1.MERANTI 1.Meranti Bunga (Lat.: Shorea leprosula Miq.)
adalah nama yang umum di Sumatra dan Kalimantan.[1] Jenis tanaman ini termasuk suku miranti-mirantian (Lat.: Dipterocarpaceae).[2] Dalam perdagangan jenis ini digolongkan dalam kelompok meranti merah.[1][2] Meranti bunga berupa pohon yang dapat mencapai tinggi 70 meter dan diameter 110 cm, dengan tajuk tipis dan lebar, berbentuk payung dan berwarna merah tembaga pucat. 2.KAMPER 2. Pohon kamper atau penghasil kapur barus ini merupakan tumbuhan khas Nusantara. Pohon ini berperawakan besar dengan diameter batang berkisar 70 sentimeter. Tingginya dapat mencapai 62 meter ini
Kapur barus Yang kita gunakan selama ini
sesungguhnya sudah menjadi barang penting sejak abad ke-2 Masehi.
3.KERUING 3.Keruing di Indonesia banyak ditemukan di
wilayah Kalimantan, Sumatera, Lombok, Sumbawa, Bali dan Jawa.Pohon Keruing adalah jenis pohon berukuran tinggi besar dan batang pohonnya sering dimanfaatkan untuk bidang perkayuan dan konstruksi. Kayu keruing dari Indonesia sangat terkenal hingga ke mancanegara dan banyak diekspor karena memiliki harga jual tinggi.
Namun karena banyaknya permintaan kayu
keruing, keberadaannya kian mengkhawatirkan bahkan terancam punah. Kayu keruing sebenarnya juga bisa dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan selain dalam bidang pertukangan. 4.MAHONI 3.Mahoni adalah anggota suku Meliaceae yang mencakup 50 genera dan 550 spesies tanaman kayu.[1]Mahoni termasuk pohon besar dengan tinggi pohon mencapai 35–40 m dan diameter mencapai 125 cm.[2] Batang lurus berbentuk silindris dan tidak berbanir.[2] Kulit luar berwarna cokelat kehitaman, beralur dangkal seperti sisik, sedangkan kulit batang berwarna abu-abu dan halus ketika masih muda, berubah menjadi cokelat tua, beralur dan mengelupas setelah tua.[2]. Pohon ini banyak ditemukan di Jawa, Bali, dan Lombok. Di Lombok tepatnya di daerah kaki gunung Rinjani terdapat beberapa hutan mahoni di mana salah satu luasnya mencapai 800 ha.
5.POHON JATI 5.Pohon jati ini diperkirakan sebagai pohon
asli (endemi) Pulau Jawa, sebab spesies ini tidak ditemukan di kawasan lain. Beberapa contoh kawasan vegetasi ini adalah hutan Alas Roban di Jawa Tengah dan hutan jati di sekitar Jepara. 6.BAKAU 6.Hutan bakau ditemukan di banyak wilayah di Indonesia. Di Bali, hutan bakau terdapat di bagian selatan Bali di teluk Benoa, kabupaten Badung, seluas 1300 hektar. Di Jawa, hutan bakau terdapat di Muara Angke dan Pantai Indah Kapuk di Jakarta, Muara Gembong di Bekasi, Kulonprogo di Yogyakarta dan Wonorejo di Surabaya.
Mangrove adalah jenis tanaman dikotil yang
hidup di habitat air payau dan air laut. Mangrove merupakan tanaman hasil dari kegiatan budidaya atau diambil dari alam. Tanaman mangrove tidak dilindungi/dilarang untuk memanfaatkan bagian-bagian tanaman tersebut, misalnya dimanfaatkan untuk dijadikan bahan baku kosmetik/farmasi atau bahan tambahan tekstil (Dirjen P2HP, 2015).
Hutan mangrove adalah salah satu jenis hutan
yang banyak ditemukan pada kawasan muara dengan struktur tanah rawa dan/atau padat. Mangrove menjadi salah satu solusi yang sangat penting untuk mengatasi berbagai jenis masalah lingkungan terutama untuk mengatasi kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh rusaknya habitat untuk hewan. 7.KAYU PUTIH 7.Kayu putih merupakan pohon anggota suku jambu-jambuan yang dimanfaatkan sebagai sumber minyak kayu putih. Minyak diekstrak terutama dari daun dan rantingnya. Namanya diambil dari warna batangnya yang memang putih. Potensi tanaman kayu putih di Indonesia cukup besar mencangkup antara lain daerah Maluku, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tenggara, Bali dan Papua yang berupa hutan alam kayu putih. Sementara itu yang berada di Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat berupa hutan tanaman kayu putih
8.ROTAN 8.Indonesia merupakan negara penghasil
rotan terbesar di dunia. Diperkirakan 80% bahan baku rotan di seluruh dunia dihasilkan oleh Indonesia,Daerah penghasil rotan di Indonesia yaitu Pulau Kalimantan, Sulawesi, Sumatera hingga Papua.
Rotan merupakan tanaman merambat dari
famili Palmae. Berdasarkan sumber yang dikutip dari Warta Ekspor (Edisi Juni 2013), nama tanaman ini sesungguhnya berasal dari bahasa melayu yaitu “raut” yang bermakna mengupas, menguliti, atau menghaluskan.Tempat tumbuh rotan pada umumnya di daerah tanah berawa, tanah kering, hingga tanah pegunungan. Tanaman rotan hidup berumpun dan tumbuh menyebar di daerah perbukitan dan daerah pegunungan dengan ketinggian berkisar antara 300 – 1.000 meter dari permukaan laut (mdpl). Semakin tinggi tempat tumbuh maka semakin jarang dijumpai jenis rotan. 9.PALEM 9.Di Indonesia pohon palem sangat mudah untuk ditemui. Banyak orang yang menanamnya di pekarangan rumah sebagai peneduh atau penghias halaman. Ada banyak jenis tanaman pohon palem yang biasa ditanam di Indonesia. dengan berbagai jenis yang berbeda-beda mulai dari palem ekor ikan, sampai palem botol dengan mudah ditemukan di Indonesia.
Pohon palem adalah tanaman yang indah
sehingga Anda dapat memiliki taman yang tampak tropis bahkan di iklim yang sangat dingin. Daunnya, batangnya (batangnya) dan cara mereka berkembang begitu anggun sehingga tidak ada tanaman lain seperti itu yang dapat ditemukan.Mendekorasi taman dengan mereka selalu menyenangkan, karena ada lebih dari 3000 spesies dan ada banyak yang tentunya dapat diadaptasi untuk hidup dengan baik di daerah Anda.
10.CEMARA 10.Pohon cemara memang identik dengan
pohon Natal, karena pohon satu ini biasa dijadikan dekorasi rumah menjelang natal. Pohon yang dapat hidup ratusan tahun ini punya banyak manfaat lain juga. 11.DAMAR 11.Pohon Damar, atau disebut juga Dammar Raja, merupakan salah satu pohon asli Indonesia dan penghasil utama getah damar. Pohon damar di beberapa daerah disebut sebagai kaláne,kèssi, oeneëla (Maluku); dammar lulu atau dammar malolo (Sulawesi). Selain dinamai damar, di Indonesia kerap disebut juga sebagai damar raja. Dalam bahasa Inggris tanaman ini dikenal sebagai amboina pitch tree atau celebes kauri. Nama latin tumbuhan ini adalah Agathis dammara (Lamb.) Rich. & A. Rich. Uniknya, di Indonesia penggunaan istilah ‘damar’ saling tumpang tindih (rancu). Kata ‘damar’ juga digunakan untuk penyebutan resin (getah) yang dihasilkan oleh sejumlah pohon dari genus Shorea dan Hopea. Sedangkan getah pohon damar (Agathis dammara) lebih sering disebut sebagai ‘kopal’. Selain itu, penggunaan istilah ‘kayu damar’ malah digunakan untuk penyebutan kayu dari pohon jenis Araucaria. Sementara kayu pohon damar diperdagangkan sebagai kayu ‘Agatis’. 12.WARUBATU 12. Waru batu atau pohon waru banyak terdapat di Indonesia, di pantai yang tidak berawa, ditanah datar, dan di pegunungan hingga ketinggian 1700 meter di atas permukaan laut. Banyak ditanam di pinggir jalan dan di sudut pekarangan sebagai tanda batas pagar. Pada tanah yang baik, tumbuhan itu batangnya lurus dan daunnya kecil. Pada tanah yang kurang subur, batangnya bengkok dan daunnya lebih lebar.
Pohon ini cepat tumbuh sampai tinggi 5-15
meter, garis tengah batang 40-50 cm; bercabang dan berwarna coklat. Daun merupakan daun tunggal, berangkai, berbentuk jantung, lingkaran lebar/bulat telur, tidak berlekuk dengan diameter kurang dari 19 cm. Daun menjari, sebagian dari tulang daun utama dengan kelenjar berbentuk celah pada sisi bawah dan sisi pangkal. Sisi bawah daun berambut abu-abu rapat. Daun penumpu bulat telur memanjang, panjang 2.5 cm, meninggalkan tanda bekas berbentuk cincin. Bunga waru merupakan bunga tunggal, bertaju 8-11. Panjang kelopak 2.5 cm beraturan bercangap 5. Daun mahkota berbentuk kipas, panjang 5-7 cm, berwarna kuning dengan noda ungu pada pangkal, bagian dalam oranye dan akhirnya berubah menjadi kemerah-merahan. Tabung benang sari keseluruhan ditempati oleh kepala sari kuning. Bakal buah beruang 5, tiap rumah dibagi dua oleh sekat semu, dengan banyak bakal biji. Buah berbentuk telur berparuh pendek, panjang 3 cm, beruang 5 tidak sempurna, membuka dengan 5 katup (Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991).
Dalam pengobatan tradisional, akar waru
digunakan sebagai pendingin bagi sakit demam, daun waru membantu pertumbuhan rambut, sebagai obat batuk, obat diare berdarah/berlendir, amandel. Bunga digunakan untuk obat trakhoma dan masuk angin (Martodisiswojo dan Rajakwangun, 1995). Kandungan kimia daun dan akar waru adalah saponin dan flavonoid. Disamping itu, daun waru juga paling sedikit mengandung lima senyawa fenol, sedang akar waru mengandung tanin. 13.BUNGA CEMPAKA 13. Cempaka Tanaman yang hampir setiap bagiannya dapat dimanfaatkan ini tumbuh di beberapa kawasan di Indonesia, misalnya di pulau Sumatra, Sulawesi, Maluku, dan Jawa. Secara lebih luas tumbuhan bunga ini tersebar mulai dari India, Indo Cina, Indo Cina, dan Semenanjung Malaya, terutama di daerah hutan dengan kondisi tanah subur pada ketinggian 1600 mdpl. Bunga cempaka ini juga memiliki bermacam-macam jenis.
14.BUNGA KENANGA 14.Bunga kenanga merupakan bunga dari
pohon kenanga (Cananga odorata) yang banyak tumbuh di beberapa negara Asia, termasuk di Indonesia. Sebagian besar manfaat bunga kenanga biasanya berasal dari kandungan minyak esensial di dalamnya.
Kenanga biasa merupakan tumbuhan asli di
Indonesia dan ylang-ylang tumbuhan asli Filipina. Kenanga lazim pula ditanam di Polinesia, Melanesia, dan Mikronesia. Di Indonesia, bunga kenanga banyak menempati peran di dalam upacara-upacara khusus misalnya dalam upacara perkawinan. Kenanga adalah flora identitas Provinsi Sumatra Utara. 15.NIBUG 15.Nibung (Oncosperma tigillarium syn. O. filamentosum) adalah sejenis palma yang tumbuh di rawa-rawa Asia Tenggara, mulai dari Indocina hingga Kalimantan.
Tumbuhan ini berupa pohon dengan bentuk
khas palma: batang tidak atau jarang bercabang, dapat mencapai 25m, dapat memunculkan anakan yang rapat, membentuk kumpulan hingga 50 batang. Batang dan daunnya terlindungi oleh duri keras panjang berwarna hitam. Daunnya tersusun majemuk menyirip tunggal (pinnatus) yang berkesan dekoratif.
Kayu nibung sangat tahan lapuk sehingga
dipakai untuk penyangga rumah-rumah di tepi sungai di Sumatra dan Kalimantan. Temuan arkeologi di daerah Jambi menunjukkan sisa- sisa penyangga rumah dari kayu ini di atas tanah gambut dari perkampungan abad ke-11 hingga ke-13. [1] Kayunya juga dipakai untuk jala ikan (di Kalimantan). 16.DAUN SIRIH 16.Sirih adalah tanaman asli Indonesia yang tumbuh merambat atau bersandar pada batang pohon lain.[1] Sebagai budaya daun dan buahnya biasa dikunyah bersama gambir, pinang, tembakau dan kapur. Namun mengunyah sirih telah dikaitkan dengan penyakit kanker mulut dan pembentukan squamous cell carcinoma yang bersifat malignan. Juga kapurnya membuat pengerutan gusi (periodentitis) yang dapat membuat gigi tanggal, walaupun daun sirihnya yang mengandung antiseptik pencegah gigi berlubang.[2]
Sirih digunakan sebagai tanaman obat
(fitofarmaka); sangat berperan dalam kehidupan dan berbagai upacara adat rumpun Melayu.
Di Indonesia, sirih merupakan flora khas
provinsi Kepulauan Riau. Masyarakat Kepulauan Riau sangat menjunjung tinggi budaya upacara makan sirih khususnya saat upacara penyambutan tamu dan menggunakan sirih sebagai obat berbagai jenis penyakit. Walaupun demikian tanaman sirih banyak dijumpai di seluruh Indonesia, dimanfaatkan atau hanya sebagai tanaman hias. 17.PINANG MERAH 17.Pinang merah adalah sebutan umum bagi jenis palem hias yang memiliki kelopak berwarna merah atau kemerahan. Nama ini sebetulnya diberikan kepada Areca vestiaria Giseke, tetapi ternyata digunakan juga untuk palem merah (Cyrtostachys lakka Becc.). Areca vestiaria Giseke adalah sejenis pinang yang berasal dari Sulawesi Utara namun ditemukan pula di pulau-pulau di bagian utara Maluku Utara. Palem ini disebut juga pinang monyet/yaki oleh masyarakat setempat. 18.POHON ANDALAS 18.Pohon yang juga menjadi flora identitas bagi Provinsi Sumatera Barat itu menyimpan banyak cerita, mulai dari pemberian nama Pulau Sumatera, legenda tongkat Datuak Parpatiah Nan Sabatang, sampai kegunaannya sebagai obat kanker.
Pohon ini juga sangat kuat Karena
kekuatannya, dan keawetan pohon tersebut, Andalas terus diburu, dan saat ini sulit ditemukan. Pada tahun 50an masyarakat di sekitar lereng Gunung Marapi memanfaatkan pohon itu untuk tiang-tiang , dan rumah gadang.
Konon pohon itu, bisa awet hingga beratus
tahun lamanya. Tak hanya itu pohon tersebut jika dipotong menggunakan mesin sinsaw, maka mata pisau sinwaw tersebut akan cepat tumpul. 19.BUAH DUKU 19.Duku (Lansium domesticum) Duku merupakan tanaman asli Asia Tenggara. Duku banyak pula ditemukan di Indonesia, Malaysia, dan Thailand. Duku terbagi menjadi beberapa jenis yang kita kenal, yaitu duku, langsat dan kokosan, sedangkan jenis – jenis duku yang banyak ditanam di Indonesia sendiri antara lain duku komering, duku matesih, dan duku condet. Tanaman duku umumnya tumbuh di wilayah dengan curah hujan tinggi dan merata sepanjang tahun dengan curah hujan antara 1.500 – 2.500 mm/tahun. Ketinggian daerah yang sesuai untuk pertanaman duku adalah tidah lebih dari 650 meter di atas permukaan laut. 20.JERUK KUNCI 20.Indonesia merupakan Negara tropis, dimana berbagai jenis jeruk banyak dijumpai dan dibudidayakan mulai dari dataran rendah hingga dataran tinggi. Bahkan beberapa jenis jeruk tersebut telah menjadi unggulan daerah maupun nasional seperti jeruk manis Pacitan dari daerah Pacitan, Jawa Timur, jeruk manis waturejo dari Jawa Tengah, Siam Pontianak dari Kalimantan Barat dan lain-lain.
Pertanian berperan sangat penting dalam
memproduksi dan menyediakan beraneka pangan bagi masyarakat. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumberdaya alam yang luar biasa. Salah satu sumberdaya yang belum dimanfaatkan secara optimal dan bahkan sering terkesan diabaikan adalah tanaman Jeruk Kunci. Tumbuhan dan buah ini bisa kita jumpai dimana-mana di daerah Bangka Belitung dan jarang bisa ditemukan di luar pulau Bangka. Jeruk ini lebih lembut dan sangat mudah diperas, rasa asam yang benar-benar khas yang membuat jeruk ini berbeda dengan jeruk yang lainnya. Jeruk kunci banyak disajukan di warung- warung seperti warung bakso dan lain-lain, Hal ini juga dapat menambah selera makan bagi yang senang dengan makanan yang sedikit asam. 21.BUNGA ASHAR 21,Bunga ashar dikenal juga sebagai kembang pukul empat atau Four o’clock plant yang dalam bahasa latin disebut Mirabilis jalapa L. Meskipun bunga ashar atau kembang pukul empat bukan bunga asli Indonesia melainkan berasal dari Meksiko, namun bunga ashar ditetapkan sebagai flora identitas provinsi Lampung. Dinamakan bunga ashar atau asar dan kembang pukul empat lantaran kebiasaan bunga ini yang mekar pada sore hari sekitar pukul empat sehingga pada jaman dulu masyarakat Lampung menggunakannya sebagai pertanda masuknya waktu sholat Ashar. Karena itu bunga ashar atau kembang pukul empat sering ditanam di pekarang atau di depan surau. Tumbuhan hias ini sering disebut juga sebagai kederat, segerat, tegerat (Jawa), noja (Bali), pukul ampa (Minahasa), bunga tete apa, bunga-bunga parangghi (Makasar), bunga-bunga parengki (Bugis), lore laka (Timor), kupa oras (Ambon), Cako rana (Ternate), kembang asar (Lampung), kembang pagi sore, kempang pukul empat, bunga waktu kecil (Melayu). 22.KOKOLECERAN 22.Kokoleceran adalah maskot provinsi Banten[1] yang merupakan salah satu tanaman endemik Banten yang dipercaya hanya terdapat di Taman Nasional Ujung Kulon[2] Pohon ini dapat tumbuh tinggi hingga 30 m, bagian pohon yang muda berbulu halus lebat.[2] Daun menjorong atau melanset, dengan tangkai daun yang panjang hingga 2.2 cm panjangnya. Bunga kokoleceran panjangnya mencapai 7 cm, sedangkan buah tanaman endemik ini agak bulat dan mempunyai tangkai yang pendek sekitar 5 mm panjangnya, pada buahnya terdapat biji yang berdiameter mencapai 1 cm.[2] Kokoleceran termasuk dalam famili Dipterocarpaceae dan berkerabat dekat dengan Resak hiru.[3] 23.SALAK CONDET 23.Salak adalah sejenis palma dengan buah yang biasa dimakan. Ia dikenal juga sebagai sala (Min., Mak., Bug.,[1] dan Thai). Dalam bahasa Inggris disebut salak atau snake fruit, sementara nama ilmiahnya adalah Salacca zalacca. Buah ini disebut snake fruit karena kulitnya mirip dengan sisik ular.Salak condet merupakan flora provinsi DKI Jakarta.
Salak ditemukan tumbuh liar di alam di Jawa
bagian barat daya dan Sumatra bagian selatan. Akan tetapi asal usul salak yang pasti belum diketahui. Salak dibudidayakan di Thailand, Malaysia dan Indonesia, ke timur sampai Maluku. Salak juga telah diintroduksi ke Filipina, Papua Nugini, Queensland dan juga Fiji.
Sebagian ahli menganggap salak yang tumbuh
di Sumatra bagian utara berasal dari jenis yang berbeda, yakni S. sumatrana Becc.. S. zalacca sendiri dibedakan lagi atas dua varietas botani, yakni var. zalacca dari Jawa dan var. amboinensis (Becc.) Mogea dari Bali dan Ambon.[3] 24.GANDARIA 24.Gandaria (Bouea macrophylla Griff.) atau nama lokal lainnya jatake adalah tanaman yang berasal dari kepulauan Indonesia dan Malaysia. Tanaman ini tumbuh di daerah tropis, dan banyak dibudidayakan di Sumatra dan Thailand.
Gandaria dimanfaatkan buah, daun, dan
batangnya. Buah gandaria berwarna hijau saat masih muda, dan sering dikonsumsi sebagai rujak atau campuran sambal gandaria. Buah gandaria yang matang berwarna kuning, memiliki rasa kecut-manis dan dapat dimakan langsung. Daunnya digunakan sebagai lalap. Batang gandaria dapat digunakan sebagai papan. Gandaria adalah flora identitas Jawa Barat.[1] 25.BUNGA KANTIL 25.Cempaka putih atau kantil (Magnolia × alba (D.C.) Figlar & Noot.) adalah salah satu anggota suku Magnoliaceae. Tumbuhan ini dikenal di Indonesia dan beberapa negara tetangganya karena kuncup bunganya sering kali dipakai dalam upacara-upacara tradisional atau ritual tertentu. Secara botani, ia adalah hibrida (hasil persilangan) antara M. Champaca dan M. Montana.
Cempaka putih merupakan tumbuhan
berkayu yang tingginya dapat mencapai 30 meter. Memiliki daun tunggal berbentuk bulat telur atau hampir lanset. Memiliki bunga berdiri sendiri dengan mahkota berwarna putih dan berbau harum[1]
Cempaka putih atau kantil merupakan bunga
berwarna putih dan berbau harum yang pohonnya dapat mencapai tinggi hingga 30 meter.
Cempaka putih memiliki nama latin Michelia
alba, merupakan tanaman khas dari provinsi Jawa Tengah dan masih satu keluarga dengan bunga jeumpa atau cempaka kuning.
Cempaka putih memiliki beberapa nama di
berbagai daerah di Indonesia.Di Jawa, bunga ini bernama kantil, di Sunda disebut cempaka bodas, di Madura disebut campaka, di Aceh dikenal dengan jeumpa gadeng, sedangkan di Minangkabau campaka putieh.
Sementara itu, di Mongondow sampaka
mopusi, di Makassar bunga eja kebo, di Bugis bunga eja mapute, di Ternate capaka bobudo, serta di Tidore disebut dengan capaka bobulo.
Dalam Bahasa Inggris, Cempaka putih dikenal
dengan nama white champaca, di Filipina lain lagi, kantil dikenal dengan nama tsampakang puti. (1) 26.POHON BURAHOL 26.Tumbuhan kepel atau burahol (Stelechocarpus burahol) adalah pohon penghasil buah hidangan meja yang menjadi flora identitas Daerah Istimewa Yogyakarta.[1][2] Buah kepel digemari puteri kraton-kraton di Jawa karena dipercaya menyebabkan keringat beraroma wangi dan membuat air seni tidak berbau tajam. 27.BUNGA SEDAP MALAM 27.Bunga Sedap Malam tumbuh merumpun dengan tinggi sekitar 0,5 – 1,5 meter. Serumpun batangnya tumbuh dari satu atau beberapa umbi induk dan beberapa umbi anak. Umbi ini merupakan batang semu sekaligus sebagai penyimpan makanan. Umbi bunga Sedap Malam juga digunakan untuk perbanyakan tanaman secara vegetatif.
Daun bunga Sedap Malam (Polianthes
tuberosa) berbentuk panjang pipih berwarna hijau mengkilat di bagian permukaan atas dan hijau muda pada bagian permukaan bawah daun. Pada pangkal daun terdapat bintik- bintik berwarna kemerah-merahan. Daun dapat berukuran hingga sepanjang 60 cm.
Tangkai bunga muncul di ujung tanaman
berbentuk memanjang dan beruas-ruas. Di setiap ruas muncul daun bunga yang berbentuk pipih memanjang dengan ukuran lebih kecil dari daun biasa. Pada tangkai bunga melekat 5-12 kuntum bunga (terkadang lebih) dengan mahkota bunga berwarna putih dan sedikit kemerahan di bagian ujung. 28.TENGKAWAN TUNGKUL 28.Tengkawang merupakan salah satu flora yang tumbuh di hutan Kalimantan Barat dan telah dibudidayakan sejak 1881. Masuk dalam genus Shorea atau meranti, membuat pohon ini mempunyai nilai ekonomis yang baik, yakni penghasil minyak nabati.
Salah satu meranti yang merupakan tanaman
endemik Kalimantan Barat adalah meranti merah (Shorea stenoptera). Dalam bahasa setempat disebut Tengkawang Tungkul. Dalam Bahasa Inggris dikenal dengan illipe nut atau Borneo tallow nut.
Biji meranti merah diolah untuk menghasilkan
minyak nabati. Turunannya juga digunakan sebagai bahan dasar pembuatan makanan, cokelat, pelumas, obat, lilin, dan kosmetik. Kegunaannya ini, membuat suku Dayak di Kalimantan Barat menganggap tengkawang sebagai pohon kehidupan. Bahkan, karena manfaatnya yang penting pohon ini diwariskan kepada keturunannya. Jika sudah tua, batangnya digunakan untuk membuat rumah. 29.ANGGREK HITAM 29.Anggrek hitam (Coelogyne pandurata) adalah spesies anggrek yang tumbuh di Semenanjung Malaya, Kalimantan, dan Sumatra.[1][2] Anggrek hitam adalah maskot flora provinsi Kalimantan Timur. Saat ini, habitat asli anggrek hitam mengalami penurunan jumlah yang cukup besar karena semakin menyusutnya luas hutan di Kalimantan namun masih bisa ditemukan di cagar alam Kersik Luway dalam jumlah yang sedikit. Diperkirakan jumlah yang lebih banyak berada di tangan para kolektor anggrek.Anggrek hitam adalah maskot flora provinsi Kalimantan Timur. Saat ini, habitat asli anggrek hitam mengalami penurunan jumlah yang cukup besar karena semakin menyusutnya luas hutan di Kalimantan namun masih bisa ditemukan di cagar alam Kersik Luway dalam jumlah yang sedikit. 30.POHON MAJEGAU 30.Tanaman ini memiliki nama ilmiah Dysoxylum densiflorum. Ia termasuk dalam keluarga Meliaceae berkerabat dengan tanaman mahoni. Setiap daerah memiliki sebutan yang berbeda-beda untuk majegau, seperti pingku (Sunda), cempaga (Jawa), kheuruh (Madura), dan tumbawa rendai (Minahasa).
Majegau mempunyai batang yang keras dan
awet. Di Bali kayu majegau digunakan dalam upacara adat karena wanginya yang harum. Selain itu kayunya juga digunakan untuk bahan bangunan suci atau ukiran.
Majegau di Bali bukan menjadi sekedar pohon
atau identitas. Majegau adalah pohon yang sangat disakralkan. Batang majegau dipercaya sebagai simbolisasi Bhatara Sadasiwa, sehingga sering digunakan dalam upacara manusa yadnya, yaitu suatu upacara suci atau pengorbanan suci yang bertujuan untuk memelihara hidup dan membersihkan lahir batin manusia. Kayu majegau juga sering digunakan sebagai kayu bakar upacara karena memiliki bau yang harum. Selain itu, majegau juga berpotensi sebagai obat, khususnya untuk mengobati penyakit sulit buang air. 31.BUAH LONTAR 31. Buah lontar berasal dari jenis tanaman palma. Buah yang mirip dengan kolang-kaling ini memiliki nama latin Borassus flabellifer. Pohon dari buah lontar mirip dengan pohon kelapa dan tingginya mencapai puluhan meter. Di Indonesia sendiri pohon lontar banyak ditemui di daerah Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Bali.
Buah lontar populer dengan nama siwalan.
Terdapat dua lapisan kulit buah lontar, yaitu
lapisan kulit dan lapisan dalam.
Kulit buah lontar berwarna gelap dan keras,
sedangkan lapisan kulit dalamnya bersifat lunak.
Buah lontar yang masih muda bentuknya
cenderung transparan, terasa lebih lembut, dan lebih banyak mengandung air dibandingkan buah tuanya.
Rasa yang dihasilkan oleh buah lontar adalah
manis dan segar.
Buah lontar juga mengandung banyak
karbohidrat, air, dan memiliki kadar lemak yang rendah. (1) 32.GAUPAS 32.Pohon gofasa merupakan salah satu jenis pohon terpenting di Sulawesi atau di beberapa daerah dikenal pula dengan nama gofasa (Gusmiaty dkk, 2012). Namun beberapa orang lokal sering menyebut sebagai kayu biti, bitum, bana dan sassuwar. Pohon ini sebenarnya telah ditetapkan menjadi flora identitas Provinsi Gorontalo dengan nama gupasa atau gofasa. Beberapa tahun terakhir sudah ada pohon bitti/gofasa ditemukan di Sulawesi Tengah khususnya di kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Palu.Kawasan Tahura Palu merupakan salah satu kawasan konservasi yang ada di Propinsi Sulawesi Tengah, kawasan ini ditetapkan oleh Menteri Kehutanan dan Perkebunan dengan surat keputusan Nomor 24/Kpts-II/1999 tanggal 29 Januari 1999 dengan luas 7.128 Ha. Secara geografis Taman Hutan Raya (TAHURA) Palu terletak pada posisi 1190 54’ 48”- 12000’ 24” BT sampai dengan 00 48 - 00 59’ LS. Secara administrasi pemerintah Tahura Palu terletak di Kecamatan Mantikulore, Kecamatan Palu Selatan, dan Kecamatan Sigi Biromaru Propinsi Sulawesi Tengah. 33.CENGKEH 33.Selain di Maluku, cengkeh juga bisa ditemukan di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Maluku, NTT, Papua, Riau, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Selawesi Utara, Sumatera Selatan, dan DI Yogyakarta.
Cengkih atau cengkeh (Syzygium aromaticum,
syn. Eugenia aromaticum), adalah kuncup bunga kering beraroma dari keluarga pohon Myrtaceae. Cengkih adalah tanaman asli Indonesia, banyak digunakan sebagai bumbu masakan pedas di negara-negara Eropa[1], dan sebagai bahan utama rokok kretek khas Indonesia. Cengkih ditanam terutama di Indonesia dan Madagaskar; selain itu juga dibudidayakan di Zanzibar, India, dan Sri Lanka. Cengkih umumnya memiliki musim panen yang bervariasi di negara-negara penghasilnya.[2] Tumbuhan ini adalah flora identitas Provinsi Maluku Utara. 32.MATOA 32.Matoa juga terdapat di beberapa daerah di Sulawesi, Maluku, dan Papua New Guinea. Buah matoa memiliki rasa yang manis.[2] Di Papua dikenal 2 jenis matoa, yaitu matoa kelapa dan matoa papeda.
Matoa (Pometia pinnata) adalah tanaman
buah khas Papua. Pohon matoa tergolong besar dengan tinggi rata-rata 18 meter dan berdiameter rata-rata maksimum 100 cm. Pohon matoa umumnya berbuah sekali dalam setahun. Biasanya, pohon ini berbunga pada bulan Juli sampai Oktober dan berbuah tiga atau empat bulan kemudian. Penyebaran buah matoa di Papua hampir terdapat di seluruh wilayah dataran rendah hingga ketinggian ± 1200 m dpl. Pohon ini tumbuh baik pada daerah yang kondisi tanahnya kering (tidak tergenang) dengan lapisan tanah yang tebal. Iklim yang dibutuhkan untuk pertumbuhan yang baik adalah iklim dengan curah hujan yang tinggi (>1200 mm/tahun).[ DLL