Anda di halaman 1dari 8

Negara Brunei Darussalam

Informasi mengenai Brunei Darussalam


Nama Brunei Darussalam
Nama resmi Negara Brunei Darussalam ‫( نڬارا بروني دارالسالم‬Melayu)
Ibu kota Bandar Seri Begawan
‫الدائمون المحسنون بالهدى‬
Semboyan Addaa'imuna al-muhsinuna bil-huda
Arab: Sentiasa membuat kebajikan dengan petunjuk Allah
‫هلل فليهاراكن سلطن‬
Lagu kebangsaan
Allah Peliharakan Sultan
Bentuk Pemerintahan Monarki
Sistem Pemerintahan Monarki Absolut
Kemerdekaan 1 Januari 1984
Kepala Negara Sultan
Kepala Pemerintahan Sultan
‫مجليس مشوارت‬
Badan Legislatif
Majlis Mesyuarat
Bahasa Nasional Melayu
Islam
Buddha
Agama
Kristen
Atheis
Mata Uang Dolar Brunei (B$) (BND)
Zona Waktu Waktu Brunei Darussalam (UTC+8)
Kode Telepon +673
Domain .bn
Daftar Situs Resmi Pemerintahanwww.brunei.gov.bn

Negara Brunei Darussalam adalah salah satu negara anggota ASEAN yang bersama dengan
Malaysia dan Indonesia memiliki wilayah di Pulau Kalimantan/Borneo.

Negara ini adalah negara yang keseluruhan pantainya menghadap ke Laut Tiongkok Selatan.
Batas-batas wilayah negara ini:

 Utara: Laut Tiongkok Selatan


 Selatan: Malaysia
 Barat: Malaysia
 Timur: Malaysia

Brunei terdiri dari dua bagian yang tidak saling berkaitan.

97% dari jumlah penduduknya tinggal di bagian barat yang lebih besar, dengan hanya kira-
kira 10.000 orang tinggal di daerah Temburong, yaitu bagian timur yang bergunung-gunung.
Jumlah penduduk Brunei 470.000 orang. Dari bilangan ini, lebih kurang 80.000 orang tinggal
di ibukota Bandar Seri Begawan.

Sejumlah kota utama termasuk kota pelabuhan Muara, serta kota Seria yang menghasilkan
minyak, dan Kuala Belait, kota tetangganya. Di daerah Belait, kawasan Panaga ialah
kampung halaman sejumlah besar ekspatriat, disebabkan oleh fasilitas perumahan dan
rekreasi Royal Dutch Shell dan British Army. Klub Panaga yang terkenal terletak di sini.

Iklim Brunei ialah tropis khatulistiwa, dengan suhu serta kelembapan yang tinggi, dan sinar
matahari serta hujan lebat sepanjang tahun.

Bendera negara Brunei Darussalam

Pembagian administrasi di Brunei pada tiap-tiap distrik


Lambang negara Brunei Darussalam

Asal usul Brunei

Silsilah kerajaan Brunei didapatkan pada Batu Tarsilah yang menuliskan Silsilah Raja-Raja
Brunei yang dimulai dari Awang Alak Betatar, raja yang mula-mula memeluk agama Islam
(1368) sampai kepada Sultan Muhammad Tajuddin (Sultan Brunei ke-19, memerintah antara
1795-1804 dan 1804-1807).

Brunei adalah sebuah negara tertua di antara kerajaan-kerajaan di tanah Melayu. Keberadaan
Brunei Tua ini diperoleh berdasarkan kepada catatan Arab, Cina dan tradisi lisan. Dalam
catatan Sejarah Cina dikenal dengan nama Po-li, Po-lo, Poni atau Puni dan Bunlai. Dalam
catatan Arab dikenali dengan Dzabaj atau Randj.

Catatan tradisi lisan diperoleh dari Syair Awang Semaun yang menyebutkan Brunei berasal
dari perkataan baru nah yaitu setelah rombongan klan atau suku Sakai yang dipimpin Pateh
Berbai pergi ke Sungai Brunei mencari tempat untuk mendirikan negeri baru. Setelah
mendapatkan kawasan tersebut yang memiliki kedudukan sangat strategis yaitu diapit oleh
bukit, air, mudah untuk dikenali serta untuk transportasi dan kaya ikan sebagai sumber
pangan yang banyak di sungai, maka mereka pun mengucapkan perkataan baru nah yang
berarti tempat itu sangat baik, berkenan dan sesuai di hati mereka untuk mendirikan negeri
seperti yang mereka inginkan. Kemudian perkataan baru nah itu lama kelamaan berubah
menjadi Brunei.

Replika stupa yang dapat ditemukan di Pusat Sejarah Brunei menjelaskan bahwa agama
Hindu-Buddha pada suatu masa dahulu pernah dianut oleh penduduk Brunei. Sebab telah
menjadi kebiasaan dari para musafir agama tersebut, apabila mereka sampai di suatu tempat,
mereka akan mendirikan stupa sebagai tanda serta pemberitahuan mengenai kedatangan
mereka untuk mengembangkan agama tersebut di tempat itu. Replika batu nisan P'u Kung
Chih Mu, batu nisan Rokayah binti Sultan Abdul Majid ibni Hasan ibni Muhammad Shah Al-
Sultan, dan batu nisan Sayid Alwi Ba-Faqih (Mufaqih) pula menggambarkan mengenai
kedatangan agama Islam di Brunei yang dibawa oleh musafir, pedagang dan mubaligh-
mubaliqh Islam, sehingga agama Islam itu berpengaruh dan mendapat tempat baik penduduk
lokal maupun keluarga kerajaan Brunei.

Islam mulai berkembang dengan sangat pesat di Kesultanan Brunei sejak Syarif Ali diangkat
menjadi Sultan Brunei ke-3 pada tahun 1425 M karena sultan yang sebelumnya mengahwini
puterinya dengan Syarif Ali. Sultan Syarif Ali adalah seorang Ahlul Bait dari keturunan /
pancir dari Cucu Rasulullah Shalallahualaihi Wassallam yaitu Amirul Mukminin Hasan /
Syaidina Hasan sebagaimana yang tercantum dalam Batu Tarsilah / prasasti dari abad ke-18
M yang terdapat di Bandar Sri Begawan, Brunei. Keturunan Sultan Syarif Ali ini kemudian
juga berkembang menurunkan Sultan-Sultan disekitar wilayah Kesultanan Brunei yaitu
menurunkan Sultan-Sultan Sambas dan Sultan-Sultan Sulu.

Kata Darussalam, istilah dalam bahasa Arab untuk "tempat yang damai" atau "Rumah
Keamanan", disematkan pada abad ke-15 oleh Sultan ke-3, Syarif Ali, untuk menegaskan
Islam sebagai agama negara, serta untuk meningkatkan penyebarannya.[12]

Sejarah Brunei

Para peneliti sejarah telah mempercayai terdapat sebuah kerajaan lain sebelum berdirinya
Kesultanan Brunei kini, yang disebut orang Tiongkok sebagai Po-ni. Catatan orang Tiongkok
dan orang Arab menunjukkan bahwa kerajaan perdagangan kuno ini ada di muara Sungai
Brunei awal abad ke-7 atau ke-8. Kerajaan itu memiliki wilayah yang cukup luas meliputi
Sabah, Brunei dan Sarawak yang berpusat di Brunei. Kesultanan Brunei juga merupakan
pusat perdagangan dengan China. Kerajaan awal ini pernah ditaklukkan Kerajaan Sriwijaya
yang berpusat di Sumatra pada awal abad ke-9 Masehi dan seterusnya menguasai Borneo
utara dan gugusan kepulauan Filipina. Kerajaan ini juga pernah menjadi taklukan (vazal)
Kerajaan Majapahit yang berpusat di pulau Jawa. Nama Brunai tercantum dalam
Negarakertagama sebagai daerah bawahan Majapahit. Kekuasaan Majapahit tidaklah lama
karena setelah Hayam Wuruk wafat Brunai membebaskan diri dan kembali sebagai sebuah
negeri yang merdeka dan pusat perdagangan penting.

Pada awal abad ke-15, Kerajaan Malaka di bawah pemerintahan Parameswara telah
menyebarkan pengaruhnya dan kemudian mengambil alih perdagangan Brunei. Perubahan ini
menyebabkan agama Islam tersebar di wilayah Brunei oleh pedagangnya pada akhir abad ke-
15. Kejatuhan Melaka ke tangan Portugis pada tahun 1511, telah menyebabkan Sultan Brunei
mengambil alih kepimpinan Islam dari Melaka, sehingga Kesultanan Brunei mencapai zaman
kegemilangannya dari abad ke-15 hinga abad ke-17 sewaktu memperluas kekuasaannya ke
seluruh pulau Borneo dan ke Filipina di sebelah utaranya. Semasa pemerintahan Sultan
Bolkiah (1473-1521) yang terkenal disebabkan pengembaraan baginda di laut, malah pernah
seketika menaklukkan Manila. kesultanan Brunei memperluas pengaruhnya ke utara hingga
ke Luzon dan Sulu serta di sebelah selatan dan barat Kalimantan; dan pada zaman
pemerintahan sultan yang kesembilan, Hassan (1605-1619), yang membangun susunan aturan
adat istiadat kerajaan dan istana yang masih kekal hingga hari ini.

Pada tahun 1658 Sultan Brunei menghadiahkan sedikit kawasan timur laut Kalimantan
kepada Sultan Sulu di Filipina Selatan sebagai penghargaan terhadap Sultan Sulu dalam
menyelesaikan perang saudara di antara Sultan Abdul Mubin dengan Sultan Mohyidin.
Persengketaan dalam kerajaan Brunei merupakan satu faktor yang menyebabkan kejatuhan
kerajaan tersebut, yang bersumber dari pergolakan dalam disebabkan perebutan kuasa antara
ahli waris kerajaan, juga disebabkan timbulnya pengaruh kuasa penjajah Eropa di rantau
sebelah sini, yang menggugat corak perdagangan tradisi, serta memusnahkan asas ekonomi
Brunei dan kesultanan Asia Tenggara yang lain.

Pada Tahun 1839, James Brooke dari Inggris datang ke Serawak dan menjadi raja di sana
serta menyerang Brunei, sehingga Brunei kehilangan kekuasaannya atas Serawak. Sebagai
balasan, ia dilantik menjadi gubernur dan kemudian "Rajah" Sarawak di Barat Laut Borneo
sebelum meluaskan kawasan di bawah pemerintahannya. Pada tanggal 19 Desember 1846,
pulau Labuan dan sekitarnya diserahkan kepada James Brooke. Sedikit demi sedikit wilayah
Brunei jatuh ke tangan Inggris melalui perusahaan-perusahaan dagang dan pemerintahnya
sampai wilayah Brunei kelak berdiri sendiri di bawah protektorat Inggris sampai berdiri
sendiri tahun 1984.

Pada masa yang sama, Persekutuan Borneo Utara Britania sedang meluaskan penguasaannya
di Timur Laut Borneo. Pada tahun 1888, Brunei menjadi sebuah negeri di bawah
perlindungan kerajaan Britania dengan mengekalkan kedaulatan dalam negerinya, tetapi
dengan urusan luar negara tetap diawasi Britania. Pada tahun 1906, Brunei menerima suatu
lagi langkah perluasan kekuasaan Britania saat kekuasaan eksekutif dipindahkan kepada
seorang residen Britania, yang menasihati baginda Sultan dalam semua perkara, kecuali yang
bersangkut-paut dengan adat istiadat setempat dan agama.

Pada tahun 1959, Brunei mendeklarasikan kerajaan baru yang berkuasa memerintah kecuali
dalam isu hubungan luar negeri, keamanan dan pertahanan di mana isu-isu ini menjadi
tanggung jawab Britania. Percobaan untuk membentuk sebuah badan perundangan pada
tahun 1962 terpaksa dilupakan karena terjadi pemberontakan oleh partai oposisi yaitu Partai
Rakyat Brunei yang ingin menyatukan negara Brunei, Sarawak dan North Borneo menjadi
Negara Kesatuan Borneo Utara, tetapi dengan bantuan Britania, pemberontakan ini berhasil
diberantas. Pada akhir 1950 dan awal 1960, kerajaan Brunei ketika itu menolak rencana
(walaupun pada awalnya menunjukkan minat) untuk bergabung dengan Singapura, Sabah,
Sarawak, dan Tanah Melayu untuk membentuk Malaysia dan akhirnya Sultan Brunei ketika
itu berkehendak untuk membentuk sebuah negara yang merdeka.

Pada 1967, Omar Ali Saifuddin III telah turun dari takhta dan melantik putra sulungnya
Hassanal Bolkiah, menjadi Sultan Brunei ke-29. Baginda juga berkenan menjadi Menteri
Pertahanan setelah Brunei mencapai kemmerdekaan penuh dan disandangkan gelar Paduka
Seri Begawan Sultan. Pada tahun 1970, pusat pemerintahan negeri Brunei Town, telah diubah
namanya menjadi Bandar Seri Begawan untuk mengenang jasa baginda. Baginda mangkat
pada tahun 1986.

Pada 4 Januari 1979, Brunei dan Britania Raya telah menandatangani Perjanjian Kerjasama
dan Persahabatan. Pada 1 Januari 1984, Brunei Darussalam telah berhasil mencapai
kemerdekaan sepenuhnya.

Saat ini Brunei memiliki wilayah yang lebih kecil daripada masa lalu, dengan berbatasan
dengan Serawak dari sebelah barat sampai timur wilayah itu, serta sebelah utara berbatasan
dengan Laut Cina Selatan.

Penyusunan Konstitusi

Pada Juli 1953, Sultan Omar Ali Saifuddien III membentuk komite dengan anggota tujuh
orang yang bernama Tujuh Serangkai, untuk mengetahui pandangan warga mengenai
konstitusi tertulis untuk Brunei Darussalam. Pada Mei 1954, Sultan, para residen, dan
Komisaris Tinggi bertemu untuk membahas temuan-temuan komite. Mereka setuju untuk
mengesahkan penyusunan konstitusi. Pada Maret 1959, Sultan Omar Ali Saifuddien III
memimpin sebuah delegasi ke London untuk membahas Konstitusi yang diusulkan. Delegasi
Britania Raya dipimpin oleh Sir Alan Lennox-Boyd, Menteri Negara Koloni. Pemerintah
Britania Raya kemudian menerima rancangan konstitusi.
Pada tanggal 29 September 1959, Perjanjian Konstitusi ditandatangani di Bandar Seri
Begawan. Perjanjian tersebut ditandatangani oleh Sultan Omar Ali Saifuddien III dan Sir
Robert Scott, Komisaris Jenderal untuk Asia Tenggara. Isi Konstitusi tersebut adalah:

 Sultan Brunei menjadi kepala negara tertinggi.


 Brunei Darussalam bertanggung jawab atas urusan dalam negeri.
 Pemerintah Britania Raya bertanggung jawab untuk urusan luar negeri dan pertahanan
saja.
 Posisi Residen dihilangkan dan digantikan oleh Komisaris Tinggi Britania Raya.

Lima dewan dibentuk, yaitu:

 Dewan Eksekutif
 Dewan Legislatif Brunei
 Dewan Penasihat
 Dewan Suksesi
 Dewan Agama Negara

Politik

Kerajaan Brunei Darussalam adalah negara yang memiliki corak pemerintahan monarki
absolut dengan Sultan yang menjabat sebagai Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan,
merangkap seagai Perdana Menteri dan Menteri Pertahanan dengan dibantu oleh Dewan
Penasihat Kesultanan dan beberapa Menteri. Sultan Hassanal Bolkiah yang gelarnya
diturunkan dalam wangsa yang sama sejak abad ke-15, ialah kepala negara serta
pemerintahan Brunei. Baginda dinasihati oleh beberapa majelis dan sebuah kabinet menteri,
walaupun baginda secara berkesan merupakan pemerintah tertinggi. Media amat memihak
kerajaan, dan kerabat kerajaan melestarikan status yang dihormati di dalam negeri.

Brunei tidak memiliki dewan legislatif, namun pada bulan September 2000, Sultan bersidang
untuk menentukan Parlemen yang tidak pernah diadakan lagi sejak tahun 1984. Parlemen ini
tidak mempunyai kuasa selain menasihati sultan. Disebabkan oleh pemerintahan mutlak
Sultan, Brunei menjadi salah satu negara yang paling stabil dari segi politik di Asia.

Pertahanan Keamanan Brunei mengandalkan perjanjian pertahanan dengan Inggris di mana


terdapat pasukan Gurkha yang terutama ditempatkan di Seria. Jumlah pertahanan
keamanannya lebih kecil bila dibandingkan dengan kekayaannya dan negara negara tetangga.
Secara teori, Brunei berada di bawah pemerintahan militer sejak pemberontakan yang terjadi
pada awal dekad 1960-an. Pemberontakan itu dihancurkan oleh laskar-laskar Britania Raya
dari Singapura.

Brunei memiliki dengan hubungan luar negeri terutama dengan negara negara ASEAN dan
negara negara lain serta ikut serta sebagai anggota PBB. Kesultanan ini juga terlibat konflik
Kepulauan Spratly yang melibatkan hampir semua negara ASEAN (kecuali Indonesia,
Kamboja, Laos dan Myanmar), RRT dan Republik Tiongkok. Selain itu terlibat konflik
perbatasan laut dengan Malaysia terutama masalah daerah yang menghasilkan minyak dan
gas bumi. Brunei menuntut wilayah di Sarawak, seperti Limbang. Banyak pulau kecil yang
terletak di antara Brunei dan Labuan, termasuk Pulau Kuraman, telah dipertikaikan oleh
Brunei dan Malaysia. Bagaimanapun, pulau-pulau ini diakui sebagai sebagian Malaysia di
tingkat internasional.
Pembagian administratif

Pembagian administratif.

Brunei dibagi atas empat distrik:

 Belait
 Brunei dan Muara
 Temburong
 Tutong

Distrik-distrik Brunei dibagi lagi menjadi 38 mukim.

Geografi

Brunei terdiri dari dua bagian yang tidak berkaitan; 97% dari jumlah penduduknya tinggal di
bagian barat yang lebih besar, dengan hanya kira-kira 10.000 orang tinggal di daerah
Temburong, yaitu bagian timur yang bergunung-gunung. Jumlah penduduk Brunei 470.000
orang. Dari bilangan ini, lebih kurang 80.000 orang tinggal di ibukota Bandar Seri Begawan.
Sejumlah kota utama termasuk kota pelabuhan Muara, serta kota Seria yang menghasilkan
minyak, dan Kuala Belait, kota tetangganya. Di daerah Belait, kawasan Panaga ialah
kampung halaman sejumlah besar ekspatriat, disebabkan oleh fasilitas perumahan dan
rekreasi Royal Dutch Shell dan British Army. Klub Panaga yang terkenal terletak di sini.

Iklim Brunei ialah tropis khatulistiwa, dengan suhu serta kelembapan yang tinggi, dan sinar
matahari serta hujan lebat sepanjang tahun.

Ekonomi

Ekonomi kecil yang kaya ini adalah suatu campuran kewirausahaan dalam negeri dan asing,
pengawalan kerajaan, kebajikan, serta tradisi kampung. Pengeluran minyak mentah dan gas
alam terdiri dari hampir setengah PDB. Pendapatan yang cukup besar pekerjaan luar negeri
menambah pendapatan daripada pengeluaran dalam negeri. Kerajaan membekali semua
layanan pengobatan dan memberikan subsidi beras dan perumahan. Pemimpin-pemimpin
Brunei merasa bimbang bahwa keterpaduan dengan ekonomi dunia yang semakin bertambah
akan mempengaruhi perpaduan sosial dalam, walaupun Brunei telah memainkan peranan
yang lebih kentara dengan menjadi ketua forum APEC pada tahun 2000. Rancangan-
rancangan yang dinyatakan untuk masa hadapan termasuk peningkatan keterampilan tenaga
buruh, pengurangan pengangguran, pengukuhan sektor-sektor perbankan dan pariwisata,
serta secara umum, peluasan lagi asas ekonominya. Sistem Penerbangan Brunei Diraja,
sistem penerbangan negara, sedang mencoba menjadikan Brunei sebagai pusat perjalanan
internasional antara Eropa dan Australia/Selandia Baru. Ia juga mempunyai layanan ke
tujuan-tujuan Asia yang utama.

Ekonomi Brunei Darussalam bertumpu pada sektor minyak bumi dan gas dengan pendapatan
nasional yang termasuk tinggi di dunia satuan mata uangnya adalah Brunei Dolar yang
memiliki nilai sama dengan Dolar Singapura.

Selain bertumpu pada sektor minyak bumi dan gas, pemerintah Brunei mencoba melakukan
diversifikasi sumber-sumber ekonomi melalui upaya peningkatan di bidang perdagangan dan
Industri.

Demografi

Kira-kira dua pertiga jumlah penduduk Brunei adalah orang Melayu. Kelompok etnik
minoritas yang paling penting dan yang menguasai ekonomi negara ialah orang Tionghoa
(Han) yang menyusun lebih kurang 15% jumlah penduduknya. Etnis-etnis ini juga
menggambarkan bahasa-bahasa yang paling penting: bahasa Melayu yang merupakan bahasa
resmi, serta bahasa Tionghoa. Bahasa Inggris juga dituturkan secara meluas dan hampir 95%
fasih dengan Bahasa Inggris, dan terdapat sebuah komunitas ekspatriat yang agak besar
dengan sejumlah besar warganegara Britania dan Australia.

Islam ialah agama resmi Brunei, dan Sultan Brunei merupakan kepala agama negara itu.
Agama-agama lain yang dianut termasuk agama Buddha (terutamanya oleh orang Tiong
Hoa), agama Kristen, serta agama-agama orang asli (dalam komunitas-komunitas yang
teramat kecil).

Budaya

Budaya Brunei seakan sama dengan budaya Melayu, dengan pengaruh kuat dari Islam, tetapi
kelihatan lebih konservatif dibandingkan Malaysia dan Indonesia. Penjualan dan penggunaan
alkohol diharamkan, dengan orang luar dan non-Muslim dibolehkan membawa 12 bir dan
dua botol miras setiap kali mereka masuk negara ini. Setelah pemberlakuan larangan pada
awal 1990-an, semua pub dan klub malam dipaksa tutup. Mufti Brunei juga menfatwakan
pengharaman rokok pada tahun 2011. Harga rokok dijadikan mahal supaya penduduk dapat
mengurangi konsumsi rokok.

Anda mungkin juga menyukai