Anda di halaman 1dari 6

Pendahuluan

Pada awalnya, Kota Padang hanya perkampungan nelayan yang disebut Kampung Batung.
Semenjak kekuasaan diberikan kepada pemerintah hindia belanda, kebudayaannya pun
berubah, mulai dari tempat yang tradisional menjadi pasar modern. Akhirnya, terdapat
perbedaan strata. Masyarakat pendatang menjadi yang pertama dan kedua, sedangkan
pribumi itu sendiri menjadi yang ketiga. Kemudian terdapat beberapa suku sehingga terdapat
bahasa yang berbahasa minangkabau, tetapi setiap daerahnya terdapat perbedaan.

Kota Padang dan Kebudayaannya

Sekilas tentang Kota Padang

Kota Padang adalah kota terbesar di pesisir barat pulau Sumatra dan merupakan Ibu Kota
Provinsi Sumatra Barat, Indonesia. Sejak masa kolonial Hindia-Belanda, kota Padang telah
menjadi pelabuhan utama dalam perdagangan emas, teh, kopi dan rempah-rempah.
Memasuki abad ke-20, ekspor batu bara dan semen mulai dilakukan melalui Pelabuhan Teluk
Bayur.

Kota ini memiliki sebuah museum yang terletak di pusat kota yang bernama “Museum
Adityawarman”. Museum ini mengkhususkan diri pada sejarah dan budaya suku
Minangkabau, suku Mentawai dan suku Nias. Museum ini memiliki 6000 koleksi, dengan
gaya arsitektur bangunannya berbentuk rumah adat Minangkabau (Rumah Gadang).
Tradisi Adat (Kebudayaan Padang)

Salah satu tradisi adat Minangkabau yaitu persembahan dalam upacara pemakaman masih
dilaksanakan pada salah satu kecamatan di Sumatra Barat. Di beberapa kecamatan ada yang
menyebut tradisi ini dengan nama tradisi Silat Pauh (Silek Pauah). Selain itu di kota Padang
juga terdapat beberapa pantai, salah satunya adalah Pantai Air Manis. Di sana terdapat kisah
Malin Kundang yang berkisah tentang seorang anak yang durhaka pada ibunya dan karena itu
dikutuk menjadi batu. Sebentuk batu di Pantai air Manis, Padang, konon merupakan sisa-sisa
kapal Malin Kundang.

Kemudian selanjutnya ada “Tabuik” (Indonesia: Tabut) adalah perayaan lokal dalam rangka
memperingati Asyura, gugurnya Imam Husain, cucu Muhammad, yang dilakukan oleh
masyarakat Minangkabau di daerah pantai Sumatera Barat, khususnya di Kota Pariaman.
Festival ini termasuk menampilkan kembali Pertempuran Karbala, dan memainkan
drum tassa dan dhol. Tabuik merupakan istilah untuk usungan jenazah yang dibawa selama
prosesi upacara tersebut. Walaupun awal mulanya merupakan upacara Syi’ah, akan tetapi
penduduk terbanyak di Pariaman dan daerah lain yang melakukan upacara serupa,
kebanyakan penganut Sunni. Di Bengkulu dikenal pula dengan nama Tabot.

Upacara melabuhkan tabuik ke laut dilakukan setiap tahun di Pariaman pada 10


Muharram sejak 1831. Upacara ini diperkenalkan di daerah ini oleh Pasukan Tamil
Muslim Syi’ah dari India, yang ditempatkan di sini dan kemudian bermukim pada masa
kekuasaan Inggris di Sumatera bagian barat.

Sistem Teknologi dan Alat Produksi

Bendi merupakan salah satu alat transportasi tradisional yang masih bertahan di
Padang. Bendi biasanya para bendi mangkal di depan Padang Theatre.

Zaman dulu, sebelum orang-orang mengenal mobil, kendaraan pribadi adalah bendi. Punya
bendi pribadi sudah setara dengan punya mobil pribadi. Sampai sekarang, alat transport yang
digerakkan oleh tenaga kuda ini masih mempunyai pelanggan setia di tengah maraknya
transportasi modern yang tentunya lebih cepat
Pedati adalah alat transportasi yang digerakkan oleh kerbau. Penampakannya mirip dengan
bendi, tapi agak lebih tinggi. Biasanya pedati digunakan untuk membawa barang yang berat.
Sekarang, sulit sekali menemukan pedati di kota Padang.

Makanan – Makanan Khas Padang

Dalam dunia kuliner, Sumatra Barat terkenal dengan masakan Padang dan restoran Padang.
Masakan Padang yang terkenal dengan citarasa yang pedas dapat ditemukan hampir di
seluruh penjuru Nusantara, dan dapat ditemukan juga di luar negeri. Beberapa contoh
makanan dari Sumatra Barat yang sangat populer adalah Rendang, Sate Padang, Dendeng
Balado, Ayam Pop, Soto Padang, dan Bubur Kampiun. Selain itu, Sumatra Barat juga
memiliki ratusan resep, seperti Galamai, Wajik, Kipang Kacang, Bareh Randang, Dakak-
dakak, Rakik Maco, Karupuak Balado dan Karupuak Sanjai. Makanan ciri khas di Padang
untuk dijadikan buah tangan bengkuang dan karupuak balado.

Rumah Adat

Rumah adat Padang (Sumatra Barat) disebut Rumah Gadang. Rumah adat asli setiap tiangnya
tidaklah tegak lurus atau horizontal tapi mempunyai kemiringan. Ini disebabkan oleh orang
dahulu yang datang dari laut hanya tahu bagai mana membuat kapal. Rancangan kapal inilah
yang ditiru dalam membuat rumah. Rumah adat jugat tidak memakai paku tapi memakai
pasak kayu. Ini disebabkan daerah Sumatera Barat rawan terhadap gempa, baik vulkanik
maupun tektonik. Jika dipasak dengan kayu setiap ada gempa akan semakin kuat
mengikatnya.

Senjata Tradisional

Senjata tradisional Padang (Sumatera Barat) adalah Keris. Keris biasanya dipakai oleh kaum
laki-laki dan diletakkan di sebelah depan, saat sekarang hanya dipakai bagi mempelai pria.
Berbagai jenis tombak, pedang panjang, sumpit juga dipakai oleh raja-raja Minangkabau
dalam menjaga diri mereka.

Sistem Mata Pencaharian


Kota Padang berawal dari pemukiman di tepi air, tepatnya di muara Sungai Batang
Arau ke Samudera Hindia. Kota Padang dulu merupakan sebuah perkampungan nelayan
kecil. Penduduk pada waktu itu terdiri atas orang-orang Rupit dan Tirau
(NonMinangkabau). Mereka bekerja sebagai nelayan mengarungi samudera dengan kapal-
kapal kecil mereka yang disandarkan di bibir muara. Ada juga sebagian yang bekerja sebagai
petani garam dan pedagang.

Pada abad ke–14 (1340-1375) Kota Padang dikenal sebagai kampung nelayan dengan
sebutan Kampung Batung yang diperintah oleh Penghulu Delapan Suku. Tidak ada data yang
pasti siapa yang memberi nama kota ini Padang.

Diperkirakan Kota Padang pada zaman dahulu berupa sebuah dataran atau padang yang
sangat luas yang ditumbuhi semak-semak kecil, rumput-rumput, lalang, sikejut dan
sebagainya. Oleh sebab itu orang-orang yang datang pertama kali memberi nama kota ini
Padang.

Organisasi Sosial

Sistem sosial masyarakat Padang yang matrilineal, yaitu suatu sistem sosial yang mengikuti
garis keturunan dari pihak ibu. Suatu sistem sosial yang termasuk langka didunia ini sehingga
menarik minat para ahli dan peneliti.
Sistem matrilineal menurut ahli antropologi merupakan suatu sistem sosial masyarakat tertua
yang telah lahir jauh sebelum lahirnya sistem patrilineal yang berkembang sekarang.

Sistem ini akan tetap kuat dan berlaku dalam masyarakat Minangkabau sampai sekarang, dia
tidak akan mengalami evolusi, sehingga menjadi sistem patrilineal. Sistem ini menjadi
langgeng dan mapan karena sistem ini memang sejiwa dengan adat Minangkabau yang
universal, yang meliputi seluruh segi kehidupan manusia, baik kehidupan secara individu
maupun kehidupan bermasyarakat.

Sistem kekerabatan di Padang (Minangkabau) adalah sebagai berikut:

1. Keturunan dihitung menurut garis ibu

2. Suku dibentuk menurut garis ibu

3. Pembalasan dendam merupakan tata kewajiban bagi seluruh suku

4. Kekuasaan di dalam suku, menurut teori terletak di tangan ibu tetapi jarang dipergunakan.

5. Tiap-tiap orang diharuskan kawin dengan orang luar suku

6. Yang sebenarnya berkuasa adalah saudara laki-lakinya.

7. Perkawinan bersifat matrilokal yaitu suami mengunjungi rumah istri

Garis keturunan dan kelompok-kelompok masyarakat yang menjadi inti dari sistem
kekerabatan matrilineal ini adalah “paruik”. Setelah masuk islam di Minangkabau disebut
kaum. Kelompok sosial lainnya yang merupakan pecahan dari paruik adalah “jurai”.
Interaksi sosial yang terjadi antara seseorang, atau seseorang dengan kelompoknya, secara
umum dapat dilihat pada sebuah kaum. Pada masa dahulu mereka pada mulanya tinggal
dalam sebuah rumah gadang. Bahkan pada masa dahulu didiami oleh berpuluh-puluh orang.
Ikatan batin sesama anggota kaum besar sekali dan hal ini bukan hanya didasarkan atas
pertalian darah saja, tetapi juga di luar faktor tersebut ikut mendukungnya.

Beberapa hal yang perlu dikemukakan yang berkaitan dengan perkawinan ini adalah sebagai
berikut:

1. Inisiatif datang dari pihak keluarga perempuan

2. Calon menantu cenderung dicari hubungan keluarga terdekat

3. Setelah perkawinan suami tinggal di rumah isteri

Tali kekerabatan antara keluaraga istri dengan keluarga rumah gadang suami setelah
perkawinan dan juga sebaliknya.

Sistem Pengetahuan

Dalam sistem pengerahuan masyarakat Padang sangat berkaitan eratdengan pola keturunan
dan pewarisan adat, suku Minang menganut pola matrilineal, yang mana hal ini sangatlah
berlainan dari mayoritas masyarakat dunia menganut pola patrilineal. Terdapat kontradiksi
antara pola matrilineal dengan pola pewarisan yang diajarkan oleh agama Islam yang menjadi
anutan hampir seluruh suku Minang. Oleh sebab itu dalam pola pewarisan suku Minang,
dikenallah harta pusaka tinggi dan harta pusaka rendah. Harta pusaka tinggi merupakan harta
turun temurun yang diwariskan berdasarkan garis keturunan ibu, sedangkan harta pusaka
rendah merupakan harta pencarian yang diwariskan secara faraidh berdasarkan hukum Islam.

Suku Minang terkenal sebagai suku yang terpelajar, oleh sebab itu pula mereka menyebar di
seluruh Indonesia bahkan manca-negara dalam berbagai macam profesi dan keahlian, antara
lain sebagai politisi, penulis, ulama, pengajar, jurnalis, dan pedagang. Berdasarkan jumlah
populasi yang relatif kecil (3% dari penduduk Indonesia), Minangkabau merupakan salah
satu suku tersukses dengan banyak pencapaian. Majalah Tempo dalam edisi khusus tahun
2000 mencatat bahwa 6 dari 10 tokoh penting Indonesia di abad ke-20 merupakan orang
Minang.

Sistem Religi

Mayoritas penduduk Sumatra Barat beragama Islam. Selain itu ada juga yang
beragama Kristen di Kepulauan Mentawai, serta Hindu dan Buddha yang pada umumnya
adalah para pendatang.

Kesenian Padang

Nuansa Minangkabau yang ada di dalam setiap musik Padang yang dicampur dengan jenis
musik apapun saat ini pasti akan terlihat dari setiap karya lagu yang beredar di masyarat. Hal
ini karena musik Minang bisa diracik dengan aliran musik jenis apapun sehingga enak
didengar dan bisa diterima oleh masyarakat. Unsur musik pemberi nuansa terdiri dari
instrumen alat musik tradisional saluang, bansi, talempong, rabab, dan gandang tabuik.
Musik Minangkabau berupa instrumentalia dan lagu-lagu dari daerah ini pada umumnya
bersifat melankolis. Hal ini berkaitan erat dengan struktur masyarakatnya yang memiliki rasa
persaudaraan, hubungan kekeluargaan dan kecintaan akan kampung halaman yang tinggi
ditunjang dengan kebiasaan pergi merantau.

Industri musik di Sumatra Barat semakin berkembang dengan munculnya seniman-seniman


Minang yang bisa membaurkan musik modern ke dalam musik tradisional Minangkabau.
Perkembangan musik Minang modern di Sumatra Barat sudah dimulai sejak tahun 1950-an
ditandai dengan lahirnya Orkes Gumarang.

Tari tradisi bersifat klasik yang berasal dari Sumatera Barat yang ditarikan oleh kaum pria
dan wanita umumnya memiliki gerakan aktif dinamis namun tetap berada dalam alur dan
tatanan yang khas. Kekhasan ini terletak pada prinsip tari Minangkabau yang belajar kepada
alam, oleh karena itu dinamisme gerakan tari-tari tradisi Minang selalu merupakan
perlambang dari unsur alam. Pengaruh agama Islam, keunikan adat matrilineal dan
kebiasan merantaumasyarakatnya juga memberi pengaruh besar dalam jiwa sebuah tari tradisi
Minangkabau.

Macam-macam tari tradisional dari Sumatra Barat meliputi Tari Piring, Tari Payung,
Tari Randai, Tari Pasambahan, dan Tari Indang.

Seni tari tradisional Pencak Silat dari Minangkabau merupakan penggabungan dari gerakan
tari dan seni beladiri khas Minang.Pencak Silat di Minangkabau memiliki beberapa aliran,
diantara nya aliran Harimau Kumango.Tarian ini biasanya sudah diajarkan kepada kaum pria
di Minangkabau semenjak kecil hingga menginjak usia akil baligh (periode usia 6 hingga 12
tahun) untuk dijadikan bekalmerantau. Saat ini seni tari pencak silat sudah mendunia dengan
terbentuknya federasi pencak silat sedunia IPSF (International Pencak Silat Federation).

Sumber : https://stamalia.wordpress.com/2013/12/07/kota-padang-dan-kebudayaannya/

Anda mungkin juga menyukai