Anda di halaman 1dari 5

3.

Duku
Duku adalah jenis buah-buahan dari anggota suku Meliaceae.
Tanaman yang berasal dari Asia Tenggara sebelah barat ini memiliki
kemiripan dengan buah langsat, kokosan, pisitan, celoring dan lainlain dengan pelbagai variasinya. Nama-nama yang beraneka ragam
ini sekaligus menunjukkan adanya aneka kultivar yang tercermin dari
bentuk buah dan pohon yang berbeda-beda.
Duku adalah tumbuhan identitas untuk Provinsi Sumatera Selatan.

Klasifikasi ilmiah
Kerajaan

: Plantae

Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Magnoliopsida

Ordo

: Sapindales

Famili

: Meliaceae

Genus

: Lansium

Spesies

: L. domesticum

Sinonim
Aglaia dookoo Griffith (1854)
Aglaia domestica (Corra) Pellegrin (1911)
Aglaia aquea (Jack) Kosterm. (1966)

Deskripsi

Pohon yang berukuran sedang, dengan tinggi mencapai 30 m dan gemang hingga 75 cm.
Batang biasanya beralur-alur dalam tak teratur, dengan banir (akar papan) yang pipih
menonjol di atas tanah. Pepagan (kulit kayu) berwarna kelabu berbintik-bintik gelap dan
jingga, mengandung getah kental berwarna susu yang lengket (resin).

Daun majemuk menyirip ganjil, gundul atau berbulu halus, dengan 69 anak daun yang
tersusun berseling, anak daun jorong (eliptis) sampai lonjong, 921 cm 510 cm,
mengkilap di sisi atas, seperti jangat, dengan pangkal runcing dan ujung meluncip
(meruncing) pendek, anak daun bertangkai 512 mm.

Bunga terletak dalam tandan yang muncul pada batang atau cabang yang besar,
menggantung, sendiri atau dalam berkas 25 tandan atau lebih, kerap bercabang pada
pangkalnya, 1030 cm panjangnya, berambut. Bunga-bunga berukuran kecil, duduk atau
bertangkai pendek, menyendiri, berkelamin dua. Kelopak berbentuk cawan bercuping-5,
berdaging, kuning kehijauan. Mahkota bundar telur, tegak, berdaging, 23 mm 45 mm,
putih hingga kuning pucat. Benang sari satu berkas, tabungnya mencapai 2 mm, kepalakepala sari dalam satu lingkaran. Putiknya tebal dan pendek.

Buah buni yang berbentuk jorong, bulat atau bulat memanjang, 2-4(-7) cm 1,55 cm,
dengan bulu halus kekuning-kuningan dan daun kelopak yang tidak rontok. Kulit (dinding)
buah tipis hingga tebal (kira-kira 6 mm). Berbiji 13, pipih, hijau, berasa pahit; biji
terbungkus oleh salut biji (arilus) yang putih bening dan tebal, berair, manis hingga masam.
Kultivar-kultivar yang unggul memiliki biji yang kecil atau tidak berkembang (rudimenter),
namun arilusnya tumbuh baik dan tebal, manis.

Perbanyakan duku yang dilakukan menggunakan biji mengakibatkan lambannya tanaman


dalam menghasilkan buah. Tanaman baru berbunga pada umur 10 sampai 15 tahun.
Perkecambahan tumbuhan ini memiliki perilaku poliembrioni (satu biji menghasilkan banyak
embrio atau semai): satu embrio hasil pembuahan, dan sisanya, embrio apomiktik. Embrio
apomiktik berkembang dari jaringan pohon induk sehingga keturunannya memiliki karakter
yang serupa dengan induknya. Biji bersifat rekalsitran, penyimpanan lebih daripada tujuh
hari akan menyebabkan kemunduran daya kecambah yang cepat.
Perbanyakan vegetatif dilakukan dengan pencangkokan dan sambung pucuk.

Keanekaragama
Duku amat bervariasi dalam sifat-sifat pohon dan buahnya; sehingga ada pula ahli yang
memisah-misahkannya ke dalam jenis-jenis (spesies) yang berlainan. Pada garis besarnya, ada
dua kelompok besar buah ini, yakni yang dikenal sebagai duku, dan yang dinamakan langsat.
Kemudian ada kelompok campuran antara keduanya yang disebut duku-langsat, serta kelompok
terakhir yang di Indonesia dikenal sebagai kokosan.
Kelompok yang dikenal sebagai duku (L. domesticum var. duku) umumnya memiliki pohon
yang bertajuk besar, padat oleh dedaunan yang berwarna hijau cerah, dengan tandan yang relatif
pendek dan berisi sedikit buah. Butiran buahnya besar, cenderung bulat, berkulit agak tebal
namun cenderung tidak bergetah bila masak, umumnya berbiji kecil dan berdaging tebal, manis
atau masam, dan berbau harum.

Manfaat

Buah duku yang dikupas, memperlihatkan arilus (selubung biji) yang putih bening.
Duku terutama ditanam untuk buahnya, yang biasa dimakan dalam keadaan segar. Ada pula yang
mengawetkannya dalam sirup dan dibotolkan. Kayunya keras, padat, berat dan awet, sehingga
kerap digunakan sebagai bahan perkakas dan konstruksi rumah di desa, terutama kayu pisitan.
Beberapa bagian tanaman digunakan sebagai bahan obat tradisional. Biji duku yang pahit
rasanya, ditumbuk dan dicampur air untuk obat cacing dan juga obat demam. Kulit kayunya
dimanfaatkan sebagai obat disentri dan malaria; sementara tepung kulit kayu ini dijadikan tapal
untuk mengobati gigitan kalajengking. Kulit buahnya juga digunakan sebagai obat diare; dan
kulit buah yang dikeringkan, di Filipina biasa dibakar sebagai pengusir nyamuk.Kulit buah
langsat terutama, dikeringkan dan diolah untuk dicampurkan dalam setanggi atau dupa.

Hasil penelitian lainnya pada buah duku :


Banyaknya Buah Duku yang diteliti (Food Weight) = 100 gr
Bagian Buah Duku yang dapat dikonsumsi (Bdd / Food Edible) = 64 %
Jumlah Kandungan Energi Buah Duku = 63 kkal
Jumlah Kandungan Protein Buah Duku = 1 gr
Jumlah Kandungan Lemak Buah Duku = 0,2 gr
Jumlah Kandungan Karbohidrat Buah Duku = 16,1 gr
Jumlah Kandungan Kalsium Buah Duku = 18 mg
Jumlah Kandungan Fosfor Buah Duku = 9 mg
Jumlah Kandungan Zat Besi Buah Duku = 1 mg
Jumlah Kandungan Vitamin A Buah Duku = 0 IU
Jumlah Kandungan Vitamin B1 Buah Duku = 0,05 mg
Jumlah Kandungan Vitamin C Buah Duku = 9 mg

Ekologi
Sebagai tanaman bertajuk menengah, duku tumbuh baik dalam kebun-kebun campuran
(wanatani). Tanaman ini, terutama varietas duku, menyukai tempat-tempat yang ternaung dan
lembap. Di daerah-daerah produksinya, duku biasa ditanam bercampur dengan durian, petai,
jengkol, serta aneka tanaman buah dan kayu-kayuan lainnya, meski umumnya duku yang
mendominasi.
Duku biasa ditanam di dataran rendah hingga ketinggian 600 m dpl., di wilayah dengan curah
hujan antara 1.500-2.500 mm per tahun. Tanaman ini dapat tumbuh dan berbuah baik pada
berbagai jenis tanah, terutama tipe tanah latosol, podsolik kuning, dan aluvial.Duku menyenangi
tanah bertekstur sedang dan berdrainase baik, kaya bahan organik dan sedikit asam, namun
dengan ketersediaan air tanah yang cukup. Sementara itu varietas langsat lebih tahan terhadap
perubahan musim, dan dapat menenggang musim kemarau asalkan cukup ternaungi dan
mendapatkan air. Duku tidak tahan penggenangan.
Duku umumnya berbuah sekali dalam setahun, sehingga dikenal adanya musim buah duku.
Musim ini dapat berlainan antar daerah, namun umumnya terjadi di sekitar awal musim hujan.

Perbanyakan
Duku biasanya diperbanyak dengan biji, yang sengaja disemaikan atau dengan mengumpulkan
cabutan semai yang tumbuh spontan di bawah pohon induknya. Akan tetapi menunggu hingga
pohon baru ini menghasilkan, memakan waktu yang lama (2025 tahun) dan belum pasti pula
kualitasnya sama dengan induknya.
Cara lain yang juga populer adalah dengan mencangkoknya. Meskipun proses mencangkok ini
memakan waktu yang relatif lama (8-9 bulan, akar keluar setelah 134 hari)] namun pohon baru
hasil cangkokan sudah dapat berbuah pada umur sekitar dua tahun.Kelemahannya, persen
kematian anakan hasil cangkokan cukup besar. Lagi pula pertumbuhannya tidak seberapa kuat.
Perbanyakan secara modern yang kini banyak dilakukan adalah dengan sambung pucuk
(grafting). Teknik ini memungkinkan sifat-sifat genetik batang atas anakan yang dihasilkan sama
dengan induknya, sementara waktu tunggunya dipersingkat menjadi 56 tahun. Anakan hasil
sambung pucuk ini juga lebih kuat perakarannya daripada anakan hasil cangkokan.

Penyebaran dan nama-nama lokal


Wilayah asal usul duku membentang dari sekitar Semenanjung Siam di barat hingga Kalimantan
di timur, termasuk pula Filipina. Di daerah-daerah itu, duku ditanam sebagai salah satu buahbuahan yang penting. Bahkan varietas-varietas liar atau yang meliar dapat dijumpai di alam. Kini
duku juga dibudidayakan, walau tidak besar, di Vietnam, Burma, Srilanka, India, Australia,
Hawaii, Suriname, dan Puerto Rico.
Duku dikenal dengan banyak nama, seperti langsat, langseh, langsep, lansa (Mal.); lansones,
lanzone, lanzon, dan buahan, (Fil.); langsad, longkong (Thailand); ln bon dan bn bon
(Vietnam); langsak, duku (Burma); serta gadu guda (Srilanka). Dalam bahasa Inggris juga
disebut sebagai langsat dan duku.
Di Indonesia sendiri duku disebut dengan berbagai nama, yang mirip maupun yang tidak.
Misalnya langsat (umum); lansat, lancat (Aceh dan Sumut); las (Nias); langsak, lasak, rarsak,
rasak (Lampung); lanst, lasat, losot, lhat, lihat, rihat, richat (Kal.); lansa, lasat, lasot, lansot,
dansot, ranso, lantat (Sulut); lansa, lasa, las, ls (Sulsel); lasat, lasat, last, nasat, lasato,
lalasat, lasa (Maluku) dan sejenisnya.

Anda mungkin juga menyukai