Flora atau tumbuhan/tanaman selain merupakan hiasan dan filter udara, juga menjadi ciri khas
dari suati daerah. Nah berikut ini adalah beberapa jenis tanaman yang menjadi ciri khas daerah-
daerah / provinsi di Indonesia
Bunga cempaka wangi melepaskan aroma yang harum. Bunga yang masih kuncup biasa menjadi hiasan
rambut atau diletakkan pada mangkuk berisi air sebagai pengharum ruangan. Aromanya menjadi
komponen utama salah satu parfum dari Prancis, Joy.
Pohon cempaka biasa ditanam di pekarangan rumah, kuil, atau pekuburan. Karena asosiasi dengan
tempat-tempat suci, pohon cempaka wangi sering dianggap sebagai pohon keramat.
Cempaka wangi dapat diperbanyak dengan cangkok atau dengan menumbuhkan bijinya.
Kenanga biasa merupakan tumbuhan asli di Indonesia dan ylang-ylang tumbuhan asli Filipina. Kenanga
lazim pula ditanam di Polinesia, Melanesia, dan Mikronesia. Di Indonesia, bunga kenanga banyak
menempati peran di dalam upacara-upacara khusus misalnya dalam upacara perkawinan.
Kenanga adalah flora identitas Provinsi Sumatera Utara.
3. Sumatera Barat – Pohon Andalas (Morus macroura)
Bebesaran terutama terkenal karena dedaunannya digunakan sebagai makanan ulat sutra. Selain itu,
andalas (Morus macroura), salah satu spesies bebesaran, sering digunakan kayunya untuk lantai rumah
atau mebel karena kuat dan keras.
Tumbuhan ini berupa pohon dengan bentuk khas palma: batang tidak
atau jarang bercabang, dapat mencapai 25m, dapat memunculkan
anakan yang rapat, membentuk kumpulan hingga 50 batang. Batang
dan daunnya terlindungi oleh duri keras panjang berwarna hitam.
Daunnya tersusun majemuk menyirip tunggal (pinnatus) yang
berkesan dekoratif.
Duku adalah nama umum dari sejenis buah-buahan anggota suku Meliaceae. Tanaman yang
berasal dari Asia Tenggara sebelah barat ini dikenal pula dengan nama-nama yang lain seperti
langsat, kokosan, pisitan, celoring dan lain-lain dengan pelbagai variasinya. Nama-nama yang
beraneka ragam ini sekaligus menunjukkan adanya aneka kultivar yang tercermin dari bentuk
buah dan pohon yang berbeda-beda.
Buah buni yang berbentuk jorong, bulat atau bulat memanjang, 2-4(-7) cm × 1,5-5 cm, dengan bulu halus
kekuning-kuningan dan daun kelopak yang tidak rontok. Kulit (dinding) buah tipis hingga tebal (kira-kira
6 mm). Berbiji 1–3, pipih, hijau, berasa pahit; biji terbungkus oleh salut biji (arilus) yang putih bening
dan tebal, berair, manis hingga masam. Kultivar-kultivar yang unggul memiliki biji yang kecil atau tidak
berkembang (rudimenter), namun arilusnya tumbuh baik dan tebal, manis.
Perbanyakan duku yang dilakukan menggunakan biji mengakibatkan lambannya tanaman dalam
menghasilkan buah. Tanaman baru berbunga pada umur 10 sampai 15 tahun. Perkecambahan tumbuhan
ini memiliki perilaku poliembrioni (satu biji menghasilkan banyak embrio atau semai): satu embrio hasil
pembuahan, dan sisanya embrio apomiktik. Embrio apomiktik berkembang dari jaringan pohon induk
sehingga keturunannya memiliki karakter yang serupa dengan induknya. Biji bersifat rekalsitran,
penyimpanan lebih daripada tujuh hari akan menyebabkan kemunduran daya kecambah yang cepat.
Perbanyakan vegetatif dilakukan dengan pencangkokan dan sambung pucuk.
7. Bengkulu – Suweg Raksasa (Amorphophallus titanum)
Bunga bangkai atau suweg raksasa atau batang krebuit (nama lokal
untuk fase vegetatif), Amorphophallus titanum, merupakan tumbuhan
dari suku talas-talasan (Araceae) endemik dari Sumatera, Indonesia,
yang dikenal sebagai tumbuhan dengan bunga (majemuk) terbesar di
dunia, meskipun catatan menyebutkan bahwa kerabatnya, A. gigas
(juga endemik dari Sumatera) dapat menghasilkan bunga setinggi 5m.
Namanya berasal dari bunganya yang mengeluarkan bau seperti
bangkai yang membusuk, yang dimaksudkan sebenarnya untuk
mengundang kumbang dan lalat penyerbuk bagi bunganya. Banyak
orang sering salah mengira dan tidak bisa membedakan bunga
bangkai dengan “Rafflesia arnoldii” mungkin karena orang sudah mengenal bahwa Rafflesia sebagai
bunga terbesar dan kemudian menjadi bias dengan ukuran bunga bangkai yang juga besar.
Tumbuhan ini memiliki dua fase dalam kehidupannya yang muncul secara bergantian, fase vegetatif dan
fase generatif. Pada fase vegetatif muncul daun dan batang semunya. Tingginya dapat mencapai 6m.
Setelah beberapa waktu (tahun), organ vegetatif ini layu dan umbinya dorman. Apabila cadangan
makanan di umbi mencukupi dan lingkungan mendukung, bunga majemuknya akan muncul. Apabila
cadangan makanan kurang tumbuh kembali daunnya.
Bunganya sangat besar dan tinggi, berbentuk seperti lingga (sebenarnya adalah tongkol atau spadix) yang
dikelilingi oleh seludang bunga yang juga berukuran besar. Bunganya berumah satu dan protogini: bunga
betina reseptif terlebih dahulu, lalu diikuti masaknya bunga jantan, sebagai mekanisme untuk mencegah
penyerbukan sendiri. Hingga tahun 2005, rekor bunga tertinggi di penangkaran dipegang oleh Kebun
Raya Bonn, Jerman yang menghasilkan bunga setinggi 2,74m pada tahun 2003. Pada tanggal 20 Oktober
2005, mekar bunga dengan ketinggian 2,91m di Kebun Botani dan Hewan Wilhelma, Stuttgart, juga di
Jerman. Namun demikian, Kebun Raya Cibodas, Indonesia mengklaim bahwa bunga yang mekar di sana
mencapai ketinggian 3,17m pada dini hari tanggal 11 Maret 2004. Bunga mekar untuk waktu sekitar
seminggu, kemudian layu. Apabila pembuahan terjadi, akan terbentuk buah-buah berwarna merah dengan
biji di pada bagian bekas pangkal bunga. biji-biji ini dapat ditanam. Setelah bunga masak, seluruh bagian
generatif layu. Pada saat itu umbi mengempis dan dorman. Apabila mendapat cukup air, akan tumbuh
tunas daun dan dimulailah fase vegetatif kembali. Karena keunikan bunga ini, bunga ini sering
diperjualbelikan oleh manusia, itulah faktor utama bunga ini langka.
Bunga Ashar mekar pada sore hari, dan bunga ini dipergunakan
sebagai pertanda telah masuknya waktu Shalat Ashar bagi
masyarakat yang beragama Islam pada jaman dahulu. Bunga ini
disenangi oleh masyarakat Lampung semenjak Agama Islam masuk
ke daerah Lampung sekitar abad ke IV. Oleh karena bunga tersebut
berkaitan dengan petunjuk waktu sholat, maka penduduk desa di
jaman dahulu banyak menanam bunga tersebut di pekarangan rumah
atau di depan pondok (Surau) dan kebiasaan ini sampai sekarang
masih banyak kita temui di pelosok/di desa-desa masyarakat
Lampung. Bijinya yang berdaging (lembaga) berwarna putih pada
jaman dahulu digunakan untuk bahan bedak.
Bunga Ashar merupakan tanaman hias, pada umur 3 bulan tanaman ini baru mulai berbunga. Bunganya
seperti terompet kecil, warna bunga tergantung jenisnya, ada yang merah, putih, kuning, bahkan kadang-
kadang dalam satu pohon terdapat warna campuran. Batangnya tebal dan tegak tidak berbulu dan banyak
bercabang-cabang. Daunnya berbentuk seperti gambar hati berujung runcing dan panjangnya 3 – 15 cm.
lebarnya 2 – 9 cm. Bijinya bulat berkerut, jika sudah masak berukuran 8 mm. Pada waktu muda bijinya
berwarna hijau, kemudian berubah menjadi hitam kehitaman. Akhirnya pada saat matang bewarna hitam
sepenuhnya. Tanaman ini biasanya tumbuh liar tidak terpelihara.
Bunga Ashar merupakan tanaman tropis, dapat tumbuh sampai ketinggian 1.200 m di atas permukaan
laut. Suhu yang dikehendaki berkisar antara 26 – 30º C, meskipun suhu lingkungan sejuk, namun
demikian juga membutuhkan sinar matahari yang cukup. Tanah yang dikehendaki untuk pertumbuhan
Bunga Pukul Empat adalah tanah yang gembur, subur, dengan pH tanah 6 – 7. Bunga Ashar atau Bunga
Pukul Empat berbunga sepanjang tahun.
Pohon Kokoleceran (Vatica bantamensis) merupakan tanaman endemik yang hanya terdapat di Taman
Nasional Ujung Kulon. Cara perkembangbiakan pohon misterius ini adalah dengan biji. Tanaman ini
berkerabat dekat dengan Resak Hiru (Vatica rassak) Yang batangnya banyak dimanfaatkan sebagai bahan
bangunan dan pembuatan kapal.
Populasi tumbuhan yang menjadi flora identitas provinsi Banten ini sampai sekarang masih misterius dan
tidak diketahui dengan pasti. Yang pasti IUCN Redlist memasukkan Kokoleceran (Vatica bantamensis)
dalam status konservasi “Terancam” (EN; Endangered).
Daun majemuk menyirip, panjang 3-7 m; tangkai daun, pelepah dan anak daun berduri panjang, tipis dan
banyak, warna duri kelabu sampai kehitaman. Anak daun berbentuk lanset dengan ujung meruncing,
berukuran sampai 8 x 85 cm, sisi bawah keputihan oleh lapisan lilin.
Kebanyakan berumah dua (dioesis), karangan bunga terletak dalam tongkol majemuk yang muncul di
ketiak daun, bertangkai, mula-mula tertutup oleh seludang, yang belakangan mengering dan mengurai
menjadi serupa serabut. Tongkol bunga jantan 50-100 cm panjangnya, terdiri atas 4-12 bulir silindris
yang masing-masing panjangnya antara 7-15 cm, dengan banyak bunga kemerahan terletak di ketiak
sisik-sisik yang tersusun rapat. Tongkol bunga betina 20-30 cm, bertangkai panjang, terdiri atas 1-3 bulir
yang panjangnya mencapai 10 cm.
Buah tipe buah batu berbentuk segitiga agak bulat atau bulat telur terbalik, runcing di pangkalnya dan
membulat di ujungnya, panjang 2,5-10 cm, terbungkus oleh sisik-sisik berwarna kuning coklat sampai
coklat merah mengkilap yang tersusun seperti genting, dengan banyak duri kecil yang mudah putus di
ujung masing-masing sisik. Dinding buah tengah (sarkotesta) tebal berdaging, kuning krem sampai
keputihan; berasa manis, masam, atau sepat. Biji 1-3 butir, coklat hingga kehitaman, keras, 2-3 cm
panjangnya.
Dalam dunia Botani telah mencatat bahwa Tanaman Salak yang tumbuh di tanah Condet identik dengan
daerah Condet itu sendiri, ini merupakan bentuk legitimasi masyarakat terhadap tanaman tersebut. Pada
masa kejayaannya, Tanah Condet telah menjadi kerajaan duni Botani yang begitu banyak menyediakan
ribuan jenis Tanaman Buah berkualitas tinggi dan ribuan jenis Fauna,dari keluarga Carnivora, Herbivora
maupun Omnivora.
Boleh dikatakan saat itu Condet merupakan Belantara Hutan ditanah Jakarta, dan Cukup beralasan bila
pada tahun 1975 Pemerintah KDKI Jakarta memberikan Status Khusus sebagai daerah yang dilindungi
(Cagar Budaya Condet). Salak Condet, merupakan tanaman asli daerah Condet, tidak ada yang tahu sejak
kapan tanaman ini ada di Condet. Tanaman Salak Condet paling sedikit terdapat 15 jenis (Varietas).
Gandaria adalah tumbuhan tropik basah dan dapat tumbuh pada tanah yang ringan dan subur. Tumbuh
liar di hutan dataran rendah di bawah 300 m dpl., tetapi dalam pembudidayaan telah berhasil ditanam
pada ketinggian sekitar 850 m dpl.
Tinggi pohon Kantil mencapai 25 m, bekas daun penumpu pada tangkai daun panjangnya lebih dari
setengah tangkai daun. Bunga berdiri sendiri, berwarna putih, sangat harum baunya. Perhiasan bunga
panjangnya 3 – 5 cm yang terdalam lebih sempit dan lebih runcing dari pada yang terluar. Pada dasar
bunga yang berbentuk tiang, bakal buah dan benang sari jelas dipisahkan oleh suatu ruang.
Pohon Kantil dapat tumbuh sampai ketinggian 1.600 m dpl. Penyebaran tumbuhan ini dari Asia ttopika
sampai ke pulau-pulau di Pasifik. Berbunga sepanjang tahun. Hampir tidak pernah terbentuk buah dan
biji.
Buahnya yang matang dimakan dalam keadaan segar. Disebutkan bahwa dagingnya yang berwarna jingga
dan mengandung sari buah itu memberikan aroma seperti bunga mawar bercampur buah sawo pada
ekskresi tubuh (seperti air seni, keringat, dan napas). Dalam pengobatan, daging buahnya berfungsi
sebagai peluruh kencing, mencegah radang ginjal dan menyebabkan kemandulan (sementara) pada
wanita. Jadi, kepel ini oleh para wanita bangsawan digunakan sebagai parfum dan alat KB; di Jawa,
penggunaannya secara tradisional terbatas di Kesultanan Yogyakarta. Kayunya cocok untuk perkakas
rumah tangga; batangnya yang lurus setelah direndam beberapa bulan dalam air, digunakan untuk bahan
bangunan rumah dan diberitakan tahan lebih dari 50 tahun. Kepel merupakan tanaman hias pohon yang
indah, daunnya yang muncul secara serentak berubah dari merah muda pucat menjadi merah keunguan
sebelum berubah lagi menjadi hijau cemerlang. Perawakan pohonnya berbentuk silindris atau piramid
dengan banyak cabang lateral yang tersusun secara sistematik, dan sifatnya yang kauliflor (cauliflory)
menambah keindahannya.
Kepel tumbuh liar pada tanah lembab dan dalam, di hutan-hutan sekunder di Jawa. Dibudidayakan
sebagai pohon buah pada ketinggian mencapai 600 m dpl. Jenis ini dapat tumbuh baik di sela-sela rumpun
bambu, yang di tempat itu pohon-pohon lain tidak mampu bersaing.
14. Jawa Timur – Sedap malam (Polyanthes tuberosa)
Nama bunga ini di India bagian timur adalah ratkirani, yang berarti “ratu malam”. Di Singapura bunga ini
dinamakan xinxiao, yang berarti “tempat ngengat hinggap”. Di Persia, bunga ini disebut maryam, yang
merupakan nama umum bagi anak perempuan. Bunga ini juga digunakan di Hawaii untuk pengantin dan
dahulu di zaman Viktoria digunakan sebagai bunga kuburan. Harum bunga ini digambarkan sebagai
kompleks, eksotis, manis, dan khas bunga.
Tanaman ini tumbuh hingga 45 cm dan menghasilkan rumpun bunga putih. Daunnya panjang dan
berwarna hijau muda yang mengumpul di pangkal batangnya.