Anda di halaman 1dari 8

JENIS-JENIS

Sawo Mentega
Dipublikasi pada 29 Januari 2014 oleh nastonatalia

Sawo mentega, sawo ubi, alkesah atau kanistel (Pouteria campechiana) adalah sejenis buah yang
asalnya dari wilayah Amerika Tengah dan Meksiko bagian selatan.[1] Namun karena manfaatnya,
pohon buah ini sekarang telah dibudidayakan di banyak negara, termasuk di Indonesia. Nama
spesiesnya merujuk pada nama kota Campeche di Meksiko, tempat asli tumbuhan ini. Dalam
bahasa Inggris disebut sebagai canistel, egg fruit, atau yellow sapote.

Pemerian botanis
Pohon sawo mentega berukuran sedang, tinggi hingga 30 m; meski kebanyakan hanya mencapai
20 m. Pepagannya berwarna kelabu tua, berusuk halus, mengeluarkan getah susu (lateks) apabila
dilukai.[2]

Daun-daun terkumpul di ujung ranting, bundar telur terbalik dan memanjang, agak menyerupai
sudip, 6–25 × 2,5–8 cm, meruncing di pangkal dan ujungnya, berwarna hijau berkilap;
bertangkai 5–25 cm. Bunga muncul di ketiak daun bagian bawah, tunggal atau mengelompok,
bertangkai panjang 5–12 cm, berbilangan-5, hijau keputih-putihan, berbau harum.[2]

Buah buni berbentuk gelendong, bulat telur, bulat telur sungsang, sampai membulat, dengan
ujung berparuh, 7,5–12,5 × 2–7,5 cm, berkulit tipis, licin seperti berlilin, kaku, kuning bila
masak. Daging buah berwarna kuning, lembap atau agak kering menepung, berbau harum agak
samar, manis. Biji besar, coklat mengilat, bentuk bulat telur, panjangnya hingga 5 cm, 1–5 butir
dalam tiap buah.[2]

Kegunaan
Buah alkesah di Indonesia biasanya dimakan begitu saja setelah masak, sebagai buah segar.
Namun di banyak tempat di negara lain, daging buah yang mirip dengan ubi kuning ini dicampur
dengan garam dan lada, sari jeruk, atau mayones, dan dimakan segar atau setelah sebentar
dipanaskan. Daging buah kanistel juga kerap dihaluskan dan dijadikan campuran es krim atau
susu kocok (milkshake).[3]

Buah sawo mentega yang kaya gizi kerap dicampurkan ke kue-kue sebagai pengganti labu:
dalam puding, kue dadar (pancake), kue pai ‘labu’, dan bahkan juga dijadikan selai untuk
mengolesi roti.[3]

Kayunya yang berwarna coklat keabu-abuan hingga kemerah-merahan bertekstur halus, kuat,
keras, dan berbobot sedang hingga berat; baik untuk membuat papan atau balok. Di Amerika
Tengah, lateksnya disadap untuk campuran getah sawo manila, dijadikan bahan permen karet.[3]
Pohon alkesah sering pula ditanam sebagai peneduh atau penghias taman.

Penyebaran
Sawo mentega telah dibudidayakan di banyak negara lain, seperti di Nikaragua, Panama, dan
juga Kuba. Dari Kuba, pohon buah ini dibawa ke Filipina pada 1915, dan menyebar ke bagian
lain Asia Tenggara. Kanistel juga banyak ditanam di Seychelles. Kini sawo mentega telah
diperkebunkan di Filipina dengan hasil yang baik

Sawo Mentega

Klasifikasi Ilmiah

Kerajaan : Plantae

(Tidak termasuk) : Eudicots

(Tidak termasuk) : Asterids

Ordo : Ericales

Famili : Sapotaceae

Genus : Pouteria

Spesies : P. Campechiana

Nama binomial : Pouteria campechiana

Sinonim : LucumacampechianaKunth,Lucuma nervosaA.DC.

Categories: JENIS-JENIS, Jns Sawo Mentega | Tinggalkan komentar

Sawo Manila
Dipublikasi pada 29 Januari 2014 oleh nastonatalia

Sawo manila (Manilkara zapota) adalah pohonbuah yang berumur panjang. Pohon dan buahnya
dikenal dengan beberapa nama seperti sawo (Ind., Jw.), sauh atau sauh manila, atau ciku (Mly.).

Nama-namanya dalam berbagai bahasa: tsiko (Filipina), ciku (Malaysia), chikoo atau sapota
(India), sofeda (Bangladesh), xa pô chê atau hồng xiêm (Vietnam), rata-mi (Sri Lanka), lamoot
(ละมุด) di Thailand, Laos dan Kamboja, níspero (Venezuela), sugardilly (Kep. Bahama),
naseberry (Hindia Barat), sapote (Nicaragua), sapoti (Brasil), sapotillier (bahasa Perancis) dan
sapodilla (bahasa Inggris).

Pemerian
Pohon yang besar dan rindang, dapat tumbuh hingga setinggi 30-40 m. Bercabang rendah, batang
sawo manila berkulit kasar abu-abu kehitaman sampai coklat tua. Seluruh bagiannya
mengandung lateks, getah berwarna putih susu yang kental.

Daun tunggal, terletak berseling, sering mengumpul pada ujung ranting. Helai daun bertepi rata,
sedikit berbulu, hijau tua mengkilap, bentuk bundar-telur jorong sampai agak lanset, 1,5-7 x 3,5-
15 cm, pangkal dan ujungnya bentuk baji, bertangkai 1-3,5 cm, tulang daun utama menonjol di
sisi sebelah bawah.

Bunga-bunga tunggal terletak di ketiak daun dekat ujung ranting, bertangkai 1-2 cm, kerapkali
menggantung, diameter bunga s/d 1,5 cm, sisi luarnya berbulu kecoklatan, berbilangan 6.
Kelopak biasanya tersusun dalam dua lingkaran; mahkota bentuk genta, putih, berbagi sampai
setengah panjang tabung.

Buah buni bertangkai pendek, bulat, bulat telur atau jorong, 3-6 x 3-8 cm, coklat kemerahan
sampai kekuningan di luarnya dengan sisik-sisik kasar coklat yang mudah mengelupas, sering
dengan sisa tangkai putik yang mengering di ujungnya. Berkulit tipis, dengan daging buah yang
lembut dan kadang-kadang memasir, coklat kemerahan sampai kekuningan, manis dan
mengandung banyak sari buah. Berbiji sampai 12 butir, namun kebanyakan kurang dari 6,
lonjong pipih, hitam atau kecoklatan mengkilap, panjang lk. 2 cm, keping biji berwarna putih
lilin. Tumbuhan ini dapat diperbanyak dengan biji ataupun cangkok.

Kegunaan
Sawo manila merupakan buah yang sangat populer di Asia Tenggara. Wilayah ini adalah
produsen dan sekaligus konsumen utama buah ini di dunia. Sawo disukai terutama karena
rasanya yang manis dan daging buahnya yang lembut.

Kebanyakan buah sawo manila dimakan dalam keadaan segar sebagai buah meja. Akan tetapi
sawo dapat pula diolah menjadi serbat (sherbet), dicampurkan ke dalam es krim, atau dijadikan
selai. Sari buah sawo dapat dipekatkan menjadi sirup, atau difermentasi menjadi anggur atau
cuka. Getahnya dapat dijadikan lem ataupun pernis.

Getah pohon sawo disadap di Amerika, dikentalkan menjadi chicle yang merupakan bahan
permen karet alami. Getah ini juga diolah menjadi aneka bahan baku industri sebagai pengganti
getah perca dan bahan penambal gigi.

Kayu sawo berkualitas bagus, tergolong kayu keras dan berat, dengan tekstur halus dan pola
warna yang menarik. Kayu ini terutama disukai sebagai bahan perabot dan ukir-ukiran, termasuk
untuk pembuatan patung, karena sifatnya yang mudah dikerjakan dan mudah dipelitur dengan
hasil yang baik. Kayu sawo memiliki keawetan yang baik, tahan terhadap serangan jamur dan
serangga. Kayu ini juga merupakan favorit anak-anak di Jawa untuk membuat gasing.

Kulit kayunya menghasilkan tanin, yang secara tradisional digunakan nelayan sebagai bahan
pencelup (ubar) layar dan alat pancing. Beberapa bagian pohon sawo juga digunakan sebagai
bahan obat tradisional untuk mengatasi diare (tanin yang terkandung pada kulit batang), demam
(tanin dan biji), dan bahan bedak untuk memulihkan tubuh sehabis bersalin (bunga). Menurut
penelitian yang dikutip Setiawan Dalimartha bahwa secara in vitro, ekstrak daun sawo manila
dengan kadar 0,5%, 1%, dan 2% dapat meningkatkan kelarutan batu ginjal dan garamkalsium
lainnya. Diketahui juga, bahwa daya larut ekstrak metanol lebih besar daripada ekstrak air.

Ekologi dan pemanenan


Sawo manila banyak ditanam di daerah dataran rendah, meski dapat tumbuh dengan baik hingga
ketinggian sekitar 2500 mdpl. Dapat tumbuh di ketinggian 300 mdpl. Pohon sawo tahan terhadap
kekeringan, salinitas yang agak tinggi, dan tiupan angin keras. Tanah yang paling cocok adalah
tanah lempung berpasir yang subur dan berpengairan baik.

Sawo dapat berbunga dan berbuah sepanjang tahun, akan tetapi pada umumnya terdapat satu atau
dua musim berbuah puncak. Di Thailand, musim puncak ini berkisar antara bulan September
hingga Desember, sedangkan di Filipina antara Desember – Februari.

Di India, buah akan matang pada umur sekitar 29 minggu. Buah ini biasanya dipanen dengan
hati-hati dari tangkainya, ditaruh di atas tanah atau direndam air agar getahnya habis keluar, lalu
dicuci dan digosok kulitnya untuk membuang sisik-sisik di bagian luar.

Buah yang baru dipetik itu masih keras, dan perlu disimpan 3-7 hari agar menjadi masak dan
lunak, sehingga enak dimakan. Buah yang diperdagangkan biasanya masak dalam perjalanannya
ke pasar atau sampai ke pembeli. Penyimpanan dalam suhu rendah dapat memperpanjang masa
simpan buah sawo.
Klasifikasi Ilmiah

Kerajaan : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Ericales

Famili : Sapotaceace

Genus : Manilkara

Spesies : M. Zapota

Nama Binomial : Manilkara Zapota

Sinonim : Achras zapota L.

Manilkara zapotilla

Categories: JENIS-JENIS, Jns Sawo Manila | Tinggalkan komentar

Sawo Kecik
Dipublikasi pada 29 Januari 2014 oleh nastonatalia

Sawo Kecik (Manilkara kauki) sering disebut juga Sawo Jawa merupakan tanaman (pohon)
penghasil buah dari keluarga sawo-sawoan (Sapotaceae) yang kini mulai langka dan jarang
ditemukan di Indonesia. Sawo Kecik yang menurut filosofi jawa sering diidentikkan dengan
sarwo becik (serba baik). Di Yogyakarta kadang dijadikan tanaman pertanda bahwa orang yang
menanamnya adalah abdi dalem kraton.

Tanaman penghasil buah yang batangnya mempunyai kayu yang keras dan kuat sehingga sangat
baik untuk bahan bangunan, perabot rumah tangga, alat-alat pertukangan, bahkan dimanfaatkan
sebagai benda-benda seni seperti patung, ukir-ukiran bahkan sebagai peralatan musik seperti
badan biola dan rebana.
Sawo Kecik disebut juga sebagai Sawo Jawa. Sedangkan dalam bahasa Inggris, tanaman yang
mulai langka ini disebut sebagai Caqui dan Manilkara. Di beberapa negara lain disebut Khirni
(India), dan Lmt Sida atau Lmt Thai (Thailand). Sedangkan dalam bahasa ilmiah (latin) Sawo
Kecik disebut sebagai Manilkara kauki yang bersinonim dengan Mimusops kauki,dan Manilkara
kaukii.

Ciri-ciri.

Pohon Sawo Kecik (Manilkara kauki) berukuran sedang dengan tinggi mencapai 25 m. Diameter
(garis tengah) batang pohon Sawo Kecik mampu mampu mencapai 100 cm.

Daun-daun Sawo Kecik mengelompok pada bagian ujung batang. Di permukaan bawah daun
Sawo Kecik berwarna keputihan dan halus seperti beludru dengan tangkai daun tidak menebal,
panjang kelopak daun 7 mm.. Kuncup bunga Sawo Kecik berbentuk bulat telur.

Buah Sawo Kecik berbentuk bulat telur atau bulat telur sungsang berukuran kecil dengan
panjang berkisar 3.7 cm. Buah Sawo Kecik mempunyai kulit pembungkus yang sangat tipis
namun mudah dikelupas. Buah Sawo Kecik, bila mask mempunyai rasa yang manis dan kadang-
kadang terasa sedikit agak sepat.

Sawo kecik tumbuh subur di daerah pesisir (pantai) yang beriklim kering hingga daerah
berketinggian sekitar 500 meter dpl. Pohon langka ini sering ditanam sebagai pohon peneduh,
pohon buah (untuk dikonsumsi buahnya), dan sebagai pohon ornament yang biasa ditanam di
dekat kuil atau istana.

Klasifikasi Ilmiah

Kerajaan : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Ericales

Famili : Sapotaceae

Genus : Manilkara

Spesies : M. kauki

Nama binomial : Manilkara kauki

Sinonim : Mimusops kaukiL.

Manilkara kaukii
Categories: JENIS-JENIS, Jns Sawo Kecik | Tinggalkan komentar

Sawo Duren
Dipublikasi pada 29 Januari 2014 oleh nastonatalia

Sawo duren adalah nama sejenis buah dari suku sawo-sawoan (Sapotaceae). Buah ini juga
dikenal dengan nama sawo apel, sawo ijo atau apel ijo (Jw.), sawo hejo (Sd.), sawo kadu
(Banten), dan kenitu atau manécu (Jatim).

Nama-nama dalam pelbagai bahasa asing misalnya di Filipina dengan sebutan cainito, Inggris
dengan sebutan caimito dan star apple, Thailand dengan sebutan sataa appoen serta Malaysia
dengan sebutan sawu duren dan pepulut. Buah ini dikenal pula dengan aneka nama lain seperti
chicle durian, sterappel, golden leaf tree, abiaba, pomme de lait, estrella, aguay dan lain-lain.
Nama ilmiahnya adalah Chrysophyllum cainito.

Pemerian
Pohon yang selalu hijau dan tumbuh cepat, tinggi hingga 30 m, dengan batang berkayu, silindris,
tegak, pepagan berpermukaan kasar berwarna cokelat, abu-abu gelap sampai keputihan; dengan
banyak bagian pohon yang mengeluarkan lateks –getah putih yang pekat– manakala dilukai.

Daun tunggal berwarna coklat-keemasan (chrysophyllum berarti daun yang berwarna keemasan),
karena bulu-bulu halus yang tumbuh terutama di sisi bawah daun dan di rerantingan; permukaan
atasnya lekas gundul dan berwarna hijau cerah. Duduk daun berseling, memencar, bentuk
lonjong sampai bundar telur terbalik, 3-6 x 5-16 cm, seperti kulit, bertangkai 0,6-1,7 cm
panjangnya.

Perbungaan terletak di ketiak daun, berupa kelompok 5-35 kuntum bunga kecil-kecil bertangkai
panjang, kekuningan sampai putih lembayung, harum manis. Kelopak 5 helai, bundar sampai
bundar telur; mahkota bentuk tabung bercuping 5, bundar telur, panjang sampai 4 mm.

Buah buni berbentuk bulat hingga bulat telur sungsang, berdiameter 5-10 cm, dengan kulit buah
licin mengkilap, coklat keunguan atau hijau kekuningan sampai keputihan. Kulit agak tebal, liat,
banyak mengandung lateks dan tak dapat dimakan. Daging buah putih atau keunguan, lembut
dan banyak mengandung sari buah, manis, membungkus endokarp berwarna putih yang terdiri
dari 4-11 ruang yang bentuknya mirip bintang jika dipotong melintang. Biji 3-10 butir, pipih
agak bulat telur, coklat muda sampai hitam keunguan, keras berkilap.

Kegunaan
Sawo duren umumnya dikonsumsi sebagai buah segar, meski juga dapat digunakan sebagai
bahan baku es krim atau serbat (sherbet). Pohon sawo duren menghasilkan buah setelah berumur
5-6 tahun, dan biasanya musim puncak buah itu di Jawa terjadi pada musim kemarau.

Banyak bagian pohon yang berkhasiat obat; misalnya kulit kayunya, getah, buah dan biji.
Rebusan daunnya dipakai untuk menyembuhkan diabetes dan rematik. Dari pepagannya (kulit
kayu) dihasilkan obat kuat dan obat batuk.

Pohonnya kerap digunakan sebagai tanaman hias dan peneduh di taman-taman dan tepi jalan.
Kayunya cukup baik sebagai bahan bangunan. Dan cabang-cabangnya yang tua dimanfaatkan
untuk menumbuhkan anggrek.

Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan : Plantae
Upakerjaan : Tracheobionta
Divisi : Magnoliophyta
Upadivisi : Spermatophyta
Kelas : Spermatophyta
Upakelas : Dilleniidae
Ordo : Ericales
Famili : Sapotaceae
Genus : Chrysophyllum
Spesies : C. Cainito
Nama binomial : Chrysophyllum cainito

Anda mungkin juga menyukai