Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bakteriologi merupakan ilmu yang mempelajari kehidupan dan
klasifikasi bakteri. Bakteriologi dapat dikatakan juga sebagai biologi bakteri. Di
dalamnya dipelajari struktur anatomi sel bakteri, klasifikasi, cara kerja sel bakteri,
interaksi antarsel bakteri, dan juga tanggapan bakteri terhadap perubahan pada
lingkungan hidupnya. Bakteriologi merupakan satu bagian penting
dalam mikrobiologi (Dwidjoseputro, 2005).
Bakteri adalah sebuah organisme/makhluk hidup yang tidak memiliki
membran inti sel. Pemberian nama bakteri berasal dari bahasa latin yaitu
bacterium, dan jamak yaitu bacteria. Ukuran bakteri sangat kecil tetapi memiliki
peran yang besar terhadap kehidupan di muka bumi ini. Beberapa jenis bakteri
dapat memberikan manfaat bagi manusia tetapi tidak sedikit pula jenis bakteri
yang memberikan dampak yang merugikan bagi manusia. Ukuran bakteri sangat
kecil, sehingga bakteri termasuk dalam golongan mikroorganisme. Biasanya
bakteri bersel tunggal (uniselular) dan ada juga yang bersel banyak (multiseluler)
(Dwidjoseputro, 2005).
Bentuk bakteri cukup beragam, ada 3 bentuk utama dari bakteri seperti
bakteri kokus (bulat), basil (lonjong) dan spirilia (panjang), namun dari masing–
masing bentuk bakteri tersebut juga dibedakan berdasarkan susunan bakterinya.
Pewarnaan Gram atau metode Gram adalah salah satu teknik pewarnaan yang
paling penting dan luas yang digunakan untuk mengidentifikasi bakteri. Dalam
proses ini, olesan bakteri yang sudah terfiksasi dikenai larutan-larutan berikut :
zat pewarna kristal violet, larutan yodium, larutan alkohol (bahan pemucat), dan
zat pewarna tandingannya berupa zat warna safranin atau air fuchsin. Oleh karena
itu, dilakukan praktikum pewarnaan gram ini untuk dapat mengidentifikasi
bakteri (Dwidjoseputro, 2005)

1
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari praktikum:
1. Bagaimana teknik dalam pewarnaan tahan basa?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini:
1. Untuk memahami teknik pewarnaan tahan basa.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari praktikum agar mahasiswa mampu memahami
teknik pewarnaan tahan basa.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bakteri
Bakteri adalah sebuah organisme/makhluk hidup yang tidak memiliki
membran inti sel. Pemberian nama bakteri berasal dari bahasa latin yaitu
bacterium, dan jamak yaitu bacteria. Ukuran bakteri sangat kecil tetapi memiliki
peran yang besar terhadap kehidupan di muka bumi ini. Beberapa jenis bakteri
dapat memberikan manfaat bagi manusia tetapi tidak sedikit pula jenis bakteri
yang memberikan dampak yang merugikan bagi manusia. Ukuran bakteri sangat
kecil, sehingga bakteri termasuk dalam golongan mikroorganisme. Biasanya
bakteri bersel tunggal (uniselular) dan ada juga yang bersel banyak (multiseluler)
(Purwaning dkk, 2017).
Bakteri adalah salah satu golongan organisme prokariotik (tidak memiliki
selubung inti). Bakteri sebagai makhluk hidup tentu memiliki informasi genetik
berupa DNA, tapi tidak terlokalisasi dalam tempat khusus (nukleus ) dan tidak
ada membran inti. Bentuk DNA bakteri adalah sirkuler, panjang dan biasa disebut
nukleoi. Pada DNA bakteri tidak mempunyai intron dan hanya tersusun atas
akson saja. Bakteri juga memiliki DNA ekstrakromosomal yang tergabung
menjadi plasmid yang berbentuk kecil dan sirkuler (Kuntanti, 2010).
2.3 Tiga pereaksi pewarnaan basa
2.3.1 Karbol Fuksin
Tidak seperti sel-sel yang mudah diwarnai dengan pewarna-pewarna
cair umum, sebagian besar spesies mikobakteri tidak dapat diwarnai
dengan pewarna-pewarna umum seperti metilen biru dan Kristal violet
(Mulyadi, 2018).
2.3.2 Asam Pemucat
Asam Alkohol. Sebelum pemucatan, apusan didinginkan terlebih
dahulu sehingga zat lilin sel mengeras. Pada pemberian asam-alkohol, sek-
sel tahan-asam akan resisten terhadap pemucatan karena pewarna primer

3
lebih larut didalam lilin seluler dibandingkan dalam senyawa pemucat
(Mulyadi, 2018).
2.3.3 Eosin
Pewarna ini digunakan sebagai pereaksi akhir untuk mewarnai
backround. Agar bakteri tidak terwarnai atau transparan (Mulyadi, 2018).
2.2 Morfologi Bakteri
Morfologi mikroskopik adalah karakterisitik bekteri yang dilhat melalui
pengamatan dibawah mikrsokop. Bentuk bakteri sangat bervariasi, tetapi secara
umum ada 3 tipe, yaitu :
1. Bentuk bulat (kokus)

Gambar 2.1 Bentuk Bakteri Kokus


Bentuk coccus (coccus = sferis atau tidak bulat betul) dapat di
bedakan lagi menjadi :
a. Monococcus : berbentuk bulat, satu-satu. Contohnya gonorhoe.
b. Dipolococcus : berbentuk bulat, bergandengan dua-dua. Misalnya
diplococcus pneumonia.
c. Staphylococcus : berbentuk bulat, tersusun seperti untaian buah anggur.
Misalnya Staphyllococcus aureus, Staphyllococcus epidermidis,
Staphyllococcus saprofiticoccus.
d. Streptococcus : berbentuk bulat, bergandengan spserti rantai, sebagai
hasil pembelahan sel kesatu atau dua arah dalam satu garis. Misalnya
Streptococcus feacalis, Streptococcus lactis, dll.

4
e. Sarcina : bebentuk bulat, terdiri dari 8 sel yang yang tersusun dalam
bentuk kubus sebagai hasil pembelahan sel ke 3 arah. Misalnya :
Thiosarcina rosea (Sagulani dkk, 2018).
f. Tetracoccus atau gaffkya : berbentuk bulat tersusun dari 4 sel berbentuk
bulat tersusun dari 4 sel berbentuk bujur sangkar, sebagai hasil
pembelahan sel kedua arah. Misalnya Pediococcus (Sagulani dkk,
2018).
2. Bentuk batang (basil)

Gambar 2.2 Bentuk Bakteri Basil


Bakteri bentuk batang dapat dibedakan ke dalam bentuk batang
panjang dan batang pendek, dengan ujung datar atau lengkung. Bentuk
batang dapat dibedakan lagi atas bentuk batang yang mempunyai garis
tengah sama atau tidak sama di seluruh bagian panjangnya. Bakteri bentuk
batang dapat terdiri atas :

a. Sel tunggal (monobasil), contohnya : Escherichia coli.


b. Bergandengan dua-dua (diplobacil.
c. Sebgai rantai (streptobacil), atau sebagai jaringan tiang (palisade),
contohnya : Bacillus anthraxis (Sagulani dkk, 2018).

5
3. Bentuk lengkung atau spiral

Gambar 2.3 Bentuk Bakteri spiral


a. Bentuk koma (vibrio) jika lengkunganya kurang dari setengah
lingkaran. Contohnya vibrio vholera, penyabab penyakit kolera.
b. Bentuk spiral jika lengkungannya lebih dari setengah lingkaran.
Contohnya Spirillium minor yang menyebabkan demam dengan
perantara gigitan tikus atau hewan pengerat lainnya.
c. Bentuk spiroseta : berupa spiral yang halus dan lentur, lebih berkelok
dengan ujung lebih runcing. Contohnya Treponema pollidum,
penyebab penyakit sifiilis (Sagulani dkk, 2018).
2.4 Macam-macam Pewarnaan pada bakteri
1. Pewarnaan Asam
Merupakan pewarnaan yang menggunakan satu macam zat warna
dengan tujuan hanya untuk melihat bentuk sel. Adapun zat warna yang
dipakai dalam pewarnaan positif adalah metilen biru dan air furksin.
2. Pewarnaan Basa
Pewarnaan basa atau negatif merupakan metode pewarnaan untuk
mewarnai bakteri tetapi mewarnai latar belakangnya menjadi hitam gelap.
Pada pewarnaan ini mikroorganisme kelihatan transparan (tembus pandang).
Teknik ini berguna untuk menentukan morfologi dan ukuran sel. Metode ini
menggunakan cat nigrosin atau tinta cina.

6
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum yang berjudul “Pewarnaan Tahan Basa” dilaksanakan pada
tanggal 25 Maret 2019 pada pukul 13.00 – selesai WITA di Laboratorium
Mikrobiologi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Bina mandiri Gorontalo.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum adalah Bunsen, Baki
Pewarnaan, Kaca Objek, Cover Glass, Ose Inokulasi, Mikroskop, Tissu dan
bahan yang digunakan adalah Eosin, Emersi Oil, Alkohol, Carbol Fuchsin dan
biakan Staphylococcus aereus.
3.3 Prosedur kerja
3.3.1 Pembuatan Sediaan Mikroskopik
1. Membersihkan objek glass hingga bebas lemak dengan kapas
beralkohol.
2. Meneteskan satu tetes akuades dengan menggunakan pipet tetes pada
objek glass.
3. Memijarkan jarum inokulasi dan mendinginkannya.
4. Mengambil biakan bakteri dengan jarum inokulasi, kemudian
mencampurkan dengan tetesan akuades pada objek glass, menyebarkan
suspensi tersebut sehingga menjadi sediaan tipis dalam bentuk
lingkaran.
5. Mengeringkan sediaan tersebut di udara
6. Merekatkan sediaan tersebut dengan melewatkan objek glass bagian
bawahnya di atas api sebanyak tiga kali, cara ini disebut fiksasi panas.
1.3.2 Pewarnaan Bakteri
1. Ambil sediaan mikroskopik yang telah dibuat
2. Digenangi larutan carbol fuchsin pada sediaan yang tekah difiksasi.
3. Panaskan sampai menguap selama 5 menit.

7
4. Pewarna dibuang dan ditetesi asam alkohol selama 1-2 detik.
5. Dicuci dengan air mengalir.
6. Ditambahkan eosin kurang lebih satu menit.
7. Dicuci dengan air mengalir dan keringkan.
8. Diperiksa dibawah mikroskop dengan menggunakan minyak imersi.

8
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 4.1.1 Hasil Pengamatan
No. Nama Sampel Perlakukan Hasil Pewarnaan Tahan
Basa
1. Staphylococcus Ditambahkan karbol
aureus fuchsin sambil dipanaskan,
dibilas dengan air dan
keringkan dan ditambah
eosin, dibilas dengan air
dan keringkan Ditambah
minyak emersi
Deskripsi: Gambar 4.1.1 Hasil Pengamatan merupakan hasil pewarnaan bakteri
tahan basa yang dilihat di bawah mikroskop dengan pembesaran 100x. Bakteri
tahan basa tampak berwarna merah muda.
4.2 Pembahasan
Pertama yang dilakukan adalah sterilisasi kaca objek dengan cara di
celupkan kedalam larutan desinfektan kemudian dicelupkan kedalam alkohol
70%. Sterilisasi bertujuan untuk memusnahkan atau mengeliminasi semua
mikroorganisme termasuk spora bakteri yang resisten dalam alat yang akan
digunakan. Setelah melakukan sterilisasi, kemudian melakukan olesan bakteri
pada kaca objek, tetapi sebelumnya ose di fiksasi di api pada pembakar spiritus
yang bertujuan untuk mematikan bakteri dengan cepat pada ose, supaya tidak
tercampur dengan bakteri yang akan di uji.
Pada percobaan Bakteri Tahan Basa pengolesan di lakukan dengan
sampel suspensi bakteri Staphyloccocus aureus. Kemudian olesan di teteskan
pewarna karbol fuksin. Karbol fuchsin merupakan pewarna dasar, yang

9
mengandung fenol untuk membantu melarutkan dinding sel. Fenol digunakan
sebagai pelarut untuk membantu pemasukan zat warna kedalam sel bakteri
sewaktu proses pemanasan.
Tujuan memberikan pewarna karbol fuksin adalah untuk mewarnai
seluruh sel bakteri. Setelah memberikan pewarna karbol fuksin kemudian di
panaskan di atas penangas air, tetapi jangan sampai terlalu panas, mendidih atau
kering. Tujuan dari memanaskan sampel di atas penangas air yaitu supaya
pewarna karbol fuksin masuk menembus dinding sel bakteri, karena dinding
bakteri yang tahan asam mempunyai lapisan lilin dan lemak yang sukar di
tembus pewarna bakteri. Karena pengaruh fenol dari pewarna karbol fuksin dan
juga pemanasan maka lapisan lilin dan lemak dapat ditembus pewarna karbol
fuksin.
Dengan pemanasan menyebabkan pelebaran pori – pori lemak bakteri
tahan asam sehingga pewarna karbol fuksin dapat masuk sewaktu dicuci dengan
larutan pemucat, dan zat warna pertama tidak mudah dilunturkan. Setelah 5
menit dibilas dengan aquades. Pencucian dengan menggunakan aquades mengalir
bertujuan untuk menutup kembali lemaknya.
Setelah itu sampel di tetesi atau di genangi pewarna eosin. Setiap akhir
pemberian reagen atau pewarna, selalu dilakukan pembilasan terhadap kaca
objek dengan menggunakan aquades. Pembilasan ini bertujuan untuk mengurangi
kelebihan setiap zat warna yang sedang diberikan. Objek yang telah dibasuh
aquades kemudian dikeringkan dengan menggunakan kertas saring, tidak ditiup-
tiup karena dikhawatirkan ada kontaminasi bakteri lain yang menempel pada
objek glass.
Sampel yang sudah di keringkan, di tetesi dengan emersi oil. Minyak
emersi adalah minyak yang di pakai untuk olesan pada mikroskop, yang
fungsinya untuk memperjelas objek, dan melindungi mikroskop. Minyak emersi
memiliki indeks refraksi yang tinggi dibandingkan dengan air, sehingga objek

10
yang kita amati dapat terlihat lebih jelas dibandingkan dengan tanpa minyak
emersi. Lalu diamati dengan mikroskop, dengan pembesaran 100X.
Kelemahan dan Kelebihan pada Pewarnaan Tahan Basa antara lain adalah
warna yang kurang merah, reagen jarang dijumpai karena itu mahal harganya,
komposisi dari fenol kristal/bubuk murni dan pada saat pembuatan reagen
sebelum proses homogenisasi zat warna primer denagn carbol fuchsin
dipanaskan/dilelehkan pada penangas atau autoclaf, dan terakhir pada proses
pewarnaan lebih mudah, cepat dan praktis.

11
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah terdapat bakteri yang terdapat
background merah muda pada sampel Staphylococcus aereus.
5.2 Saran
Pada praktikum selanjutnya, diharapkan menggunakan biakan bakteri yang
bervariasi.

12
DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro, 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan. Jakarta. Di akses 29
Maret 2019.
Kuntarti, 2010 “Penuntun praktikum I (IDK II) Pewarnaan gram” Penerbit dan Perc.
Pustaka As Salam Diakses pada tanggal 29 Maret 2019.

Purwaning budi lestari dan triasih, 2017 “Mikrobiologi Berbasis Inkuiry”Penerbit


Gunung samudera (Grup Penerbit PT Book Mart Indonesia) Di akses pada
tanggal 29 maret 2019.
Sagulani, Roniadi dan Mulyadi Maruni. 2018. Buku Saku TLM (Teknologi
Laboratorium Medik). Edisi Pertama. Di akses 28 Maret 2019.

13

Anda mungkin juga menyukai