Anda di halaman 1dari 28

TUGAS MAKALAH SEJARAH INDONESIA

“Sejarah Kerajaan Sunda, Pajajaran dan Galuh”

X MIA 1

KELOMPOK 4

NAMA ANGGOTA :

1. MUHAMMAD FAJERIANOR
2. MUHAMMAD ARIF RACHMAN
3. DEA GALDIES PUSPITASARI
4. RAHMAH ANITA
5. SAIDATUL ADAWIAH
6. SITI MAGHFIRAH
7. SITI NORHALISAH
8. FARIDA ARIANI RAHMAH

KEMENTRIAN AGAMA

MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 TAPIN

TAHUN AJARAN 2018/2019


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kami berbagai macam nikmat, sehingga aktivitas hidup ini banyak
diberikan keberkahan. Dengan kemurahan yang telah diberikan oleh Tuhan Yang
Maha Esa sehingga kami bisa menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
”Sejarah Kerajaan Sunda, Pajajaran dan Galuh” ini dengan baik. Tak lupa
pula shalawat serta salam kami haturkan kepada Rasulullah SAW yang telah
membawa kita di alam kebodohan ke alam yang penuh petunjuk ini. Kami yang
bertanggung jawab atas tugas makalah ini telah berusaha semaksimal mungkin
untuk membuat tugas ini dengan baik dan dengan teliti.
Sebelumnya kami mengucapkan banyak-banyak terimakasih kepada :
1. Muhammad Rezky Noor Handy,M.pd Selaku guru mata pelajaran Sejarah
Indonesia.
2. Teman-teman sekalian yang telah mendukung kami dalam menjalankan
tugas ini.
Kami menyadari di dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki, baik dari segi
tata bahasa maupun dalam hal pengkonsolidasian. Oleh karena itu kami meminta
maaf atas ketidaksempurnaanya dan juga memohon kritik dan saran untuk kami
agar bisa lebih baik lagi dalam membuat tugas makalah ini.
Akhirnya, atas nama kelompok , kami ucapkan terima kasih. Semoga karya
apapun yang bisa kita buat, hasilnya akan memancarkan kebaikan dan
kebergunaan bagi peningkatan kualitas hidup manusia. Salah khilap mohon
dimaafkan. Akhir kata kami ucapkan,
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
DAFTAR ISI

Halaman judul........................................................................1

Kata pengantar........................................................................2

Daftar isi...............................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang..................................................


1.2 Rumusan Permasalahan.......................................
1.3 Tujuan.............................................................

BAB II PEMBAHASAN

1. Kerajaan Sunda..........................................................
A.Wilayah kekuasaan.................................................
B.Histiriografi...........................................................
C.Catatan sejarah dari Cina.........................................
D.Catatan sejarah dari Eropa.......................................
E.Berdirinya Kerajaan Sunda.......................................
E.Federasi antara Sunda dan Galuh...............................
F.Raja-raja..............................................................
G.Hubungan dengan kerajaan lain................................

2. Kerajaan Galuh...........................................................
A.Asal mula arti kata Galuh.........................................
B.Masa Kerajaan Galuh................................................
3. Kerajaan Pajajaran........................................................
A.Awal mula pakuan Pajajaran.......................................
B.Sejarah Kerajaan Pajajaran.........................................
C.Misteri hilangnya Kerajaan Pajajaran...........................
D.Silsilah Prabu Siliwangi............................................
E.Kesaktian Prabu Siliwangi.........................................
F.Pusaka Prabu Siliwangi.............................................
G.Makam Prabu Siliwangi............................................
H.Legenda Prabu Siliwangi...........................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.............................................................
B. Saran......................................................................
C. Daftar pustaka..........................................................
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Di wilayah Jawa Barat Muncul kerajaan Sunda yang diduga merupakan


kelanjutan dari Kerajaan Tarumanegara yang runtuh pada abad ke-7. Menurut
kitab Carita Parahiyangan, sebenarnya lahirnya Tarumanegara telah didahului
oleh sebuah kerajaan yang bernama Salakanagara yang beribukota di Rajataputra.
Kerajaan salakanagara sebelum diperintah oleh raja Dewawarman
(Dharmalokapala) merupakan sekumpulan pedukuhan kecil-kecil yang dikuasai
oleh Aki Tirem. Namun,sayang sekali sumber sejarah lain tidak ada yang
menguatkannya sehingga keberadaan keraaj tersebut masih diragukan

Berita pertama kemunculan Kerajaan sunda diperoleh dari prasasti Canggal


(732). Prasasti canggal menerangkan , Sanjaya (Raja Mataram) telah mendirikan
tempat pemujaan di Kunjarakunja (daerah Wukir). Dia adalah anak Sannaha,
saudara perempuan Raja sanna.

Berkenaan dengan hal tersebut, kitab carita parahiyangan mengatakan


bahwa raja Sena berkuasa di kerajaan Galuh. Suatu ketika terjadi perebutan
kekuasaan yang dilakukan oleh Rahyang Purbasora. Raja sena berhasil dikalahkan
dan melarikan diri ke Gunung merapi bersama keluarganya. Selanjutnya, sanjaya
putra Sannaha berhasil mengalahkan Rahyang Purbasora dan menduduki takhta
Galuh. Beberapa waktu kemudian, Raja sanjaya pindah ke Jawa Tengah menjadi
raja di Kerajaan Mataram, sedangkan Sunda dan Galuh diserahkan kepada
puteranya, Rahyang Tamperan. Sampai saat ini para ahli masih berbeda pendapat
mengenai keterkaitan antara tokoh Sanna dan sanjaya di dalam prasasti Canggal
dengan raja sena dan Sanjaya di dalam kitab carita parahiyangan.

A. Rumusan masalah
1. Bagaimana proses terbentuknya kerajaan?
2. Faktor apa saja yang menyebabkan runtuhnya kerajaan?
B. Tujuan
1. Mengetahui tentang Kerajaan Sunda, Pajajaran dan Galuh.
2. Mengetahui kehidupan ekonomi Kerajaan Sunda, Pajajaran dan
Galuh.
BAB II PEMBAHASAN

1.KERAJAAN SUNDA

Kerajaan Sunda (669-1579 M), Ibukotanya Pakuan Pajajaran, Kawali,


Menurut naskah Wangsakerta merupakan kerajaan yang berdiri menggantikan
kerajaan Tarumanagara. Kerajaan Sunda didirikan oleh Tarusbawa pada tahun
591 Caka Sunda (669 M). Menurut sumber sejarah primer yang berasal dari abad
ke-16, kerajaan ini merupakan suatu kerajaan yang meliputi wilayah yang
sekarang menjadi Provinsi Banten, Jakarta, Provinsi Jawa Barat, dan bagian barat
Provinsi Jawa Tengah.

A.Wilayah kekuasaan

Berdasarkan naskah kuno primer Bujangga Manik (yang menceriterakan


perjalanan Bujangga Manik, seorang pendeta Hindu Sunda yang mengunjungi
tempat-tempat suci agama Hindu di Pulau Jawa dan Bali pada awal abad ke-16),
Yang saat ini disimpan pada Perpustakaan Boedlian, Oxford University, Inggris
sejak tahun 1627), Batas Kerajaan Sunda di sebelah timur adalah Ci Pamali
(“Sungai Pamali”, Sekarang disebut sebagai Kali Brebes) dan Ci Serayu (yang
saat ini disebut Kali Serayu) di Provinsi Jawa Tengah.

Menurut Naskah Wangsakerta, wilayah Kerajaan Sunda mencakup juga


daerah yang saat ini menjadi Provinsi Lampung melalui pernikahan antara
keluarga Kerajaan Sunda dan Lampung. Lampung dipisahkan dari bagian lain
kerajaan Sunda oleh Selat Sunda.
B.Historiografi

Padrao Sunda Kalapa (1522), Sebuah pilar batu untuk memperingati


perjanjian Sunda-Portugis, Museum Nasional Indonesia, Jakarta.Rujukan awal
nama Sunda sebagai sebuah kerajaan tertulis dalam Prasasti Kebon Kopi II tahun
458 Saka (536 Masehi). Prasasti itu ditulis dalam aksara Kawi, Namun, Bahasa
yang digunakan adalah bahasa Melayu Kuno. Prasasti ini terjemahannya sebagai
berikut:

Batu peringatan ini adalah ucapan Rakryan Juru Pangambat, pada tahun
458 Saka, Bahwa tatanan pemerintah dikembalikan kepada kekuasaan raja Sunda.

Beberapa orang berpendapat bahwa tahun prasasti tersebut harus dibaca


sebagai 854 Saka (932 Masehi) karena tidak mungkin Kerajaan Sunda telah ada
pada tahun 536 AD, di era Kerajaan Tarumanagara (358-669 AD ).

Rujukan lainnya kerajaan Sunda adalah Prasasti Sanghyang Tapak yang


terdiri dari 40 baris yang ditulis pada 4 buah batu. Empat batu ini ditemukan di
tepi sungai Cicatih di Cibadak, Sukabumi. Prasasti-prasasti tersebut ditulis dalam
bahasa Kawi. Sekarang keempat prasasti tersebut disimpan di Museum Nasional
Jakarta, dengan kode D 73 (Cicatih), D 96, D 97 dan D 98. Isi prasasti (menurut
Pleyte):

Perdamaian dan kesejahteraan. Pada tahun Saka 952 (1030 M), bulan
Kartika pada hari 12 pada bagian terang, hari Hariang, Kaliwon, hari pertama,
wuku Tambir. Hari ini adalah hari ketika Raja Sunda Maharaja Sri Jayabupati
Jayamanahen Wisnumurti Samarawijaya Sakalabuwanamandaleswaranindita
Haro Gowardhana Wikramattunggadewa, Membuat tanda pada bagian timur
Sanghiyang Tapak ini. Dibuat oleh Sri Jayabupati Raja Sunda. Dan tidak ada
seorang pun yang diperbolehkan untuk melanggar aturan ini. Dalam bagian sungai
dilarang menangkap ikan, di daerah suci Sanghyang Tapak dekat sumber sungai.
Sampai perbatasan Sanghyang Tapak ditandai oleh dua pohon besar. Jadi tulisan
ini dibuat, ditegakkan dengan sumpah. Siapa pun yang melanggar aturan ini akan
dihukum oleh makhluk halus, Mati dengan cara mengerikan seperti otaknya
disedot, Darahnya diminum, Usus dihancurkan, Dan dada dibelah dua.

Tanggal prasasti Jayabupati diperkirakan 11 Oktober 1030. Menurut


Pustaka Nusantara, Parwa III sarga 1, Sri Jayabupati memerintah selama 12 tahun
(952-964) saka (1030 – 1042AD).

C.Catatan sejarah dari Cina


Menurut F. Hirt dan WW Rockhill, ada sumber-sumber berita Cina
tertentu mengenai Kerajaan Sunda. Pada saat Dinasti Sung Selatan, inspektur
perdagangan dengan negara-negara asing, Chan Ju-kua mengumpulkan laporan
dari para pelaut dan pedagang yang benar-benar mengunjungi negara-negara
asing. Dalam laporannya tentang negara Jauh, Chu-fan-chi, yang ditulis dalam
tahun 1178-1225 Masehi, menyebutkan pelabuhan air di Sin-t’o (Sunda). Chu-
fan-chi melaporkan bahwa:

Orang-oarang tinggal di sepanjang pantai. Orang-orang tersebut bekerja


dalam bidang pertanian, rumah-rumah mereka dibangun diatas tiang (rumah
panggung) dan dengan atap jerami dengan daun pohon kelapa dan dinding-
dindingnya dibuat dengan papan kayu yang diikat dengan rotan. Laki-laki dan
perempuan membungkus pinggangnya dengan sepotong kain katun, dan
memotong rambut mereka sampai panjangnya setengah inci. Lada yang tumbuh di
bukit (negeri ini) bijinya kecil, tetapi berat dan lebih tinggi kualitasnya dari Ta-
pan (Jawa Timur). Negara ini menghasilkan labu, tebu, telur kacang dan tanaman.

Buku berbahasa Cina “shun-feng hsiang-sung” dari sekitar 1430 AD


mengatakan:
Dalam perjalanan ke arah timur dari Sunda, sepanjang pantai utara Jawa,
kapal dikemudikan 97 1/2 derajat selama tiga jam untuk mencapai Kalapa, mereka
kemudian mengikuti pantai (melewati Tanjung Indramayu), akhirnya
dikemudikan 187 derajat selama empat jam untuk mencapai Cirebon. Kapal dari
Banten berjalan ke arah timur sepanjang pantai utara Jawa, melewati Kalapa,
melewati Indramayu, melewati Cirebon.
D.Catatan sejarah dari Eropa
Laporan Eropa berasal dari periode berikutnya menjelang jatuhnya
Kerajaan Sunda oleh kekuatan Kesultanan Banten. Salah satu penjelajah itu
adalah Tome Pires dari Portugal. Dalam laporannya “Summa Oriental (1513 –
1515)” ia menulis bahwa :

Beberapa orang menegaskan bahwa kerajaan Sunda luasnya setengah dari


seluruh pulau Jawa; sebagian lagi mengatakan bahwa Kerajaan Sunda luasnya
sepertiga dari pulau Jawa dan ditambah seperdelapannya.

E.Berdiriya kerajaan Sunda


Menurut Naskah Wangsakerta dari Cirebon, sebelum berdiri sebagai
kerajaan yang mandiri, Sunda merupakan bawahan Tarumanagara. Raja
Tarumanagara yang terakhir, Sri Maharaja Linggawarman Atmahariwangsa
Panunggalan Tirthabumi (memerintah hanya selama tiga tahun, 666-669 M),
menikah dengan Déwi Ganggasari dari Indraprahasta. Dari Ganggasari, beliau
memiliki dua anak, yang keduanya perempuan. Déwi Manasih, putri sulungnya,
menikah dengan Tarusbawa dari Sunda, sedangkan yang kedua, Sobakancana,
menikah dengan Dapuntahyang Sri Janayasa, yang selanjutnya mendirikan
kerajaan Sriwijaya. Setelah Linggawarman meninggal, kekuasaan Tarumanagara
turun kepada menantunya, Tarusbawa. Hal ini menyebabkan penguasa Galuh,
Wretikandayun (612-702) memberontak, melepaskan diri dari Tarumanagara,
serta mendirikan Kerajaan Galuh yang mandiri. Tarusbawa juga menginginkan
melanjutkan kerajaan Tarumanagara, dan selanjutnya memindahkan
kekuasaannya ke Sunda, di hulu sungai Cipakancilan dimana di daerah tersebut
sungai Ciliwung dan sungai Cisadane berdekatan dan berjajar, dekat Bogor saat
ini. Sedangkan Tarumanagara diubah menjadi bawahannya. Beliau dinobatkan
sebagai raja Sunda pada hari Radite Pon, 9 Suklapaksa, bulan Yista, tahun 519
Saka (kira-kira 18 Mei 669 M). Sunda dan Galuh ini berbatasan, dengan batas
kerajaanya yaitu sungai Citarum (Sunda di sebelah barat, Galuh di sebelah timur).

F.Federasi antara Sunda dan Galuh


Putera Tarusbawa yang terbesar, Rarkyan Sundasambawa, wafat saat
masih muda, meninggalkan seorang anak perempuan, Nay Sekarkancana. Cucu
Tarusbawa ini lantas dinikahi oleh Rahyang Sanjaya dari Galuh, sampai
mempunyai seorang putera, Rahyang Tamperan.

Ibu dari Sanjaya adalah Sanaha, cucu Ratu Shima dari Kalingga di Jepara.
Ayah dari Sanjaya adalah Bratasenawa/Sena/Sanna, Raja Galuh ketiga sekaligus
teman dekat Tarusbawa. Sena adalah cucu Wretikandayun dari putera bungsunya,
Mandiminyak, raja Galuh kedua (702-709 M). Sena di tahun 716 M dikudeta dari
tahta Galuh oleh Purbasora. Purbasora dan Sena sebenarnya adalah saudara satu
ibu, tetapi lain ayah.

Sena dan keluarganya menyelamatkan diri ke Pakuan Pajajaran, pusat


Kerajaan Sunda, dan meminta pertolongan pada Tarusbawa. Ironis sekali
memang, Wretikandayun, kakek Sena, sebelumnya menuntut Tarusbawa untuk
memisahkan Kerajaan Galuh dari Tarumanegara. Dikemudian hari, Sanjaya yang
merupakan penerus Kerajaan Galuh yang sah, menyerang Galuh dengan bantuan
Tarusbawa. Penyerangan ini bertujuan untuk melengserkan Purbasora.

Saat Tarusbawa meninggal (tahun 723), kekuasaan Sunda dan Galuh


berada di tangan Sanjaya. Di tangan Sanjaya, Sunda dan Galuh bersatu kembali.
Tahun 732, Sanjaya menyerahkan kekuasaan Sunda-Galuh kepada puteranya
Rarkyan Panaraban (Tamperan). Di Kalingga Sanjaya memegang kekuasaan
selama 22 tahun (732-754), yang kemudian diganti oleh puteranya dari Déwi
Sudiwara, yaitu Rakai Panangkaran. Rarkyan Panaraban berkuasa di Sunda-Galuh
selama tujuh tahun (732-739), lalu membagi kekuasaan pada dua puteranya; Sang
Manarah (dalam carita rakyat disebut Ciung Wanara) di Galuh, serta Sang Banga
(Hariang Banga) di Sunda.

Sang Banga (Prabhu Kertabhuwana Yasawiguna Hajimulya) menjadi raja


selama 27 tahun (739-766), tetapi hanya menguasai Sunda dari tahun 759. Dari
Déwi Kancanasari, keturunan Demunawan dari Saunggalah, Sang Banga
mempunyai putera bernama Rarkyan Medang, yang kemudian meneruskan
kekuasaanya di Sunda selama 17 tahun (766-783) dengan gelar Prabhu
Hulukujang. Karena anaknya perempuan, Rakryan Medang mewariskan
kekuasaanya kepada menantunya, Rakryan Hujungkulon atau Prabhu Gilingwesi
dari Galuh, yang menguasai Sunda selama 12 tahun (783-795).

Karena Rakryan Hujungkulon inipun hanya mempunyai anak perempuan,


maka kekuasaan Sunda lantas jatuh ke menantunya, Rakryan Diwus (dengan gelar
Prabu Pucukbhumi Dharmeswara) yang berkuasa selama 24 tahun (795-819). Dari
Rakryan Diwus, kekuasaan Sunda jatuh ke puteranya, Rakryan Wuwus, yang
menikah dengan putera dari Sang Welengan (raja Galuh, 806-813). Kekuasaan
Galuh juga jatuh kepadanya saat saudara iparnya, Sang Prabhu Linggabhumi
(813-842), meninggal dunia. Kekuasaan Sunda-Galuh dipegang oleh Rakryan
Wuwus (dengan gelar Prabhu Gajahkulon) sampai ia wafat tahun 891.

Sepeninggal Rakryan Wuwus, kekuasaan Sunda-Galuh jatuh ke adik


iparnya dari Galuh, Arya Kadatwan. Hanya saja, karena tidak disukai oleh para
pembesar dari Sunda, ia dibunuh tahun 895, sedangkan kekuasaannya diturunkan
ke putranya, Rakryan Windusakti. Kekuasaan ini lantas diturunkan pada putera
sulungnya, Rakryan Kamuninggading (913). Rakryan Kamuninggading
menguasai Sunda-Galuh hanya tiga tahun, sebab kemudian direbut oleh adiknya,
Rakryan Jayagiri (916). Rakryan Jayagiri berkuasa selama 28 tahun, kemudian
diwariskan kepada menantunya, Rakryan Watuagung, tahun 942. Melanjutkan
dendam orangtuanya, Rakryan Watuagung direbut kekuasaannya oleh
keponakannya (putera Kamuninggading), Sang Limburkancana (954-964).

Dari Limburkancana, kekuasaan Sunda-Galuh diwariskan oleh putera


sulungnya, Rakryan Sundasambawa (964-973). Karena tidak mempunyai putera
dari Sundasambawa, kekuasaan tersebut jatuh ke adik iparnya, Rakryan Jayagiri
(973-989). Rakryan Jayagiri mewariskan kekuasaannya ka puteranya, Rakryan
Gendang (989-1012), dilanjutkan oleh cucunya, Prabhu Déwasanghyang (1012-
1019). Dari Dewasanghyang, kekuasaan diwariskan kepada puteranya, lalu ke
cucunya yang membuat prasasti Cibadak, Sri Jayabhupati (1030-1042). Sri
Jayabhupati adalah menantu dari Dharmawangsa Teguh dari Jawa Timur, mertua
raja Airlangga (1019-1042).

Dari Sri Jayabhupati, kekuasaan diwariskan kepada putranya, Dharmaraja


(1042-1064), lalu ke cucu menantunya, Prabhu Langlangbhumi ((1064-1154).
Prabu Langlangbhumi dilanjutkan oleh putranya, Rakryan Jayagiri (1154-1156),
lantas oleh cucunya, Prabhu Dharmakusuma (1156-1175). Dari Prabu
Dharmakusuma, kekuasaan Sunda-Galuh diwariskan kepada putranya, Prabhu
Guru Dharmasiksa, yang memerintah selama 122 tahun (1175-1297).
Dharmasiksa memimpin Sunda-Galuh dari Saunggalah selama 12 tahun, tapi
kemudian memindahkan pusat pemerintahan kepada Pakuan Pajajaran, kembali
lagi ke tempat awal moyangnya (Tarusbawa) memimpin kerajaan Sunda.

Sepeninggal Dharmasiksa, kekuasaan Sunda-Galuh turun ke putranya


yang terbesar, Rakryan Saunggalah (Prabhu Ragasuci), yang berkuasa selama
enam tahun (1297-1303). Prabhu Ragasuci kemudian diganti oleh putranya,
Prabhu Citraganda, yang berkuasa selama delapan tahun (1303-1311), kemudian
oleh keturunannya lagi, Prabu Linggadéwata (1311-1333). Karena hanya
mempunyai anak perempuan, Linggadéwata menurunkan kekuasaannya ke
menantunya, Prabu Ajiguna Linggawisésa (1333-1340), kemudian ke Prabu
Ragamulya Luhurprabawa (1340-1350). Dari Prabu Ragamulya, kekuasaan
diwariskan ke putranya, Prabu Maharaja Linggabuanawisésa (1350-1357), yang di
ujung kekuasaannya gugur saat Perang Bubat. Karena saat kejadian di Bubat,
putranya — Niskalawastukancana — masih kecil, kekuasaan Sunda sementara
dipegang oleh Patih Mangkubumi Sang Prabu Bunisora (1357-1371).
Prasasti Kawali di Kabuyutan Astana Gedé, Kawali, Ciamis.
Sapeninggal Prabu Bunisora, kekuasaan kembali lagi ke putra
Linggabuana, Niskalawastukancana, yang kemudian memimpin selama 104 tahun
(1371-1475). Dari isteri pertama, Nay Ratna Sarkati, ia mempunyai putera Sang
Haliwungan (Prabu Susuktunggal), yang diberi kekuasaan bawahan di daerah
sebelah barat Citarum (daerah asal Sunda). Prabu Susuktunggal yang berkuasa
dari Pakuan Pajajaran, membangun pusat pemerintahan ini dengan mendirikan
keraton Sri Bima Punta Narayana Madura Suradipati. Pemerintahannya terbilang
lama (1382-1482), sebab sudah dimulai saat ayahnya masih berkuasa di daerah
timur. Dari Nay Ratna Mayangsari, istrinya yang kedua, ia mempunyai putera
Ningratkancana (Prabu Déwaniskala), yang meneruskan kekuasaan ayahnya di
daerah Galuh (1475-1482).

Susuktunggal dan Ningratkancana menyatukan ahli warisnya dengan


menikahkan Jayadéwata (putra Ningratkancana) dengan Ambetkasih (putra
Susuktunggal). Tahun 1482, kekuasaan Sunda dan Galuh disatukan lagi oleh
Jayadéwata, yang bergelar Sri Baduga Maharaja. Sapeninggal Jayadéwata,
kekuasaan Sunda-Galuh turun ke putranya, Prabu Surawisésa (1521-1535),
kemudian Prabu Déwatabuanawisésa (1535-1543), Prabu Sakti (1543-1551),
Prabu Nilakéndra (1551-1567), serta Prabu Ragamulya atau Prabu Suryakancana
(1567-1579). Prabu Suryakancana ini merupakan pemimpin kerajaan Sunda-
Galuh yang terakhir, sebab setelah beberapa kali diserang oleh pasukan Maulana
Yusuf dari Kesultanan Banten, mengakibatkan kekuasaan Prabu Surya Kancana
dan Kerajaan Pajajaran runtuh.
G.Raja-raja Kerajaan Sunda-Galuh
Di bawah ini deretan raja-raja yang pernah memimpin Kerajaan Sunda
menurut naskah Pangéran Wangsakerta (waktu berkuasa dalam tahun Masehi):

1. Tarusbawa (menantu Linggawarman, 669 – 723)


2. Harisdarma, atawa Sanjaya (menantu Tarusbawa, 723 – 732)
3. Tamperan Barmawijaya (732 – 739)
4. Rakeyan Banga (739 – 766)
5. Rakeyan Medang Prabu Hulukujang (766 – 783)
6. Prabu Gilingwesi (menantu Rakeyan Medang Prabu Hulukujang, 783 – 795)
7. Pucukbumi Darmeswara (menantu Prabu Gilingwesi, 795 – 819)
8. Rakeyan Wuwus Prabu Gajah Kulon (819 – 891)
9. Prabu Darmaraksa (adik ipar Rakeyan Wuwus, 891 – 895)
10. Windusakti Prabu Déwageng (895 – 913)
11. Rakeyan Kamuning Gading Prabu Pucukwesi (913 – 916)
12. Rakeyan Jayagiri (menantu Rakeyan Kamuning Gading, 916 – 942)
13. Atmayadarma Hariwangsa (942 – 954)
14. Limbur Kancana (putera Rakeyan Kamuning Gading, 954 – 964)
15. Munding Ganawirya (964 – 973)
16. Rakeyan Wulung Gadung (973 – 989)
17. Brajawisésa (989 – 1012)
18. Déwa Sanghyang (1012 – 1019)
19. Sanghyang Ageng (1019 – 1030)
20. Sri Jayabupati (Detya Maharaja, 1030 – 1042)
21. Darmaraja (Sang Mokténg Winduraja, 1042 – 1065)
22. Langlangbumi (Sang Mokténg Kerta, 1065 – 1155)
23. Rakeyan Jayagiri Prabu Ménakluhur (1155 – 1157)
24. Darmakusuma (Sang Mokténg Winduraja, 1157 – 1175)
25. Darmasiksa Prabu Sanghyang Wisnu (1175 – 1297)
26. Ragasuci (Sang Mokténg Taman, 1297 – 1303)
27. Citraganda (Sang Mokténg Tanjung, 1303 – 1311)
28. Prabu Linggadéwata (1311-1333)
29. Prabu Ajiguna Linggawisésa (1333-1340)
30. Prabu Ragamulya Luhurprabawa (1340-1350)
31. Prabu Maharaja Linggabuanawisésa (1350-1357)
32. Prabu Bunisora (1357-1371)
33. Prabu Niskalawastukancana (1371-1475)
34. Prabu Susuktunggal (1475-1482)
35. Jayadéwata (Sri Baduga Maharaja, 1482-1521)
36. Prabu Surawisésa (1521-1535)
37. Prabu Déwatabuanawisésa (1535-1543)
38. Prabu Sakti (1543-1551)
39. Prabu Nilakéndra (1551-1567)
40. Prabu Ragamulya atau Prabu Suryakancana (1567-1579)
H.Hubungan dengan kerajaan lain

Singasari

Dalam Nagarakretagama, disebutkan bahwa setelah Kertanagara


menaklukkan Bali (1206 Saka), kerajaan-kerajaan lain turut bertekuk lutut,
tidak terkecuali Sunda. Jika ini benar, adalah aneh jika di kemudian hari, kerajaan
Majapahit sebagai penerus yang kekuasaannya lebih besar justru tidak menguasai
Sunda, sehingga termuat dalam sumpahnya Gajah Mada.

Eropa

Kerajaan Sunda sudah lama menjalin hubungan dagang dengan bangsa


Eropa seperti Inggris, Perancis dan Portugis. Kerajaan Sunda malah pernah
menjalin hubungan politik dengan bangsa Portugis. Dalam tahun 1522, Kerajaan
Sunda menandatangani Perjanjian Sunda-Portugis yang membolehkan orang
Portugis membangun benteng dan gudang di pelabuhan Sunda Kelapa. Sebagai
imbalannya, Portugis diharuskan memberi bantuan militer kepada Kerajaan Sunda
dalam menghadapi serangan dari Demak dan Cirebon (yang memisahkan diri dari
Kerajaan Sunda).

2.KERAJAAN GALUH
Dahulu Kerajaan Galuh namun yang sekarang lebih dikenal dengan
nama Ciamis memiliki perjalanan sejarah yang sangat panjang. Hal itu terbukti
dari berbagai periodisasi yang sudah lama dilalui, yaitu pada masa sejarah, masa
kerajaan (abad ke-8 – abad ke-16), masa kekuasaan Mataram, kekuasaan
Belanda/Hindia Belanda (pada akhir abad ke-16 – awal tahun 1942), pada masa
pendudukan Jepang (awal tahun 1942 – 15 Agustus 1945), dan masa kemerdekaan
(17 Agustus 1945 – sekarang). Perjalanan sejarah Kerajaan Galuh yang panjang
itu sampai sekarang masih saja belum terungkap secara jelas, bahkan beberapa
bagian/episode sejarah Galuh masih sangat “gelap”. Selain itu, sejarah Kerajaan
Galuh pada masa kerajaan masih banyak bercampur dengan mitos atau legenda,
sehingga cerita tentang keberadaan Kerajaan Galuh pun terdapat bermacam-
macam versi.
Belum adanya fakta jelas dan bukti sejarah Kerajaan Galuh yang pasti
tentunya disebabkan oleh beberapa faktor :
1. Pemda (Pemerintah Daerah) Kabupaten Ciamis terkesan sepertinya kurang
begitu memperhatikan terhadap cerita dan sejarah daerahnya sendiri.
2. Kurang minat dari para sejarawan lokal untuk mengungkap sejarah keberadaan
Kerajaan Galuh, mungkin saja salah satu penyebabnya adalah karena kegiatan
tersebut membutuhkan pendanaan yang cukup besar untuk penelitian sumber
bukti sejarahnya. Sekalipun sudah ada hasil penelitian sejarah dari Kerajaan
Galuh, namun keterangannya hanya sebatas berupa garis besar saja tentang aspek
atau kurun waktu tertentu.

Sejarah bukan hanya tentang memiliki fungsi informatif, namun juga harus
berfungsi edukatif, bahkan sesungguhnya memiliki fungsi pragmatik, khususnya
bagi pemda daerah setempat. Hal itu karena sejarah adalah suatu proses kausalitas
yang selalu ber-kesinambungan. Kehidupan masa sekarang merupakan hasil dari
kehidupan masa lalu, dan kehidupan masa mendatang akan tergantung dari sikap
kita dalam mengisi kehidupan pada masa sekarang. Oleh karena itu setidaknya
kita harus pandai dalam belajar dari sejarah, karena sejarah adalah “obor
kebenaran sejati”.

A. Asal Mula Arti Kata Galuh.


Kata “Galuh” berasal dari bahasa Sansakerta yang berarti sejenis batu
permata. Kata “galuh” juga biasa digunakan sebagai sebutan untuk seorang ratu
yang belum menikah (“raja putri”). Sejarawan W.J. van der Meulen berpendapat
bahwa kata “galuh” berasal dari kata “sakaloh” yang berarti “asalnya dari sungai”.
Terdapat pula pendapat lain yang menyatakan bahwa kata “galuh” berasal dari
kata “galeuh” yang berarti inti atau bagian tengah batang kayu yang paling keras.
Pengertian mana yang tepat dari kata “galuh” untuk daerah yang sekarang
bernama Ciamis? Hal tersebut sebenarnya memerlukan penjelasan secara khusus
dan lebih mendalam.

B. Masa Kerajaan Galuh.


Wilayah Galuh memang pernah menjadi sebuah kerajaan. Namun cerita
tentang Kerajaan Galuh, terutama sekali pada bagian awal, penuh sekali dengan
aroma mitos. Hal itu disebabkan oleh darimana cerita tersebut berasal terutama
dari sumber sekunder berupa naskah yang tertulis jauh setelah Kerajaan Galuh
benar-benar lenyap tertutup catatan sejarah. Misalnya saja : Wawacan Sajarah
Galuh antara lain menceriterakan bahwa Kerajaan Galuh berlokasi di wilayah
Lakbok dan pertama kali diperintah oleh Ratu Galuh. Setelah banjir besar yang
dialami oleh Nabi Nuh telah surut, pusat Kerajaan Galuh dipindahkan ke
Karangkamulyan dan nama kerajaan berganti menjadi Bojonggaluh.
Dikisahkan pula putra Ratu Galuh, yaitu Ciung Wanara berselisih paham
dengan saudaranya Hariang Banga. Perselisihan itu berakhir dengan perdamaian
(gencatan senjata), bahwa kekuasaan atas Pulau Jawa akan dibagi menjadi dua.
Ciung Wanara berkuasa di Pajajaran sedangkan Hariang Banga menguasasi
wilayah Majapahit. Selama belum adanya sumber atau fakta kuat yang
mendukungnya, kisah seperti itu merupakan sebuah mitos (Bagi guru sejarah,
cerita yang bersifat mitos boleh-boleh saja disampaikan kepada para siswa,
dengan catatan harus benar-benar bersifat mendidik, bahwa cerita itu hanyalah
suatu mitos yang kebenarannya terlampau sulit untuk dipertanggungjawabkan).
Cerita tentang kebenaran Kerajaan Galuh yang dapat dipercaya hanyalah
berita dari sumber primer berupa prasasti, naskah sejaman (ditulis pada jamannya
atau tidak jauh dari peristiwa yang telah diceriterakannya), dan sumber lain yang
lebih akurat. Menurut sumber-sumber tersebut, Galuh sebagai nama suatu daerah
di Jawa Barat/ Dalam Peta Pulau Jawa, kata “galuh” digunakan pula menjadi
bagian nama atau bagian nama beberapa tempat, seperti :
1. Galuh Timur (Bumiayu).
2. Galuh (Purbalingga).
3. Rajagaluh (Majalengka).
4. Sirah Galuh (Cilacap).
5. Segaluh.
6. Sungai Begaluh (Leksono).
7. Samigaluh (Purworejo).
8. Hujung (Ujung) Galuh di Jawa Timur).
Telah muncul dalam panggung sejarah pada abad ke-8. Setelah Kerajaan
Tarumanagara (abad ke-5 s.d. abad ke-7) berakhir, di wilayah Jawa Barat berdiri
suatu Kerajaan Sunda (abad. ke-8 s.d. abad ke-16). Pusat kerajaan tersebut
seringkali berpindah-pindah, dari Galuh pindah ke Pakuan Padjajaran/Bogor (±
abad ke-11 s.d abad ke-13), kemudian pindah lagi ke Kawali (abad ke-14).
Selanjutnya kerajaan tersebut kembali berpusat di Pakuan Padjajaran, sehingga
lebih dikenal dengan nama Kerajaan Padjajaran.
Nama kerajaan juga seringkali berubah dengan sebutan nama ibukotanya.
Oleh karena itu, tidak heran apabila ketika Kerajaan Sunda beribukota di Galuh,
kerajaan tersebut juga disebut Kerajaan Galuh. Diduga kuat bahwa pusat/daerah
inti Galuh waktu itu adalah Imbanagara sekarang. Raja terkenal yang berkuasa di
Galuh adalah Raja Sanjaya. Ketika kerajaan itu berpusat di Kawali (abad ke-14)
diperintah oleh Prabu Maharaja (di kalangan masyarakat setempat, raja ini lebih
dikenal dengan nama Maharaja Kawali). Pada masa pemerintahan raja itulah
agama Islam sudah mulai masuk ke Kawali dari Cirebon antara tahun 1528
sampai 1530.
Ketika Kerajaan Sunda/Pajajaran ini diperintah oleh Nusiya Mulya
(pertengahan abad ke-16), eksistensi kerajaan tersebut telah berakhir akibat
gerakan kekuatan Banten di bawah pimpinan Maulana Yusuf dalam rangka
menyebarkan agama Islam. Peristiwa itu terjadi tahun 1579/1580. Sejak itu
Pakuan Padjajaran berada di bawah kekuasaan Kerajaan Banten.
Setelah Kerajaan Sunda/Padjajaran berakhir, Galuh berdiri sendiri sebagai
kerajaan merdeka (1579/1580 – 1595). Sementara itu, berdiri pula Kerajaan
Sumedang Larang (± 1580-1620) dengan ibukota Kutamaya. Kerajaan Galuh
diperintah oleh Prabu (Maharaja) Cipta Sanghiang di Galuh, putera Prabu
Haurkuning. Batas-batas wilayah Kerajaan Galuh waktu itu adalah :
1. Sumedang batas wilayah sebelah utara.
2. Galunggung. Galuh Timur (Bumiayu).
3. Sukapura batas wilayah sebelah barat.
4. Sungai Cijulang batas wilayah sebelah selatan.
5. Sungai Citanduy batas wilayah sebelah timur.
Perlu disebutkan bahwa sebelumnya daerah seperti : Majenang,
Dayeuhluhur, dan Pegadingan yang sekarang masuk wilayah Jawa Tengah,
semula adalah termasuk wilayah Kerajaan Galuh. Di tempat-tempat tersebut
sampai sekarang pun masih terdapat orang-orang yang berbahasa Sunda.

3.KERAJAAN PAJAJARAN

Kerajaan Pajajaran ialah nama lain dari Kerajaan suku Sunda, yang mana
Kerajaan Pajajaran tersebut berada di daerah Pakuan, Kota Bogor, Jawa Barat.
Kata Pakuan ini diambil dari kata Pakuwuan yang mempunyai arti kota,
kebiasaan-kebiasaan masa lalu yang mengatakan ibu kota seagai sebutan kerajaan.
Ada beberapa catatan yang mengatakan bahwa Kerajaan Pajajaran ini berdiri
kurang lebih sekitar pada tahun 923 Masehi dan didirikan atau dibentuk oleh Sri
Jayabhupati, ibarat yang tercantum didalam Prasasti Sanghyang Tapak tahun 1030
Masehi yang dijumpai di Desa Pangcalikan dan Desa Bantarmuncang, Cibadak,
Sukabumi, dan pinggir Sungai Cicatih.
A.Awal mula Pakuan Pajajaran

Di akhir tahun 1400-an Kerajaan Majapahit mulai menyurut.


Pemberontakan dan kegegeran terjadi dimana – mana, masing-masing antar
saudara sedarah saling berebutan kekuasaan kerajaan.
Masa kejatuhan atau kerobohan kepemimpinan Brawijaya V ini yang
kemudian mengakibatkan kerabat-kerabat Kerajaan Majapahit berlindung atau
menyelamatkan diri ke ibukota Kerajaan Galuh di daerah Kawali, Kuningan, Jawa
Barat.
Raden Baribin ialah merupakan seorang keluarga dari Prabu Kertabumi
yang ikut serta dalam pemindahan atau pengungsian tersebut. Kemudian Kerajaan
Galuh pun menerima dan menyambut kedatangan Kerajaan Majapahit dengan
baik dan damai.
Sampai-sampai Raja Dewa Niskala menikahkan Ratna Ayu Kirana putri
yang berasal dari Kerajaan Galuh dengan Raden Barin yang mana Raden Barin ini
ialah masih termasuk sanak famili dari Prabu Kertabumi. Pernikahan-pernikahan
yang diadakan oleh Raja Galuh tidak berhenti disitu saja.
Raja Galuh selain dari menikahkan Ratna Ayu Kirana putri dari raja
Kerajaan Galuh dengan Raden baribin, Raja Galuh juga menikahkan kembali
salah satu sanak keluarg pengungsi dari rombongan Kerajaan Majapahit.
Setelah pernikahan ini berlanjut, ternyata adanya penyelanggaraan
pernikahan ini mengakibatkan terjadinya kemarahan dari Kerajaan Sunda.
Kemudian Kerajaan Sunda ini menanggapi bahwa Dewa Niskala dan Raja Galuh
sudah menyalah gunakan aturan-aturan yang memang telah disetujui dari kedua
kerajaan tersebut.
Peraturan ini ialah peraturan yang keluar semenjak terjadinya peristiwa-
peristiwa Bubat yang mengatakan bahwa dari Kerajaan Sunda dilarang untuk
menikah dengan Kerajaan Majapahit, nah akibat dari adanya pernikahan dari
Kerajaan Sunda dan Kerajaan Majapahit hampirnya saja terjadinya peperangan
antar kedua kerajaan tersebut.
Sebenarnya kedua kerajaan tersebut adalah besan. Pengucapan kata besan
itu dikarenakan Jayadewata anak dari Dewa Niskala menikah dengan putri dari
anak raja Kerajaan Sunda, Raja Susuktunggal.
Untungnya ketika akan terjadinya peperangan antara kedua kerajaan
tersebut, dewa penasehat bisa meredam semua amarah dari kedua pihak sehingga
diputuskan dua raja dari kedua kerajaan tersebut turun jabatan, Kedua raja
tersebut harus menaruh posisi mereka kepada putera-putera mahkota yang akan
ditunjuk oleh masing-masing kerajaan.
Kemudian Dewa Niskala menunjuk anak dari Jayadewata, tidak hanya
Dewa Niskala saja yang memilih anak dari Jayadewata Prabu Susuktunggal pun
menunjuk dengan tunjukan yang sama persis dengan tunjukkan Dewa Niskala
yaitu anak dari Jayadewata.
Lalu Jayadewata menyatukan kembali kedua kerajaan tersebut dan
membawa nama Sri Baduga Maharaja yang memerintah di Pakuan Pajajaran pada
tahun 1482. Kemudian nama Pakuan Pajajaran pun menjadi terkenal sebagai
nama kerajaan

B.Sejarah Kerajaan Pajajaran

Kerajaan Pajajaran adalah salah satu kerajaan hindu yang letaknya di


daerah Pulau Jawa, yakni berada di bagian Pulau Jawa bagian barat yang beribu
kota di daerah Bogor. Diterangkan dari beberapa sumber yang ditangkap
menerangkan bahwa Sejarah Pajajaran atau Kerajaan Pajajaran ini dibentuk pada
tahun 923 Masehi.
Yang mana Kerajaan Pajajaran ini dibentuk dan didirikan oleh Sri Jayabhupati
yang juga dikatakan didalam prasasti Sang Hyang Tapak di desa Banrarmuncang
dan Pancilakan Sukabumi.
Didalam sejarah, Kerajaan Pajajaran ini terbentuk sesudah meninggalnya
Wasta Kencana yang mana Wasta Kencana ini meninggal kurang lebih pada tahun
1475 mengikuti sejarah Kerajaan Galuh. Raja dari kerajaan ini dibagi menjadi dua
bagian sesudah meninggalnya Rahyang Wastu Kencana.
Dewa Niskala dan Prabu Susuktunggal ialah merupakan dari dua bagian
dari Kerajaan Galuh yang mempunyai tingkatan yang sama.
Kerajaan Pajajaran yang letaknya berada di wilayah Kota Bogor dibawah
dari kepemerintahan Prabu Susuktunggal dan Kerajaan Galuh yang meliputi
Parahyangan yang mana Parahyangan ini bertepatan di wilayah Kawali kawasan
Dewa Siskala.
Kedua raja itu tidak mendapatkan gelar Prabu Siliwangi, karena
kekuasaan-kekuasaan mereka tidak meliputi seluruh wilayah tanah sunda.
Berbeda sekali dengan Prabu Siliwangi yang awalnya diduduki oleh Prabu Wangi
dan Rahyang Wastu. Sebelum terbentuknya Kerajaan Pajajran, berikut ini terdapat
beberapa kerajaan-kerajaan yang mungkin perlu kalian ketahui untuk menambah
wawasan tentang sejarah.
Kerajaan tersebut ialah terdiri dari Tarumanegara, Kerajaan Galuh,
Kerajaan Sunda dan Kerajaan Kawali

C.Misteri hilangnya Kerajaan Pajajaran


Sebenarnya Kerajaan Pajajaran ini tidak lepas dari kerajan-kerajaan
tersebut, karena Kerajaan ini ialah sambungan dari kerajaan-kerajaan tersebut.
Kisah-kisah misteri dari menghilangnya kerajaan ini disebabkan adanya
penyerangan dari kerajaan lain.
Sehingga pada masa itu kurang lebih pada tahun 1579 Kerajaan Banten lah
yang menyelesaikan atau mengakhiri Kerajaan Pajajaran.
Pasukan-pasukan yang diketuai atau dipimpin oleh Maulana Yusuf
membawa kedudukan Raja dari Pakuan ke Surasowan di daerah Banten sebagai
tanda sudah runtuhnya Kerajaan Pajajaran. Kedaton yang dibawa lari itu
bentuknya seperti bongkahan batu yang memiliki ukuran 200 x 160 x 20 cm.
Pasukan Kerajaan Banten yang dibawah kepemerintahan Maulana Yusuf
memboyong kembali ke Banten sebagai sebuah bentuk budaya politik di jaman
dulu yang memiliki tujuan supaya di Pakuan tidak bisa melantik seseorang untuk
dijadikan sebagai raja yang baru dan Maulana Yusuf lah secara otomatis menjadi
raja tersebut.

D.Silsilah Prabu Siliwangi

Prabu Jayadewata atau yang lebih populer dengan sebutan Prabu Siliwangi
ialah merupakan seorang raja yang memiliki pengaruh tinggi di wilayah tanah
sunda. Gelar atau julukan Siliwangi yang pegangnya bukan berarti tidak memiliki
arti tersendiri.
Arti dari kata Siliwangi adalah orang yang mengambil alih Raja Wangi.
Sampai detik ini, menurut sejarah saat ini banyak sekali yang mencatat raja yang
mendapati julukan Siliwangi. Jadi, sudah tidak di herankan kembali apabila
sejarah atau silsilah Prabu Siliwangi dapat dikatakan agak rumit.
Tetapi, berdasarkan cerita dari Eyang Androi Cigondewah, sejarah atau
silsilah Prabu Siliwangi ini awal mulanya berawal dari keturunan-keturunan
Maharaja Adi Mulya. Dari keturunan tersebut keluar 3 nama besar, yakni Prabu
Ciung Wanara, Prabu Lingga Hiang dan Sri Ratu Purbasari
Prabu Lingga Hiang ini mempunyai 2 orang putra, Cakrawati dan Prabu
Lingga Wesi itulah anak dari Prabu Lingga Hiang. Dari keturunan-keturunan
Prabu Lingga Wesi inilah keluar nama Susuk Tunggal, Banyak Wangi, Banyak
Larang, Prabu Mundingkawati (Siliwangi I), Prabu Linggawastu dan Prabu
Anggalarang (Siliwangi).
Dari garis silsilah Angga Larang, keturunan Prabu Siliwangi dilanjutkan
oleh Prabu Siliwangi yakni Prabu Jaya Pupukan dan R. Rangga Pupukan.
Silsilah Prabu Siliwangi dari Seorang Maharaja Adi Mulya
Maha Raja Adi Mulya atau Ratu Galuh Ajar Sukaresi menikah dengan Nyai
Ujung Sekarjingga atau Dewi Naganingrum dan memliki putra:
 Prabu Ciung Wanara
 Sri Ratu Purba Sari
 Prabu Lingga Hiang
 Prabu Susuk Tunggal
 Prabu Lingga Wesi
 Prabu Banyak Larang
 Brabu Banyak Wangi
 Prabu Lingga Buana atau Prabu Mung Kawati
 Prabu Wastu Kencana
 Prabu Anggalarang

E.Kesaktian Prabu Siliwangi


Kisah cerita tentang betapa saktinya Prabu Siliwangi ini memang selalu
membuat diri kita untuk mengetahui betapa banyaknya kesaktian-kesaktian yang
dimiliki oleh Prabu Siliwangi sang legenda dari Kerajaan Pajajaran. Pada
umumnya tidak mungkin sekalin apabila seluruh daerah kekuasaan kerjaan yang
di pimpin olehnya jikalau raja dari kerajaan tersebut tidak mempunyai ilmu
kanuragan yang mumpuni.
Ilmu kanuragan apa yang sesungguhnya dimiliki oleh sang raja dari
Kerajaan Pajajaran? Kisah cerita tentang sejarah Prabu Siliwangi ini memang
sangat menarik sekali untuk di analisa lebih jelas lagi. Bahkan didalam sebuah
kisah sejarah Prabu Siliwangi ini terdapat banyak sekali cerita-cerita yang hingga
saat ini masih menjadi misteri.
Selain dari kisah-kisah yang sampai saat ini masih dibilang menjadi kisah
misteri, pertarungan sengit dengan Raden Kian Santang dari keturunannya sendiri
pun hingga saat ini belum begitu jelas kisah cerita yang sebenarnya.
Prabu Siliwangi ini sangat dikenal sekali sebagai salah satu Pemimpin atau
raja dari Kerajaan Pajajaran sebagaimana telah dijelaskan melalui tulisan didalam
kitab Suwasit, yang mana kitab Suwasit ini menceritakan tentang sejarah Kerajaan
Pajajaran yang berisi tulisan-tulisan mengenai kisah perjalanan Prabu Siliwangi.
Sebelum Prabu Siliwangi menjadi raja, di masa kecil nya Prabu Siliwangi
ini di didik dan diasuh oleh Ki Gedeng Sindangkasih, seorang pakar di Pelabuhan
Muara Jati pada di daerah Kerajaan Singapura (Lokasi tersebut saat ini dikenal
dengan Kota Cirebon) dan Prabu Siliwangi ini ialah keturunan ke 12 dari
Maharaja Adimulia.
Sesudah Prabu Anggararang memiliki perasaan bahwa putranya tersebut
pantas menduduki jabatan Raja Gajah sesudah kepemimpinannya, dan pada
akhirnya kedudukan raja diserahkan kepada Pangeran Pamanah Rasa (sebelum di
beri gelar Siliwangi)

Pertarungan Prabu Siliwangi


Di tanah Sunda Jawa Barat, tidak ada satu orang pun yang tidak kenal
dengan nama Prabu SIliwangi yang mana Prabu Siliwangi ini adalah seorang raja
dari Kerajaan Pajajaran yang sangat identik dengan ilmu-ilmu kesaktiannya, yaitu
ajian harimau putih sangat dikenal sebagai salah satu yang pernah dipunyai oleh
tanah Pasundan, Jawa Barat.
Didalam Kitab Suwasit, diceritakan bahwa seorang yang bernama
Pangeran Pamanah Rasa ialah merupakan anak putra mahkota dari Prabu
Anggararang penguasa Kerajaan Gajah untuk meneruskan kerajaan ayahnya
sebagai Raja Gajah selanjutnya.
Dikisahkan juga di tengah-tengah kepemimpinannya menjadi seorang raja,
Prabu Pamanah Rasa sering yang namanya menggembara hewan ke suatu
wilayah. Didalam perjalanan menggembaranya, Prabu Ramanah Rasa dihalangi
oleh siluman Harimau Putih di kawasan hutan yang letak lokasinya sekarang
berada didaerah Majalengka.
Karena diantara mereka berdua merasa terganggu satu sama lain
pertempuran tidak bisa dihindarkan. Kesaktian-kesaktian yang dimiliki oleh Prabu
Siliwangi dan Siluman Harimau Putih yang diketahui mempunyai kesaktian yang
begitu tinggi juga bertarung dan bertempur dengan sengit.
Akan tetapi, kesaktian yang dimiliki oleh seorang raja dari Kerajaan
Pajajaran yaitu Prabu Siliwangi namanya berhasil mengalahkan musuhnya dan
membuat Siluman Harimau Putih itu tunduk kepada Prabu Siliwangi.

F.Pusaka Prabusiliwangi

Seiring dengan melebarnya daerah Kerajaan Gajah, kemudian Prabu


Siliwangi ini membuat pusaka sakti yang saat ini menjadi logo Provinsi Jawa
Barat, yakni kujang namanya. Senjata kujang ini juga bisa menambah kesaktian
Prabu Siliwangi.
Bentuk dari pusaka kujang ini melengkung dengan ukiran-ukiran kepala
harimau pada gagangnya. Ukiran kepala harimau tersebut yang ada pada gagang
atau pegangan kujang itu konon katanya digunakan oleh Prabu Siliwangi ini untuk
menginat akan jasa-jasa pendaming setianya, yakni siluman Harimau Putih.
Legenda kesaktian Prabu Siliwangi ini sejak dulu memang telah banyak
orang-orang yang mengenal legenda kesaktian tersebut, selain itu Raja dari
Kerajaan Pajajaran ini begitu populer atau terkenal sebagai salah satu raja yang
bijaksana dan arip serta sangat mencintai kepada rakyat-rakyatnya
G.Makam Prabu Siliwangi

Hingga saat ini dan detik ini belum ada yang mengetahui secara langsung
tentang akhir cerita dari hidupnya Prabu Siliwangi, karena Makam Prabu
Siliwangi hingga saat ini belum diketahui pasti letak yang aslinya.
Orang-orang banyak yang meyakini bahwa Prabu Siliwangi bersama
pasukannya menghilang, dan memindahkan kerajaannya kedalam alam Ghaib.
Dan melanjutkan kehidupannya bersama pengikut-pengikudtnya an membangun
kembali kerajaan ghaib di wilayah Gunung Salak, kawasan daerah Kota Bogor
Jawa Barat.
Memang kebanyakan orang-orang terdahulu ini mengatakan bahwa raja
dari Kerajaan Pajajaran yang bernama Prabu Siliwangi ini belum ada yang
mengetahui letak sebenarnya makam sang prabu tersebut, ada juga yang
mengatakan bahwa Prabu Siliwangi dan para pasukannya itu beralih ke daerah
Gunung Salak dan membuat kerajaan Ghaib disana.
Namun, ada juga yang mengatakan bahwa makam sang raja tersebut
terletak di daerah Cirebon, ada juga yang mengatakan di Gunung Gede
Pangrango. Memang diluar sana banyak sekali yang mengatakan demikian, akan
tetapi perkataan-perkataan yang dikatakan oleh mereka mengenai makam Prabu
Siliwangi ini belum begitu jelas mana perkataan yang benar dan mana perkataan
yang tidak benar.Dan yang pastinya, diantara kita semua belum ada yang
mengetahui letak makam tersebut.
H.Legenda Prabu Siliwangi

Cerita tentang Prabu Siliwangi ini begitu dikenal didalam sejarah suku
sunda sebagai seorang raja di Kerajaan Pajajaran. Salah satu tulisan kuno yang
menerangkan mengenai kisah perjalanan hidup Prabu Siliwangi ialah Kitab
Suwasit namanya.
Didalam kitab tersebut terdapat sebuah tulisan yang di tulis dengan
memakai bahasa sunda kuno yang tertulis pada selembar kulit Macan putih yang
dijumpai di daerah Desa Rajagaluh, Jawa Barat.
Prabu Siliwangi ini ialah seorang raja terbesar di tanah Sunda yang
memliki kesaktian yang sangat luar biasa, beliau juga seorang raja yang sangat
bijaksana yang memimpin para rakyat-rakyatnya di Kerajaan Pakuan
Pajajaran Putra dari Prabu Anggalarang.Pada masa mudanya dikenal dengan nama
Raden Pamanah Rasa. Sejak kecil beliau Diasuh oleh Ki Gedeng Sindangkasih,
seorang juru pelabuhan Muara Jati di Kerajaan Singapura(seblum bernama Kota
Cirebon). Setelah Raden pemanah Rasa Dewasa & sudah cukup ilmu yg di
ajarkan oleh ki gedeng sindangkasih. Beliau kembali ke kerajaan Gajah untuk
Mengabdi kepada ayahandanya prabu Angga Larang/Dewa Niskala.Setelah itu
Raden pemanah Rasa Menikahi Putri Ki Gedeng Sindangkasih.Yang bernama Nyi
Ambet Kasih.

Ketika itu Kerajaan gajah dalam pemerintahan Prabu dewa Niskala atau
prabu Angga Larang sedang dalam masa keemasanya.Wilayahnya terbentang
Luas dari Sungai Citarum Di karawang yang berbatasan Langsung dengan
Kerajaan Sunda,sampai Sungai Ci-pamali berbatasan Dengan Majapahit.
BAB III PENUTUP
A.KESIMPULAN
Kerajaan Sunda (669-1579 M), Ibukotanya Pakuan Pajajaran, Kawali,
Menurut naskah Wangsakerta merupakan kerajaan yang berdiri menggantikan
kerajaan Tarumanagara. Kerajaan Sunda didirikan oleh Tarusbawa pada tahun
591 Caka Sunda (669 M). Menurut sumber sejarah primer yang berasal dari abad
ke-16, kerajaan ini merupakan suatu kerajaan yang meliputi wilayah yang
sekarang menjadi Provinsi Banten, Jakarta, Provinsi Jawa Barat, dan bagian barat
Provinsi Jawa Tengah.

Dahulu Kerajaan Galuh namun yang sekarang lebih dikenal dengan


nama Ciamis memiliki perjalanan sejarah yang sangat panjang. Hal itu terbukti
dari berbagai periodisasi yang sudah lama dilalui, yaitu pada masa sejarah, masa
kerajaan (abad ke-8 – abad ke-16), masa kekuasaan Mataram, kekuasaan
Belanda/Hindia Belanda (pada akhir abad ke-16 – awal tahun 1942), pada masa
pendudukan Jepang (awal tahun 1942 – 15 Agustus 1945), dan masa kemerdekaan
(17 Agustus 1945 – sekarang). Perjalanan sejarah Kerajaan Galuh yang panjang
itu sampai sekarang masih saja belum terungkap secara jelas, bahkan beberapa
bagian/episode sejarah Galuh masih sangat “gelap”. Selain itu, sejarah Kerajaan
Galuh pada masa kerajaan masih banyak bercampur dengan mitos atau legenda,
sehingga cerita tentang keberadaan Kerajaan Galuh pun terdapat bermacam-
macam versi.
Kerajaan Pajajaran ialah nama lain dari Kerajaan suku Sunda, yang
mana Kerajaan Pajajaran tersebut berada di daerah Pakuan, Kota Bogor, Jawa
Barat. Kata Pakuan ini diambil dari kata Pakuwuan yang mempunyai arti kota,
kebiasaan-kebiasaan masa lalu yang mengatakan ibu kota seagai sebutan kerajaan.
Ada beberapa catatan yang mengatakan bahwa Kerajaan Pajajaran ini berdiri
kurang lebih sekitar pada tahun 923 Masehi dan didirikan atau dibentuk oleh Sri
Jayabhupati, ibarat yang tercantum didalam Prasasti Sanghyang Tapak tahun 1030
Masehi yang dijumpai di Desa Pangcalikan dan Desa Bantarmuncang, Cibadak,
Sukabumi, dan pinggir Sungai Cicatih.
B. SARAN

 Guru sejarah hendaknya mampu menyajikan materi tentang sejarah


Kerajaan Sunda,Pajajaran dan Galuh. khususnya perjuangan Raja serta
rakyatnya dalam perluasan kekuasaan dan pertahanan di Nusantara baik
melalui peperangan maupun melalui perkawinan
 Kepada generasi muda penerus bangsa untuk lebih giat mempelajari
sejarah Kerajaan yang ada di nusantara sehingga dapat mewarisi sifat-sifat
perjuangan, kepahlawanan dan cinta tanah air.

C. DAFTAR PUSTAKA

 https://warisansejarahnusantara.blogspot.com/2017/07/sejarah-kerajaan-
galuh-kabupaten-ciamis.html.
 https://baabun.com/kerajaan-pajajaran/
 http://blogsyarif07.blogspot.com/2017/03/makalah-kerajaan-
pajajaran.html
 http://digilib.unila.ac.id/13409/6/bab%205.pdf

Anda mungkin juga menyukai