Anda di halaman 1dari 4

Mengenal Suku Melayu

Suku Melayu merupakan etnis yang termasuk ke dalam rumpun ras Austronesia. Suku
Melayu dalam pengertian ini, berbeda dengan konsep Bangsa Melayu yang terdiri dari
Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, dan Singapura.

Suku Melayu bermukim di sebagian besar Malaysia, pesisir timur Sumatera, sekeliling pesisir
Kalimantan, Thailand Selatan, Mindanao, Myanmar Selatan, serta pulau-pulau kecil yang
terbentang sepanjang Selat Malaka dan Selat Karimata. Di Indonesia, jumlah Suku Melayu
sekitar 3,4% dari seluruh populasi, yang sebagian besar mendiami propinsi Sumatera Utara,
Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, dan Kalimantan Barat.

Meskipun begitu, banyak pula masyarakat Minangkabau, Mandailing, dan Dayak yang
berpindah ke wilayah pesisir timur Sumatra dan pantai barat Kalimantan, mengaku sebagai
orang Melayu. Selain di Nusantara, suku Melayu juga terdapat di Sri Lanka, Kepulauan
Cocos (Keeling) (Cocos Malays), dan Afrika Selatan (Cape Malays).

Dalam buku Sejarah Melayu disebut bahwa Melayu adalah nama sungai di Sumatera Selatan
yang mengalir disekitar bukit Si Guntang dekat Palembang. Si Guntang merupakan tempat
pemunculan pertama tiga orang raja yang datang ke alam Melayu. Mereka adalah asal dari
keturunan raja-raja Melayu di Palembang (Singapura, Malaka dan Johor), Minangkabau dan
Tanjung Pura.

Sejarah Melayu (Malay Annals) merupakan karya tulis yang paling penting dalam bahasa
Melayu yang merupakan sumber yang otentik untuk informasi mengenai ke-Melayu-an.
Disusun sekitar tahun 1612 tetapi didasarkan catatan-catatan yang lebih tua.
Disebut juga bahwa anggota kerajaan Malaka menyebut diri mereka keturunan Melayu dari
daerah Palembang. Seperti keluarga raja-raja di Negeri Sembilan yaitu: Yang Dipertuan Ali
Alamsyah yang dianggap keturunan langsung dari Raja Minangkabau terakhir.

Pada waktu itu sebutan Melayu merujuk pada keturunan sekelompok kecil orang Sumatera
pilihan. Seiring dengan berjalannya waktu definisi Melayu berdasarkan ras ini mulai
ditinggalkan.

Definisi Melayu menjadi berdasarkan budaya dan adat, dimana orang Melayu adalah orang
yang mempunyai etika, tingkah laku dan adat Melayu. Pada waktu Islam mulai dianut
didaerah Sumatera dan Semenanjung Malaka, keyakinan dan ketaatan terhadap agama islam
menjadi salah satu ciri khas dari orang Melayu.

Pada abad ke-18, William Marsden menyebutkan bahwa dalam percakapan sehari-hari,
penyebutan bangsa Melayu adalah sama dengan sebutan bangsa Moor di India dalam artian
ketaatannya terhadap agama Islam.

Sumber: http://sukuindonesia.blogspot.com/2011/08/mengenal-suku-melayu.html
Tari Zapin Khas Melayu

Tarian Zapin merupakan salah satu dari tarian rumpun Melayu yang menghibur sekaligus
sarat dengan pesan agama dan pendidikan. kata Zapin sendiri berasal dari bahasa Arab
yaitu "Zaffan" yang artinya penari dan "Al-Zapin" yang berarti gerak kaki.

Pada era tahun 2000 an, tari Zapin ini pernah mewabah keseluruh daerah dan menjadi
kesenian budaya yang acap kali diperlombakan. Zapin sendiri memiliki kaidah dan aturan
yang tidak boleh diubah (baku), namun keindahan gerak serta musiknya tetap indah dan
sedap dipandang, serta nyaman ditelinga ketika mendengar musik dan syair-syair walaupun
aturannya tidak pernah diubah dari dulu.

Sejarah Tari Zapin Melayu di Indonesia


Jika dirunut dari sejarahnya, tari zapin sebetulnya bermula dari sebuah tarian khusus bagi kalangan
istana di kesultanan Yaman di masa silam. Pada masa perdagangan lintas benua yakni sekitar awal
abad 16, saudagar Arab membawa kesenian ini dan memperkenalkannya pada masyarakat pemeluk
agama Islam di sekitar Selat Malaka.

Pada tahun 1824 tarian ini mulai tumbuh dan berkembang pada dikerajaan Johor, Riau, dan Lingga,
khususnya didaerah Riau Tari zapin ini berkembang di daerah Siak Sri Indrapura, Bengkalis dan
Pelalawan, disetiap daerah yang terdapat perbedaan latar belakang.

Di Pekanbaru sendiri tarian ini diperkenalkan oleh seorang songkok yang berasal dari Sumatra yang
bernama Adam sekitar tahun 1930-an. Namun tarian ini baru popular di Pekanbaru pada tahun 1950
- 1960-an terutama di kampung Tanjung Gemuk dan kampung Lamir.

Sekarang kita dapat menemukan Zapin hampir diseluruh pesisir Nusantara, seperti : pesisir timur
Sumatra Utara, Riau dan Kepulauannya, Jambi, Sumatra Selatan, Bangka Belitung, Bengkulu,
Lampung, Jakarta, pesisir utara – timur dan selatan Jawa, Nagara, Mataram, Sumbawa, Maumere,
Seluruh Pesisr Kalimantan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Ternate, dan Ambon.
Sedangkan dinegara tetangga terdapat di Brunei Darussalam, Malaysia, dan Singapura

Anda mungkin juga menyukai