PENDAHULUAN
Brunei Darussalam adalah sebuah negara kecil yang terletak di Asia Tenggara.
Letaknya di bagian utara Pulau Borneo/Kalimantan dan berbatasan dengan Malaysia. Brunei
terdiri dari dua bagian yang dipisahkan di daratan oleh Malaysia. Negara ini terkenal dengan
kemakmurannya dan ketegasan dalam melaksanakan syariat Islam, baik dalam bidang
pemerintahan maupun kehidupan bermasyarakat.
Negara Brunei Darussalam merupakan salah satu negara kerajaan Islam di utara
Kalimantan berbatasan dengan Lautan Cina Selatan di utara, dan Serawak di barat, dan
timur. Luas : 5765 km. Penduduk: 264.000 (1991) Perkiraan Juli 2008 penduduknya
berjumlah 381,371.[1][1] Komposisi penduduk: Melayu (69%) yang umumnya bekerja di
pemerintahan dan sipil, Asli (5%), Cina (18%), dan bangsa-bangsa lain (8%). Agama resmi
Islam (67%) dengan bermazhab Syafi’i. Sedang yang lainnya Budha (14%), Kristen (9,7%) dan
lainnya (12%) termasuk agama pribumi suku dayak. Lebih dari 80 % penduduknya yang
berusia 15tahun ke atas sudah bebas dari buta aksara. Mayoritas penduduknya adalah
generasi muda; 40 % berumur sekitar 20 tahun, 35 % berumur 21-40 tahun dan 25 % di atas
40 tahun.[2][2]
Perkembangan Islam di Brunai tidak bisa terlepas dari Indonesia yang mayoritas
bermazhab Syafi’i. hal ini terlihat dari mazhab resmi Negara tersebut, yaitu mazhab
Syafi’i.[3][3]
Sekalipun Brunei telah menerima Islam sebagai agama resmi sejak pemerintahan
Sultan Mahmud Syah, yang diperkirakan sejak 1368, kemudian dilanjutkan oleh Sultan
Ahmad, dan diteruskan oleh Sultan Sharif Ali, Islam diperkirakan telah tersebar di Brunei
jauh sebelum itu, karena Brunei merupakan daerah transit dan persinggahan pedagang-
pedagang Islam yang mengembangkan Islam ke wilayah ini.[4][4]
Menurut riwayat China, pada 977, Raja Puni (sebutan Brunai menurut lidah Chinese)
telah menghantar utusannya ke China diketuai oleh Pu Ya-li, qadhi Kasim dsn Sheikh Noh. Ini
membuktikan bahwa agama Islam sudah dipeluk oleh orang berpengaruh di Brunei.
Berdasarkan data tersebut, dipercayai agama Islam telah masuk di Brunei jauh sebelum
1368. Sesudah Awang Alak Betatar (Sultan Muhammad Syah), Islam baru menjadi agama
resmi bagi seluruh Negara. Pengganti Sultan Muhammad Syah adalah Pateh Berbai yang
setelah diangkat menjadi sultan bergelar Sultan Ahmad. Setelah Sultan Ahmad wafat (1426),
Sultan Syarif Ali diangkat menjadi sultan ke III, dengan gelar Sultan Berkat. Perlu dicatat
dari Sultan Syarif Ali adalah bahwa beliaulah yang sebenarnya menanamkan ajaran Islam
sesuai dengan ajaran Ahl-al-Sunnah wa al-jama’ah dengan mazhab Syafi’i. selain itu, beliau
pula yang menentukan arah kiblat yang betul, karena ajaran Islam sebelumnya banyak yang
bercampur dengan ajaran agama Hindu-Budha.[5][5]
Perkembangan islam semakin maju setelah pusat penyebaran dan kebudayaan Islam,
Malaka jatuh ketangan portugis (1511) sehingga banyak ahli agama Islam pindah ke Brunei.
Kemajuan dan perkembangan Islam semakian nyata pada masa pemerintahan Sultan Bolkiah
(sultan ke-5), yang wilayahnya meliputi Suluk, Selandung, seluruh Pulau Kalimantan
(Borneo), Kepulauan Sulu, Kepulauan Balakac, Pulau Banggi, Pulau Balambangan, Matanani,
dan Utara Pulau Pallawan sampai ke Manila.[6][6]
Pemerintahan Negara Brunei, sebagaimana tercatat dalam Kanun Brunei dan pernah
dijalankan sebelum menyebarluasnya sistem atau gaya pemerintahan ala Barat (Inggris),
adalah suatu pemerintahan yang terdiri dari Sultan, Jema’ah perunding, dan
Penasihat. Dimulai pada zaman pemerintahan Sultan Muhammad Hasan (1582-1598) Brunei
mempunyai pemerintahan yang berbentuk piramida, dengan Sultan berada pada puncaknya,
sedang dibawahnya adalah empat orang wazir.[7][7]
Dalam pelembagaan Brunei 1959, terdapat pasal-pasal yang merupakan asas utama
identitas Negara Brunei, yaitu sebagai berikut.[14][14]
1. Bab 3 pasal 1 menyatakan: “Ugama resmi bagi Negara ialah ugama Islam menurut Ahlus
Sunnah wal-jama’ah, tetapi ugama-ugama yang lain boleh diamalkan dengan aman dan
sempurna oleh mereka yang mengamalkannya ”.
2. Bab 4 pasal 1 menyatakan: “kuasa pemerintahan yang tertinggi bagi negeri adalah
terletak di dalam tangan Sultan”.
3. Bab 4 pasal 5 menyebutkan: “maka tiada siapa pun boleh dilantik menjadi Menteri Besar
atau Timbalan Menteri atau Setiausaha melainkan orang itu orang Melayu yang berugama
Islam mengikuti Mazhab Syafi’I Ahlus Sunnah wal Jama’ah ”.
4. Bab 82 pasal 1menyatakan: “Bahasa resmi Negara ialah bahasa Melayu dan hendaklah
ditulis dengan huruf yang ditentukan oleh undang-undang bertulis ”.
Sultan berkuasa atas seluruh soal dalam Negara, karena raja menjadi ketua Melayu,
Ketua Agama, ketua adat istiadat, dan ketua pemerintahan. Di Negara ini, sultan merupakan
wakil rakyat yang mutlak dan menjadi pilar Negara untuk mengawasi dan menjalankan roda
pemerintahan Negara yang terdiri dari empat bahagian: Kanun, Syarak, Resam dan Adat
Istiadat. “Kanun” merujuk kepada Hukum Kanun Brunei yang telah ada sejak Sultan
Hassaan,sultan ke Sembilan (1582-1598). Syarak merujuk kepada ajaran agama Islam. Adat
Istiadat merujuk kepada adat istiadat Brunei Kuno, yang berkaitan dengan sultan.
Adapun Resam merujuk kepada perkara yang di luar adat istiadat atau adat yang diadatkan.
Hukum Kanun Brunei berlaku hingga tahun 1906 ketika sistem pemerintahan
kesultanan Brunei Darussalam berada di bawah sistem pemerintahan Residen dari Kerajaan
Inggris. Isi Hukum Kanun Brunei meliputi: Undang-undang Jenayah Islam yang terdiri
dari hudud, qisas, dan takzir. Undang-undang Muamalah yang terdiri dari jual-beli,
gadai, mudharabah, dan amanah. Undang-undang Tanah seperti pertanian; Undang-undang
keluarga seperti pernikahan dan perceraian; dan undang-undang Pentadbiran Mahkamah,
keterangan, dan Acara seperti mengenai Sultan Brunei Darussalam. Hukum Kanun terdapat
47 pasal dan sekurang-kurangnnya terdapat 29 pasal yang mengandung unsur-unsur Islam,
pasal-pasal tersebut antara lain[15][15]:
1) pasal 4 : jinayah, bunuh, menikam, memukul, merampas, mencuri, menuduh dan lain
sebagainya.
7) pasal 20 : tanah
8) pasal 25 : perkawinan
Dalam mukadimah Hukum Kanun Brunei disebutkan bahwa isi hukum ini adalah adat
yang dijunjung tinggi dan diwariskan secara turun temurun. Hukum ini dibuat dengan tujuan
sebagai panduan dan teladan bagi para sultan, wazir, cheteria, hingga menteri dalam
menjalankan pemerintahan untuk kepentingan rakyat. Selain itu, hukum ini juga mengatur
tentang hukuman bagi orang-orang yang telah melanggar aturan Kesultanan Brunei
Darussalam.[16][16]
Hukum Kanun Brunei jelas mencerminkan bahwa Hukum Islam ditegakkan di wilayah
Kesultanan Brunei Darussalam, bahkan menjadi azas dan dasar pemerintahan. Hukum Islam
yang dipadukan dengan unsur hukum adat Melayu ini senantiasa diwariskan kepada setiap
Sultan yang memerintah Brunei Darussalam sejak masa pemerintahan Sultan Muhammad
Hasan. Sultan telah melakukan usaha penyempurnaan pemerintah, antara lain dengan
membentuk Majelis Agama Islam atas dasar Undang-Undang Agama dan Mahkamah kadi
tahun 1955. Majelis ini bertugas menasehati Sultan dalam masalah Agama Islam. Langkah
ini yang ditempuh Sultan adalah menjadikan Islam benar-benar berfungsi sebagai pandangan
hidup rakyat Brunei dan satu-satunya ideologi negara. Untuk itu, dibentuk jabatan hal
ikhwal Agama yang tugasnya menyebarluaskan paham Islam, baik kepada pemerintah
beserta aparatnya maupun kepada masyarakat luas. Untuk kepentingan penelitian Agama
Islam, pada tanggal 16 september 1985 didirikan pusat Dakwah, yang juga bertugas
melaksanakan program dakwah serta pendidikan pada pegawai-pegawai agama.[17][17]
Konsep falsafah Negara MIB adalah ekspresi bahwa Brunei tidak bergeser dari tradisi
lama yang bersifat kesultanan. Kalau institusi kesultanan di kawasan Nusantara lainnya
kecuali Malaysia untuk wilayah tertentu berakhir sejak datangnya kolonialisme Barat,
Brunei sebelum kemerdekaan telah bertekad untuk mempertahankan sistem kesultanan.
Falsafah Negara MIB bagi Brunei merupakan konsep yang final, yang terus disosialisasikan
melalui lembaga pendidikan dan masyarakat umum.[18][18]
BAB III
KESIMPULAN
Saifullah, Sejarah dan Kebudayaan Islam di Asia Tenggara., Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2010
http://id.wikipedia.org/wiki/Brunei
http://www.scribd.com/doc/17067631/Dinamika-Hukum-Islam-Di-Brunei-Darussalam-Dr-
Afifi
http://aafandia.wordpress.com/2009/05/20/hukum-islam-di-negara-brunei-
darussalam/ 13/04/2012/10 pm
http://www.kosmaext2010.com/makalah-sejarah-masuknya-islam-di-brunei-
darussalam.php
http://www.scribd.com/doc/17067631/Dinamika-Hukum-Islam-Di-Brunei-Darussalam-Dr-
Afifi.13/04/2012 . 10 pm
http://aafandia.wordpress.com/2009/05/20/hukum-islam-di-negara-brunei-darussalam/
http://www.scribd.com/doc/17067631/Dinamika-Hukum-Islam-Di-Brunei-Darussalam-Dr-
Afifi.13/04/2012 . 10 pm