LAPORAN PROYEK
Untuk memenuhi tugas matakuliah
Genetika I
yang dibina oleh Prof. Dr. Arg. Mohammad Amin, S. Pd, M. Si
Oleh
Kelompok 12/ Offering H 2014
Laily Rahmawati 140342600476
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Genetika merupakan cabang ilmu Biologi yang mengkaji materi genetik tentang
strukturnya, reproduksinya, kerjanya (ekspresinya), perubahan dan rekombinasinya, keberadaan
dalam populasi serta perekayasaannya (Corebima, 2003). Dalam mempelajari ilmu genetika
perlu penelitian yang berupa proyek sederhana untuk mengetahui secara langsung bagaimana
ilmu genetika berperan dalam kehidupan tentang pewarisan sifat makhluk hidup. Salah satu
makhluk hidup yang sering digunakan dalam suatu penelitian genetika pewarisan sifat adalah
Drosophila melanogaster.
Drosophila melanogaster (lalat buah) merupakan salah satu jenis serangga family
Drosophilidae. Drosophila melanogaster berperan penting dalam perkembangan Ilmu Biologi
dan dalam mempelajari dasar-dasar genetika. Drosophila melanogaster sangat sesuai untuk
penelitian dalam ilmu genetika karena beberapa alasan. Alasan penggunaan Drosophila
melanogaster sebagai bahan penelitian adalah karena lalat ini memiliki beberapa keuntungan,
antara lain mudah dipelihara pada media makanan yang sederhana, pada suhu kamar dan di
dalam botol selai berukuran sedang, mudah untuk diperoleh sehingga tidak menghambat
penelitian, mempunyai ukuran kecil dan mudah dikembangbiakkan di laboratorium, siklus hidup
yang pendek (hanya kira-kira 2 minggu) sehingga dalam waktu satu tahun diperoleh 25 generasi,
mempunyai tanda-tanda kelamin sekunder yang mudah dibedakan, hanya mempunyai delapan
kromosom saja, tiga pasang kromosom autosom dan satu pasang kromosom seks. (Campbell,
dkk, 2002).
1
keturunan yang pertama (F1) dari individu masing-masing disilangkan, maka rasio fenotif F2
adalah 9:3:3:1. (Henuhili, dkk., 2003)
Untuk mengetahui fenomena hukum Mendel II yang terjadi pada tingkat kromosom,
peneliti menggunakan Drosophila melanogaster strain N, bcl, dan evg. Dalam penelitian ini
pratikan melakukan persilangan antara ♂N >< ♀bcl dan ♂N >< ♀evg beserta resiproknya.
Berhubung dengan adanya strain tersebut, peneliti menggunakan strain bcl yang dikarenakan
mutasi b dan cl ada di kromosom yang sama dan strain evg dengan letak mutasi e dan vg di
lokasi kromosom yang berbeda. Selain itu juga peneliti tertarik ingin melakukan penelitian yang
didasari oleh Mendel II yang memprakarsai tentang hukum pemilihan bebas dengan
menggunakan Drosophilla melanogaster.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Adakah perbedaan rasio anakan F2 antara frekuensi yang diamati dengan frekuensi yang
diharapkan pada persilangan ♂N >< ♀bcl sesuai dengan Hukum Mendel II pada Drosophila
melanogaster?
2. Adakah perbedaan rasio anakan F2 antara frekuensi yang diamati dengan frekuensi yang
diharapkan pada persilangan ♀N >< ♂bcl sesuai dengan Hukum Mendel II pada Drosophila
melanogaster?
3. Adakah perbedaan rasio anakan F2 antara frekuensi yang diamati dengan frekuensi yang
diharapkan pada persilangan ♂N >< ♀ evg sesuai dengan Hukum Mendel II pada
Drosophila melanogaster?
4. Adakah perbedaan rasio anakan F2 antara frekuensi yang diamati dengan frekuensi yang
diharapkan pada persilangan ♀N ><♂evg sesuai dengan Hukum Mendel II pada Drosophila
melanogaster?
2
C. Kegunaan Penelitian
1. Untuk Peneliti
a. Memperluas wawasan mengenai fenomena hukum Mendel II yang terjadi pada
persilangan Drosophila melanogaster strain strain ♂N >< ♀bcl, ♂N >< ♀ evg, ♀N
>< ♂bcl, dan ♀N ><♂evg
2. Untuk Mahasiswa
a. Memberikan informasi mengenai keturunan F1 dan F2 pada persilangan Drosophila
melanogaster strain strain ♂N >< ♀bcl, ♂N >< ♀ evg, ♀N >< ♂bcl, dan ♀N
><♂evg
b. Menambah keterampilan, kecakapan dan pengalaman dalam melakukan penelitian.
D. Asumsi Penelitian
a. Umur Drosophila melanogaster pada setiap strain yang digunakan adalah sama.
b. Faktor atau kondisi lingkungan eksternal, seperti suhu, dan kelembaban tempat biakan
selama penelitian adalah sama.
c. Kondisi medium yang digunakan selama penelitian adalah sama.
d. Pengamatan fenotip benar
3
4. Penelitian hanya mengamati fenotip F1 dan F2 pada persilangan strain strain ♂N ><
♀bcl, ♂N >< ♀ evg, ♀N >< ♂bcl, dan ♀N ><♂evg
5. Penelitian ini hanya membahas tentang persilangan dihibrid (Hukum Mendel II) antara
mata, warna tubuh dan sayap Drosophila melanogaster.
4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Kingdom : Animal
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Subclass : Pterygota
Ordo : Diptera
Subordo : Cyclorihapha
Family : Drosophilidae
Subfamily : Drosophilinae
Marga : Drosophila
Spesies : Drosophila melanogaster
Drosophila melanogaster merupakan jenis lalat buah yang memiliki ciri-ciri warna tubuh
kuning kecoklatan dengan lingkaran berwarna hitam di tubuh bagian belakang. Pada lalat betina
memiliki ukuran panjang sekitar 2,5 mm. Sedangkan lalat jantan memiliki ukuran yang lebih
kecil apabila dibandingkan dengan lalat betina. Di samping itu, lalat jantan juga ditandai dengan
adanya tanada hitam yang berada di ujung tubuh bagian belakang. Deskripsi mengenai keadaan
tubuh yang lain bergantung pada strain. (Borror, 1992: 335)
Menurut Kimball (1991), pada genom Drosophila melanogaster terdiri atas 4 pasang
kromosom, pasangan X/Y dan tiga autosom yang berlabel 2,3,4. Kromosom yang keempat
berukuran sangat kecil. Genom terdiri atas 165 juta basa dan kira-kira 14.000 gen. Drosophila
melanogaster betina memiliki 4 pasang kromosom homolog dan dua kromosom lainnya
homolog, sedangkan yang jantan hanya memiliki 3 kromosom homolog.
5
Menurut Ashburmer (1989: 247), telur pada Drosophila melanogaster tahap blastula
kemudian akan berkembang menjadi larva setelah 12 jam kemudian. Larva akan berubah menjdi
pupa yang menetas setelah 8-11 hari kemudian yang dalam kondisi ini keadaan internal dan
eksternal sangat berpengaruh. Warna mata pada Drosophila melanogaster dipengaruhi oleh
komposisi pigmen-pigmen tertentu dan merupakan sifat yang ditentukan secara genetika. Fungsi
dari gen pada suatu individu adalah untuk mengaturdan mempengaruhi fenotip.
Pembagian strain Drosophila satu dengan lainnya menunjukkan adanya perbedaan baik
dari bentuk sayap, warna mata, warna tubuh, dan ukuran tubuh. Drosophila melanogaster wild
type bermata merah karena memiliki pigmen pteridin dan ommochrome, warna tubuh kecoklat-
coklatan dank eabu-abuan (Suryo, 2005: 253). Macam-macam mutasi pada Drosophila
melanogaster dapat dibedakan pada tiga bagian, yaitu pada mata, sayap, dan warna tubuh.
Daftar mutan Drosophila melanogaster menurut Gardner, 1991: 168 adalah sebagai
berikut:
B. Hukum Mendel I
Setiap makhluk hidup yang bervariasi memiliki ciri unik masing-masing. Sejak 1865,
Mendel mulai berupaya mempelajari bagaimana suatu cirri (tunggal) diwariskan. Tumbuhan
coba yang dipilih J.G, Mendel adalah kacang ercis (Pisum sativum). Berbagai varietas kacang
ercis dikumpulkan dari para petani dan selama 2 tahun dibiakan untuk kepentingan seleksi
strain-strain. Dimana strain-strain tersebut akan disilangkan sampai keturunn F2, dalam
keturunan F2 tersebut direkam frekuensinya untuk mengungkap proporsi ciri-ciri yang didapat.
Menurut Corebima (2013), analisis data yang telah direkam secara kuantitatif tersebut (F2),
dihubungkan dengan gambaran data ciri turunan pertama (F1) maupun cirri induk (strain-strain
yag disilangkan).
7
kedua faktor untuk tiap ciri tidak bergabung dalam cara apa pun kedua faktor itu tetap berdiri
sendiri selama hidupnya individu dan memisah pada waktu pembentukan gamet. Dalam
hubungan ini separuh gamet membawahi satu faktor, sedangkan separuhnya yang lain
membawahi faktor lainnya. Kesimpulan terakhir inilah yang dikenal sebagai Hukum pemisahan
Mendel.
Untuk setiap ciri yang diteliti oleh Mendel dalam kacang polong, ada satu ciri yang
dominan sedangkan lainnya resesif. Induk “Galur murni” dengan ciri dominan mempunyai
sepasang gen dominan (AA) dan dapat memberi hanya satu gen dominan (A) kepada
keturunannya. Induk “Jenis murni” dengan ciri yang resesif mempunyai sepasang gen resesif
(aa) dan dapat memberi hanya satu gen resesif (a) kepada keturunannya. Maka keturunan
generasi pertama menerima satu gen dominan dan satu gen resesif (Aa) dan menunjukkan ciri-
ciri gen dominan. Bila keturunan ini berkembang biak sendiri menghasilkan keturunan generasi
kedua, sel-sel jantan dan betina masing-masing dapat mengandung satu gen dominan (A) atau
gen resesif (a). Oleh karena itu, ada empat kombinasi yang mungkin: AA, Aa, aA dan aa.
Hukum Mendel I terjadi jika mempunyai syarat-syarat mutasi tidak terpaut kromsom
kelamin, mempunyai 1 sifat beda dan mutasi terletak pada kromosom yang sama. Hal ini sesuai
dengan Stansfield (1983), bahwa ketetapan hukum Mendel juga telah diterapkan untuk
mengetahui besarnya peluang memperoleh benih jagung resesif dari hasil persilangan antara
jagung biasa x jagung QPM. Dari hasil terapan tersebut dihasilkan bahwa terjadi fenomena
Hukum Mendel I yang terjadi karena terdapat 1 sifat beda dan sifat dominan menutupi sifat
rsesesif.
Hukum Mendel I dikenal juga sebagai hukum segregasi. Selama proses meiosis
berlagsung, pasangan-pasangan kromosom homolog saling berpisah dan tidak berpasangan lagi.
Setiap set kromosom itu terkandung didalam satu sel gamet. Proses pemisahan gen secara bebas
itu dikenal sebagai segregasi gen. Dengan demikian setiap sel gamet hanya mengandung satu
gen dari alelnya. Pada waktu fertilisasi, sperma yang jumlahnya banyak bersatu secara acak
dengan ovum untuk membentuk individu baru.
8
yang berbiak secara seksual. Akan tetapi, tidak semua makhluk hidup yang berbiak secara
seksual mengalami peristiwa yang mengikuti hukum-hukum itu. Dalam hubungan ini dapat
dinyatakan bahwa hanya makhluk hidup diploid yang berbiak secara seksual yang mengalami
peristiwa itu. Secara umum, bagian dari tubuh makhluk hidup diploid yang berbiak secara
seksual yang menjadi tempat berlangsungnya peristiwa yang mengikuti hukum tersebut adalah
organ reproduksi jantan atau betina (Corebima, 2003).
C. Hukum Mendel II
“Segregasi suatu pasangan gen tidak bergantung kepada segregasi pasangan gen lainnya,
sehingga di dalam gamet-gamet yang terbentuk akan terjadi pemilihan kombinasi gen-gen
secara bebas.”
Berkenaan dengan faktor dominan dan resesif, munculnya dua faktor tersebut dikontrol
oleh dua gen sepasang. Faktor dominan bisa muncul dalam keadaan homozigot atau heterozigot.
Sedangkan faktor resesif selalu muncul dalam keadaan homozigot (Ardiawan, 2009).
Peristiwa yang kejadiannya mengikuti hukum pemisahan Mendel dan hukum pemilihan
bebas Mendel berlangsung dikalangan makhluk hidup yang berkembangbiak secara seksual.
Akan tetapi tidak semua makhluk hidup yang mengikuti hukum-hukum tersebut. Dalam
hubungan ini dapat dikatakan bahwa hanya makhluk hidup diploid yang berkembang secara
aseksual yang mengalami peristiwa-peristiwa tersebut. Dengan demikian seluruh makhluk hidup
9
haploid (prokariotik) tidak pernah mengalami peristiwa-peristiwa itu, sekalipun berkembangbiak
secara seksual (Corebima, 2003).
Pada makhluk hidup selular triploid, tetraploid, atau polyploid pada umumnya yang
berkembangbiak saceara seksual, peristiwa pemisahan dan pilihan bebas tidak berlangsung tepat
sebagaimana dinyatakan dalam rumusan hukum pemisahan Mendel dan hukum pemilihan bebas
Mendel. Pada jenis tumbuhan dan hewan, peristiwa pemisahan dan pemilihan bebas berlangsung
pada meiosis pertama khususnya di saat metaphase I dan anaphase II terjadi peristiwa
pemisahan. Sedangkan pada tumbuhan berbiji, peristiwa pilihan bebas terjadi pada metaphase II,
sedangkan peristiwa pemisahan pada anaphase II (Corebima, 2003).
D. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Sifat yang dimiliki oleh induk akan diwariskan pada keturunannya oleh
adanya faktor-faktor melalui gamet. Tujuan untuk mengetahui tidak ada
perbedaan antara frekuensi yang diamati dan frekuensi yang diharapkan
Persilangan
(Persilangan yang dilakukan adalah persilangan tingkat kromosom)
10
Data hasil penelitian menggunakan analisis data rekontruksi kromosom
tubuh dan Chi-square
Hasil F2 dari persilangan ♂N>< ♀bcl dan ♂N >< ♀evg beserta resiproknya
merupakan Hukum Mendel II dengan rasio F2 9:3:3:1
E. Hipotesis Penelitian
H0: Tidak ada perbedaan rasio anakan F2 antara frekuensi yang diamati dengan frekuensi yang
diharapkan pada persilangan ♂N >< ♀bcl sesuai dengan Hukum Mendel II pada Drosophila
melanogaster
H0: Tidak ada perbedaan rasio anakan F2 antara frekuensi yang diamati dengan frekuensi yang
diharapkan pada persilangan ♀N >< ♂bcl sesuai dengan Hukum Mendel II pada Drosophila
melanogaster
H0: Tidak ada perbedaan rasio anakan F2 antara frekuensi yang diamati dengan frekuensi yang
diharapkan pada persilangan ♂N >< ♀ evg sesuai dengan Hukum Mendel II pada
Drosophila melanogaster
H0: Tidak ada perbedaan rasio anakan F2 antara frekuensi yang diamati dengan frekuensi yang
diharapkan pada persilangan ♀N ><♂evg sesuai dengan Hukum Mendel II pada Drosophila
melanogaster
11
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, karena data yang didapat merupakan jumlah
fenotip yang muncul pada keturunan F2. Data yang diperoleh dianalisis dengan rekonstruksi
kromosom kelamin dan diuji dengan Chi Squre Test.Berdasarkan Supangat (2007) dalam
Muslim, A (2008), maksud dan tujuan dengan menggunakan model Uji Chi Square adalah
membandingkan antara fakta yang diperoleh berdasarkan hasil observasi dan fakta yang
didasarkan secara teoretis (frekuensi yang diamati sesuai dengan frekuensi yang diharapkan).
D. Variabel Penelitian
Variabel bebas : Strain N, bcl dan evg
Variabel terikat : Fenomena yang terjadi pada persilangan Drosophila melanogaster ♂N
>< ♀bcl dan ♂N >< ♀evg beserta resiproknya
12
E. Instrumen Penelitian
1. Alat
a. Mikroskop stereo k. Blender
b. Kertas pupasi l. Kain kasa
c. Gunting, kuas m. Cotton bud
d. Timbangan n. Panci
e. Kompor gas o. Pengaduk
f. Botol selai p. Spons/busa
g. Pisau q. Plastik transparan
h. Kardus r. Lap
i. Selang ampul s. Spidol
j. Cutter t. Karet
2. Bahan
a. Drosophilla melanogaster strain d. Gula merah
N, bcl dan evg e. Yeast
b. Pisang rajamala f. Air
c. Tape singkong g. Alcohol 70%.
3. Prosedur Kerja
A. Pembuatan Medium
13
7. Mendinginkan medium
8. Menambahkan 3-5 butir yeast ke dalam botol setelah medium dingin
9. Memasukkan kertas pupasi
B. Persiapan Stok
1. Memasukkan beberapa pasang Drosophilla melanogaster strain N,bcl dan evg dalam
botol-botol berisi mediumyang telah disediakan
2. Memberi label sesuai strain dan tanggal pemasukan
3. Bila telah terdapat pupa berwarna hitam, masukkan pupa tersebut dalam selang ampul
dan menunggunya hingga menetas
D. Persilangan F2
1. Menyiapkan botol selai yang telah diisi medium (lengkap dengan yeast dan kertas
pupasi)
14
2. Menyilangkan strain N yang muncul dari persilangan F1 ♂N >< ♀bcl beserta
resiproknya dan ♂N >< ♀evg beserta resiproknya di dalam botol persilangan
3. Memberi label dan tanggal pada masing-masing botol persilangan
4. Melepas individu ♂ pada masing-masing persilangan setelah persilangan berumur 2
hari
5. Memindahkan individu ♀ ke medium baru setelah muncul larva pada botol
persilangan (pemindahan dilakukan setiap muncul larva pada medium lama dan
sampai individu ♀ mati)
6. Mengamati fenotip F2 yang muncul dan menghitung selama 7 hari
7. Mencatat hasil pengamatan dan memasukkan ke dalam tabel
4. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan menghitung keturunan jantan dan betina hasil
persilangan ♂N >< ♀bcl dan ♂N >< ♀ evg beserta resiproknya. Penghitungan jumlah keturunan
jantan dan betina ini dilakukan selama 7 hari. Selain itu, pengumpulan data juga dilakukan
dengan cara melihat fenotip yang muncul pada keturunan F1 dan F2 masing-masing persilangan.
15
B
C
A
U5 B
C
A
U6 B
C
16
♀
Vg ♂
♀
Evg ♂
♀
Total
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah rekonstruksi kromosom
pada strain ♂N>< ♀evg, rekonstruksi persilangan pada strain ♂N>< ♀bcl beserta resiproknya
dan uji Chi Square untuk mengetahui rasio perbandingan F1 dan F2 pada persilangan D.
melanogaster untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan dari Hukum Mendel II atau
tidak dengan rasio F2 9:3:3:1.
17
BAB IV
A. Hasil
1. Hasil persilangan F1
Ulangan Botol Persilangan
♀N >< ♂bcl ♂N >< ♀bcl ♀N ><♂evg ♂N >< ♀ evg
A ♂ 47, ♀ 11 ♂ 23, ♀ 4 ♂ 17, ♀ 4 ♂ 18, ♀ 5
B ♂ 18, ♀ 5 ♂ 5, ♀ 1 ♂ 13, ♀ 4 ♂ 9, ♀ 3
U1
C ♂9, ♀ 2 ♂ 3, ♀ 1 ♂ 6, ♀ 2 ♂ 6, ♀ 2
Total ♂74, ♀ 18 ♂31, ♀6 ♂36, ♀10 ♂33, ♀10
A ♂ 29, ♀ 7 ♂ 8, ♀ 2 ♂ 20, ♀ 7 ♂ 11, ♀ 9
B ♂ 8, ♀ 2 ♂ 7, ♀ 2 ♂ 13, ♀ 5 ♂ 13, ♀ 5
U2
C ♂5, ♀ 2 ♂ 4, ♀ 1 ♂ 7, ♀ 2 ♂ 8, ♀ 4
Total ♂42, ♀ 11 ♂19, ♀5 ♂40, ♀14 ♂32, ♀18
2. Hasil Persilangan F2
a. Tabel persilangan ♀N >< ♂bcl
Ulangan Jumlah Total
Strain Sex Jumlah
1 2 strain
♂ 25 26 51
N 90
♀ 20 19 39
♂ 11 10 21
B 31
♀ 6 4 10
♂ 14 11 25
Cl 31
♀ 2 4 6
♂ 4 3 7
bcl 11
♀ 2 2 4
18
b. Tabel persilangan ♂N >< ♀bcl
Ulangan Jumlah Total
Strain Sex Jumlah
1 2 strain
♂ 30 29 59
N 92
♀ 18 15 33
♂ 13 11 24
B 31
♀ 4 3 7
♂ 15 10 25
Cl 33
♀ 6 2 8
♂ 5 2 7
bcl 11
♀ 3 1 4
19
♀ 5 3 8
♂ 13 11 23
cl 30
♀ 4 3 7
♂ 5 3 8
bcl 11
♀ 2 1 3
Jenis D. melanogaster yang digunakan dalam penelitian ini adalah strain N, bcl dan evg .
Setiap strainnya mempunyai ciri- ciri yang berbeda. Adapun ciri-ciri dari setiap strain menurut
pengamatan secara langsung adalah sebagai berikut:
1. Ciri-ciri strain N :
a. Warna mata merah
b. Warna tubuh kuning kecoklatan
c. Sayap sempurna (panjang menutupi badan)
Gambar 1
D.melanogaster strain N
Dokumentasi Pribadi
Gambar 2
D.melanogaster strain bcl
Dokumentasi Pribadi
20
4. Ciri-ciri strain b:
a. Warna mata merah
b. Warna tubuh hitam
c. Sayap sempurna (panjang menutupi badan)
5. Ciri-ciri strain cl :
a. Warna mata hitam
b. Warna tubuh kuning kecoklatan
c. Sayap sempurna (panjang menutupi badan)
Gambar 4
D.melanogaster strain cl
Dokumentasi Pribadi
6. Ciri-ciri strain e :
a. Warna mata merah
b. Warna tubuh hitam
c. Sayap sempurna (panjang menutupi badan)
7. Ciri-ciri strain vg :
a. Warna mata merah
b. Warna tubuh hitam
c. Sayap sempurna (panjang menutupi badan)
Gambar 5
D.melanogaster strain vg
Dokumentasi Pribadi
21
d. Analisis Data
Dari hasil persilangan P1 tersebut, kemudian dilakukan persilangan antara ♂N >< ♀bcl
dan ♂N >< ♀evg beserta resiproknya untuk mengetahui rasio F2. Untuk persilangan ♀N ><
♂bcl total ulangan F2 yang diperoleh rasio N : b : cl : bcl = 90 :31 : 31 :11, sedangkan
persilangan ♂N >< ♀bcl total ulangan F2 yang diperoleh rasio N : b : cl : bcl = 92 :31 : 33 :11.
Pada persilangan ♀N >< ♂ evg total ulangan F2 yang diperoleh rasio N : e : vg : evg = 95 :32 :
31 :10, sedangkan persilangan ♂N >< ♀ evg total ulangan F2 yang diperoleh rasio N : e : vg :
evg = 93 :32 : 30 :11
1. Rekontrusi Persilangan
a. Rekontruksi persilangan strain ♂ N >< ♀ evg dan resiproknya
P1 : ♂N >< ♀ evg
e+ vg+ >< e - vg -
22
Gamet : e+ vg+ ; e- vg-
F1 :
♂ e+ vg+
♀
e- vg- e+ vg +
e- vg-
e- vg-
P2 : F1 >< F1
genotype : e+ vg + >< e+ vg +
e- vg- e- vg-
gamet : e+ vg +
e- vg-
e+ vg-
e- vg+
F2 :
e+ vg + e+ e+ vg + vg + e+ e- vg + vg - e+ e+ vg + vg - e+ e- vg + vg +
e- vg- e+ e- vg + vg - e- e- vg - vg - e+ e- vg- vg - e+ e- vg + vg -
e+ vg- e+ e+ vg + vg - e+ e- vg - vg - e+ e+ vg - vg - e+ e- vg + vg -
e- vg+ e+ e- vg + vg + e- e- vg + vg - e+ e- vg + vg - e- e- vg + vg +
23
b. Rekontruksi persilangan strain ♂ N >< ♀ bcl dan resiproknya
1. Bila pemilihan bebas pada tingkat kromosom
P1 : ♂N >< ♀ bcl
b- cl- b -cl -
F2 :
b+ cl+ b- cl -
Rasio : N : bcl = 3 : 1
P1 : ♂N >< ♀ bcl
b+ cl+ >< b - cl -
b- cl- b - cl -
Gamet : b+ cl+
24
b- cl –
b- cl+
b+ cl-
F2 :
Berdasarkan hasil penghitungan uji chi square hasil persilangan F2 ♀N >< ♂evg
dari F1 ♀N >< ♂evg adalah X2 <Ftabel sehingga tidak ada perbedaan rasio anakan F2 antara
25
frekuensi yang diamati dengan frekuensi yang diharapkan pada persilangan ♀N >< ♂evg sesuai
dengan Hukum Mendel II pada Drosophila melanogaster
Berdasarkan hasil penghitungan uji chi square hasil persilangan F2 ♂N >< ♀evg
dari F1 ♂N >< ♀evg adalah X2 <Ftabel sehingga tidak ada perbedaan rasio anakan F2 antara
frekuensi yang diamati dengan frekuensi yang diharapkan pada persilangan ♂N >< ♀evg sesuai
dengan Hukum Mendel II pada Drosophila melanogaster
26
Berdasarkan hasil penghitungan uji chi square hasil persilangan F2 ♀N >< ♂bcl dari
F1 ♀N >< ♂bcl adalah X2 < Ftabel sehingga tidak ada perbedaan rasio anakan F2 antara
frekuensi yang diamati dengan frekuensi yang diharapkan pada persilangan ♀N >< ♂bcl sesuai
dengan Hukum Mendel II pada Drosophila melanogaster
Berdasarkan hasil penghitungan uji chi square hasil persilangan F2 ♂N >< ♀bcl dari
F1 ♂N >< ♀bcl adalah X2 <Ftabel sehingga tidak ada perbedaan rasio anakan F2 antara
frekuensi yang diamati dengan frekuensi yang diharapkan pada persilangan ♂N >< ♀bcl sesuai
dengan Hukum Mendel II pada Drosophila melanogaster.
Jadi, hasil penghitungan uji chi square pada persilangan ♂N >< ♀evg beserta
resiproknya dan ♂N >< ♀bcl beserta resiproknya didapatkan FX2 < Ftabel sehingga tidak ada
perbedaan rasio anakan F2 antara frekuensi yang diamati dengan frekuensi yang diharapkan pada
persilangan ♂N >< ♀evg beserta resiproknya dan ♂N >< ♀bcl beserta resiproknya sesuai
dengan Hukum Mendel II pada Drosophila melanogaster.
27
BAB V
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis data dapat diketahui bahwa hasil persilangan parental antara
Drosophilla melanogaster strain ♂N >< ♀bcl dan ♂N >< ♀evg beserta resiproknya pada F1
menghasilkan strain normal dengan ciri-ciri mata merah, tubuh kuning kecoklatan, dan sayap
sempurna (panjangnya menutupi tubuh). Keturunan pertama ini merupakan persilangan dari
genotip induk jantan dan induk betinanya dan membentuk 4 fenotip baru yang semuanya
bergenotip N heterozigot 100 %. Menurut Corebima (2003), karakter heterozigot adalah
karakter yang yang dikontrol oleh dua gen sepasang yang berlainan, ciri yang tampak pada F1
oleh J.G Mendel disebut ciri dominan, sedangkan yang tidak tampak disebut sebagai ciri resesif.
Hal ini disebabkan sifat dominan yang dimiliki suatu faktor menutupi sifat resesif. Hal ini sama
dengan pendapat Campbell (2008) yang menyatakan bahwa, jika kedua alel berbeda maka salah
satu alel adalah alel dominan diekspresikan sepenuhnya dalam penampakan organism, sementara
itu alel satunya alel resesif yang tidak mempunyai efek jelas pada penampakan organisme.
Pendapat tersebut sesuai dengan fenomena hasil persilangan F1 yang menghasilkan strain N
menunjukkan bahwa alel pembawa gen-gen normal dominan terhadap alel pembawa gen bcl
ataupun evg sehingga munculah strain N yang bersifat heterozigot.
Pada persilangan F2, anakan F1 dari ♂N >< ♀bcl dan ♂N >< ♀evg beserta resiproknya
disilangkan dengan sesamanya, setiap persilangan memunculkan 4 tipe rekombinan yaitu N, b,
cl, bcl dan N, e, vg, evg. Hal ini terjadi dikarenakan bahwa strain N heterozigot hasil dari F1
yang disilangkan kembali dengan sesamanya (dari hasil persilangan F1 yang sama) akan
memunculkan sifat dari masing-masing alel-alel resesif yang sebelumnya tertutupi oleh alel
dominan , hal tersebut dikenal dengan hukum pemilihan bebas (Henuhili, 2003). Sehingga sifat
yang sebelumnya tidak muncul pada hasil persilangan parental F1 muncul pada persilangan
parental F2.
Berdasarkan hasil penghitungan uji chi square pada persilangan ♂N >< ♀evg beserta
resiproknya dan ♂N >< ♀bcl beserta resiproknya didapatkan FX2 < Ftabel sehingga tidak ada
perbedaan rasio anakan F2 antara frekuensi yang diamati dengan frekuensi yang diharapkan pada
persilangan ♂N >< ♀evg beserta resiproknya dan ♂N >< ♀bcl beserta resiproknya sesuai
28
dengan Hukum Mendel II pada Drosophila melanogaster. Fenomena yang terungkap pada
persilangan ♂N >< ♀bcl dan ♂N >< ♀evg beserta resiproknya adalah fenomena pemilihan
bebas secara kromosom atau terbuktinya hukum Mendel II, dikarenakan dapat dilihat dari
analisis data pada jumlah hasil anakan di masing-masing persilangan F2 didapatkan rasio
9:3:3:1.
Fenomena Mendel II terjadi dikarenakan mutan pada e dan vg terletak pada kromosom
yang berbeda sehingga dapat berpisah dan berpasangan dengan yang lain. Hal ini dikarenakan
mutan pada kromosom yang sama dapat terjadi pemutusan dan penyambungan kromatid
(Corebima, 2003: 49). Fenomena tersebut sesuai dengan teori Mendel II yang berbunyi,
“faktor-faktor yang menentukan karakter-karakter berbeda diwariskan secara bebas satu sama
lain” dengan hasil perbandingan persilangan F2 9: 3: 3: 1. (Corebima, 2003). Namun, hal
tersebut tidak berlaku terhadap persilangan ♂N >< ♀bcl beserta resiproknya dikarenakan strain
bcl memiliki dua mutan yang berada pada kromosom yang sama, mutan b dan mutan cl terdapat
pada kromosom II. Keberadaan mutan b dan cl yang berada pada kromosom II seharusnya tidak
menghasilkan F2 yang sesuai dengan frekuensi yang diharapkan, dikarenakan hukum pemilihan
bebas terjadi pada tingkat kromosom (Henuhili,2003). Keberadaan mutan pada kromosom yang
sama tidak dapat dikatakan sebagai pemilihan bebas, apabila terjadi pemilihan bebas maka akan
terbentuk rasio 3:1 sesuai pada rekontruksi persilangan ♂N >< ♀bcl (beserta resiproknya) yang
pertama. Apabila, pada persilangan ♂N >< ♀bcl beserta resiproknya pada F2 menghasilkan
anakan dengan rasio Mendel II (9:3:3:1), maka hal tersebut bukan termasuk hukum pemilihan
bebas, namun termasuk kejadian pindah silang atau crossing over (Corebima, 2003). Pada
penelitian ini kemungkinan dikarenakan kurangnya atau belum terpenuhinya target jumlah
ulangan sehingga total anakan yang dihasilkan belum sesuai target, sehingga mempengaruhi
hasil penghitungan uji Chi Square, yang seharusnya ada perbedaan menjadi tidak ada perbedaan
pada persilangan ♂N >< ♀bcl beserta resiproknya.
Seperti yang dikemukakan oleh J.G. Mendel, tiap faktor berdiri sendiri. Hal ini
menunjukkan bahwa adanya peristiwa faktor-faktor yang memisah dan melakukan pilihan bebas
selama meiosis tepatnya pada tahap metaphase (Corebima, 2003). Jadi, dengan adanya
persilangan F2 pada Drosophilla melanogaster ♂N >< ♀evg beserta resiproknya membuktikkan
bahwa adanya Hukum Mendel II tentang hukum pemilihan bebas dengan jumlah rasio anakan
29
28
(9:3:3:1) yang sesuai dengan yang diharapkan. Namun pada persilangan ♂N >< ♀bcl beserta
resiproknya tidak berlaku adanya hukum pemilihan bebas (Mendel II) dikarenakan mutan yang
berada pada kromosom yang sama sehingga menghasilkan rasio 3:1.
30
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pada hasil penelitian ditemukan tidak ada perbedaan rasio anakan F2 antara frekuensi yang
diamati dengan frekuensi yang diharapkan pada persilangan ♂N >< ♀bcl sesuai dengan
Hukum Mendel II pada Drosophila melanogaster, namun dikarenakan kurangnya atau
belum terpenuhinya target jumlah ulangan sehingga total anakan yang dihasilkan belum
sesuai target, sehingga mempengaruhi hasil penghitungan uji Chi Square, yang seharusnya
ada perbedaan menjadi tidak ada perbedaan pada persilangan ♂N >< ♀bcl.
2. Pada hasil penelitian ditemukan tidak ada perbedaan rasio anakan F2 antara frekuensi yang
diamati dengan frekuensi yang diharapkan pada persilangan ♀N >< ♂bcl sesuai dengan
Hukum Mendel II pada Drosophila melanogaster, namun dikarenakan kurangnya atau
belum terpenuhinya target jumlah ulangan sehingga total anakan yang dihasilkan belum
sesuai target, sehingga mempengaruhi hasil penghitungan uji Chi Square, yang seharusnya
ada perbedaan menjadi tidak ada perbedaan pada persilangan ♀N >< ♂bcl.
3. Tidak ada perbedaan rasio anakan F2 antara frekuensi yang diamati dengan frekuensi yang
diharapkan pada persilangan ♂N >< ♀ evg sesuai dengan Hukum Mendel II pada
Drosophila melanogaster
4. Tidak ada perbedaan rasio anakan F2 antara frekuensi yang diamati dengan frekuensi yang
diharapkan pada persilangan ♀N ><♂evg sesuai dengan Hukum Mendel II pada Drosophila
melanogaster
B. Saran
1. Pengamatan fenotip sebaiknya selalu menggunakan mikroskop untuk menghindari
kesalahan dalam pengamatan
2. Penelitian ini hendaknya dilakukan dengan ketelitian dan kesabaran yang tinggi dalam
hal pengamatan perbedaan warna mata, sayap dan penghitungan jumlah keturunan dari
F1 dan F2 sehingga didapatkan hasil yang maksimal
3. Penelitian hendaknya memiliki sumber literatur yang cukup untuk mendukung penelitian
yang dilakukan
4. Pada saat pengambilan anakan dari medium, hendaknya peneliti harus hati-hati agar tidak
banyak lalat yang lepas.
31
DAFTAR RUJUKAN
Borror J.D. Triplehorn. 1992. Pengenalan Pengajaran Serangga. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.
Campbell & Reece. Diterjemahkan oleh Rahayu Lestari. 2008. Biologi (Edisi Kelima Jilid 1).
Jakarta: Erlangga
Corebima, A.D. 2013. Genetika Mendel cet. 3. Surabaya: Airlangga University Press.
Henuhili, Victoria dan Surasih. 2003. Genetika (Common Textbook). Yogyakarta: Universitas
Negeri Yogyakarta
Kimball, 1991. Biology Fith Edition. Diterjemahkan oleh siti Sutarmi. 1992. Biologi Edisi
Kelima Jilid 1. Bandung: PT. Gelora Aksara Pratama
Muslim, Azhar. 2008. Respon Petani terhadap Pemanfaatan Lahan Pertanian Pasca Tsunami di
Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Jurnal Sosio
Ekonomika. (online), 14(2): 193-206,
(http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/14208193206_0853-1293.pdf), diakses
tanggal 13 April 2016.