Anda di halaman 1dari 9

PEWARNAAN KAPSULA BAKTERI

LAPORAN PRAKTIKUM

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Mikrobiologi


Yang Dibimbing Oleh Prof. Dr. Dra. Utami Sri Hastuti, M.Pd.

Disusun Oleh:
Kelompok 2
Offering I/2017

1. Alfi Nur Faizah (170342615558)


2. Delia Wahyu P. (170342615524)
3. Farida Ariyani (170342615518)
4. Indah Fitriyah (170342615519)
5. Moch. Sholeh (170342615546)
6. Nur Fadlilah (170342615545)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
Februari 2019
TOPIK
Pewarnaan Kapsula Bakteri

TANGGAL PRAKTIKUM

Selasa, 19 Februari 2019

TUJUAN

1. Untuk memperoleh keterampilan melakukan pewarnaan kapsula bakteri


2. Untuk mengetahui ada atau tidak adanya kapsula bakteri

DASAR TEORI

Bakteri memiliki berbagai macam bentuk, yaitu coccus, basil, dan spiral. Bakteri yang
berbentuk coccus dibagi lagi menjadi bentuk monococcus, diplococcus, streptococcus,
sampai staphylococcus. Bakteri berbentuk basil dibagi lagi menjadi monobasil, diplobasil,
sampai streptobasil (Dwijoseputro, 1998). Bakteri berbentuk spiral dibagi menjadi beberapa
bentuk, yaitu vibrio, spiril, dan spirochaeta (Ramadhan, 2015).

Mikroorganisme sulit diamati di mikroskop cahaya karena tidak mengadsorpsi dan


tidak membiaskan cahaya, sehingga diperlukan zat warna untuk mewarnai mikroorganisme
ataupun latar belakangnya. Zat warna yang digunakan untuk mewarnai bakteri akan
mengadsorpsi dan membiaskan cahaya, sehingga bakteri yang diamati dapat terlihat
(Dwijoseputro, 1998). Bakteri sulit diamati dalam keadaan hidup karena ukuran bakteri yang
mikroskopis dan tidak berwarna atau transparan. Oleh karena itu, dikembangkan suatu teknik
pewarnaan sel bakteri yang merupakan salah satu cara paling utama dalam penelitian-
penelitian mikrobiologi (Dwijoseputro, 1998).

Sebagian besar bakteri yang hidup di lingkungan alami dikelilingi oleh lapisan lendir
(gelatinous) yang disebut kapsul (Fadilah, 2011). Kapsul adalah lapisan polimer yang
terdapat di luar dinding sel. Bakteri dapat dimati di bawah mikroskop dengan teknik
pewarnaan, baik pewarnaan langsung maupun pewarnaan tidak langsung (Hadiutomo, 1990).
Pewarnaan kapsul dilakukan untuk mengamati kapsul atau lendir bakteri. Apabila lendir yang
menyelubungi bakteri tersusun kompak dan memberikan bentuk (bulat atau lonjong), maka
disebut kapsula. Apabila bentuknya tidak teratur dan kurang menempel pada sel bakteri,
maka disebut lapisan lendir (Ramadhan, 2015).
Kapsul membantu sel untuk berkompetisi di lingkungan alami dan memudahkan sel
untuk melekat pada substrat. Kapsul merupakan pelindung bakteri, yang melindungi bakteri
dari fagositosis oleh makrofag dan leukosit (Neidhart, 1990). Adanya kapsul yang tebal pada
berbagai bakteri patogen mengindikasikan bahwa bakteri tersebut bersifat virulen (Pelezar
and Chan, 1977). Bakteri yang berkapsul dapat menyebabkan berbagai penyakit, seperti
Bachillus antarachis (penyebab penyakit antraks) dan Streptococcus pneumonia (penyebab
penyakit pneumonia). Adanya kapsul pada bakteri juga akan meningkatkan infektifitas
bakteri patogen (Beishir, 1999).

ALAT BAHAN
Alat :
 Mikroskop
 Kaca benda
 Lampu spiritus
 Manguuk pewarna
 Kawat peyangga
 Jarum inokulasi berolong
 Pinset
 Korek api
Bahan :
 Biakan campuran / biakan murni
bakteri
 Akuades steril
 Larutan kristal violet 0,5%
 Larutan CuSO4, 5H2O 20%
 Alkohol
 Lisol
 Sabun cuci
 Minyak imersi
 Kertas hisap
 Tisu
PROSEDUR

1. Pewarnaan Langsung / Positif


HASIL PENGAMATAN
Tabel Pewarnaan Kapsula Bakteri
No. Jenis Pewarnaan Warna Sel Vegetatif Warna Kapsula
Koloni
Ungu -
Langsung
1. (Streptobasil)
Tidak Langsung - -
Ungu Biru Muda
Langsung
2. (Streptobasil)
Tidak Langsung - -

Hasil gambar :
No. Koloni Pewarnaan Langsung

1.

Koloni bakteri 1 (perbesaran 40 x 10)

2.

Koloni bakteri 2 (perbesaran 40 x 10)


ANALISIS DATA
Praktikum pewarnaan kapsula pada bakteri dilakukan pada tanggal 19 Februari 2017, di
Laboratorium Mikrobiologi, Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang. Pewarnaan kapsula
bakteri dilakukan dengan metode pewarnaan langsung/positif, pada pewarnaan langsung
digunakan kristal violet, sebelum pewarnaan bakteri telah difiksasi. Setelah dilakukan pewarnaan
dilakukan pengamatan dengan mikroskop dan didapatkan data bahwa sel vegetatif koloni 1
berwarna ungu, dan tidak terdapat kapsul, sedangkan untuk koloni 2 sel vegetatifnya tampak
berwarna ungu dengan warna kapsula biru muda, berdasarkan data yang didapatkan melalui
pengamatan langsung, kesimpulan sementara dari praktikum didapatkan 2 sel vegetatif ada yang
memiliki kapsula ada yang tidak.
PEMBAHASAN
Kapsula pada bakteri merupakan suatu lendir yang cukup tebal dan kompak. Lendir
tersebut dikeluarkan oleh bakteri, sehingga berada pada permukaan selnya. Kapsula pada bakteri
tidak berwarna, sehingga perlu dilakukan suatu pengamatan untuk melihat adanya kapsula yang
melindungi bakteri. Pengamatan tersebut dilakukan dengan menggunakan pengamatan langsung
serta dengan cara menggunakan pengamatan tak langsung (Hastuti, 2015).
Pada kegiatan praktikum, dilakukan pewarnaan secara langsung menggunakan kristal
violet dan CuSO4.5H2O, kristal violet merupakan larutan yang yang mempunyai kromophore
atau butir pembawa warna yang bermuatan positif (memiliki kation) sedangkan muatan yang
berada di sekeliling bakteri bermuatan negatif (memiliki anion), sehingga terjadi adanya tarik
menarik antara kedua ion tersebut. Hal inilah yang menyebabkan bakteri berwarna ungu,
sedangkan CuSO4 berfungsi sebagai peluntur warna (decolourisasi) dimaksudkan untuk
menghilangkan atau mencuci zat warna tanpa menghilangkan warna pada sel bakteri pada saat
dilakukan pengamatan menggunakan mikroskop (Hastuti, 2012)
Pewarnaan langsung koloni bakteri 1 tidak menunjukan adanya kapsul, sedangkan pada
koloni bakteri 2 ditemukan adanya kapsul hal ini ditandai dengan adanya warna biru muda pada
bagian permukaan bakteri (kapsula), yang disebabkan karena kapsula menyerap CuSO 4.5H2O
(Darkuni, 2001). Lapisan lendir (kapsula) tersebut terdiri atas karbohidrat, pada beberapa spesies
tertentu, lendir itu juga mengandung unsur N atau P. Lendir ini bukan merupakan bagian yang
integral dari sel melainkan hasil dari pertukaran zat. Lendir memberikan perlindungan terhadap
kekeringan, bakteri memiliki kapsula ini termasuk golongan bakteri yang ganas (virulent)
(Dwidjoseputro, 1978).
Berdasarkan pembahasan diatas, dapat dikatakan bahwa koloni bakteri 1 tidak memiliki
kapsul sedangkan bakteri koloni 2 ini merupakan bakteri yag bersifat virulen karena salah satu
fungsi kapsula adalah sebagai antifagosit sehingga kapsul memberikan sifat virulen. Menurut
Volk dan Wheeler (1988), kapsula melindungi bakteri dari fagosit oleh sel-sel yang berperan
dalam imunitas (seperti leukosit, limfosit dan sel mast). Apabila bakteri ini tidak bisa difagosit
oleh sel-sel tersebut, maka bakteri akan bersifat virulen dan mempunyai kemampuan
meyebabkan penyakit.
KESIMPULAN
Berdasarkan data pengamatan yang diperoleh dalam praktikum pewarnaan kapsula
bakteri, dan berdasarkan uraian pembahasan yang telah dijelaskan maka dapat disimpulkan,
bakteri 1 tidak memiliki kapsul karena pada hasil pewarnaan tidak menunjukan adanya warna
biru (kapsul) sedangkan bakteri 2 menunjukan adanya kapsul dibuktikan dengan adanya warna
biru muda pada bagian luar sel. Adanya kapsula pada bakteri ini menandakan bahwa bakteri
tersebut bersifat virulen.
DISKUSI

1. Apakah fungsi kapsula bagi bakteri?


Jawab: Kapsula bagi bakteri berfungsi untuk mencegah kekeringan bagi mikroba pada
kondisi yang tidak menguntungkan, sehingga memiliki perlindungan terhadap penelanan
oleh sel fagosit inang. Kapsul membantu sel untuk berkompetisi di lingkungan alami dan
memudahkan sel untuk melekat pada substrat. Kapsul merupakan pelindung bakteri, yang
melindungi bakteri dari fagositosis oleh makrofag dan leukosit (Neidhart, 1990).
2. Adakah hubungan antara kapsula dan virulensi bakteri? Jelaskan!
Jawab: Ada! Bakteri yang memiliki kapsula termasuk ke dalam bakteri virulen, karena
sel bakteri terlindungi oleh kapsula tersebut sehingga sel bakteri yang bersifat patogen
sulit untuk difagosit. Adanya kapsul yang tebal pada berbagai bakteri patogen
mengindikasikan bahwa bakteri tersebut bersifat virulen (Pelezar and Chan, 1977).
Bakteri yang berkapsul dapat menyebabkan berbagai penyakit, seperti Bachillus
antarachis (penyebab penyakit antraks) dan Streptococcus pneumonia (penyebab
penyakit pneumonia). Adanya kapsul pada bakteri juga akan meningkatkan infektifitas
bakteri patogen (Beishir, 1999).

DAFTAR RUJUKAN

Beishir, L. 1991. Microbiology in Practice. USA: Har-pers Collins Publisher Inc.

Darkuni, Noviar. 2001. Mikrobiologi. Malang: Universitas Negeri Malang.

Dwijoseputro, D. 1978. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: PT. Djambatan.

Dwidjoseputro, D. 1998. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Malang: Djambatan.

Fadilah, M., Alberida, H., Irdawati. 2011. Deteksi Kapsul dan Slime pada Bakteri Patogen yang
Diisolasi dari Benih Lele Dumbo (Clarias gariepinus). Padang: Jurusan Biologi
Universitas Negeri Padang.

Hadiutomo. 1990. Mikrobiologi Dasar Jilid I. Jakarta: Erlangga.

Hastuti, Sri Utami. 2008. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi. Malang : UM.

Hastuti, Sri Utami. 2012. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi. Malang: UMM Press.

Hastuti, Utami Sri. 2015. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi. Malang : UMM Press.

Neidhart, F. C. Ingraham, J. L., Schaester, M. 1990. Physicology of Bacterial Cell (A Mollecular


Approach). Sunderland: Sinauer Associa-tes Inc.

Pelezar, M. J., Chan, E. C. S. 1977. Laboratory Exercise in Microbiology. USA: Mc-Graw Hill
Inc.

Ramadhan, A. 2015. Uji Aktivitas Antibakteri Senyawa-Senyawa Hasil Modifikasi Struktur Etil
p-Metoksisinamat Melalui Reaksi Esterifikasi terhadap Bakteri Gram Negatif dan Gram
posituf. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Volk & Wheeler. 1988. Mikrobiologi Dasar Edisi 5 Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
LAMPIRAN

Gambar 1. Koloni bakteri 1 Gambar 1. Koloni bakteri 2


dengan sel vegetatif yang dengan sel vegetatif yang berwarna
berwarna ungu (tidak terdapat ungu dan kapsula berwarna biru
kapsula). Sumber: Dokumentasi (terdapat kapsula). Sumber:
pribadi Kelompok 2 Dokumentasi pribadi Kelompok 2

Anda mungkin juga menyukai