Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN GENETIKA LANJUT

DERMATOGLIFI

OLEH
NAMA: NURAIDAH FITRIANI
NIM: (190104076)
SEMESTER/KELAS : VI/D

DOSEN PENGAMPU : Dr. M. HARJA EFENDI, M. Pd

PROGRAM STUDI TADRIS IPA BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MATARAM
2022
A. Landasan Teori
Dermatoglifi merupakan gambaran tentang sulur dan alur pada ujung jari dan
telapak tangan serta ujung jari dan telapak kaki. Gambaran ini khusus sehingga dapat
digunakan sebagai alat bantu identifikasi, Dermatoglifi diyakini memiliki pautan dengan
beberapa penyakit dan karakteristik lain yang diturunkan (Triana dalam Beatrice, 2009).
Dermatoglifi atau sidik jari merupakan ciri khas seseorang yang tidak berubah
sejak lahir dan tidak dipengaruhi faktor lain seperti mutasi, gen, geografis, dan lain-lain.
Antara seseorang dengan orang lain tidak pernah mempunyai struktur jari yang sama,
pada penyakit yang disebabkan kromosom. Masing-masing pola sidik jari manusia
memiliki ciri yang berbeda-beda (Burns, 1984: 54).
Ada tiga pola dasar pada sidik jari yaitu arch, loop, dan whorl. Ada juga
klasifikasi lebih kompleks antara lain arch dibagi dua yaitu tentet dan plain. Loop juga
dibagi dua, loop urnal dan loop radial. Sedangkan whorl terbagi menjadi whorl polos,
double whorl dan lain-lain. Pola sidik jari ini terbentuknya pada awal perkrmbangan
embrio umur 18 minggu masa kehamilan, bentuk dan karakteristiknya akan tetap sampai
orang tersebut meninggal (Campbell, 2005: 231).
Distribusi dermatoglifi berbeda oleh jenis kelamin maupun ras. Pria memiliki
lebih banyak pola whorl daripada wanita dan wanita memiliki pola arch yang lebih
sederhana dari pria (Jones dalam Sintaningtyas,2010).
Sidik jari tampak pertama pada minggu ke-14 kehamilan dan berkembang ketika
bulan ketiga kehamilan. Lingkungan fetus terbukti berpengaruh pada pola sidik jari
(Okajima dalam Sintaningtyas, 2010). Hal itu terbukti dengan adanya perbedaan pola
sidik jari tangan kanan dan tangan kiri dan pada orang kembar hanya ada sedikit
perbedaan. Modifikasi lingkungan fetal dapat diinduksi substansi-substansi teratogenik.
Walaupun ketika dilihat secara mendetail pola sidik jari manusia satu berbeda dengan
yang lain namun pola skala besamya memiliki beberapa persamaan dan dapat
diidentifikasi dengan mudah. Berdasarkan klasifikasi, pola sidik jari dapat dinyatakan
secara umum ke dalam bentuk arch (garis melengkung), loop (garis melingkar), dan
whorl (garis memutar).
B. Tabel dan Data Hasil Pengamatan
Tabel Frekuensi Tipe Pola Sulur Pada Mahasiswa
Kelompok Mahasiswa Arch Loop Whorl Jumlah
Sulur
Kelompok I 1. Fitriani 8 2 244
2. Yogi 7 3 280
Kelompok II 1. Mita 2 8 120
2. Siah 1 7 2 178
3. Zikri 189
Kelompok III 1. Ika 7 3 393
2. Aida 6 4 382
3. Risna 7 3 250
4. Doni 4 6 256
Kelompok IV 1. Lilian 2 6 2 403
2. Yuyun 1 5 4 270
3. Ferdi 3 7 276
Kelompok V 1. Aeni 7 3 152
2. Datul 8 2 268
3. Ilham 8 2 152
Kelompok VI 1. Tisa 2 7 1 410
2. Nurfitri 1 5 4 348
3. Evi 8 2 357
4. Jam'ul 1 2 7 236
Kelompok 1. Ida 7 3 326
VII 2. Ningsih 8 2 206
3. Fahmi 10 363
Total 10 128 72 6059

C. Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan tentang dermatoglifi yaitu pengamatan pola
sulur jari. Dermatoglifi atau pola sidik jari didefinisikan sebagai gambaran sulur-sulur
dermal yang pararel pada jari-jari tangan dan kaki, serta telapak tangan dan telapak kaki.
Secara anatomis dermatoglifi akan membuat permukaan kasar pada telapak tangan jari
tangan, telapak kaki, dan jari kaki yang berfungsi dalam membantu proses memegang
atau berpijak sehingga tidak tergelincir. Pembentukan dermatoglifi dimulai dengan
proliferasi sel epitel basal epidermis volar pad sekitar minggu ke-10 sampai minggu ke-11
kehamilan. Sel-sel kemudian membentuk lipatan-lipatan dan menjadi rigi epidermis
(Suryo, 1996:157).
dapat diketahui bahwa dari 22 Mahasiswa (berarti total jari tangan yang diamati = 220),

36 mahasiswa (berarti total jari tangan yang diamati = 360), jumlah sulur tipe arch hanya
berjumlah 7: 252 tipe loop: dan 101 tipe whorl. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui
bahwa tipe sulur terbanyak yaitu tipe loop. Pada tipe loop ini terdapat satu triradius yang
terdapat pada ujung jari.. Sedangkan pada tipe whorl ditemukan dua triradius pada ujung
jarinya. Sedangkan pada tipe arch tidak ditemukan triradius.
Setelah dilakukan uji Chi-Square (X) terhadap data kelas didapatkan hasil bahwa angka
deviasi tipe arch yaitu 1,8; tipe loop 0 dan tipe whorl adalah 0,36. Kemudian X hitungnya
sebesar 2,16 Tipe pola sulur jari tangan pada manusia ada tiga, maka nilai db = 3-1 2. Nilai
X* hitung = 2,16 <X² tabel (P= 0,05) = 5,99 maka Ho diterima dan Ha ditolak sehingga tidak
ada perbedaan yang signifikan antara hasil praktikum dengan teori. Sedangkan pada
perhitungan analisis chi-kuadrat pada jumlah semua sulur pada populasi kelas diperoleh nilai
Xhitung sebesar 0,21. Jumlah semua sulur pada populasi kelas yang dibandingkan adalah
antara laki-laki dan perempuan, maka nilai db=2-1= 1. Nilai X² dalam tabel X² yaitu 1,88.
Karena X² hitung = 1,88 < X² tabel (P= 0,05)= 3,84 maka Ho diterima dan Ha di tolak
sehingga tidak ada perbedaan yang signifikan antara hasil praktikum dengan teori.

Pola sulur pada jari memiliki bentuk yang berbeda-beda tiap orangnya, bahkan dalam jari
yang sama ada yang memiliki pola sulur yang berbeda misalnya pada pola sulur Widya, 6 jari
berpola arch, 2 jari berpola loop, dan 2 jari yang lain berpola whorl. Pada data kelas terlihat
bahwa pola sulur terbanyak yaitu loop yaitu 70%. persentase ini sesuai dengan teon yang
menyebutkan bahwa kehadiran pola loop kira-kira 65%-70% pada setiap individu. Bentuk
loop ini sering ditemukan pada sidik jari. Frekuensi kehadiran yang sering ditemukan
membuat bentuk loop lebih banyak dikenal daripada bentuk yang lainnya. Kemudian
frekuensi kehadiran pola whorl pada populasi kelas yaitu 28 %, hal ini sesuai dengan teori
yang menyebutkan bahwa frekuensi kehadiran pola ini 25%-30% Kemudian yang terakhir
adalah pola Arch yang hanya 2%, sedangkan menurut teori frekuensi kehadiran pola arch
adalah 5%, namun nilai ini masih bisa diterima. Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan pola
sulur bukan hanya terlihat dari orang yang berbeda. saja namun jari yang berbeda walaupun
pada tangan yang sama dapat berbeda pula pola sulumya.

Jumlah rigi tergantung dari pola sulurnya. Pola sulur loop biasanya memiliki jumlah rigi yang
lebih besar dibandingkan dengan jumlah rigi pada loop dan arch. karena lingkaran rigi pada
pola whorl lebih besar sehingga jumlah riginya lebih banyak. Selain itu frekuensi pola sulur
ditentukan oleh keturunan ras (suku bangsa), untuk seluruh bangsa rata-rata pola arch paling
kecil. Dari data kelas rata-rata jumlah rigi mahasiswi sebesar 132 tidak terlalu jauh dari
jumlah rata-rata standar perempuan sebesar 127. Sedangkan jumlah rata-rata rigi mahasiswa
sebesar 159,6 lebih mendekati standar rata-rata yakni 132. Meskipun penyimpangan yang
diberikan pada jumlah rigi mahasiswa terlihat lebih besar namun setelah di uji dengan chi
kuadrat penyimpangan tersebut masih dapat diabaikan karena nilai X² hitung masil lebih
kecil dibandingkan dengan X² tabel. Rata-rata jumlah sulur per individu pada populasi kelas
adalah sebesar 132 untuk putri dan 159,6 untuk putra adalah sesuai dengan teori yang
menyebutkan bahwa jumlah sulur jari pada laki-laki lebih banyak jika dibandingkan jumlah
sulur jari pada perempuan.

pengamatan pola sulur jari, dapat diketahui bahwa dari 36 mahasiswa (berarti total jari tangan
yang diamati = 360), jumlah sulur tipe arch hanya berjumlah 7: 252 tipe loop: dan 101 tipe
whorl. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa tipe sulur terbanyak yaitu tipe loop.
Pada tipe loop ini terdapat satu triradius yang terdapat pada ujung jari.. Sedangkan pada tipe
whorl ditemukan dua triradius pada ujung jarinya. Sedangkan pada tipe arch tidak ditemukan
triradius.
Setelah dilakukan uji Chi-Square (X) terhadap data kelas didapatkan hasil bahwa angka
deviasi tipe arch yaitu 1,8; tipe loop 0 dan tipe whorl adalah 0,36. Kemudian X hitungnya
sebesar 2,16 Tipe pola sulur jari tangan pada manusia ada tiga, maka nilai db = 3-1 2. Nilai
X* hitung = 2,16 <X² tabel (P= 0,05) = 5,99 maka Ho diterima dan Ha ditolak sehingga tidak
ada perbedaan yang signifikan antara hasil praktikum dengan teori. Sedangkan pada
perhitungan analisis chi-kuadrat pada jumlah semua sulur pada populasi kelas diperoleh nilai
Xhitung sebesar 0,21. Jumlah semua sulur pada populasi kelas yang dibandingkan adalah
antara laki-laki dan perempuan, maka nilai db=2-1= 1. Nilai X² dalam tabel X² yaitu 1,88.
Karena X² hitung = 1,88 < X² tabel (P= 0,05)= 3,84 maka Ho diterima dan Ha di tolak
sehingga tidak ada perbedaan yang signifikan antara hasil praktikum dengan teori.

Pola sulur pada jari memiliki bentuk yang berbeda-beda tiap orangnya, bahkan dalam jari
yang sama ada yang memiliki pola sulur yang berbeda misalnya pada pola sulur Widya, 6 jari
berpola arch, 2 jari berpola loop, dan 2 jari yang lain berpola whorl. Pada data kelas terlihat
bahwa pola sulur terbanyak yaitu loop yaitu 70%. persentase ini sesuai dengan teon yang
menyebutkan bahwa kehadiran pola loop kira-kira 65%-70% pada setiap individu. Bentuk
loop ini sering ditemukan pada sidik jari. Frekuensi kehadiran yang sering ditemukan
membuat bentuk loop lebih banyak dikenal daripada bentuk yang lainnya. Kemudian
frekuensi kehadiran pola whorl pada populasi kelas yaitu 28 %, hal ini sesuai dengan teori
yang menyebutkan bahwa frekuensi kehadiran pola ini 25%-30% Kemudian yang terakhir
adalah pola Arch yang hanya 2%, sedangkan menurut teori frekuensi kehadiran pola arch
adalah 5%, namun nilai ini masih bisa diterima. Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan pola
sulur bukan hanya terlihat dari orang yang berbeda. saja namun jari yang berbeda walaupun
pada tangan yang sama dapat berbeda pula pola sulumya.

Jumlah rigi tergantung dari pola sulurnya. Pola sulur loop biasanya memiliki jumlah rigi yang
lebih besar dibandingkan dengan jumlah rigi pada loop dan arch. karena lingkaran rigi pada
pola whorl lebih besar sehingga jumlah riginya lebih banyak. Selain itu frekuensi pola sulur
ditentukan oleh keturunan ras (suku bangsa), untuk seluruh bangsa rata-rata pola arch paling
kecil. Dari data kelas rata-rata jumlah rigi mahasiswi sebesar 132 tidak terlalu jauh dari
jumlah rata-rata standar perempuan sebesar 127. Sedangkan jumlah rata-rata rigi mahasiswa
sebesar 159,6 lebih mendekati standar rata-rata yakni 132. Meskipun penyimpangan yang
diberikan pada jumlah rigi mahasiswa terlihat lebih besar namun setelah di uji dengan chi
kuadrat penyimpangan tersebut masih dapat diabaikan karena nilai X² hitung masil lebih
kecil dibandingkan dengan X² tabel. Rata-rata jumlah sulur per individu pada populasi kelas
adalah sebesar 132 untuk putri dan 159,6 untuk putra adalah sesuai dengan teori yang
menyebutkan bahwa jumlah sulur jari pada laki-laki lebih banyak jika dibandingkan jumlah
sulur jari pada perempuan.

Telah dilakukan praktikum tentang dermatoglifi dengan alat dan bahan kertas tulis, bak
stempel, tinta stempel, dan jari tangan manusia. Langkah kerja yang dilakukan yaitu
tangan praktikan diletakkan pada bak stempel yang sudah diberi tinta stempel. Asisten
menekan ujung-ujung jari agar semua bagian jari terkena oleh tinta stempel, kemudian
tangan dijauhkan dari bak stempel dan menempelkan jari-jari yang sudah terkena tinta
stempel ke kertas tulis yang sudah disediakan sebelumnya. Selanjutnya diamati dan di
identifikasi pola yang terlihat. Didapatkan hasil praktitkum pada tangan kanan yaitu pada
ibu jari, telunjuk, jari tengah, jari manis, dan kelingking diketahui memiliki pola plain
whorl. Sedangkan pada jari tangan kiri juga didapatkan hasil yang sama juga pada semua
jari yaitu plain whorl.

Dermatoglifi atau pola sidik jari didefinisikan sebagai gambaran sulur-sulur dermal yang


pararel pada jari-jari tangan dan kaki, serta telapak tangan dan telapak kaki. Secara
anatomis dermatoglifi akan membuat permukaan kasar pada telapak tangan jari tangan,
telapak kaki, dan jari kaki yang berfungsi dalam membantu proses memegang atau
berpijak sehingga tidak tergelincir. Pembentukan dermatoglifi dimulai dengan proliferasi
sel epitel basal epidermis volar pad sekitar minggu ke-10 sampai minggu ke-11
kehamilan. Sel-sel kemudian membentuk lipatan-lipatan dan menjadi rigi epidermis
(Suryo, 1996:157).

Ada tiga bentuk sidik jari yaitu busur (arch), sangkuatn (loop), dan lingkaran (whorl).
Bentuk pokok tersebut terbagi lagi menjadi beberapaa sub-group  yaitu bentuk busur
terbagi menjadiplain arch dan tented arch, bentuk sangkutan terbagi menjadi Ulnar
loop dan Radial loop, sedangkan bentuk lingkaran terbagi menjadi Plain whorl, Central
pocket loop whorl, Double loop whorl dan Accidental whorl. Perbedaan utama dari ketiga
bentuk pokok tersebut terletak pada keberadaan core dan delta pada lukisan sidik jarinya.
Loop (Sangkuatan), Loop adalah bentuk pokok sidik jari dimana satu garis atau lebih
datang dari satu sisi lukisan, melereng, menyentuh atau melintasi suatu garis bayangan
yang ditarik antara delta dancore, berhenti atau cenderung berhenti kearah sisi semula.
Syarat-syarat (ketentuan) Loop : mempunyai sebuah delta, mempunyai sebuah core, ada
garis melengkung yang cukup, mempunyai bilangan garis (Ridge Counting).
Bentuk loop  terdiri dari 2 jenis, yaitu: 1). Ulnar loop : garisnya memasuki pokok lukisan
dari sisi yang searah dengan kelingking, melengkung ditengah pokok lukisan dan kembali
atau cenderung kembali ke arah sisi semula. 2). Radial loop : garisnya memasuki pokok
lukisan dari sisi yang searah dengan jempol, melengkung di tengah pokok lukisan dan
kembali atau cenderung kembali ke arah sisi semula. Arch (Busur), Arch  merupakan
bentuk pokok sidik jari yang semua garis-garisnya datang dari satu sisi lukisan, mengalir
atau cenderung mengalir ke sisi yang lain dari lukisan itu, dengan bergelombang naik
ditengah-tengah. Arch terdiri dari: 1) Plain Arch adalah bentuk pokok sidik jari dimana
garis-garis dating dari sisi lukisan yang satu mengalir ke arah sisi yang lain, dengan
sedikit bergelombang naik ditengah. 2). Tented arch (Tiang Busur) adalah bentuk pokok
sidik jari yang memiliki garis tegak (upthrust) atau sudut (angle) atau dua atau tiga
ketentuan loop. Whorl (Lingkaran), Whorl adalah bentuk pokok sidik jari, mempunyai 2
delta dan sedikitnya satu garis melingkar di dalam pattern area, berjalan didepan kedua
delta. Jenis whorl terdiri dari Plain whorl, Central pocket loop whorl, Double loop
whorl  dan Accidental whorl ((Suryo, 1996:201).
http://biologipintar.polasidikjari.html

Komponen pola dermatoglifi ada tiga yaitu garis tipe (type line), delta dan pusat (core).
Garis tipe adalah dua buah garis yang paling dalam di daerah pola, yang berjalan sejajar
dan mengelilingi daerah pola. Delta merupakan daerah yang berbentuk segitiga dengan
pusat yang disebut triradii. Titik tengah dari triradii disebut triradiant point. Sedangkan
core adalah pusat dari pola dermatoglifi. Untuk menghitung jumlah sulur pada pola sidik
jari, diambil garis dari triradiant point sampai ke pusat, lalu hitung jumlah garis yang
dilewati. Jumlah garis-garis tersebut dinamakan jumlah total sulur jari (Total Ridge Count
= TRC). Pola sidik jari yang dapat dihitung sulurnya adalah loop (mempunyai 1 triradii)
dan whorl (mempunyai 2 sampai 3 triradii). Sedangkan arch, tidak dapat dihitung karena
tidak memiliki triradii sama sekali (Goodenough, 1988: 271).

Kelainan yang dapat mempengaruhi dermatoglifi antara lain trisomi 13, 18 dan 21
(sindrom down), sindrom turner, sindrom klinefelter dan sindrom cry-du-cat. Dari
kelainan sidik jari tersebut sudah banyak dilakukan penelitian di bidang genetika untuk
mengetahui pola sidik jari yang paling banyak ditemui pada faktor genetis, seperti pada
penyakit diabetes mellitus, obesitas, sindrom down, skizofrenia, disseleksia, bahkan
sekarang sidik jari sudah berkembang di bidang lain seperti dalam pembuatan e-ktp yang
baru dibuat di Indonesia (padahal sudah lama digunakan oleh negara maju), untuk
mengetahui bakat anak, bahkan di bidang kriminal dan untuk identifikasi jika terjadi
kecelakaan yang mana jika wajah korban susah dikenali, maka bisa diliat dari sidik jari
korban (Triana, 2003: 118).
Hubungan dermatoglifi dengan sifat/karakter adalah dapat dilihat melalui hasil
pengamatan jari tangan saya sendiri yaitu semua jari tangan saya memiliki pola plain
whorl dengan pengertian karakter sebagai berikut : 1) Jari telunjuk, individu dengan pola
ini hampir mustahil untuk menipu atau berbohong. Mereka secara umum mengalami
masa kanak-kanak yang sangat tidak bahagia. Mereka hanya bisa melihat dengan sangat
jelas penipuan-penipuan dan kepura-puraan orang lain, termasuk orang tua mereka
sendiri. 2) Jari Tengah, pemilik pola ini dapat melihat penggolongan-penggolongan dan
hubungan-hubungannya pada hampir semua orang. Mereka akan menggolongkan orang-
orang dan kejadian dalam tipe-tipe khusus tertentu. Mereka bersifat sangat curiga, dan
senang membongkar atau menyelidiki rahasia. 3) Jari Manis, sebuah kemampuan untuk
menyoroti kekurangan-kekurangan di dalam setiap rencana, desain, konsep, atau orang
per orang. Suatu kecenderungan yang kuat ke arah kesempurnaan (perfeksionis), terutama
dalam pekerjaannya sendiri. Orang ini tidak bisa memaklumi sebuah gambar yang
tergantung sedikit miring. 4) Jari Kelingking. Meski biasanya malu sendiri dan menahan
diri, mereka ini mempunyai anugerah berupa kepandaian berbicara dan menulis kata. Ahli
pidato alami, yang mempunyai kemampuan untuk bergerak dan mengilhami orang lain
dengan kekuatan suaranya. Satu karateristik yang menarik adalah penempatan
pandangan-pandangan spiritualnya. Mereka tidak akan pernah mengikuti dogma dari
agama apa pun, tetapi mempunyai filsafat sendiri yang unik di mana mereka sangat
meyakininya. 5) Ibu Jari. Pola ini mengungkapkan kepemimpinan alami dengan
kemampuan yang kuat untuk memerintah orang lain. Mereka akan mendominasi setiap
situasi dengan kemampuan memikat yang tak bisa dipisahkan. Terdapat kecenderungan
yang kuat ke arah pandangan totaliter atau diktator, terutama terhadap anak-anak mereka
(Winchester, 1998: 273).

Pembentukan dermatoglifi dimulai dengan proliferasi sel epitel basal epidermis volar pad
sekitar minggu ke-10 sampai minggu ke-11 kehamilan. Sel-sel kemudian membentuk
lipatan-lipatan dan menjadi rigi episermis. Pada bulan ke-enam kehamilan pembentukan
dermatoglifi berakhir sepenuhnya (Graham dan Brown, 2005: 371).

Pola guratan-guratan sidik jari tidak hanya digunakan untuk mengidentifikasi pelaku-
pelaku kejahatan, tetapi juga bermanfaat dalam bidang kedokteran klinik. Sidik yang
diperoleh dari ujung jari-jari, telapak tangan serta telapak kaki sering menunjukan pola
abnormalitas yang khas pada kelainan kromosom, sehingga dapat membantu dalam
penegakkan diagnosa. Salah satu kelainan kromosom itu adalah Sindrom Down. Penyakit
ini pertama kali diperkenalkan oleh Langdon Down pada tahun 1866 yang merupakan
suatu kondisi keterbelakangan perkembangan fisik dan mental anak yang diakibatkan
adanya abnormalitas perkembangan kromosom, yaitu adanya tambahan kromosom
kelompok G dengan kemungkinan mekanisme yaitu non disjunction (94%), translokasi
(3%), dan mozaikisme (3%). Diagnosa Sindrom Down selain ditegakkan berdasarkan
ciri-ciri klinis dan pemeriksaan sitogenetik, dapat juga ditunjang dengan pemeriksaan
dermatoglifi. dermatoglifi akan membuat permukaan kasar pada telapak tangan jari
tangan, telapak kaki, dan jari kaki yang berfungsi dalam membantu proses memegang
atau berpijak sehingga tidak tergelincir (Lewis, 2001:115).

D. Kesimpulan
Dari hasil praktikum dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Pola dermatoglifi pada 10 jari tangan praktikan menunjukkan kesamaan pola yaitu
pola plain whorl.
2. Pada setiap orang memiliki pola dermatoglifi yang berbeda-beda satu dengan lainnya.
3. Dermatoglifi adalah gambaran tentang sulur dan alur pada ujung jari dan telapak
tangan serta ujung dan telapak kaki.
4. Pola dermatoglifi yaitu arch (busur), whorl (pusaran), loop (lengkung).
5. Komponen dermatoglifi yaitu garis tipe (type line), delta, dan pusat (core).
6. Fungsi dari adanya sidik jari ialah memberi gaya gesek agar memegang lebih erat dan
tidak mudah tergelincir.

DAFTAR PUSTAKA

Beatrice, Eva.2009.Perbandingan Pola Multifaktor Sidik Jari Narapidana Di Lembaga


Pemasyarakatan Tanjung Gusta Medan dengan Pria Normal Di luar Lembaga
Pemasyarakatan. Skripsi Universitas Sumatera Utara Medan.
Sintaningtyas, Linda Jana. 2010. Pola Dermatoglifi Tangan Pada Pasien Skizofrenia Di
Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Skripsi UNS Surakarta.
Burns, G.W. 1984. The science  of  Genetics. MacMillan Publishing: New York

Anda mungkin juga menyukai