3. Kesambi
Deskripsi Botani
Pohon kesambi dapat mencapai tinggi hingga 40 m, dengan diameter Hingga 2 m.
Biasanya batang pohon kesambi selalu bengkok dan bermata kayu serta berbanir.
Kulitnya halus, berwarna abu-abu. Batangnya silindris, berkerut, dan tipis, berbulu
pendek berwarna kuning kemerahan ketika muda dengan kelenjar tertentu, hitam,
kemudian coklat kekuningan seperti abu. Daunnya bersirip genap, anak daun terakhir
seringkali seperti ujung anak daun.
Bentuk daunnya lanset, berseling, panjang 11-25 cm, lebar 2-6 cm, tepi rata, ujung lancip,
pertulangan menyirip, tangkai bulat, panjang + 1 cm dan berwarna hijau. Bunga terletak
pada bagian cabang yang tidak berdaun, kadang-kadang terletak diketiak daun, warna
kuning pucat hingga hijau pucat. Bunga kesambi adalah bunga majemuk, berbentuk
tandan, di ketiak daun atau ujung batangan, kelopak 4-6 lembar, bersatu di pangkal,
berduri, hijau dan warna mahkotanya putih. Buah dan biji berbentuk bulat dengan
diameter biji 6-10 cm, buah terdiri atas 1-2 biji, biji dikelilingi oleh kulit berwarna cokelat
kehitaman. Termasuk akar tunggang dan berwarna cokelat muda. (Heyne,1987)
(Heyne, 1987). Kesambi ditemukan tumbuh di daratan rendah yang beriklim kering
sampai ketinggian 600 mdpl, biasanya ditanam pada daerah pantai sampai ketinggian 250
mdpl. Di Jawa sendiri kesambi ditemukan pada ketinggian rendah, namun dapat juga
ditemukan pada ketinggian 900-1.200 mdpl. Kesambi membutuhkan curah hujan tahunan
750-2.500 mm.Tumbuhan ini mampu hidup pada suhu maksimum 35-47,5oC dan suhu
minimum 2,.5oC. Kesambi tumbuh pada tanah kering, hingga terkadang pada tanah yang
berawa. Kondisi tanah kadang berbatu, kerikil, dan liat, memiliki drainase yang baik dan
lebih disukai tanah yang sedikit masam. Kawasan hutan produksi yang tidak produktif
dan lahan kritis di luar kawasan hutan dapat ditanami kesambi (Iwasa, 1997 dalam
Agussalim, 2012).
Perbanyakan Tanaman
Kesambi dapat diperbanyak secara generatif (biji) dan vegetatif. Perbanyakan secara
vegetatif dapat dilakukan dengan stek pucuk dan cangkok . Pembiakan vegetatif stek
pucuk dilakukan dengan cara stek pucuk diberi hormone tumbuh IBA (Indole Butyric
Acid) konsentrasi 1000 ppm (dalam bentuk tepung) dan di tanam pada media pasir, yang
diletakkan di ruang pengakaran dengan sungkup yang memiliki sistem pengkabutan. Cara
ini dapat menghasilkan stek bertunas sebesar 51,10% (Danu, 2004).
Regenerasi dengan cara stump dapat dilakukan setelah bibit kesambi berusia satu tahun
atau ketika batang bibit telah mencapai diameter 1 cm. Batang dipotong sekitar 10-15
cm, akar dipotong hingga panjangnya 25 cm. Bibit kesambi ditanam pada lubang tanam
yang dibuat dengan dalam dan lebar 30 cm. Pemeliharaan yang dilakukan pada kesambi
yaitu memberikan penyiangan yang teratur dan pelindungan tanaman dari rumput (Iwasa,
1997 dalam Agussalim, 2012).
Pemanfaatan
Kayu kesambi, terutama kayu terasnya, padat, berat, dan sangat keras; berwarna merah
muda hingga kelabu. Kayu ini ulet, kenyal, dan tahan terhadap perubahan kering dan
basah berganti-ganti, sehingga di masa silam kerap dimanfaatkan sebagai jangkar perahu.
Tidak mudah menyerpih, kayu kesambi sering dipakai membuat alu, silinder-silinder
dalam penggilingan, dan perkakas rumah tangga umumnya. Mempunyai nilai energi yang
tinggi hingga 20.800 kJ/kg, kayu ini disenangi sebagai kayu bakar dan bahan pembuatan
arang.
Pepagan kesambi dimanfaatkan untuk menyamak kulit, mewarnai batik, mengelatkan nira
agar tidak masam ketika difermentasi, serta untuk campuran lulur. Pepagan yang digerus
halus dan dicampur minyak, digunakan sebagai obat kudis. Daunnya yang muda, mentah
atau direbus, dimakan sebagai lalap. Buah kesambi yang telah masak dimakan segar, atau,
mentahnya dijadikan asinan.
Bijinya, langsung atau setelah lebih dulu dipanggang sebentar, dikempa untuk
mendapatkan minyaknya. Minyak kesambi ini (Jawa, kecacil) mengandung sedikit asam
sianida, dan digunakan untuk mengobati kudis dan luka-luka. Di Sulawesi Selatan,
minyak kesambi ini dimasak dengan pelbagai rempah-rempah dan harum-haruman,
dijadikan aneka minyak berkhasiat obat; termasuk di antaranya minyak makassar
(Macassar oil) yang terkenal untuk merawat rambut. Minyak ini setelah dicampur dengan
bahan lain, seperti tepung kapur dapat dijadikan salep obat atau untuk menambal celah
(memakal, mendempul) perahu. Dahulu, minyak kesambi ini juga dijadikan minyak
lampu, minyak makan dan bahan pembuat sabun.
Daun-daun, pucuk rerantingan, dan limbah biji (bungkil) sisa pengempaan dijadikan
pakan ternak. Sementara itu dalam industri kehutanan, pohon kesambi merupakan salah
satu pohon inang terpenting bagi kutu lak (Laccifer lacca). Lak dan syelak (shellac), resin
lengket yang digunakan sebagai bahan pewarna, pengilat makanan, dan pernis, terutama
dihasilkan oleh India. Di Indonesia, lak diproduksi oleh Perhutani di Probolinggo.