Anda di halaman 1dari 8

14 Tanaman Khas Provinsi Indonesia

Flora atau tumbuhan/tanaman selain merupakan hiasan dan filter udara, juga menjadi ciri khas
dari suati daerah. Nah berikut ini adalah beberapa jenis tanaman yang menjadi ciri khas daerah-
daerah / provinsi di Indonesia

1. Aceh – Bungong Jeumpa (Michelia champaca)

Cempaka wangi (Magnolia champaca/Michelia champaca) adalah


pohon hijau abadi besar yang bunga putih atau kuningnya dikenal
luas sebagai sumber wewangian. Tumbuhan asal anak benua India
dan Asia Tenggara ini juga berguna kayunya dan berfungsi pula
sebagai penghias taman. Bijinya terbungkus oleh salut biji yang
disukai burung. Cempaka wangi adalah flora identitas untuk
Provinsi Aceh; di sana dikenal sebagai bungong jeumpa.

Dalam percakapan sehari-hari, yang dimaksud dengan cempaka


biasanya adalah cempaka wangi ini. Nama “cempaka” dipinjam
dari bahasa Sanskerta. Nama-nama dalam berbagai bahasa di India juga memiliki nama bermiripan,
seperti champac, sonchaaphaa, atau sampangi.

Bunga cempaka wangi melepaskan aroma yang harum. Bunga yang masih kuncup biasa menjadi hiasan
rambut atau diletakkan pada mangkuk berisi air sebagai pengharum ruangan. Aromanya menjadi
komponen utama salah satu parfum dari Prancis, Joy.

Pohon cempaka biasa ditanam di pekarangan rumah, kuil, atau pekuburan. Karena asosiasi dengan
tempat-tempat suci, pohon cempaka wangi sering dianggap sebagai pohon keramat.

Cempaka wangi dapat diperbanyak dengan cangkok atau dengan menumbuhkan bijinya.

2. Sumatera Utara – Kenanga (Cananga odorata)

Kenanga (Cananga odorata) adalah nama bagi sejenis bunga dan


pohon yang menghasilkannya. Ada dua forma kenanga, yaitu
macrophylla, yang dikenal sebagai kenanga biasa, dan genuina,
dikenal sebagai kenanga filipina atau ylang-ylang. Selain itu,
masih dikenal pula kenanga perdu (Cananga odorata fruticosa),
yang banyak ditanam sebagai hiasan di halaman rumah.

Cananga odorata tumbuh dengan cepat hingga lebih dari 5 meter


per tahun dan mampu mencapai tinggi rata-rata 12 meter. Batang
pohon kenanga lurus, dengan kayu keras dan cocok untuk bahan
peredam suara (akustik). Memerlukan sinar matahari penuh atau sebagian, dan lebih menyukai tanah yang
memiliki kandungan asam di dalam habitat aslinya di dalam hutan tadah hujan. Daunnya panjang, halus
dan berkilau. Bunganya hijau kekuningan (ada juga yang bersemu dadu, tetapi jarang), menggelung
seperti bentuk bintang laut, dan mengandung minyak biang, cananga oil yang wangi.Ylang-ylang juga
berupa pohon, tetapi tidak setinggi pohon kenanga biasa. Kenanga perdu yang biasa ditanam di halaman
rumah, hanya bisa tumbuh paling tinggi tiga meter.

Kenanga biasa merupakan tumbuhan asli di Indonesia dan ylang-ylang tumbuhan asli Filipina. Kenanga
lazim pula ditanam di Polinesia, Melanesia, dan Mikronesia. Di Indonesia, bunga kenanga banyak
menempati peran di dalam upacara-upacara khusus misalnya dalam upacara perkawinan.
Kenanga adalah flora identitas Provinsi Sumatera Utara.
3. Sumatera Barat – Pohon Andalas (Morus macroura)

Andalas atau bebesaran atau murbei (Latin: Morus) adalah sebuah


genus yang terdiri dari 10–16 spesies pohon tertentu yang asli
berasal dari daerah panas sedang dan subtropis di Asia, Afrika dan
Amerika. Mayoritas spesies asli berasal dari Asia. Salah satunya
yang terkenal adalah di desa Andaleh, kecamatan Batipuh,
Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat, yang telah mencapai usia
lebih dari 120 tahun.

Bebesaran tumbuh cukup cepat pada saat masih muda, namun


kemudian tumbuh lambat dan tingginya jarang melebihi 10-15 m.
Daun bebesaran merupakan daun sederhana berbentuk cuping dan
menggergaji di bagian tepi. Buah murbei merupakan buah majemuk
dengan panjang 2-3 cm, berwarna merah bila masih mudah dan ungu tua bila ranum, dan dapat dimakan.

Bebesaran terutama terkenal karena dedaunannya digunakan sebagai makanan ulat sutra. Selain itu,
andalas (Morus macroura), salah satu spesies bebesaran, sering digunakan kayunya untuk lantai rumah
atau mebel karena kuat dan keras.

Riau – Nibung (Oncosperma tigillarium)

Nibung (Oncosperma tigillarium) adalah sejenis palma yang tumbuh


di rawa-rawa Asia Tenggara, mulai dari Indocina hingga Kalimantan.

Tumbuhan ini berupa pohon dengan bentuk khas palma: batang tidak
atau jarang bercabang, dapat mencapai 25m, dapat memunculkan
anakan yang rapat, membentuk kumpulan hingga 50 batang. Batang
dan daunnya terlindungi oleh duri keras panjang berwarna hitam.
Daunnya tersusun majemuk menyirip tunggal (pinnatus) yang
berkesan dekoratif.

Kayu nibung sangat tahan lapuk sehingga dipakai untuk penyangga


rumah-rumah di tepi sungai di Sumatera dan Kalimantan. Temuan arkeologi di daerah Jambi
menunjukkan sisa-sisa penyangga rumah dari kayu ini di atas tanah gambut dari perkampungan abad ke-
11 hingga ke-13. Kayunya juga dipakai untuk jala ikan (di Kalimantan).
Nibung adalah tumbuhan indentitas Provinsi Riau.

4. Kepulauan Riau – Sirih (Piper betle)

Sirih merupakan tanaman asli Indonesia yang tumbuh merambat atau


bersandar pada batang pohon lain. Sebagai budaya daun dan buahnya
biasa dimakan dengan cara mengunyah bersama gambir, pinang dan
kapur. Namun mengunyah sirih telah dikaitkan dengan penyakit kanker
mulut dan pembentukan squamous cell carcinoma yang bersifat
malignan. Sirih digunakan sebagai tanaman obat (fitofarmaka); sangat
berperan dalam kehidupan dan berbagai upacara adat rumpun Melayu.
Tanaman merambat ini bisa mencapai tinggi 15 m. Batang sirih
berwarna coklat kehijauan,berbentuk bulat, beruas dan merupakan
tempat keluarnya akar. Daunnya yang tunggal berbentuk jantung,
berujung runcing, tumbuh berselang-seling, bertangkai, dan mengeluarkan bau yang sedap bila diremas.
Panjangnya sekitar 5 – 8 cm dan lebar 2 – 5 cm. Bunganya majemuk berbentuk bulir dan terdapat daun
pelindung ± 1 mm berbentuk bulat panjang. Pada bulir jantan panjangnya sekitar 1,5 – 3 cm dan terdapat
dua benang sari yang pendek sedang pada bulir betina panjangnya sekitar 1,5 – 6 cm dimana terdapat
kepala putik tiga sampai lima buah berwarna putih dan hijau kekuningan. Buahnya buah buni berbentuk
bulat berwarna hijau keabu-abuan. Akarnya tunggang, bulat dan berwarna coklat kekuningan.
5. Jambi – Palem Merah (Cyrtostachys renda)

Palem merah adalah tanaman hias populer yang biasa dijumpai di


pekarangan rumah. Nama merah diambil dari warna pelepah daunnya
yang merah pekat menyala. Palem merah sekarang menjadi salah satu
tumbuhan langka karena eksploitasi besar-besaran di hutan Sumatra dan
Malaya, tempat asalnya. Terdapat varian yang sekarang dianggap
sebagai varietas, yang dikenal sebagai palem jingga (C. renda Blume).
Palem merah adalah flora maskot Provinsi Jambi.

6. Sumatera Selatan – Duku (Lansium domesticum)

Duku adalah nama umum dari sejenis buah-buahan anggota suku Meliaceae. Tanaman yang
berasal dari Asia Tenggara sebelah barat ini dikenal pula dengan nama-nama yang lain seperti
langsat, kokosan, pisitan, celoring dan lain-lain dengan pelbagai variasinya. Nama-nama yang
beraneka ragam ini sekaligus menunjukkan adanya aneka kultivar yang tercermin dari bentuk
buah dan pohon yang berbeda-beda.

Duku adalah tumbuhan identitas untuk Provinsi Sumatera Selatan.

Pohon yang berukuran sedang, dengan tinggi mencapai 30 m dan gemang


hingga 75 cm. Batang biasanya beralur-alur dalam tak teratur, dengan
banir (akar papan) yang pipih menonjol di atas tanah. Pepagan (kulit
kayu) berwarna kelabu berbintik-bintik gelap dan jingga, mengandung
getah kental berwarna susu yang lengket (resin).
Daun majemuk menyirip ganjil, gundul atau berbulu halus, dengan 6–9
anak daun yang tersusun berseling, anak daun jorong (eliptis) sampai
lonjong, 9-21 cm × 5-10 cm, mengkilap di sisi atas, seperti jangat, dengan
pangkal runcing dan ujung meluncip (meruncing) pendek, anak daun
bertangkai 5–12 mm.
Bunga terletak dalam tandan yang muncul pada batang atau cabang yang
besar, menggantung, sendiri atau dalam berkas 2–5 tandan atau lebih, kerap bercabang pada pangkalnya,
10–30 cm panjangnya, berambut. Bunga-bunga berukuran kecil, duduk atau bertangkai pendek,
menyendiri, berkelamin dua. Kelopak berbentuk cawan bercuping-5, berdaging, kuning kehijauan.
Mahkota bundar telur, tegak, berdaging, 2-3 mm × 4-5 mm, putih hingga kuning pucat. Benang sari satu
berkas, tabungnya mencapai 2 mm, kepala-kepala sari dalam satu lingkaran. Putiknya tebal dan pendek.

Buah buni yang berbentuk jorong, bulat atau bulat memanjang, 2-4(-7) cm × 1,5-5 cm, dengan bulu halus
kekuning-kuningan dan daun kelopak yang tidak rontok. Kulit (dinding) buah tipis hingga tebal (kira-kira
6 mm). Berbiji 1–3, pipih, hijau, berasa pahit; biji terbungkus oleh salut biji (arilus) yang putih bening
dan tebal, berair, manis hingga masam. Kultivar-kultivar yang unggul memiliki biji yang kecil atau tidak
berkembang (rudimenter), namun arilusnya tumbuh baik dan tebal, manis.

Perbanyakan duku yang dilakukan menggunakan biji mengakibatkan lambannya tanaman dalam
menghasilkan buah. Tanaman baru berbunga pada umur 10 sampai 15 tahun. Perkecambahan tumbuhan
ini memiliki perilaku poliembrioni (satu biji menghasilkan banyak embrio atau semai): satu embrio hasil
pembuahan, dan sisanya embrio apomiktik. Embrio apomiktik berkembang dari jaringan pohon induk
sehingga keturunannya memiliki karakter yang serupa dengan induknya. Biji bersifat rekalsitran,
penyimpanan lebih daripada tujuh hari akan menyebabkan kemunduran daya kecambah yang cepat.
Perbanyakan vegetatif dilakukan dengan pencangkokan dan sambung pucuk.
7. Bengkulu – Suweg Raksasa (Amorphophallus titanum)

Bunga bangkai atau suweg raksasa atau batang krebuit (nama lokal
untuk fase vegetatif), Amorphophallus titanum, merupakan tumbuhan
dari suku talas-talasan (Araceae) endemik dari Sumatera, Indonesia,
yang dikenal sebagai tumbuhan dengan bunga (majemuk) terbesar di
dunia, meskipun catatan menyebutkan bahwa kerabatnya, A. gigas
(juga endemik dari Sumatera) dapat menghasilkan bunga setinggi 5m.
Namanya berasal dari bunganya yang mengeluarkan bau seperti
bangkai yang membusuk, yang dimaksudkan sebenarnya untuk
mengundang kumbang dan lalat penyerbuk bagi bunganya. Banyak
orang sering salah mengira dan tidak bisa membedakan bunga
bangkai dengan “Rafflesia arnoldii” mungkin karena orang sudah mengenal bahwa Rafflesia sebagai
bunga terbesar dan kemudian menjadi bias dengan ukuran bunga bangkai yang juga besar.

Tumbuhan ini memiliki dua fase dalam kehidupannya yang muncul secara bergantian, fase vegetatif dan
fase generatif. Pada fase vegetatif muncul daun dan batang semunya. Tingginya dapat mencapai 6m.
Setelah beberapa waktu (tahun), organ vegetatif ini layu dan umbinya dorman. Apabila cadangan
makanan di umbi mencukupi dan lingkungan mendukung, bunga majemuknya akan muncul. Apabila
cadangan makanan kurang tumbuh kembali daunnya.

Bunganya sangat besar dan tinggi, berbentuk seperti lingga (sebenarnya adalah tongkol atau spadix) yang
dikelilingi oleh seludang bunga yang juga berukuran besar. Bunganya berumah satu dan protogini: bunga
betina reseptif terlebih dahulu, lalu diikuti masaknya bunga jantan, sebagai mekanisme untuk mencegah
penyerbukan sendiri. Hingga tahun 2005, rekor bunga tertinggi di penangkaran dipegang oleh Kebun
Raya Bonn, Jerman yang menghasilkan bunga setinggi 2,74m pada tahun 2003. Pada tanggal 20 Oktober
2005, mekar bunga dengan ketinggian 2,91m di Kebun Botani dan Hewan Wilhelma, Stuttgart, juga di
Jerman. Namun demikian, Kebun Raya Cibodas, Indonesia mengklaim bahwa bunga yang mekar di sana
mencapai ketinggian 3,17m pada dini hari tanggal 11 Maret 2004. Bunga mekar untuk waktu sekitar
seminggu, kemudian layu. Apabila pembuahan terjadi, akan terbentuk buah-buah berwarna merah dengan
biji di pada bagian bekas pangkal bunga. biji-biji ini dapat ditanam. Setelah bunga masak, seluruh bagian
generatif layu. Pada saat itu umbi mengempis dan dorman. Apabila mendapat cukup air, akan tumbuh
tunas daun dan dimulailah fase vegetatif kembali. Karena keunikan bunga ini, bunga ini sering
diperjualbelikan oleh manusia, itulah faktor utama bunga ini langka.

8. Lampung – Bunga ashar (Mirabilis jalapa)

Bunga Ashar mekar pada sore hari, dan bunga ini dipergunakan
sebagai pertanda telah masuknya waktu Shalat Ashar bagi
masyarakat yang beragama Islam pada jaman dahulu. Bunga ini
disenangi oleh masyarakat Lampung semenjak Agama Islam masuk
ke daerah Lampung sekitar abad ke IV. Oleh karena bunga tersebut
berkaitan dengan petunjuk waktu sholat, maka penduduk desa di
jaman dahulu banyak menanam bunga tersebut di pekarangan rumah
atau di depan pondok (Surau) dan kebiasaan ini sampai sekarang
masih banyak kita temui di pelosok/di desa-desa masyarakat
Lampung. Bijinya yang berdaging (lembaga) berwarna putih pada
jaman dahulu digunakan untuk bahan bedak.

Bunga Ashar merupakan tanaman hias, pada umur 3 bulan tanaman ini baru mulai berbunga. Bunganya
seperti terompet kecil, warna bunga tergantung jenisnya, ada yang merah, putih, kuning, bahkan kadang-
kadang dalam satu pohon terdapat warna campuran. Batangnya tebal dan tegak tidak berbulu dan banyak
bercabang-cabang. Daunnya berbentuk seperti gambar hati berujung runcing dan panjangnya 3 – 15 cm.
lebarnya 2 – 9 cm. Bijinya bulat berkerut, jika sudah masak berukuran 8 mm. Pada waktu muda bijinya
berwarna hijau, kemudian berubah menjadi hitam kehitaman. Akhirnya pada saat matang bewarna hitam
sepenuhnya. Tanaman ini biasanya tumbuh liar tidak terpelihara.
Bunga Ashar merupakan tanaman tropis, dapat tumbuh sampai ketinggian 1.200 m di atas permukaan
laut. Suhu yang dikehendaki berkisar antara 26 – 30º C, meskipun suhu lingkungan sejuk, namun
demikian juga membutuhkan sinar matahari yang cukup. Tanah yang dikehendaki untuk pertumbuhan
Bunga Pukul Empat adalah tanah yang gembur, subur, dengan pH tanah 6 – 7. Bunga Ashar atau Bunga
Pukul Empat berbunga sepanjang tahun.

9. Banten – Kokoleceran (Vatica bantamensis)

Kokoleceran merupakan pohon yang mampu mencapai tinggi hingga


30 m. Pada bagian batang yang muda memiliki bulu-bulu halus dan
lebat. Daun Kokoleceran menjorong atau melanset, dengan tangkai
daun yang panjangnya mencapai 2.2 cm. Perbungaannya malai dan
terdapat di ujung daun atau di ketiak daun.
Bunga kokoleceran panjangnya mencapai 7 cm. Buah tanaman
endemik ini agak bulat dan mempunyai tangkai yang pendek sekitar 5
mm panjangnya. Pada buahnya terdapat biji yang berdiameter
mencapai 1 cm.

Pohon Kokoleceran (Vatica bantamensis) merupakan tanaman endemik yang hanya terdapat di Taman
Nasional Ujung Kulon. Cara perkembangbiakan pohon misterius ini adalah dengan biji. Tanaman ini
berkerabat dekat dengan Resak Hiru (Vatica rassak) Yang batangnya banyak dimanfaatkan sebagai bahan
bangunan dan pembuatan kapal.

Populasi tumbuhan yang menjadi flora identitas provinsi Banten ini sampai sekarang masih misterius dan
tidak diketahui dengan pasti. Yang pasti IUCN Redlist memasukkan Kokoleceran (Vatica bantamensis)
dalam status konservasi “Terancam” (EN; Endangered).

10. DKI Jakarta – Salak condet (Salacca edulis)

Salak adalah sejenis palma dengan buah yang biasa dimakan. Ia


dikenal juga sebagai sala. Dalam bahasa Inggris disebut salak atau
snake fruit, sementara nama ilmiahnya adalah Salacca zalacca. Buah
ini disebut snake fruit karena kulitnya mirip dengan sisik ular.

Palma berbentuk perdu atau hampir tidak berbatang, berduri banyak,


melata dan beranak banyak, tumbuh menjadi rumpun yang rapat dan
kuat. Batang menjalar di bawah atau di atas tanah, membentuk
rimpang, sering bercabang, diameter 10-15 cm.

Daun majemuk menyirip, panjang 3-7 m; tangkai daun, pelepah dan anak daun berduri panjang, tipis dan
banyak, warna duri kelabu sampai kehitaman. Anak daun berbentuk lanset dengan ujung meruncing,
berukuran sampai 8 x 85 cm, sisi bawah keputihan oleh lapisan lilin.

Kebanyakan berumah dua (dioesis), karangan bunga terletak dalam tongkol majemuk yang muncul di
ketiak daun, bertangkai, mula-mula tertutup oleh seludang, yang belakangan mengering dan mengurai
menjadi serupa serabut. Tongkol bunga jantan 50-100 cm panjangnya, terdiri atas 4-12 bulir silindris
yang masing-masing panjangnya antara 7-15 cm, dengan banyak bunga kemerahan terletak di ketiak
sisik-sisik yang tersusun rapat. Tongkol bunga betina 20-30 cm, bertangkai panjang, terdiri atas 1-3 bulir
yang panjangnya mencapai 10 cm.

Buah tipe buah batu berbentuk segitiga agak bulat atau bulat telur terbalik, runcing di pangkalnya dan
membulat di ujungnya, panjang 2,5-10 cm, terbungkus oleh sisik-sisik berwarna kuning coklat sampai
coklat merah mengkilap yang tersusun seperti genting, dengan banyak duri kecil yang mudah putus di
ujung masing-masing sisik. Dinding buah tengah (sarkotesta) tebal berdaging, kuning krem sampai
keputihan; berasa manis, masam, atau sepat. Biji 1-3 butir, coklat hingga kehitaman, keras, 2-3 cm
panjangnya.
Dalam dunia Botani telah mencatat bahwa Tanaman Salak yang tumbuh di tanah Condet identik dengan
daerah Condet itu sendiri, ini merupakan bentuk legitimasi masyarakat terhadap tanaman tersebut. Pada
masa kejayaannya, Tanah Condet telah menjadi kerajaan duni Botani yang begitu banyak menyediakan
ribuan jenis Tanaman Buah berkualitas tinggi dan ribuan jenis Fauna,dari keluarga Carnivora, Herbivora
maupun Omnivora.

Boleh dikatakan saat itu Condet merupakan Belantara Hutan ditanah Jakarta, dan Cukup beralasan bila
pada tahun 1975 Pemerintah KDKI Jakarta memberikan Status Khusus sebagai daerah yang dilindungi
(Cagar Budaya Condet). Salak Condet, merupakan tanaman asli daerah Condet, tidak ada yang tahu sejak
kapan tanaman ini ada di Condet. Tanaman Salak Condet paling sedikit terdapat 15 jenis (Varietas).

11. Jawa Barat – Gandaria (Bouea macrophylla)

Gandaria (Bouea macrophylla Griffith)atau nama lokal lainnya jatake


adalah tanaman yang berasal dari kepulauan Indonesia dan Malaysia.
Tanaman ini tumbuh di daerah tropis, dan banyak dibudidayakan di
Sumatera dan Thailand.
Gandaria dimanfaatkan buah, daun, dan batangnya. Buah gandaria
berwarna hijau saat masih muda, dan sering dikonsumsi sebagai rujak
atau campuran sambal gandaria. Buah gandaria yang matang berwarna
kuning, memiliki rasa kecut-manis dan dapat dimakan langsung.
Daunnya digunakan sebagai lalap. Batang gandaria dapat digunakan
sebagai papan.

Tanaman berupa pohon dengan ketinggian hingga 27 m dengan tajuk


rapat. Daunnya tunggal, berbentuk bundar telur-lonjong sampai bentuk
lanset atau jorong. Waktu muda berwarna putih, kemudia berangsur
ungu tua, lalu menjadi hijau tua. Perbungaannya malai, muncul di
ketiak daun, Buahnya bertipe buah batu, berbentuk agak bulat,
berdiameter 2,5-5 cm, berwarna kuning sampai jingga, daging buahnya
mengeluarkan cairan kental; buahnya tidak berbulu, rasanya asam
sampai manis, dengan bau yang khas agak mendekati bau terpentin.
Keping biji berwarna lembayung.

Gandaria adalah tumbuhan tropik basah dan dapat tumbuh pada tanah yang ringan dan subur. Tumbuh
liar di hutan dataran rendah di bawah 300 m dpl., tetapi dalam pembudidayaan telah berhasil ditanam
pada ketinggian sekitar 850 m dpl.

12. Jawa Tengah – Kantil (Michelia alba)

Bunga Kantil merupakan bunga yang mempunyai nilai tradisi bagi


masyarakat Jawa, terutama di Jawa Tengah. Pemanfaatan Bunga Kantil pada
upacara perkawinan (hiasan sanggul dan keris) dan pada upacara kematian
dan tabur bunga (nyekar). Kantil dalam bahasa Jawa berarti menggantung
seperti halnya bunga ini. Bunga Kantil mempunyai makna ritual yaitu
‘kemantilkantil’ artinya selalu ingat dimanapun berada atau tetap mempunyai
hubungan yang erat walaupun alamnya sudah berbeda. Keadaan inilah yang
menjadikan kebangga-an serta kecintaan masyarakat Jawa Tengah terhadap
Bunga Kantil, sehingga Bunga Kantil banyak tertuang pada karya seni
masyarakat Jawa Tengah dalam ukiran, lukisan, batik dan sebagainya.

Tinggi pohon Kantil mencapai 25 m, bekas daun penumpu pada tangkai daun panjangnya lebih dari
setengah tangkai daun. Bunga berdiri sendiri, berwarna putih, sangat harum baunya. Perhiasan bunga
panjangnya 3 – 5 cm yang terdalam lebih sempit dan lebih runcing dari pada yang terluar. Pada dasar
bunga yang berbentuk tiang, bakal buah dan benang sari jelas dipisahkan oleh suatu ruang.
Pohon Kantil dapat tumbuh sampai ketinggian 1.600 m dpl. Penyebaran tumbuhan ini dari Asia ttopika
sampai ke pulau-pulau di Pasifik. Berbunga sepanjang tahun. Hampir tidak pernah terbentuk buah dan
biji.

13. DI Yogyakarta – Kepel (Stelechocarpus burahol)

Tumbuhan kepel atau burahol (Stelechocarpus burahol) adalah pohon


penghasil buah hidangan meja yang menjadi flora identitas Daerah
Istimewa Yogyakarta. Buah kepel digemari puteri kraton-kraton di Jawa
karena dipercaya menyebabkan keringat beraroma wangi dan membuat air
seni tidak berbau tajam.

Pohon tegak, tidak merontokkan daun secara serentak, tingginya mencapai


25 m. Tajuknya teratur berbentuk kubah meruncing ke atas (seperti
cemara) dengan percabangan mendatar atau agak mendatar. Diameter
batang utamanya mencapai 40cm, berwarna coklat-kelabu tua sampai
hitam, yang secara khas tertutup oleh banyak benjolan yang besar-besar.
Daunnya berbentuk lonjong-jorong sampai bundar-telur/bentuk lanset,
berukuran (12-27)cm × (5-9)cm, berwarna hijau gelap, tidak berbulu,
merontal tipis; tangkai daunnya mencapai 1,5 cm panjangnya. Bunganya
berkelamin tunggal, mula-mula berwarna hijau kemudian berubah menjadi
keputih-putihan, muncul pada tonjolan-tonjolan di batang; bunga
jantannya terletak di batang sebelah atas dan di cabang-cabang yang lebih
tua, berkumpul sebanyak 8-16 kuntum, diameternya mencapai 1 cm;
bunga betinanya hanya berada di pangkal batang, diameternya mencapai 3
cm. Buahnya dengan 1-13 lembar daun buah bertipe mirip buah buni
(berrylike ripe carpels), panjang tangkai buahnya mencapai 8 cm; daun
buah yang matang hampir bulat bentuknya, berwarna kecoklat-coklatan, diameternya 5-6 cm, perikarpnya
berwarna coklat, berisi sari buah, dapat dimakan. Bijinya berbentuk menjorong, berjumlah 4-6 butir,
panjangnya sekitar 3 cm, berat segar 62-105 g, serta bagiann yang dapat dimakan sebanyak 49% dan
bijinya 27% dari berat buah segar.

Buahnya yang matang dimakan dalam keadaan segar. Disebutkan bahwa dagingnya yang berwarna jingga
dan mengandung sari buah itu memberikan aroma seperti bunga mawar bercampur buah sawo pada
ekskresi tubuh (seperti air seni, keringat, dan napas). Dalam pengobatan, daging buahnya berfungsi
sebagai peluruh kencing, mencegah radang ginjal dan menyebabkan kemandulan (sementara) pada
wanita. Jadi, kepel ini oleh para wanita bangsawan digunakan sebagai parfum dan alat KB; di Jawa,
penggunaannya secara tradisional terbatas di Kesultanan Yogyakarta. Kayunya cocok untuk perkakas
rumah tangga; batangnya yang lurus setelah direndam beberapa bulan dalam air, digunakan untuk bahan
bangunan rumah dan diberitakan tahan lebih dari 50 tahun. Kepel merupakan tanaman hias pohon yang
indah, daunnya yang muncul secara serentak berubah dari merah muda pucat menjadi merah keunguan
sebelum berubah lagi menjadi hijau cemerlang. Perawakan pohonnya berbentuk silindris atau piramid
dengan banyak cabang lateral yang tersusun secara sistematik, dan sifatnya yang kauliflor (cauliflory)
menambah keindahannya.

Kepel tumbuh liar pada tanah lembab dan dalam, di hutan-hutan sekunder di Jawa. Dibudidayakan
sebagai pohon buah pada ketinggian mencapai 600 m dpl. Jenis ini dapat tumbuh baik di sela-sela rumpun
bambu, yang di tempat itu pohon-pohon lain tidak mampu bersaing.
14. Jawa Timur – Sedap malam (Polyanthes tuberosa)

Sedap malam (Polianthes tuberosa, bahasa Melayu: sundal malam)


adalah tumbuhan hijau abadi dari suku Agavaceae. Minyak dari bunga
ini digunakan dalam pembuatan parfum. Nama tuberosa menunjukkan
bahwa tumbuhan ini memiliki umbi (tuber). Saat ini dikenal sekitar 12
spesies dari genus Polianthes.

Bunga sedap malam biasa mekar di malam hari. Tanaman ini


diperkirakan berasal dari Meksiko. Bangsa Astek mengenalnya dengan
nama omixochitl, “bunga tulang”.

Nama bunga ini di India bagian timur adalah ratkirani, yang berarti “ratu malam”. Di Singapura bunga ini
dinamakan xinxiao, yang berarti “tempat ngengat hinggap”. Di Persia, bunga ini disebut maryam, yang
merupakan nama umum bagi anak perempuan. Bunga ini juga digunakan di Hawaii untuk pengantin dan
dahulu di zaman Viktoria digunakan sebagai bunga kuburan. Harum bunga ini digambarkan sebagai
kompleks, eksotis, manis, dan khas bunga.

Tanaman ini tumbuh hingga 45 cm dan menghasilkan rumpun bunga putih. Daunnya panjang dan
berwarna hijau muda yang mengumpul di pangkal batangnya.

Genus tanaman ini masih berkerabat dekat dengan Manfreda.

Anda mungkin juga menyukai