Anda di halaman 1dari 9

Spesies :

Terminalia catappa L.
Nama Inggris :
Indian almond, Singapore almond .
Nama Indonesia :
Ketapang
Nama Lokal :
ketapang (Jawa), ketapang (Sunda)
Deskripsi :
Pohon berukuran moderat, mudah gugur, bentuk seperti pagoda, terutama bila pohon masih
muda. Batang sering berbanir pada pangkal, pepagan coklat abu-abu tua, melekah; cabang
tersusun dalam deretan bertingkat dan melintang. Daun berseling, bertangkai pendek,
mengumpul pada ujung cabang, biasanya membundar telur sungsang, kadang-kadang agak
menjorong, mengertas sampai menjangat tipis, mengkilap. Bunga berbulir tumbuh pada ketiak
daun, sebagian besar adalah bunga jantan, bunga biseksual terdapat ke arah pangkal, sangat
sedikit, warna putih-kehijauan dengan cakram berjanggut. Buah pelok membulat telur atau
menjorong, agak pipih, hijau ke kuning dan merah saat matang. Buah batu dikelilingi lapisan
daging berair setebal 3-6 mm. Jenis ini dapat dikenali langsung dari cabangnya yang kaku dan
daun-daun besarnya yang tersusun dalam roset.
Distribusi/Penyebaran :
Ketapang berasal dari Asia Tenggara, dan umum di seluruh daerah, tetapi sepertinya jarang di
Sumatra dan Borneo. Umumnya ditanam di Australia Utara, Polinesia, juga di Pakistan, India,
Afrika Timur dan Barat, Madagaskar dan dataran rendah Amerika Selatan dan Tengah.
Habitat :
Ketapang tumbuh alami pada pantai berpasir atau berbatu. Toleran terhadap tanah masin dan
tahan terhadap percikan air laut; sangat tahan terhadap angin dan menyukai sinar matahari penuh
atau naungan sedang. Mampu bertahan hanya pada daerah-daerah tropis atau daerah dekat tropis
dengan iklim lembab. Pada habitat alaminya curah hujan tahunan berkisar 3000 mm. Tumbuh
baik pada semua jenis tanah dengan drainase baik. Umumnya dibudidayakan pada ketinggian
sampai 800 m.
Perbanyakan :
Seringkali buahnya ditanam di kebun pembibitan karena biji batunya sulit dipisahkan dari daging
buahnya. Kecepatan perkecambahan sekitar 25%. Jarak tanam biji di persemaian 25 cm x 25 cm.
Pemindahan ke lahan dilakukan pada musim hujan tahun depannya.

Manfaat tumbuhan :
Ketapang merupakan tumbuhan multiguna. Pepagan dan daunnya, kadang-kadang juga akar dan
buah mudanya dipakai secara lokal untuk penyamakan kulit dan memberi warna hitam, dipakai
unttuk mencelup kapas dan rotan dan sebagai tinta. Kayunya berkualitas baik dan digunakan
untuk konstruksi rumah dan kapal. Kayunya rentan terhadap rayap. Bijinya enak dimakan, dan
mengandung minyak yang tidak berbau, mirip minyak almond. Minyaknya dipakai sebagai
pengganti minyak almond yang sebenarnya to meredakan radang rongga perut, dan, dimasak
dengan daun, dalam menyembuhkan lepra, kudis dan penyakit kulit yang lain. Daging buahnya
dapat dimakan, tetapi berserat dan tidak enak walaupun harum. Pohonnya ditanam di jalan raya
dan kebun sebagai naungan karena perawakannya yang cocok, seperti pagoda. Daunnya
digunakan untuk rematik pada sendi. Tanin dari pepagan dan daunnya digunakan sebagai
astringen pada disentri dan sariawan. Juga sebagai diuretik dan kardiotonik dan dipakai sebagai
obat luar pada erupsi kulit. Di Filipina rebusan daunnya dipakai sebagai vermifuge. Penggunaan
ketapang sebagai bahan pewarna celup dan penyamak sangat terbatas. Kandungan taninnya
rendah, dan pewarna sintetis banyak tersedia dan lebih mudah dipakai. Tetapi keserbagunaan dari
kegunaannya menyebabkan mahalnya penanaman di kemudian hari, terutama dimana kadar
garam tanah membatasi pilihan lain. Prioritas penelitian adalah pemilihan tipe-tipe dengan buah
besar, mempunyai daging yang enak dan bij besar yang enak, dan metode untuk perbanyakan
vegetatifnya.
Sinonim :
Terminalia moluccana Lamk (1783), Terminalia procera Roxb. (1832), Terminalia latifolia
Blanco, non Swartz (1837).
Sumber Prosea :
3: Dye and tannin-producing plants p.120-122 (author(s): Lemmens, R.H.M.J. and WulijarniSoetjipto, N.)
Kategori :
Tumbuhan pantai
http://www.proseanet.org/prohati4/browser.php?docsid=173

Polyathia Longifolia atau yang biasa kita sebut dengan pohon Glodokan Tiang merupakan salah satu
jenis tanaman yang berguna sebagai tanaman peneduh. Memiliki subkingdom Tracheobionta (Tumbuhan
Berpembuluh) dengan Famili Annonaceae, glodokan tiang merupakan pohon yang dapat menghasilkan
biki serta merupakan tumbuhan yang masuk dalam divisi Magnoliophyta (Berbunga). Glodokan tiang juga
merupakan tumbuhan dikotil atau berkeping dua.
Biasanya pohon Glodokan Tiang ini memiliki bentuk daun yang menyirip, bergelombang serta berwarna
hijau, dengan karakteristik batang pohon yang kuat dan kokoh, membuat pohon ini memiliki kesan yang

tegas dan asri. Untuk bagian akar, biasanya pohon glodokan tiang memiliki akar berukuran dari sedang
hingga besar yang terdapat di dalam tanah dan terkadang sebagian di luar tanah, apabila pohon ini tidak
terawat dan tidak sehat maka sering sekali terdapat sarang semut di batangnya yang dapat membuat
batang dari pohon peneduh yang satu ini menjadi terkelupas dan rusak.
Pohon Glodokan Tiang, tanpa kita sadari sering kita jumpai di jalan jalan umum. Dengan pola berbaris
sepanjang jalan, pohon glodokan tiang ini benar benar menunjukkan keindahannya kepada setiap
pasang mata yang melihatnya. Warna hijau yang pekat, lebatnya daun, serta kokohnya bentuk pohon
tentu merupakan kelebihan dari tanaman yang satu ini.
Pada umumnya pohon Glodokan Tiang tumbuh menjulang ke atas, namun bisa juga tumbuh seperti
pohon cemara. Tanaman ini dapat hidup dengan baik walau ditempatkan dibawah sinar matahari secara
langsung, perawatan pohon Glodokan Tiang juga sangat mudah dan tidak merepotkan. Pohon Glodokan
Tiang sering dimanfaatkan sebagai penetralisir udara yang sudah tercemar di kota kota besar, tanaman
ini juga dapat berperan sebagai peredam suara. Daun dari pohon Glodokan Tiang juga sangat bagus
untuk dekorasi ornamen yang biasanya dimanfaatkan dalam perayaan perayaan festival dan
sebagainya. Harga tanaman yang satu ini cukup murah, anda dapat membelinya dengan harga mulai 10
ribu rupiah untuk satu bibit glodokan tiang dengan tinggi 50 Centimeter.

http://www.anggrek-lintang.com/non-orchid/pohon-glodokan-tiang

Kersen atau talok (Muntingia calabura L.) adalah sejenis pohon sekaligus buahnya yang kecil
dan manis berwarna merah cerah. Di beberapa daerah, seperti di Jakarta, buah ini juga dinamai
ceri (untuk ceri yang sebenarnya, lihat artikel ceri).
Dalam Bahasa Madura, buah ini disebut baleci. Nama-nama lainnya di beberapa negara adalah
datiles, aratiles, manzanitas (Filipina); mt sm (Vietnam); khoom smz, takhb (Laos); takhop
farang (Thailand); krkhb barang (Kamboja); dan kerukup siam (Malaysia).
Juga dikenal sebagai capulin blanco, cacaniqua, nigua, niguito (bahasa Spanyol); Jamaican
cherry, Panama berry, dan Singapore cherry (Inggris). Orang Belanda dulu menyebutnya
Japanse kers ("ceri jepang"), yang lalu dari sini diambil menjadi kersen dalam bahasa Indonesia
atau ada yang menyebutnya ceri.
Perdu atau pohon, tinggi sampai 12 m, meski umumnya hanya sekitar 3-6 m saja. Hijau abadi
dan terus menerus berbunga dan berbuah sepanjang tahun.
Cabang-cabang mendatar, menggantung di ujungnya; membentuk naungan yang rindang.
Ranting-ranting berambut halus bercampur dengan rambut kelenjar; demikian pula daunnya.
Daun-daun terletak mendatar, berseling; helaian daun tidak simetris, bundar telur lanset, tepinya
bergerigi dan berujung runcing, 1-4 4-14 cm, sisi bawah berambut kelabu rapat; bertangkai

pendek. Daun penumpu yang sebelah meruncing bentuk benang, lk. 0,5 cm, agak lama lalu
mengering dan rontok, sementara sebelah lagi rudimenter.

Bunga kersen, muncul di antara dedaunan

Bunga dalam berkas, berisi 1-3(-5) kuntum, terletak di ketiak agak di sebelah atas tumbuhnya
daun; bertangkai panjang; berkelamin dua dan berbilangan 5; kelopak berbagi dalam, taju
meruncing bentuk benang, berambut halus; mahkota bertepi rata, bundar telur terbalik, putih
tipis, gundul, lk. 1 cm. Benang sari berjumlah banyak, 10 sampai lebih dari 100 helai. Bunga
yang mekar menonjol keluar, ke atas helai-helai daun; namun setelah menjadi buah menggantung
ke bawah, tersembunyi di bawah helai daun. Umumnya hanya satu-dua bunga yang menjadi
buah dalam tiap berkasnya.
Buah buni bertangkai panjang, bulat hampir sempurna, diameter 1-1,5 cm, hijau kuning dan
akhirnya merah apabila masak, bermahkota sisa tangkai putik yang tidak rontok serupa bintang
hitam bersudut lima. Berisi beberapa ribu biji yang kecil-kecil, halus, putih kekuningan;
terbenam dalam daging dan sari buah yang manis sekali.
Selain itu, buah kersen juga dapat digunakan untuk obat penyakit asam urat, diabetes, dan masih
banyak lagi.
Buah kersen disukai terutama oleh anak-anak, burung dan codot. Anak-anak sekolah sering
memanjat pohonnya, meninggalkan bekas-bekas berupa ranting yang berpatahan dan kulit
batang yang terkelupas. Buah ini juga dapat dijadikan selai. Di Meksiko, buah kersen dijual di
pasar.Pohon kersen di Indonesia mudah dijumpai. Biasanya pohon ini dijadikan tempat teduh
bagi tukang becak di Indonesia.
Kayu kersen lunak dan mudah kering, sangat berguna sebagai kayu bakar. Kulit kayunya yang
mudah dikupas digunakan sebagai bahan tali dan kain pembalut. Daunnya dapat dijadikan
semacam teh.
Burung-burung pemakan buah, seperti kelompok merbah dan burung cabe, sering mengunjungi
pohon ini di waktu siang untuk memakan buah atau sari buahnya yang manis. Di waktu hari

gelap, berganti aneka jenis kelelawar pemakan buah yang datang dengan tujuan yang sama. Biji
kersen tidak tercerna oleh burung dan codot, karena itu kedua kelompok hewan ini sekaligus
berfungsi sebagai pemencar bijinya.
Pohon kersen khususnya berguna sebagai pohon peneduh di pinggir jalan. Pohon kecil ini
awalnya sering tumbuh sebagai semai liar di tepi jalan, selokan, atau muncul di tengah retakan
tembok lantai atau pagar, dan akhirnya tumbuh dengan cepat biasanya dibiarkan saja
membesar sebagai pohon naungan. Sebab itulah pohon kersen acapkali ditemukan di wilayah
perkotaan yang ramai dan padat, di tepi trotoar dan lahan parkir, di tepi sungai yang tidak terurus
atau di tempat-tempat yang biasa kering berkepanjangan.

Semai kersen tumbuh pada retakan lantai trotoar

Karena sifat-sifat dan daya tahannya itu, kersen menjadi salah satu tumbuhan pionir yang paling
banyak dijumpai di wilayah hunian manusia di daerah tropis. Berasal dari Amerika tropis
(Meksiko selatan, Karibia, Amerika Tengah sampai ke Peru dan Bolivia), kersen dibawa masuk
ke Filipina pada akhir abad-19, dan lalu dengan cepat menyebar di seluruh wilayah tropis Asia
Tenggara.
https://id.wikipedia.org/wiki/Kersen

Wedusan Bandotan (Ageratum conyzoides)


Nama Daerah :
Sumatera: bandotan, daun tombak, siangit, tombak jantan, siangik kahwa, rumput tahi ayam.
Jawa: babadotan, b. leutik, babandotan, b. beureum, b. hejo, jukut bau, ki bau, bandotan,
berokan, wedusan, dus wedusan, dus bedusan, tempuyak. Sulawesi: dawet, lawet, rukut manooe,
rukut weru, sopi. NAMA ASING : Sheng hong ji (C), bulak manok (Tag.), ajganda, sahadevi

(IP), billy goat weed, white weed, bastard agrimony (I), celestine, eupatoire bleue. NAMA
SIMPLISIA: Agerati Herba (herba bandotan), Agerati Radix (akar bandotan).
Habitat :
Di Indonesia, bandotan merupakan tumbuhan liar dan lebih dikenal sebagai tumbuhan
pengganggu (gulma) di kebun dan di ladang. Tumbuhan ini, dapat ditemukan juga di pekarangan
rumah, tepi jalan, tanggul, dan sekitar saluran air pada ketinggian 1-2.100 m di atas permukaan
laut (dpl).
Deskripsi :
Bandotan tergolong ke dalam tumbuhan terna semusim, tumbuh tegak atau bagian bawahnya
berbaring, tingginya sekitar 30-90 cm, dan bercabang. Batang bulat berambut panjang, jika
menyentuh tanah akan mengeluarkan akar. Daun bertangkai, letaknya saling berhadapan dan
bersilang (compositae), helaian daun bulat telur dengan pangkal membulat dan ujung runcing,
tepi bergerigi, panjang 1-10 cm, lebar 0,5-6 cm, kedua permukaan daun berambut panjang
dengan kelenjar yang terletak di permukaan bawah daun, warnanya hijau. Bunga majemuk
berkumpul 3 atau lebih, berbentuk malai rata yang keluar dari ujung tangkai, warnanya putih.
Panjang bonggol bunga 6-8 mm, dengan tangkai yang berambut. Buahnya berwarna hitam dan
bentuknya kecil. Daerah distribusi, Habitat dan Budidaya Bandotan dapat diperbanyak dengan
biji. Bandotan berasal dari Amerika tropis. Jika daunnya telah layu dan membusuk, tumbuhan ini
akan mengeluarkan bau tidak enak.

https://kedokteranherbal.wordpress.com/2010/08/20/wedusan-bandotan-ageratumconyzoides/

2. Ageratum conyzoides L.
Nama umum : Chick weed , bandotan
Nama lokal : Babadotan (Sunda), Wedusan (J)
Klasifikasi :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Gymnospermae
Kelas : Dicotyledonae
Famili : Asteracae
Marga : ageratum
Spesies : Ageratum Conyzoides L.

Deskripsi :
Akar : tanaman ini mempunyai akar tunggang.
Batang : batangnya berbentuk bulat bercabang, tumbuh tegak, dapat mencapai ketinggian 60-120
cm. berbulu pada buku-bukunya dan bagian rendah
Daun : pada daun, berbentuk bulat telur dimana pada bagian tepinya bergerigi dan berbulu. Daun
bertangkai cukup panjang. Duduk daun bawah berhadapan, sedangkan bagian atas bertangkai
pendek
Bunga : bunga pada tanaman ini berkelompok seperti cawan, warna biru muda, putih dan violet,
mahkota bergantung sempit seperti lonceng terbalik berbentuk lima.
Buah : buah yang terdapat pada tanaman ini berwarna putih, keras, bergerigi lima, runcing dan
rambut sisik ada lima.
Habitat : pada daerah tropis berada pada tempat yang tak tergenang air dan pada daerah subtropis
berada pada ketinggian 1-1200 m dpl. Suhu optimal untuk tumbuh 16-24 C. intensitas cahaya
tinggi yang dibituhkan gulma ini sehingga pertumbuhan direduksi bila ternaungi. Dapat tumbuh
berasosiasi dengan padi gogo, palawija, kopi, tembakau, kelapa sawit dan cengkeh.
Perbanyakan : perbanyakan tanaman ini secara generatif dengan biji dan akar.
Pengendalian : dengan cara kimiawi yaitu secara umum dapat diberantas dengan menggunakan

Dalapon, Gliturat dan Paraquat tapi bila terasosiasi dengan jagung, kacang tanah dan kedelai
dapat digunakan Alachor
https://sman2sidikalang.wordpress.com/pertanian/

Mahoni

Mahoni termasuk pohon besar dengan tinggi pohon mencapai 3540 m dan
diameter mencapai 125 cm.[2] Batang lurus berbentuk silindris dan tidak berbanir. [2]
Kulit luar berwarna cokelat kehitaman, beralur dangkal seperti sisik, sedangkan kulit
batang berwarna abu-abu dan halus ketika masih muda, berubah menjadi cokelat
tua, beralur dan mengelupas setelah tua. [2] Mahoni baru berbunga setelah berumur
7 tahun, mahkota bunganya silindris, kuning kecoklatan, benang sari melekat pada
mahkota, kepala sari putih, kuning kecoklatan.[3] Buahnya buah kotak, bulat telur,
berlekuk lima, warnanya cokelat. Biji pipih, warnanya hitam atau cokelat.[4] Mahoni
dapat ditemukan tumbuh liar di hutan jati dan tempat-tempat lain yang dekat
dengan pantai, atau ditanam di tepi jalan sebagai pohon pelindung. [5] Tanaman yang
asalnya dari Hindia Barat ini, dapat tumbuh subur bila tumbuh di pasir payau dekat
dengan pantai.[6]
Pohon mahoni bisa mengurangi polusi udara sekitar 47% - 69% sehingga disebut
sebagai pohon pelindung sekaligus filter udara dan daerah tangkapan air.[7] Daundaunnya bertugas menyerap polutan-polutan di sekitarnya. Sebaliknya, dedaunan
itu akan melepaskan oksigen (O2) yang membuat udara di sekitarnya menjadi
segar.[7] Ketika hujan turun, tanah dan akar-akar pepohonan itu akan mengikat air
yang jatuh, sehingga menjadi cadangan air. [7] Buah mahoni mengandung flavonoid
dan saponin[8]. Buahnya dilaporkan dapat melancarkan peredaran darah sehingga
para penderita penyakit yang menyebabkan tersumbatnya aliran darah disarankan
memakai buah ini sebagai obat, mengurangi kolesterol, penimbunan lemak pada
saluran darah, mengurangi rasa sakit, pendarahan dan lebam, serta bertindak
sebagai antioksidan untuk menyingkirkan radikal bebas[8], mencegah penyakit
sampar, mengurangi lemak di badan, membantu meningkatkan sistem kekebalan,
mencegah pembekuan darah, serta menguatkan fungsi hati dan memperlambat
proses pembekuan darah[9].
Sifat Mahoni yang dapat bertahan hidup di tanah gersang menjadikan pohon ini
sesuai ditanam di tepi jalan. Bagi penduduk Indonesia khususnya Jawa, tanaman ini
bukanlah tanaman yang baru, karena sejak zaman penjajahan Belanda mahoni dan
rekannya, Pohon Asam, sudah banyak ditanam di pinggir jalan sebagai peneduh
terutama di sepanjang jalan yang dibangun oleh Daendels antara Anyer sampai
Panarukan. Sejak 20 tahun terakhir ini, tanaman mahoni mulai dibudidayakan
karena kayunya mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi. Kualitas kayunya

keras dan sangat baik untuk meubel, furnitur, barang-barang ukiran dan kerajinan
tangan. Sering juga dibuat penggaris karena sifatnya yang tidak mudah berubah.
Kualitas kayu mahoni berada sedikit dibawah kayu jati sehingga sering dijuluki
sebagai primadona kedua dalam pasar kayu. Pemanfaatan lain dari tanaman
mahoni adalah kulitnya dipergunakan untuk mewarnai pakaian. Kain yang direbus
bersama kulit mahoni akan menjadi kuning dan tidak mudah luntur. Sedangkan
getah mahoni yang disebut juga blendok dapat dipergunakan sebagai bahan baku
lem, dan daun mahoni untuk pakan ternak.
Mahoni dapat tumbuh dengan subur di pasir payau dekat dengan pantai dan
menyukai tempat yang cukup sinar matahari langsung. Tanaman ini termasuk jenis
tanaman yang mampu bertahan hidup di tanah gersang sekalipun. Walaupun tidak
disirami selama berbulan-bulan, mahoni masih mampu untuk bertahan hidup. [10]
Syarat lokasi untuk budi daya mahoni diantaranya adalah ketinggian lahan
maksimum 1.500 meter dpl, curah hujan 1.524-5.085 mm/tahun, dan suhu udara
11-36 C.
https://id.wikipedia.org/wiki/Mahoni

Anda mungkin juga menyukai