisa terlepas dari
kerajaan-kerajaan Melayu, jauh sebelum datangnya Inggris di kawasan tersebut. Islam
dating dari India, yakni dari Gujarat dan Malabar.
Proses islamisasi di Malaysia memainkan peranan penting dalam
mengembangkan ajaran islam adalah ulama atau pedagang dari jazirah Arab yang
pada tahun 1980-an islam di Malaysia mengalami perkembangan dan kebangkitan
yang ditandai dengan semaraknya kegiatan dakwahdan kajian islam oleh kaum
intelektual dan menyelenggarakan kegiatan internasional yaitu Musabaqah Tillawati
Al-quran yang selalu diikuti qari-qariah Indonesia.
3. KEADAAN ISLAM
Berdasarkan fakta-fakta sejarah, keberadaan agama islam di Malaysia terus
mengalami perkembangan. Pada abad ke-20 (masa pemerintahan Inggris) urusan-
urusan agama dan adat melayu local di Malaysia di bawah koordinasi sultan-sultan
dan hal itu diatur melalui sebuah departemen, dewan, atau pun kantor sultan.
Tahun 1948, setiap Negara bagian dari federasi Malaysia telah membentuk
sebuah departemen urusan agama. Orang-orang muslim di Malaysia juga tunduk pada
hokum islam yang diterapkan sebagai hukum status pribadi serta tunduk pada
yuridiksi pengadilan agama. Disamping itu, ilmu pengetahuan juga mengalami
kemajuan dengan didirikannya perguruan tinggi islam serta dibentuk fakultas dan
jurusan agama. (Universitas Malaya/Universitas Kebangsaan Malaysia)
Pada pasca kemerdekaan, pola perkembangan islam terlihat jelas tetap
dipengaruhi oleh pihak penguasa sebab penguasa atau pemerintah Malaysia
menjadikan islam sebagai agama resmi negara.
Islam di Malaysia mengalami perkembangan yang signifikan ditandai dengan
diberlakukannnya undang-undang yang berdsarkan Al quran dan realisasi hukum
islam yang sejalan dengan paham Syafi’i.
Perkembangan islam di Malaysia semakin maju dan pesat dengan bukti
banyaknya masjid-masjid yang dibangun juga terlihat dalam penyelenggaraan jamaah
haji yang begitu baik. Sehingga dapat dikatakan perkembangan agama islam di
Malaysia tidak mengalami hambatan. Bahkan ditegaskan dalam konstitusi negaranya
bahwa islam merupakan agama resmi Negara.

Anda mungkin juga menyukai