Oleh:
Kelompok 2/Offering I 2017
1. Alfi Nur Faizah 170342615558
2. Delia Wahyu Pangesti 170342615524
3. Farida Ariyani 170342615518
4. Indah Fitriyah 170342615519
5. Moch. Sholeh 170342615546
6. Nur Fadlilah Hasyim 170342615545
Penyusunan Flagel
Penyusunan flagel (cemeti) pada sel bakteri merupakan ciri khas bagi
eubakteria yang bergerak. Flagela-falgela tersebut disematkan secara polar atau lateral
pada bakteri-bakteri yang berbentuk batang. Diantara bakteri yang berflagel
monopolar, hanya sedikit yang dilengkapi dengan flagel tunggal (“monotrich”)
sehingga flagelnya tebal sekali, misalnya pada Vibrio metshnikovii. Flagel yang
nampak dan berfungsi sebagai flagel tunggal pada kebanyakan bakteri yang berflagel
monopolar atau bipolar adalah berkas berkas flagel yang terdiri dari 2-50° flagel
(“politrich”). Bakteri yang berflagel monopolar “politrich” disebut juga “ophotrich”,
misalnya pada Pseudomonas dan Chromatium. Yang berfalgel bipolar “politrich”
dinamakan flagel “amphitrich”, misalnya pada Spirillum. Flagel pada bakteri
peritrich”, misalnya pada Enterobacteriaceae, Bacillaceae dan lain-lain, tersemat di
sepanjang sel atau pada semua sisi. (Schlegel, 1994).
Mengenali Flagel
Pada sejumlah kecil bakteri, flagelnya dapat dilihat dengan mikroskop
lapangan terang atau kontras fase, misalnya pada Chromatium okenii, Bdelovibrio,
Thiospirillium. Pad banyak bakteri lain, flagel dan ruang renangnya harus nampak
pada penyinaran lapangan gelap. Untuk menampakkan flagel secara paling sederhana,
yaitu menempelinya dengan endapan pewarna atau endapan logam atau diamati
dibawah mikroskop elektron. (Schlegel, 1994).
Fungsi Flagel
Pada kebanyakan bakteri yang berflagel polar, flagel dapat bertindak sebagai
pendorong (seperti baling-baling pada perahu) dan mendorong sel melintasi medium.
Flagelnya merupakan benang-benang yang terpintal dalam bentuk heliks, yang
digerakkan oleh “mesin rotasi” yang terdapat pada tempat penyematan di dalam
sitoplasma dna flagel berputar mengelilingi sebuah poros fiktif seperti garis sekrup.
Gerakan ini dapat dilakukan oleh flagel tunggal atau oleh ikat flagel.
Flagel dapat membalikkan arah putar secara spontan atau oleh rangsangan dari
luar. Pada beberapa bakteri yang berflagel polar, pembalikkan arah putar flagel
berakibat membaliknya arah gerakan badan sel. Pada spiril yang berflagel
“amphitrich”, kadang-kadang berkas flagel terlipat balik diatas badan sel. (Schlegel,
1994).
Susunan Halus Flagel
Flagel adalah benang-benang yang terikat secara heliks. Flagel berbagai
bakteri dapat dibedakan berdasarkan tebalnya, panjangnya, maupun panjang dan
amplitudo garis putar sekrup. Filamen flagel terdiri dari protein khas, yaitu flagelin.
Protein ini terdiri subunit dengan massa moleku relatif rendah. Komponen-komponen
ini tersusun secara heliks mengelilingi ruang rongga aksial. Flagel terdiri atas tiga
bagian, yaitu :filamen flagel, sebuah cantelan flagel dekat permukaan sel dan sebuah
benda basal. (Schlegel, 1994).
Pergerakan flagella membutuhkan energi dari sel. Organisme yang mempunyai
flagella peritrik pada umumnya pergerakannya lurus dan lambat, sedangkan yang
mempunyai flagel polar bergerak lebih cepat, berputar-putar dan berpindah-pindah
arah. (Fardiaz, 1992)
Beberapa organisme prokariot dapat bergerak namun tidak memiliki organ
pergerakan atau flagella. Organisme tersebut bergerak dengan cara meluncur atau
gliding, dan akan bergerak jika mengalami kontak dengan suatu permukaan padat,
tetapi tidak akan bergerakjika terdapat dalam bentuksuspensi di dalam cairan. (Fardiaz,
1992)
Dalam mengamati pergerakan bakteri di bawah mikroskop harus dibedakan
antara pergerakan sejati yang disebabkan oleh flagella dengan pergerakan Brown
(Brownian motion) yang terjadi juga pada sel yang telah mati. Pergerakan brown
adalah pergerakan yang terjadi pada semua benda kecil di dalam air, disebabkan oleh
pergerakan molekul air yang dipindahkan ke benda-benda kecil tersebut. (Fardiaz,
1992)
Bakteri yang memperlihatkan pergerakan Brown, gerakannya tidak teratur dan
tidak terarah. Hanya benda-benda kecil yang memperlihatkan pergerakan Brown
sedangkan bakteri yang berukuran besar dan khamir pergerakannya kecil sekali atau
tidak ada sama sekali. (Fardiaz, 1992).
E. ALAT DAN BAHAN
1. ALAT
Mikroskop
Kaca benda cekung
Jarum inokulasi ujung lurus
Jarum inokulasi ujung berkolong
Kaca penutup
Lampu spiritus
2. BAHAN
Biakan bakteri yang diperoleh dari kegiatan ke-II
Aquades steril
Kertas penghisap
Alcohol 70%
Ledium miring 2 buah
Lap
Korek api
Sabun cuci
Lisol
Tissue
Minyak imersi
Xylol
Kertas Lensa
F. CARA KERJA
G. DATA
Koloni 1 Koloni 2
J. KESIMPULAN
1. Mekanisme pergerakan bakteri dapat didasarkan pada ada tidaknya alat gerak. Bakteri
yang memmiliki alat gerak dapat bergerak menggunakan flagel dan beberapa tidak dapat
bergerak karena tidak mempunyai flagel. Bakteri yang berbentuk basil bersifat motil dan
bakteri coccus bersifat non-motil.
2. Gerak bakteri dapat diamati dengan metode “tetesan bergantung”.
K. Diskusi
1) Keuntungan apakah yang diperoleh melalui penggunaan metode “tetesan bergantung”
dalam pengamatan gerak bakteri?
2) Bagaimanakah ciri-ciri gerakan bakteri?
Jawab:
1) Keuntungan yang diperoleh melalui penggunaan metode “ tetesan bergantung” dalam
pengamatan gerak bakteri adalah :
a. Sel bakteri lebih leluasa dalam bergerak, karena dalam media aquadest steril yang
menggantung memberikan ruangan yang lebih luas untuk pergerakan bakteri,
sedangkan apabila tidak menggantung akan membuat bakteri terhimpit sehingga
tidak dapat bebas bergerak.
b. Melalui “tetesan bergantung”, kaca benda yang digunakan adalah kaca benda
yang cekung pada bagian tengahnya, sehinga sel bakteri tidak terhimpit.
c. Lebih mudah mengamati pergerakan bakteri.
2) Cara gerak bakteri ada dua, yaitu gerak aktif dan gerak brown. Pada gerak aktif yaitu
gerak berpindah tempat dengan menggunakan flagel. Sedangkan gerak brown yaitu
gerak pada bakteri yang tidak mempunyai flagel, tetapi gerakannya disebabkan oleh
pergerakan molekul air yang saling bertumbukan.\
L. DAFTAR RUJUKAN
Fardiaz, Srikandi.1992. Mikrobiologi Pangan 1. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Pelczar, M. J., 1988. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: UI (Universitas Indonesia) Press.
Schlegel, H. G., 1994. Mikrobiologi Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Sri Hastuti, Utami. 2012. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi. Malang: UMM Press.
Tarigan, J., 1988. Pengantar Mikrobiologi. Jakarta: Depdikbud.
Volk, S. A. & Margareth, F. W., 1988. Mikrobiologi Dasar. Jakarta: Erlangga.