Anda di halaman 1dari 2

Profil Sultan Agung

Nama : Sultan Agung


Lahir : 1593, Kutagede, Kesultanan Mataram
Meninggal : 0 - 1 1593
Ayah : Prabu hanyakrawati
Ibu : Ratu Mas Adi Dyah Banawati

Biografi Sultan Agung


Sultan Agung terlahir dengan nama Raden Mas Jatmika di Kotagede, kasultanan mataram pada tahun 1593.
Dan dikenal pula dengan nama Raden Mas Rangsang. Beliau merupakan putra dari raja Mataram Islam ke dua
Prabu hanyakrawati dan Ratu Mas adi Dyah banawati yang merupakan putri Pangeran Benawa raja Pajang.
Pada usia 20 tahun beliau diangkat menjadi Raja Mataram menggantikan Ayahnya pada tahun 1613 dengan
bergelar ``Panembahan Hanyakrakusuma``. Pada tahun 1624, setelah penaklukan Madura, belai berganti gelar
menjadi ``Susuhunan Agung Hanyakrakusuma``. Pada biografi Sultan Agung disebutkan, pada tahun 1640
mengganti gelar menjadi ``Sultan Agung Senapati-ing-Ngalaga Abdurrahman``. Setahun kemudian mendapat
gelar dari pemimpin Ka`bah di Makkah dengan nama ``Sultan Abdullah Muhammad maulana Mataram``.

Penghargaan Sultan Agung


Gelar Pahlawan Nasional S.K. Presiden No. 106/TK/1975 tanggal 3 November 1975.
Pangeran Diponegoro (lahir di Yogyakarta, 11 November 1785 meninggal di Makassar, Sulawesi Selatan, 8
Januari 1855 pada umur 69 tahun) adalah salah seorang pahlawan nasional Republik Indonesia. Makamnya
berada di Makassar. Diponegoro adalah putra sulung Hamengkubuwana III, seorang raja Mataram di
Yogyakarta. Lahir pada tanggal 11 November 1785 di Yogyakarta dari seorang garwa ampeyan (selir) bernama
R.A. Mangkarawati, yaitu seorang garwa ampeyan (istri non permaisuri) yang berasal dari Pacitan. Pangeran
Diponegoro bernama kecil Bendoro Raden Mas Ontowiryo.

Menyadari kedudukannya sebagai putra seorang selir, Diponegoro menolak keinginan ayahnya, Sultan
Hamengkubuwana III, untuk mengangkatnya menjadi raja. Ia menolak mengingat ibunya bukanlah permaisuri.
Diponegoro mempunyai 3 orang istri, yaitu: Bendara Raden Ayu Antawirya, Raden Ayu Ratnaningsih, &
Raden Ayu Ratnaningrum.

Diponegoro lebih tertarik pada kehidupan keagamaan dan merakyat sehingga ia lebih suka tinggal di Tegalrejo
tempat tinggal eyang buyut putrinya, permaisuri dari HB I Ratu Ageng Tegalrejo daripada di keraton.
Pemberontakannya terhadap keraton dimulai sejak kepemimpinan Hamengkubuwana V (1822) dimana
Diponegoro menjadi salah satu anggota perwalian yang mendampingi Hamengkubuwana V yang baru berusia 3
tahun, sedangkan pemerintahan sehari-hari dipegang oleh Patih Danurejo bersama Residen Belanda. Cara
perwalian seperti itu tidak disetujui Diponegoro.

Gelar Pahlawan Nasional S.K. Presiden No. No.87/TK/1973 tanggal 6 November 1973.

Anda mungkin juga menyukai