Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN LENGKAP

EKOLOGI TUMBUHAN MODUL III


“METODE JALUR (TRANSECT)

NAMA : BUNGA AULIA


STAMBUK : A221 20 062
KELOMPOK : III (Tiga)
KELAS : C
ASISTEN : MASITA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU

2022
I. MODUL I,METODE JALUR (TRANSECT)
II. Waktu dan Tempat

Adapun waktu dan tempat yang dilaksanakan pada praktikum ini yaitu :

Hari/Tanggal : Sabtu, 12 November 2022

Waktu : 07:00 – Selesai

Tempat : Area Kampus Universitas Tadulako

III. Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum pada modul 1 yaitu:

1) Menentukan komposisi jenis dan tingkat dominansi suatu jenis


dalam suatu komunitas.
2) Mengamati penyebaran suatu jenis dalam suatu komunitas.

IV. Tijauan Pustaka

Salah satu metode dalam analisis vegetasi tumbuhan yaitu dengan


menggunakan jalur transek. Untuk mempelajari suatu kelompok hutan yang
luas dan belum diketahui keadaan sebelumnya paling baik dilakukan dengan
transek (Campbell, 2004).

Transek merupakan garis sampling yang ditarik menyilang pada sebuah


bentukkan atau beberapa bentukan. Transek juga dapat dipakai dalam studi
altituide dan mengetahui perubahan komunitas yang ada (Oosting, 1956).

Keanekaragaman jenis seringkali disebut heterogenesis, yaitu karakteristk


unik dari komunitas suatu organisasi biologi dan merupakan gambaran
struktur dari komunitas. Komunitas secara dramatis berbeda-beda dalam
kekayaan spesiesnya (spesies richiness) (Sitompul, 1996).
Ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk menganalisis
suatu vegetasi yang sangat membantu dalam mendeskripsikan suatu vegetasi
sesuai dengan tujuannya. Pengamatan parameter vegetasi berdasarkan bentuk
hidup pohon, perdu serta herba. Suatu ekosistem alamiah maupun binaan
selalu terdiri dari dua komponen utama yaitu komponen biotik dan abiotik.
Vegetasi atau komunitas tumbuhan merupakan salah satu komponen biotik
yang menempati habitat tertentu seperti hutan, padang ilalang, semak belukar
dan lain-lain. Struktur dan komposisi vegetasi pada suatu wilayah dipengaruhi
oleh komponen ekosistem lainnya yang saling berinteraksi, sehingga vegetasi
yang tumbuh secara alamiah pada wilayah tersebut sesungguhnya merupakan
pencerminan hasil interaksi berbagai faktor lingkungan dan dapat mengalami
perubahan drastis karena pengaruh anthropogenic (Anwar, 1995).

Analisis vegetasi adalah salah cara untuk mempelajari tentang susunan


(komposisi) jenis dan bentuk struktur vegetasi (masyarakat tumbuhan).
Analisis vegetasi dibagi menjadi tiga metode yaitu : (1) minimal area, (2)
metode kuadrat, (3) metode jalur atau transek (Soerianegara, 1988).

V. Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu :

Alat :

a. Tali rafiah
b. Meteran
c. Alat tulis
d. Buku Identifikasi
e. Kamera Hp
f. Patok kayu

Bahan :

a. Tumbuhan yang diamati


VI. Metode Praktikum

Adapun metode praktikum yang di lakukan yaitu :


1. Buatlah jalur sepanjang 10 meter dengan lebar 1 meter (10 x 100 meter
untuk vegetasi pohon)
2. Bagilah jalur tersebut menjadi 10 segmen (petak contoh) dengan
ukuran setiap segmen 1 x 1 meter dengan kedudukan segmen
berkesinambungan dalam jalur (10 x 10 meter untuk vegetasi pohon).
3. Jumlah jalur yang digunakan sesuaikan dengan intensitas 10-20 % dari
luas kawasan yang akan diamati dengan jarak antar jalur 10 meter (100
meter untuk vegetasi pohon).
4. Kumpulkan data kehadiran setiap jenis dalam setiap segmen
berdasarkan parameter kerapatan, frekuensi, dan dominansi.
5. Lakukan identifikasi terhadap jenis-jenis tumbuhan yang belum
diketahui nama ilmiahnya.

VII. Hasil praktikum

VII.I. Tabel

Tabel 1.Hasil pengamatan kerapatan,dominansi,dan frekuensi vegetasi


semak,perdu dan herba terhadap perubahan vegetasi menurut keadaan tanah,
topografi, dan elevasi (gradasi lingkungan)

Segmen

No Jenis 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KM

1 Digitara 5 5 5 5 5 0 0 0 0 1 26
Sangumalis Scop.

2 Porophylium 2 5 4 4 3 3 5 5 3 2 36
ruderela Cass.

3 Stylosaunthes 3 1 0 0 1 0 1 0 1 5 12
biflora
4 Rotalia Ramosior 2 3 3 2 3 2 2 2 1 2 22
L.Konhe

5 Acacia Sp 5 5 4 5 5 5 5 5 4 0 43

6 Crotarian 4 0 0 0 0 1 1 0 1 2 9
Laburnforia

7 Ipomoea sp 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 5

8 Schefflera sp 0 0 0 0 0 0 1 3 1 0 5

9 Tragia Ramosa 0 0 0 2 1 0 0 0 1 0 4

Jumlah 162

Segmen

No Jenis DM FM
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 Digitara 5 5 5 5 5 0 0 0 0 1 26 0,6
Sangumalis
Scop.

2 Porophylium 3 3 4 3 2 3 4 4 2 1 29 1
ruderela
Cass.

3 Stylosaunthes 2 1 0 0 1 0 1 0 1 5 11 0,6
biflora

4 Rotalia 1 2 3 1 2 2 1 1 1 1 15 1
Ramosior
L.Konhe
5 Acacia Sp 3 5 5 5 5 5 5 5 3 0 41 0,9

6 Crotarian 0 0 0 0 1 2 0 1 2 9 0,5
Laburnforia

7 Ipomoea sp 1 1 1 1 0 0 0 0 0 7 0,5

8 Schefflera sp 0 0 0 0 0 0 1 2 1 0 4 0,3

9 Tragia 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 3 0,3
Ramosa

Jumlah 145 5,7

Tabel 2. Hasil analisis vegetasi di Area Kampus Universitas Tadulako.

KM KR DM DR FM FR NP
(%) (%) (%) (%) (%)
No Jenis (ind/0.0 (om2/0.
1 ha) 01ℎ𝑎)

1 Digitara Sangumalis Scop. 26 17 26 18 0,6 10 45

2 Porophylium ruderela Cass. 36 23 29 2 1 17 42

3 Stylosaunthes biflora 12 8 11 8 0,6 10 26

4 Rotalia Ramosior L.Konhe 22 14 15 11 1 17 42

5 Acacia Sp 43 27 41 29 0,9 15 71

6 Crotarian Laburnforia 9 6 9 7 0,5 8 21


7 Ipomoea sp 5 4 7 5 0,5 8 17

8 Schefflera sp 5 4 4 3 0,3 5 12

9 Tragia Ramosa 4 3 3 2 0,3 5 10

Jumlah 162 106 145 85 5,7 95 286

VII.II. Analisis Data

- Kerapatan Mutlak (KM)

1) Digitara sangumalis Scop.

KM =5+5+5+5+5+0+0+0+0+1

= 26

2) Porophylium ruderela Cass.

KM =2+5+4+4+3+3+5+5+3+2

= 36

3) Stylosaunthes biflora

KM = 3 + 1+ 0 + 0 + 1 + 0 + 1 + 0 + 1 + 5

= 12

4) Rotalia ramosior L.Konhe

KM =2+3+3+2+3+2+2+2+1+2

= 22
5) Acacia Sp

KM =5+5+4+5+5+5+5+5+4+0

= 43

6) Crotarian laburnforia

KM =4+0+0+0+1+1+0+1+2

=9

7) Ipomoea sp

KM =1+1+1+1+1+0+0+0+0

=5

8) Schefflera sp

KM = 0 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0 + 1 + 3 + 1+ 0

=5

9) Tragia ramosa

KM =0+0+0+2+1+0+0+0+1+0

=4

-Kerapatan Relatif (KR)

Rumus : KR x 100 %

1) Digitara sangumalis Scop.


KR = x 100%
= 17
2) Porophylium ruderela Cass.
KR = x 100%
= 23
3) Stylosaunthes biflora
KR = x 100%
=8
4) Rotalia ramosior L.Konhe
KR = x 100%
= 14
5) Acacia Sp
KR = x 100%
= 27
6) Crotarian laburnforia
KR = x 100%
= 6
7) Ipomoea sp
KR = x 100%
= 4
8) Schefflera sp.
KR = x 100%
=4
9) Tragia ramosa
KR = x 100%
=3

-Dominansi Mutlak (DM)

1) Digitara sangumalis Scop.


DM = 5 + 5 + 5 + 5 + 5 + 0 + 0 + 0 + 0 + 1
= 26
2) Porophylium ruderela Cass.
DM = 3 + 3 + 4 + 3 + 2 + 3 + 4 + 4 + 2 + 1
=29
3) Stylosaunthes biflora
DM = 2 + 1 + 0 + 0 + 1 + 0 + 1 + 0 + 1 + 5
= 11
4) Rotalia ramosior L.Konhe
DM = 1 + 2 + 3 + 1 + 2 + 2 + 1 + 1 + 1 + 1
= 15
5) Acacia Sp
DM = 3 + 5 + 5 + 5 + 5 + 5 + 5 + 5 + 3 + 0
= 41
6) Crotarian laburnforia
DM = 3 + 0 + 0 + 0 + 0 + 1 + 2 + 0 + 1 + 2
= 9
7) Ipomoea sp
DM = 3 + 1 + 1 + 1 + 1 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0
=7
8) Schefflera sp
DM = 0 + 0 + 0 + 0 + 0 + 1 + 2 + 1 + 0
=4
9) Tragia ramosa
DM = 0 + 0 + 0 + 1 + 1+ 0 + 0 + 1 + 0
=3

-Dominansi Relatif (DR)

1) Digitara sangumalis Scop.


DR = x 100 %
= 18
2) Porophylium ruderela Cass.
DR = x 100 %
=2
3) Stylosaunthes biflora
DR = x 100 %
=8
4) Rotalia ramosior L.Konhe
DR = x 100 %
= 11
5) Acacia Sp
DR = x 100 %
= 29
6) Crotarian laburnforia
DR = x 100 %
=7
7) Ipomoea sp
DR = x 100 %
=5
8) Schefflera sp
DR = x 100 %
=3
9) Tragia ramosa
DR = x 100 %
=2

-Frekuensi Mutlak (FM)

1) Digitara sangumalis Scop.


FM = = 0,6

2) Porophylium ruderela Cass.


FM = =1

3) Stylosaunthes biflora
FM = = 0,6

4) Rotalia ramosior L.Konhe


FM = =1

5) Acacia Sp
FM = = 0,9

6) Crotarian laburnforia
FM = = 0,5

7) Ipomoea sp
FM = = 0,5

8) Schefflera sp
FM = = 0,3
9) Tragia ramosa
FM = = 0,3

-Frekuensi Relatif (FR)

1) Digitara sangumalis Scop.


FR = x 100 %
= 0,10
2) Porophylium ruderela Cass.
FR = x 100 %
= 0,17
3) Stylosaunthes biflora
FR = x 100 %
= 0,10
4) Rotalia ramosior L.Konhe
FR = x 100 %
= 0,17
5) Acacia Sp
FR = x 100 %
= 0,15
6) Crotarian laburnforia
FR = x 100 %
= 0,08
7) Ipomoea sp
FR = x 100 %
= 0,08
8) Schefflera sp
FR = x 100 %
= 0,05
9) Tragia ramosa
FR = x 100 %
= 0,05
-Nilai Penting (NP)

1) Digitara sangumalis Scop.


NP = 17 + 18 + 10
= 45
2) Porophylium ruderela Cass.
NP = 23 + 2 + 17
= 42
3) Stylosaunthes biflora
NP = 8 + 8 + 10
= 26
4) Rotalia ramosior L.Konhe
NP = 14 + 11 + 17
= 42
5) Acacia Sp
NP = 27 + 29 + 15
= 71
6) Crotarian laburnforia
NP = 6 + 7 + 8
= 21
7) Ipomoea sp
NP = 4 + 5 + 8
= 17
8) Schefflera sp
NP = 4+ 3 + 5
= 12
9) Tragia ramosan
NP = 3 + 2 5
= 10
VIII. Pembahasan

Transek adalah jalur sempit melintang lahan yang akan dipelajar /


diselidiki. Tujuannya adalah untuk mengetahui hubungan perubahan vegetasi
dan perubahan lingkungan, atau untuk mengetahui jenis vegetasi yang ada di
suatu lahan secara cepat. Dalam hal ini, apabila vegetasi sederhana maka garis
yang digunakan semakin pendek. Untuk hutan, biasanya panjang garis yang
digunakan sekitar 50 m - 100 m. Sedangkan untuk vegetasi semak belukar,
garis yang digunakan cukup 5 m - 10 m. Apabila metode ini digunakan pada
vegetasi yang lebih sederhana, maka garis yang digunakan cukup 1 m
(Ramazas, 2012).

Praktikum kali ini, metode yang digunakan yaitu metode transek yang
digunakan berupa persegi panjang dengan ukuran panjang 100 meter dan lebar
10 meter, dengan menghitung setiap vegetasi dengan jalur lurus (kontinyu).
Luas kawasan yang diamati dengan jarak antar jalur 10 x 10 meter. Dalam
persegi panjang dibuat segmen (petak contoh) sebanyak 10 petak. Dari hasil
analisis vegetasi, ditemukan sebanyak 9 jenis tanaman, yang terdiri dari
spesies A, B, C, D, E, F, G, H, dan I .Berdasarkan data yang didapatkan dari
tabel penentuan jenis tanaman, A Rapat, spesies B Rapat, spesies C Sedikit,
spesies D Rapat, spesies E Rapat sekali, spesies F Sedikit, spesies G Jarang
sekali, spesies H Jarang,dan spesies I Jarang sekali.

Jenis spesies yang paling banyak ditemukan pada plot yaitu jenis spesies E
Sangat Rapat sedangkan yang paling sedikit yaitu jenis spesies I Jarang Sekali.
Hal ini dikarenakan adanya faktor-faktor pembatas seperti iklim, suhu, curah
hujan, cahaya, tanah dan lain-lain, sehingga jenis spesies E lebih
mendominansi pertumbuhannya dibandingkan dengan jenis spesies lainnya.

Berdasarkan tabel analisis data kerapatan mutlak spesies A yaitu 26,


spesies B yaitu 36, spesies C yaitu 12, spesies D yaitu 22, spesies E yaitu 43,
spesies F yaitu 9, spesies G yaitu 5, spesies H yaitu 5,dan spesies I yaitu 4.
Kerapatan relatif spesies A yaitu 17%, spesies B yaitu 23%, spesies C
yaitu 8%, spesies D yaitu 14%, spesies E yaitu 27%, spesies F yaitu 6%,
spesies G yaitu 4%, spesies H yaitu 4%, dan spesies I yaitu 3%.Menurut Andri
(2011), nilai kerapatan suatu spesies tumbuhan sangat dipengaruhi oleh
jumlah suatu individu dan luas kawasan yang didiaminya

Pada frekuensi mutlak spesies A yaitu 0,6, spesies B yaitu 1, spesies C


yaitu 0,6, spesies D yaitu 1, spesies E yaitu 0,9, spesies F yaitu 0,5, spesies G
yaitu 0,5, spesies H yaitu 0,3,dan spesies I yaitu 0,3. Jumlah keseluruhan dari
frekuensi mutlak yaitu 5,7.

Dari hasil frekuensi mutlak, selanjutnya dibagi total frekuensi untuk


menentukan frekuensi relatif. Frekuensi relatif spesies A yaitu 10%, spesies B
yaitu 17%, spesies C yaitu 10%, spesies D yaitu 17%, spesies E yaitu 15%,
spesies F yaitu 8%, spesies G yaitu 8%, spesies H yaitu 5%, dan spesies I
yaitu 5%. Menurut Novita (2012), frekuensi dipengaruhi oleh beberapa faktor,
seperti luas petak contoh, penyebaran tumbuhan dan ukuran jenis tumbuhan.

Nilai dari kerapatan relatif selanjutnya dijumlahkan dengan dominansi


relatif dan frekuensi relatif untuk menghasilkan nilai penting. Nilai penting
spesies A berjumlah 45, spesies B berjumlah 42, spesies C berjumlah 26,
spesies D berjumlah 42, spesies E berjumlah 71, spesies F berjumlah 21,
spesies G berjumlah 17, spesies H berjumlah 12,dan spesies I berjumlah 10.
Menurut (Wirakusumah, 2003) semakin luas petak contoh yang dibuat maka
semakin banyak macam spesies yang terdapat pada petak contoh tersebut.
Artinya semakin luas habitat tempat tersebut maka spesies yang kita temukan
akan semakin banyak.
IX. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diperoleh dari hasil praktikum kali ini adalah sebagai
berikut :

1) Dari hasil analisis didapatkan dari tabel penentuan jenis tanaman, A Rapat,
spesies B Rapat, spesies C Sedikit, spesies D Rapat, spesies E Rapat
sekali, spesies F Sedikit, spesies G Jarang sekali, spesies H Jarang,dan
spesies I Jarang sekali. Dimana tumbuhan yang mendominasi adalah jenis
E dan yang sangat jarang di temukan adalah jenis i.
2) Penyebaran dari suatu jenis tumbuhan dalam suatu komunitas yang
diamati yaitu secara tidak teratur.
3) Kerapatan mutlak tertinggi terdapat pada spesies E yaitu 43 sedangkan
kerapatan mutlak terendah terdapat pada spesies 1 yaitu 4.
X. Daftar pustaka

Fitriana. 2015. Laporan Praktikumekologi Tumbuhan Metode Jalur


(Transect) Lurus.Universitas Tadulako,Sulawesi Tengah.Diakses
pada 15 November 2022
XI. LAMPIRAN

Gambar 1. Alat dan bahan Gambar 2. Proses pembuatan plot jalur

Gambar 3.plot jalur, mengidentifikasi tumbuhan Gambar 4.

Dokumentasi tumbuhan hasil pengamatan

Digitaria sanguinalis Prophyllum ruderala


Stylosanthes bilfora L. Rotala ramosir

Acacia sp Crotalaria laburnifolia L

Ipomoea sp Schefflera sp
Tragia ramosa

Area Kampus Universitas Tadulako.Doc 12 November 2022_Praktikum Metode

jalur (Transect)

Anda mungkin juga menyukai