Anda di halaman 1dari 6

TANAMAN TOLERAN TERHADAP NAUNGAN

1. Maja (Aegle marmelos)


Maja (Aegle marmelos) (L.) Correa, suku jeruk-jerukan atau Rutaceae) adalah
tumbuhan berbentuk pohon yang tahan lingkungan keras tetapi mudah luruh daunnya dan
berasal dari daerah Asia tropika dan subtropika. Tanaman ini biasanya dibudidayakan di
pekarangan tanpa perawatan dan dipanen buahnya. Maja masih berkerabat dekat dengan
kawista. Di Bali dikenal sebagai bila. Di Pulau Jawa, maja sering kali dipertukarkan dengan
berenuk, meskipun keduanya adalah jenis yang berbeda.
Tanaman ini mampu tumbuh dalam kondisi lingkungan yang keras, seperti suhu yang
ekstrem; misalnya dari 49C pada musim kemarau hingga -7 C pada musim dingin di Punjab
(India), pada ketinggian tempat mencapai +1.200m. Di Asia Tenggara, maja hanya dapat
berbunga dan berbuah dengan baik jika ada musim kering yang kentara, dan tidak biasa
dijumpai pada elevasi di atas 500 m. Maja mampu beradaptasi di lahan berawa, di tanah
kering, dan toleran terhadap tanah yang agak basa (salin).
Warna kulit luar buah maja berwarna hijau tetapi isinya berwarna kuning atau jingga.
Aroma buahnya harum dan cairannya manis, bertentangan dengan anggapan orang bahwa
rasa buah maja adalah pahit. Sebagaimana jeruk, buah maja dapat diolah menjadi serbat,
selai, sirop, atau nektar. Kulitnya dibuat marmalade.

Gambar 1. Maja (Aegle marmelos)

2. Ebony (Diospyros celebica)


Ebony Makassar (Diospyros celebica), adalah spesies pohon berbunga dalam keluarga
Ebenaceae yang endemik di pulau Sulawesi di Indonesia . Diospyros Celebica adalah nama
kayu hitam yang berasal dari sulawesi selatan dari spesies eboni (Ebenaceae). Anggotanya di
seluruh dunia mencapai sekitar 450-500 spesies pohon dan perdu yang selalu hijau atau
sebagian ada pula yang menggugurkan daun. Kebanyakan tumbuhan ini berasal dari daerah
tropis, dan hanya beberapa spesies yang tumbuh di daerah beriklim sedang.Tetapi jenis kayu
hitam ini berbeda dengan spesies kayu hitam yang ada di seluruh dunia.
Diospyros Celebica memiliki ciri khas yaitu Pohon yang lurus dan tegak dengan
tinggi sampai dengan 40 m. Diameter batang bagian bawah dapat mencapai 1 m. Kulit
batangnya beralur, mengelupas kecil-kecil dan berwarna coklat hitam. Pepagannya berwarna
coklat muda dan di bagian dalamnya berwarna putih kekuning-kuningan. Daun tunggal
terletak berseling, berbentuk jorong memanjang, dengan ujung meruncing, permukaan
atasnya mengkilap, seperti kulit dan berwarna hijau tua, permukaan bawahnya berbulu dan
berwarna hijau abu-abu.
Jenis ini hanya terdapat di Sulawesi di hutan primer pada tanah liat, pasir atau tanah
berbatu-batu yang mempunyai drainase baik, dengan ketinggian mencapai 600 m dpl. Secara
alami, kayu hitam Sulawesi ditemukan baik di hutan hujan tropika maupun di hutan musim.
Kayu ini telah diekspor ke luar negeri semenjak abad ke-18. Pasar utamanya adalah Jepang,
dan juga Eropa dan Amerika Serikat.
Karena perkembangan populasi yang lambat dan karena tingginya tingkat eksploitasi
di alam, kini kayu hitam Sulawesi telah terancam kepunahan. Ekspor kayu ini mencapai
puncaknya pada tahun 1973 dengan jumlah sekitar 26,000 m3, dan kemudian pada tahuntahun berikutnya terus menurun karena kekurangan stok di alam.

Gambar 2. Pohon Kayu Hitam (Diospyros celebica)

3. Kesambi
Deskripsi Botani
Pohon kesambi dapat mencapai tinggi hingga 40 m, dengan diameter Hingga 2 m.
Biasanya batang pohon kesambi selalu bengkok dan bermata kayu serta berbanir.
Kulitnya halus, berwarna abu-abu. Batangnya silindris, berkerut, dan tipis, berbulu
pendek berwarna kuning kemerahan ketika muda dengan kelenjar tertentu, hitam,
kemudian coklat kekuningan seperti abu. Daunnya bersirip genap, anak daun terakhir
seringkali seperti ujung anak daun.
Bentuk daunnya lanset, berseling, panjang 11-25 cm, lebar 2-6 cm, tepi rata, ujung lancip,
pertulangan menyirip, tangkai bulat, panjang + 1 cm dan berwarna hijau. Bunga terletak
pada bagian cabang yang tidak berdaun, kadang-kadang terletak diketiak daun, warna
kuning pucat hingga hijau pucat. Bunga kesambi adalah bunga majemuk, berbentuk
tandan, di ketiak daun atau ujung batangan, kelopak 4-6 lembar, bersatu di pangkal,
berduri, hijau dan warna mahkotanya putih. Buah dan biji berbentuk bulat dengan
diameter biji 6-10 cm, buah terdiri atas 1-2 biji, biji dikelilingi oleh kulit berwarna cokelat
kehitaman. Termasuk akar tunggang dan berwarna cokelat muda. (Heyne,1987)

Gambar 3. Daun Kesambi

Gambar 4. Buah Kesambi


Penyebaran dan Habitat
Pohon kesambi tumbuh alami di lembah Himalaya, Sri Langka, dan Indonesia. Di
IndonesiaKesambi tumbuh baik di Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, Pulau
Seram dan pulau Kai. Di Jawa Timur dapat ditemukan di Panarukan, Probolinggo,
Pasuruan dan Besuki. Jenis ini sering digunakan sebagai tanarnan pengisi pada tanaman
jati, karena jenis ini memiliki perakaran yang dalam dan selalu tumbuh hijau sehingga
tidak mengganggu pertumbuhan tanaman pokok sekaligus berfungsi sebagai sekat bakar.

(Heyne, 1987). Kesambi ditemukan tumbuh di daratan rendah yang beriklim kering
sampai ketinggian 600 mdpl, biasanya ditanam pada daerah pantai sampai ketinggian 250
mdpl. Di Jawa sendiri kesambi ditemukan pada ketinggian rendah, namun dapat juga
ditemukan pada ketinggian 900-1.200 mdpl. Kesambi membutuhkan curah hujan tahunan
750-2.500 mm.Tumbuhan ini mampu hidup pada suhu maksimum 35-47,5oC dan suhu
minimum 2,.5oC. Kesambi tumbuh pada tanah kering, hingga terkadang pada tanah yang
berawa. Kondisi tanah kadang berbatu, kerikil, dan liat, memiliki drainase yang baik dan
lebih disukai tanah yang sedikit masam. Kawasan hutan produksi yang tidak produktif
dan lahan kritis di luar kawasan hutan dapat ditanami kesambi (Iwasa, 1997 dalam
Agussalim, 2012).
Perbanyakan Tanaman
Kesambi dapat diperbanyak secara generatif (biji) dan vegetatif. Perbanyakan secara
vegetatif dapat dilakukan dengan stek pucuk dan cangkok . Pembiakan vegetatif stek
pucuk dilakukan dengan cara stek pucuk diberi hormone tumbuh IBA (Indole Butyric
Acid) konsentrasi 1000 ppm (dalam bentuk tepung) dan di tanam pada media pasir, yang
diletakkan di ruang pengakaran dengan sungkup yang memiliki sistem pengkabutan. Cara
ini dapat menghasilkan stek bertunas sebesar 51,10% (Danu, 2004).
Regenerasi dengan cara stump dapat dilakukan setelah bibit kesambi berusia satu tahun
atau ketika batang bibit telah mencapai diameter 1 cm. Batang dipotong sekitar 10-15
cm, akar dipotong hingga panjangnya 25 cm. Bibit kesambi ditanam pada lubang tanam
yang dibuat dengan dalam dan lebar 30 cm. Pemeliharaan yang dilakukan pada kesambi
yaitu memberikan penyiangan yang teratur dan pelindungan tanaman dari rumput (Iwasa,
1997 dalam Agussalim, 2012).
Pemanfaatan
Kayu kesambi, terutama kayu terasnya, padat, berat, dan sangat keras; berwarna merah
muda hingga kelabu. Kayu ini ulet, kenyal, dan tahan terhadap perubahan kering dan
basah berganti-ganti, sehingga di masa silam kerap dimanfaatkan sebagai jangkar perahu.
Tidak mudah menyerpih, kayu kesambi sering dipakai membuat alu, silinder-silinder
dalam penggilingan, dan perkakas rumah tangga umumnya. Mempunyai nilai energi yang
tinggi hingga 20.800 kJ/kg, kayu ini disenangi sebagai kayu bakar dan bahan pembuatan
arang.
Pepagan kesambi dimanfaatkan untuk menyamak kulit, mewarnai batik, mengelatkan nira
agar tidak masam ketika difermentasi, serta untuk campuran lulur. Pepagan yang digerus
halus dan dicampur minyak, digunakan sebagai obat kudis. Daunnya yang muda, mentah
atau direbus, dimakan sebagai lalap. Buah kesambi yang telah masak dimakan segar, atau,
mentahnya dijadikan asinan.
Bijinya, langsung atau setelah lebih dulu dipanggang sebentar, dikempa untuk
mendapatkan minyaknya. Minyak kesambi ini (Jawa, kecacil) mengandung sedikit asam
sianida, dan digunakan untuk mengobati kudis dan luka-luka. Di Sulawesi Selatan,
minyak kesambi ini dimasak dengan pelbagai rempah-rempah dan harum-haruman,
dijadikan aneka minyak berkhasiat obat; termasuk di antaranya minyak makassar
(Macassar oil) yang terkenal untuk merawat rambut. Minyak ini setelah dicampur dengan
bahan lain, seperti tepung kapur dapat dijadikan salep obat atau untuk menambal celah

(memakal, mendempul) perahu. Dahulu, minyak kesambi ini juga dijadikan minyak
lampu, minyak makan dan bahan pembuat sabun.
Daun-daun, pucuk rerantingan, dan limbah biji (bungkil) sisa pengempaan dijadikan
pakan ternak. Sementara itu dalam industri kehutanan, pohon kesambi merupakan salah
satu pohon inang terpenting bagi kutu lak (Laccifer lacca). Lak dan syelak (shellac), resin
lengket yang digunakan sebagai bahan pewarna, pengilat makanan, dan pernis, terutama
dihasilkan oleh India. Di Indonesia, lak diproduksi oleh Perhutani di Probolinggo.

Anda mungkin juga menyukai