Anda di halaman 1dari 20

2.1 BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.

)
2.1.1 Klasifikasi
Kingdom : Plant Kingdom
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua /dikotil)
Ordo : Rosales (Leguminales)
Famili : Papilionaceae (Legominosae)
Sub Famili : Papilionoideae
Genus : Phaseolus
Spesies : Phaseolus vulgaris L.

2.1.2 Nama
a. Nama Daerah
Jawa : kacang buncis (Sunda), boncis (Jawa).
b. Nama Asing
Bain Van Dou (C), french bean, haricot bean (I).
c. Nama Simplisia
Semen Phaseoli vulgaris (biji buncis).

2.1.3 Habitat
Buncis berasal dari Amerika. Di Indonesia, biasa ditanam sebagai tanaman sayur pada daerah
beriklim kering dan tumbuh baik pada ketinggian 1.000 – 1.500 m dpl.

2.1.4 Morfologi
Ternak setahun, termasuk tanaman kacang – kacangan yang batangnya lunak, tumbuh melilit,
berambut halus, dan panjang 0,3 – 3 m. Daun majemuk menjari dengan tiga anak daun,
helaian anak daun berbentuk bulat telur, pangkal membulat, ujung runcing, tepi rata,
pertulangan menyirip, kedua permukaan berambut, panjang 4,5 – 16 cm, dan lebar 2,5 – 11
cm. Bunga majemuk dalam tandan dan keluar dari ketiak daun dengan 1 – 2 pasang bunga.
Mahkota bunga berbentuk kupu – kupu, berwarna putih, dan akan menjadi kuning ungu.
Buah berbentuk polong, bulat panjang, lurus atau bengkok, ukuran berfariasi sekitar 10 cm,
berwarna hijau saat muda dan cokelat setelah tua, mempunyai 4 -5 biji yang berbentuk
persegi panjang, mengilap, permukaan licin, dan berwarna putih.
Buah muda bisa dinamakan sebagai lalap matang atau di sayur. Buah tua berserat dan
menjadi keras. Semua bagian dari tanaman ini dapat digunakan sebagai makanan ternak atau
pupuk hijau. Jenis kacang yang di sebut Phaselous vulgaria ini memiliki banyak varietas.
Selain buncis, contoh lainnya adalah kacang merah yang disebut juga kacang jogo, yang
bijinya berbintik – bintik merah dan tumbuh tegak tidak melilit. Perbanyakan dengan biji.

2.1.5 Khasiat
Rasa buncis biji manis, bersifat netral, dan berfungsi sebagai makanan. Berkhasiat
meluruhkan kencing (diuretik), mengeluarkan racun, dan menurunkan kadar glukosa darah
(hipoglikemik).

2.1.6 Kandungan Kimia


Biji mengandung glucoprotein, hemagglutinine, tripsin inhibitor, stigmasterol, sitosterol,
campesterol, lectins, allantoin, dan inositol. Kulit biji mengandung leucopelargonidin,
leucocyanidin, leucodelphinidin, kaempferol, kaempferol xyloglucoside, quercetin, myricetin,
pelargonidin, cyanidin, delphinidin, petunidin, dan malvidin. Cotyledon dan hypocotyl
mengandung stigmasterol, sitosterol, campesterol, dan PHA.
Berdasarkan pemeriksaan laboratorium, biji manis tidak beracun, sedangkan biji pahit
beracun (toksik). Setiap 100 g buncis mentah mengandung 17 kalori; 3 g karbohidrat; 1 g
protein; 0,1 g lemak, 200 IU vitamin A, 25 mg vitamin B, dan 18 mg vitamin C.

2.1.7 Bagian yang Digunakan


Biji masak yang telah dikeringkan.

2.1.8 Cara Pemakaian


Untuk minum, rebus 120 g biji. Unuk pemakaian luar, serbuk dari biji digunakan untuk
pengobatan eksem, gatal – gatal, dan kulit kering.

2.2 KEMBANG TELANG ( Clitoria ternatea L.)

2.2.1 Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Resales
Famili : Papilionaceae
Genus : Clitoria
Spesies : Clitoria ternatea L.

2.2.2 Nama
a. Nama Daerah
Sumarta : bunga biru, bunga kelentit, bunga telan.
Jawa : kembang teleng, menteleng
Sulawesi: bunga talang, bunga temanraleng
Maluku : bisi, saya ma gulele
b. Nama Asing
Die dou (C), winged leaved clitoria, butterfly pea (l).
c. Nama Simplisia
Radix clitoriae (akar kembang telang), Flos Clitoriae (bunga kembang telang).

2.2.3 Habitat
Kembang telan ditanam sebagai tanaman hias yang merambat di pagar, tetapi bisa ditemukan
tumbuh liar di semak – semak pada tanah yang kering. Asal tanaman ini diperkirakan dari
Amerika dan dapat ditemukan sampai ketinggian 700 m dpl.

2.2.4 Morfologi
Perdu membelit ke kiri, tumbuh menahun, panjang 1 – 5 m, berambut halus, bagian pangkal
berkayu. Daun majemuk menyirip gasal dengan 3 – 9 anak daun. Helaian anak daun
berbentuk bulat telur atau elips, bertangkai pendek, ujung tumpul, pangkal runcing, tepi rata,
panjang 2 – 7 cm, lebar 1 – 4,5 cm, warna hijau, dan mempunyai daun penumpu berbentuk
garis. Bunga tunggal, berbentuk seperti kupu – kupu yang keluar dari ketiak daun, panjang
mahkota 3,5 – 4 cm, warna biru nila dengan warna putih atau kekuningan di bagian tengah.
Ada juga bunga yang berwarna putih. Buah berupa buah polong, pipih, panjang 5 – 10 cm,
berisi 6 – 20 biji yang berbentuk seperti ginjal pipih. Perasan daun atau bunga digunakan
untuk mewarnai makanan dan kue atau bahan tikar.
2.2.5 Khasiat
Akar beracun (toksik), berkhasiat laksatif (pencahar), meluruhkan kencing (diuretik),
merangsang muntah, dan membersihkan darah. Daun berkhasiat mempercepat pematangan
bisul serta biji sebagai obat cacing dan pencahar ringan.

2.2.6 Kandungan Kimia


Saponin, flavonoid, alkaloid, ca-oksalat, dan sulvur. Daun mengandung kaempferol-3-
glucoside, triterpenoid. Bunga mengandung delphinidin 3, 3’,5’, triglikoside, dan fenol.

2.2.7 Bagian yang digunakan


Seluruh herba.

2.2.8 Cara Pemakaian


Untuk obat yang diminum, rebus 0,3 g akar. Untuk pemakaian luar, gunakan daun atau bunga
untuk mengompres bengkak pada sendi, sakit telinga, dan mencuci luka. Gunakan bunga
yang di rendam air untuk mencuci mata agar tampak jernih.

2.3 SAGA (Abrus precatorius L.)

2.3.1 Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Resales
Famili : Papilionaceae (Leguminosae)
Genus : Abrus
Spesies : Abrus Precatorius L.

2.3.2 Nama
a. Sinonim
Abrus frutex rumpht
Nama Daerah
Sumatra : thaga (AC), seugen (Gayo), saga (Karo), parusa (Ment.), kundi, saga buncik, s.
Letet (Mink.), kenderi kundi (Lampung).
Kalimantan : taning bajang (Katingan), saga (Sampit).
Jawa : saga areuy, s. Leutik (Sunda), saga letik, s, manis (Jawa), gak saghaka lakek
( Madura).
Nusa Tenggara : piling – piling (Bali), maat metan (Timor).
Sulawesi : punoi, tatampunei (Minahasa), walipopo (Gorontalo), punu no matiti (Buol), saga
(Makassar), kaca (Bugis).
Maluku : war kamasin (Kai), mali – mali, pikalo, kaitasi (Ser.) ailalu picar (Ambon), pikal
(Ulias), seklawan (Buru), idisi ma lako (Halm.), idi – idi ma lako (Ternte dan Tidore)
Irian : kalepip
Nama Asing
Xiang si ji (C), wild liquorice, indian liquorice, jequirity bean, crab’s eyes, chinese red beans,
prayer beads, rosary pea (l), chanoti, gunchi (india), arbre a chapelet (P), pokok memanjat,
akar saga betina, akar belimbing, (Malay), cham thao day, day chi chi (veatnamese)
Nama Simplisia
Semen Abri (bji saga), Folium Abri (daun saga)

2.3.3 Habitat
Saga tumbuhan liar di hutan, semak belukar, atau ditanam di pekaranfan dengan dirambatkan
dipagar sebagai tanaman obat. Tanama negara tropis dan subtropis ini tumbuh d daerah
kering pada tempat – tempat yang sedikit terlindung. Berasal dari India dan ditemukan dari 1
– 1000 m dpl.

2.3.4 Morfologi
Perdu memanjat, membelit ke kiri pada tanaman lain atau di pagar, panjang mencapai 2 – 5
m, pokok batangnya kecil. Daun majemuk menyirip genap, letak berseling, panjang 4 – 11
cm. Anak daun 8 – 17 pasang, bertangkai pendek, bentuk jorong melebar, ujung dan pangkal
tumpul agak membulat, tepi rata, permukaan atas licin, bagian bawah berambut halus, tulang
daun menonjol di permukaan bawa, panjang 5 – 20 mm, lebar 3 – 8 mm, berwarna hijau
sampai hijau pucat. Bunga majemuk, berkumpul dalam tandan yang keluar dari ketiak daun,
kecil- kecil, makhota bunga berbentuk kupu – kupu, berwarna ungu muda. Buah berupa buah
polong berwarna hijau kuning, gepeng bersegi empat memanjang, panjang 2- 5 cm, lebar 1,2
– 1,4 cm. Jika masak, buah menjadi kering, berwarna cokelat kehitaman dan pecah sendiri,
berisi 3 – 6 butir biji yang berbentuk bulat lonjong, panjang 5 – 9 mm, keras, warna merah
mengilapberbecak hitam di sekitar hilum yang berwarna putih.
Biji saga disebut kacang patern oster, bisa dibuat mani – manik, kalung dan hiasan lainnya
karena bentuknya yang sangat menarik. Namun, sangat beracun dan jika tertelan dapat
mematikan. Perbanyakan dengan biji.

2.3.5 Khasiat
Rasa biji pedas, pahit bersifat netral, astrigen, dan sangat beracun (toksih). Berkhasiat
membunuh parasit, antiradang, peluruh dahak, perangsang muntah, dan melancarkan
keluarnya nanah.
Rasa akar, batang, daun manis, difatnya netral. Berkhasiat membersihkan panas, antiradang,
peluruh kencing (diuretik), dan antitoksik. Akar berkhasiat perangsang muntah (emetikum)
dan daun dapat menyejukkan (demukulcent) kulit dan selaput lendir.

2.3.6 Kandungan Kimia


Biji mengandung beberapa macam alkloid sepeerti L-ambrine (C12H14O2N2), precatorine
(C14H11O6N), hypsphorine (C14H17O2N2), tronelline (C7H7O2N), cycloarterenol
(C30H50O), squalene, dan 5-B-cholanic acid. Biji juga mengandung agglitinin, abricin,
stigmasterol, abridin, dan protein khusus yaitu abrinin-a. Baru – baru ini juga dapat diisolasi
5 isoflavanquinones, termasuk abruquinone A pada akar saga. Akar, batang, dan daun
mengandung glycyrrhisic acid. Abrine (jequiritin) merupakan albumin tumbuhan. Senyawa
ini sangat toksik, larutan dalam atriun klorida, titik lebur 295 derajat celcius, dan dapat
menghambat pertumbuhan ehrlic ascites tumor pada mencit. Abrin-a merupakan tipe II
ribosome-inactivating agent. Aglutini dan abranin-a sering digunakan dilaboratorium untuk
menghambat sintesis protein.

2.3.7 Bagian yang Digunakan


Akar, batang, daun, dan biji. Biji dikeringkan, untuk pemakaian luar.

2.3.8 Cara Pemakaian


Untuk obat yang diminum, rebus 10 – 15 g daun, batang dan akar. Untuk pemakaian luar,
gunakan daun yang ditumbuk halus untuk mengompres bengkak akibat terbentur, nyeri otot
(rheumatism), dan bercak – bercak berwarna pada kulit yang terpapar sinar matahari.
Gunakan biji yang ditumbuk halus untuk melumas kudis, kurap, radanf kulit bernanah,
radang payudara (mastitis) luka bakar, eksem, bisul, memar, bercak putih dikulit
(leucordema), sakit pinggang, atau sebagai obat tetes mata untuk pengobatan penyakit mata
kronis seperti trachoma dan kekeruhan pada kornea.
2.4 TURI (Sesbania Grandiflora [L.] Pers.)

2.4.1 Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonea
Ordo : Rosales
Famili : Papilionaceae (Leguminosae)
Genus : Sesbania
Spesies : Sesbania Grandiflora L. Pers

2.4.2 Nama
a. Sinonim
Agati Grandiflora Desv.
b. Nama Daerah :
Sumatra : turi.
Jawa : turi, toroy.
Nusa Tenggara: Gala-gala, Tui, Palawu, Tanumu, Gehunga, Ngganggala, Kalala.
Sulawesi: Tuli, Turi, Turineg, Suri, Uliango, Gongo gua, Kaju Jawa.
c. Nama Asing
Agati sesbania, Cork Wood Tree, West Indian Pea.
d. Nama Simplisia
Cortex Sesbaniae (Kulit kayu turi), Flos Sesbaniae (Bunga Turi).

2.4.3 Habitat
Turi umumnya ditanam di pekarangan sebagai tanaman hias, diteppi jalan sebagai pohon
pelindung, atau ditanam sebagai tanaman pembatas pekarangan. Tanaman ini dapat
ditemukan di bawah 1200 m dpl.
2.4.4 Morfologi
Pohon “Kurus” berumur pendek, tinggi 5-12 m, dan ranting kerap menggantung. Kulit batang
bagian luar berwarna kelabu hingga kecoklatan, tidak rata, dengan alur membujur dan
melintang tidak beraturan, lapisan gabus mudah terkelupas. Dibagian dalam berair dan sedikit
berlendir. Percabangan baru keluar setelah tinggi tanaman sekitar 5 m. Berdaun majemuk
yang letaknya tersebar, dengan daun penumpu yang panjangnya 0,5 – 1 cm. Panjang daun 20
– 30 cm, menyirip genap, dengan 20 – 40 pasang anak daun yang bertangkai pendek. Helaian
anak daun berbentuk jorong memanjang, tepi rata, panjang 3- 4 cm, dan lebar 0,8 – 1,5 cm.
Bunga besar dalam tandan yang keluar dan ketiak daun, letak menggantung dengan 2 – 4
bunga yang bertangkai, kuncup berbentuk sabit, panjang 7 – 9 cm. Jika mekar, bunga
berbentuk kupu-kupu. Ada 2 varietas, yang berbunga putih dan berbunga merah. Buah
berbentuk polong yang menggantung, berbentuk pita dengan sekat antara, panjang 20-55 cm,
dan lebar 7-8 mm. Biji 15-50, letak melintang didalam polong. Akar berbintil-bintil, berisi
bakteri yang dapat memanfaatkan Nitrogen sehingga bisa menyuburkan tanah.
Daun, bunga, dan polong muda dapat dimakan sebagai sayur atau dipecel. Daun muda,
setelah dikikis, walaupun baunya tidak enak dan berlendir, kadang dimakan oleh ibu yang
sedang menyusui, untuk menambah produksi ASI, bunga gurih dan manis. Biasanya, bunga
berwarna putih yang dikukus dan dimakan seabagai pecel. Daun dan ranting muda juga
merupakan makanan ternak yang kaya protein. Turi juga dipakai sebagai pupuk hijau. Daun
mengandung saponin sehingga dapat digunakan sebagai pengganti sabun setelah diremas-
remas dalam air untuk mencuci pakaian. Sari kulit batang pohon turi digunakan unruk
menguatkan dan mewarnai jala ikan. Kulit kayu turi merah kadang dijual dengan nama kayu
timor. Turi berbunga merah lebih banyak dipakai dalam pengobatan karena memang lebih
berkhasiat. Mungkin kadar tanin lebih tinggi sehingga lebih manjur untuk pengobatan luka
ataupun disentri. Perbanyakan dengan biji atau dengan step batang.

2.4.5 Khasiat
Bunga berkhasiat pelembap kulit, pencahar, dan penyejuk. Kkulit kayu digunakan untuk
mengurangi rasa sakit ( analgesik), menurunkan panas (antipiretik), pengelat (astringen),
perangsang muntah, dan tonik. Daun berkhasiat mencairkan bekuan darah, meredakan nyeri,
pencahar ringan, dan meluruhkan kencing (diuretik).

2.4.6 Kandungan Kimia


Kulit batang mengandung tanin, egatin, zantoagetin, basorin, resin, kalsium oksalat, sulfur,
peroksidase, dan zat warna. Daun mengandung saponin, tanin, glikoside, peroksidase,
vitamin A dan B. Bunga mengandung kalsium, zat besi, zat gula, serta vitamin A dan B.

2.4.7 Bagian yang digunakan


Kulit batang, bunga, daun, dan akar.
2.4.8 Cara Pemakaian
Untuk diminum, rebus kulit kayu turi merah seukuran ibu jari pada bagian pangkal. Untuk
pemakaian luar, tumbuk kulit kayu untuk pemakaian setempat, seperti skabies. Bisa juga
ikatkan daun yang telah ditumbuk pada bagian tubuh yang memar atau keseleo.

2.5 DAUN DUDUK (Desmodium triquetrum [L.] D.C.)

2.5.1 Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Resales
Famili : Papilionaceae (Leguminosae)
Genus : Desmodium
Spesies : Desmodium triquetrum D. C.

2.5.2 Nama
a. Sinonim :
Hedysarm triquetrum L., Pterolma triquetrum Benth., P. triquetrum (L.) Desv.
b. Nama Daerah :
Jawa : Genteng cangkeng, ki congcorang, potong kujang, cen-cen (Sunda), Daun duduk,
sosor bebek, gulu walang, gergi, cocor bebek (Jawa)
Sumatera: Daun duduk (Melayu)
c. Nama Asing :
Three-Flowered desmodium (I).
d. Nama Simplisia :
Desmodii triquetri Herba (Herba daun duduk)
2.5.3 Habitat
Daun duduk dapat ditemukan dari dataran rendah sampai 1.500 m dpl.tumbuh liar di tempat
terbuka dengan cahaya matahari yang cukup atau sedikit naungan, serta tidak begitu kering.

2.5.4 Morfologi
Perdu menahun, tumbuh tegak atau menanjak, tinggi 0,5 - 3 m, dengan kaki yang berkayu.
Batang bulat, beruas, permukaan kasar, percabangan simpodial, diameter 2 cm, cokelat.Daun
tunggal, berseling, berdaun penumpu, tangkai daun bersayap lebar. Helaian daun lanset,
ujung meruncing, pangkal rata, tepi rata, pertulangan menyirip, panjang 10 - 20 cm, lebar 1,5
- 2 cm, masih muda cokelat, setelah tua hijau. Bunga majemuk, malai, keluar dari ujung
batang, mahkota berbentuk kupu-kupu warnanya putih keunguan, berambut halus, pangkal
berlekatan. Buah polong, panjang 2,5 - 3,5 cm, lebar 4 - 6 mm, berambut, berisi 4 - 8 biji,
masih muda hijau, setelah tua cokelat. Biji kecil, bentuk ginjal, warnanya cokelat
muda.Perbanyakan dengan biji.

2.5.5 Khasiat
Herba ini rasanya sedikit pahit, sejuk. Berkhasiat sebagai pereda demam (antipiretik), anti
radang (anti-inflamasi), pembunuh parasit (paratisid), meningkatkan nafsu makan (stomakik),
dan peluruh kencing.

2.5.6 Kandungan kimia


Daun tumbuhan ini mengandung tannin, alkaloida hifaforin, trigonelin, bahan penyamak,
asam silikat dan K2O. Buah daun duduk mengandung saponin, dan flavonoida, sedangkan
akar mengandung saponin, flavonoida, dan tannin.

2.5.7 Bagian yang digunakan


Seluruh bagian kecuali akar (herba) dapat digunakan. Pemakaian dalam bentuk segar atau
yang telah dikeringkan.

2.5.8 Cara pemakaian


Siapkan herba daun duduk sebanyak 15-60 g, lalu direbus dan minum. Pemakaian luar
digunakan untuk mengompres wasir, abses, sakit pinggang, dan pegal-pegal pada kaki
dengan herba daun duduk yang digiling halus.

2.6 AKAR MANIS ( Glycyrrhiza glabra L )


2.6.1 Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabaceae
Famili : Papilionaceae (Leguminosae)
Genus : Glycrrhiza
Spesies : Glycrrhiza Glabra

2.1.2 Nama
a. Nama Daerah
Kayu manis cina (Indonesia), Kayu legi (Jawa)
b. Nama Asing
Licurice (Inggris), Zeotheut (Belanda)
c. Nama Simplisia
Glycyrrhiza Radix, Liquiritae Radix; Akar Manis

2.1.3 Habitat
Akar manis tumbuh seperti rerumputan (semak) di sebagian wilayah Eropa bagian selatan
(Glycyrrhiza glabra). Spesies lainnya adalah Licorice Amerika disebut G. lepidopta yang
tumbuh di Amerika Utara dan Licorice Cina (G.uralensis) yang banyak dipakai dalam bahan
obat-obatan Cina.

2.1.4 Morfologi
Akar manis termasuk tanaman tahunan berbentuk terna dan dapat tumbuh sampai satu meter
dengan daun yang tumbuh seperti sayap (pinnate) yang panjangnya 7 sampai 15 cm. Daun-
daunnya dapat berjumlah 9-17 helai dalam satu cabang. Bunga akar manis tersusun secara
inflorescens (berkelompok dalam satu cabang),warnanya berkisar dari keunguan sampai putih
kebiru-biruan serta berukuran panjang 0,8-1,2 cm. Buah akar manis berpolong dan berbentuk
panjang sekitar 2-3 cm, dan mengandung biji.
2.1.5 Khasiat
Ekspektoran, anti inflamasi, dan spasmolitik.

2.1.6 Kandungan Kimia


Glisirhisin, saponin, glikosida likuiritin, asparagin, umbeliferona, glabrolida, glukosa,
sukrosa, asam likuiritat, asam hidroksiglisirhitat, zat pahit, minyak atsiri, dan asparagin.

2.1.7 Bagian yang Digunakan


Bagian yang digunakan dari tanaman akar manis adalah akar.

2.1.8 Cara Pemakaian


Akar manis yang sudah berupa potongan tipis direbus dengan 3 gelas air bersih sampai tersisa
menjadi 1 gelas. Setelah dingin, airnya disaring, lalu dibagi 2 kali minum pagi dan sore hari.
Diminum sewaktu perut kosong.

2.7 TUBA (Derris elliptica)

2.7.1 Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliphyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili : Papilionaceae (Legominosae)
Genus : Derris
Spesies : Derris elliptica

2.7.2 Nama
a. Simplisia
Derris elliptica
b. Nama Daerah
Tuwa laleur, tuwa leteng, areuy kidang (Sunda), Jenu, jelun, tuba oyod tungkul, tungkul
(Jawa), tobha, jheno, mombul (Madura)
c. Nama Asing
Derris Root, Duva Ni Vavalagi, Tuba Root (Inggris), Tuba (Brunei), Hon (Laos), K’biehs
(Kamboja), Tuba root, tuglingpula (Filipina), Touba (Perancis), Akar tuba (Malaysia), Lain
nam (Thailand)
d. Nama Simplisia
Derridis Radix

2.7.3 Habitat
Tumbuhan peracun ikan ini tumbuh terpencar-pencar, di tempat yang tidak begitu kering, di
tepi hutan, di pinggir sungai atau dalam hutan belukar yang masih liar dan kadang-kadang
ditanam di kebun atau pekarangan.Di Jawa tanaman Tuba didapati mulai dari dataran rendah
hingga ketinggian sekitar 1500 m dpl.

2.7.4 Morfologi
Tuba merupakan tumbuhan berkayu memanjat (liana) 7 – 15 pasang daun pada tiap
rantingnya.Daun muda berambut kaku pada kedua permukaannya.Di bahagian bawah daun
diliputi oleh bulu lembut berwarna perang.Batangnya merambat dengan ketinggian hingga 10
meter.Ranting-ranting Tuba tua berwarna kecoklatan.
Mahkota bunga tumbuhan Tuba berwarna merah muda serta sedikit berbulu.Tumbuhan
beracun ini juga mempunyai buah berbentuk lonjong (oval), dengan sayap yang tipis di
sepanjang kedua sisi.kekacang nipis dan rata berukuran 9 cm, lebar 0.6 – 2.5 cm. dan
terdapat 1 – 4 biji dalam satu kekacang.

2.7.5 Khasiat
Pada akar tanaman derris adalah deguelin, elliptone, dan toxicarol. Selain sebagai racun ikan,
derris juga dapat digunakan sebagai insektisida, yaitu untuk pemberantasan hama pada
tanaman sayuran (terutama kol), tembakau, kelapa, kina, kelapa sawit, lada, teh, coklat, dan
lain-lain. Di Borneo, ekstrak akarnya digunakan sebagai racun untuk anak panah.

2.7.6 Kandungan Kimia


Tuba ini memiliki kandungan rotenone. rotenon sebagai bahan aktif utama, bahan aktif lain
yang terdapat pada akar tanaman Tuba (Derris elliptica) adalah deguelin, elliptone, dan
toxicarol.
2.7.7 Bagian yang Digunakan
Akar dan potongan akar tinggal.

2.7.8 Cara Pemakaian


Hancurkan akar tuba. Rendam dalam 20 liter air selama 3 hari. Saring Tambahkan
sabun/deterjen Aduk rata dan digunakan untuk menyemprotkan ke seluruh bagian tanaman
yang terserang pada pagi atau sore hari

2.8 BIJI KLABET (Trigonella Foenum-Graecum L)

2.8.1 Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliphyta
Kelas : Magnolipsida
Ordo : Fabales
Famili : Papilionaceae (Legominosae)
Genus : Trigonella
Spesies : Trigonella Foenum-Graecum L.

2.8.2 Nama
a. Simplisia
Trigonella Foenum-Graecum

b. Nama Daerah
Halba
c. Nama Simplisia
Foeni Graeci Semen

2.8.3 Habitat
Tanaman ini pertama kali ditemukan di wilayah Mediteran dan banyak dikultivasi di Afrika
Utara dan India. Di India, varietas kerdil ditanam untuk bumbu dapur, dan yang tumbuh
tinggi digunakan sebagai makanan.

2.8.4 Morfologi
Merupakan terna tahunan yang tumbuh tegak dengan tinggi 30-60 cm. Daun berbentuk
bundar telur terbalik sampai bentuk baji. Bunga tunggal atau sepasang, muncul diketiak daun,
dan mahkotanya berwarna kuning terang. Buah polong gundul, berbentuk memanjang atau
lanset, dan berisi 10-20 biji.

2.8.5 Khasiat
Selain untuk meringankan sakit ginjal, gangguan usus, aprodisiaka, demam dan rematik juga
digunakan sebagai anti diabetes, hipokolesterolemik, hipoglikemik, dan hipolipidemik.
Aktivitas menurunka glukosa darah (hipoglikemik) adalah bijinya daripada daunnya, karena
getahnya masih terdapat dalam biji yang tidak hilang waktu proses pemasakan. Diduga
kandungan alkaloid dan flavonoid dalam biji klabet yang mempunyai aktivitas hipoglikemik

2.8.6 Kandungan Kimia


Alkaloides: Trimetilamina, Neurin, trigonelline, Kolin, gentianine, carpaine dan Betain.
Asam amino: isoleucine, 4-hydroxyisoleucine, Histidin, Leusin, lisin, L-triptofan, Argenine.
Saponin: Graecunins, fenugrin B, fenugreekine, trigofoenosides A-G. Sapinogens steroid:
yamogenin, diosgenin, smilagenin, sarsasapogenin, tigogenin, neotigogenin, gitogenin,
neogitogenin, yuccagenin, saponaretin. Flavonoid: Quercetin, rutin, vetixin isovetixin.

2.8.7 Bagian yang Digunakan


Seluruh bagian kecuali akar (herba).

2.8.8 Cara Pemakaian


Klabet merupakan terna tahunan, tumbuh tegak, tinggi 30 cm sampai 60 cm. Daun berbentuk
bundar telur terbalik sampai bentuk baji. Bunga tunggal atau sepasang, keluar di ketiak daun,
mahkota berwarna kuning terang. Buah polong gundul, memanjang atau berbentuk lanset.
Buah berisi 10 sampai 20 biji.
Di pasaran kita bisa membeli biji klabet yang kering. Karena rasa dan bau yang mungkin
kurang disukai, biji itu dapat digerus menjadi serbuk untuk pemakaiannya. Serbuk itu dapat
juga kita masukkan ke dalam kapsul. Dosis pemakaian berkisar antara 1- 6 g untuk tiga kali
pemakaian dalam sehari.
Biji klabet juga dapat kita minum sebagai teh, yaitu dengan cara merebusnya untuk
selanjutnya langsung disajikan air rebusannya. Orang Mesir gemar minum teh klabet,
terutama pada musim dingin. Bagi pemula, disarankan untuk mengonsumsi dalam dosis
minimal dan selanjutnya ditingkatkan sedikit demi sedikit. Hingga sekarang tidak ditemukan
efek samping yang signifikan akibat konsumsi klabet, namun ibu hamil tidak dianjurkan
untuk mengonsumsinya.
2.9 GUDE (Cajanus Cajan)

2.9.1 Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnolipsida
Ordo : Rosidae
Famili : Papilionaceae (Legominosae)
Genus : Cajanus Adans / Cajanus
Spesies : Cajanus caja (L.) Millsp

2.9.2 Nama
a. Sinonim
Cajanus cajan (L.) Huth., C. indicus spreng.
b. Nama daerah
Sumatera: kacang bali (melayu), rintik lias (batak karo).
Jawa: Kacang hiris (sunda), kacang gede, gude, kacang kayu (jawa), kacang kaju (Madura)
Bali: kekace, undis. Nusa tenggara: lebui, legui(sasak), kacang iris, kacang turis (timor).
Sulawesi: Puwe jai (Halmahera), fou hate (Ternate,Tidore).
c. Nama Asing
Shuo tuo (C), kagios, kalios, kadios, gablas (Tag.), straucherbse (J), Pigeon pea (I).
d. Nama simplisia
Cajani Folium

2.9.3 Habitat
Gude atau kacang gude di jawa dibudidayakan sebagai tanaman pangan atau digunakan
sebagai pupuk hijau. Tumbuhan ini dapat ditemukan dari dataran rendah sampai 2000 mdpl.
Pertumbuhannya memerlukan banyak cahaya matahari dan tidak tahan terhadap kondisi
lembap.

2.9.4 Morfologi
Tumbuhan sebagai perdu tegak, tinggi 1-2m. batang berkayu, bulat, beralur, berbulu, hijau
kecokelatan. Daun berkumpul tiga, bertangkai pendek. Helai daun bulat telur sampai elips,
tersebar, ujung dan pangkal runcing. Tepi rata, pertulangan menyirip, warnanya hijau.
Perbungaan majemuk. Keluar dari ketiak daun, bentuk tandan, karangan bunga 15-30 cm.
mahkota berbentuk kupu-kupu, kuning, cokelat atau hitam.
Polong muda dapat dimakan. Polong tua dipanggang atau dibuat sejenis tempe. Daun muda
bias dimakan mentah sebagai lalab, direbus atau dikukus. Perbanyakan dengan biji.

2.9.5 Khasiat
Daun berkhasiat sebagai pembersih darah. Akar berkhasiat sebagai penenang (Sedatif),
peluruh dahak (ekspetoran), obat luka, dan obat pemberantas cacing (antelmintik). Sedangkan
biji berkhasiat menghilangkan bengkak.

2.9.6 Kandungan Kimia


Daun gude mengandung flavonoida, saponin, dan polifenol. Sedangkan batang mengandung
flavonoida, saponin dan tannin.

2.9.7 Bagian yang digunakan


Daun, akar, dan biji

2.9.8 Cara Pemakaian


Cara pemakaian pada gude, diantaranya:
1. Kurap
Daun gude segar sebanyak 5g dicuci bersih lalu ditumbuk halus. Tambahkan ¼
sendok the kapur sirih, aduk merata, lalu dioleskan pada kudisnya.
2. Herpes zoozter
Siapkan daun gude segar secukupnya, cuci bersih dan digiling halus. Balurkan
pada gelembung-gelembung herpes lalu ditutup dengan kain kassa. Digsnti 3-4 kali sehari.
2. Batuk, diare, dan gangguan perut
Ambil daun gude segar sebanyak 2 genggam, cuci dan rebus dengan 3 gelas air
sampai tersisa separonya. Setelah dingin disaring, minum 3 kali sehari, masing-masing ½
gelas.
3. sakit di dalam mulut
Ambil daun gude muda secukupnya, cuci bersih dan kunyah. Biarkan beberapa
saat, baru ampasnya dibuang.
4. sakit kuning
Ambil daun gude segarsecukupnya, cuci dan giling halus. Air perasannya
ditampung sampai terkumpul ½ cangkir. Tambahkan garam seujung sendok the. Aduk, lalu
diminum. Lakukan 2 kali sehari, sampai sembuh.
5. memar
Ambil biji gude secukupnya lalu giling sampai halus. Tambahkan sedikit air
sampai menjadi seperti bubur. Turapkan pada bagian tubuh yang memar.

2.10 BALSAM PERU (Myroxilon Balsamum Harms.)

2.10.1 Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Papilionales
Famili : Papilionaceae
Genus : Myroxilon
Spesies : Myroxilon Balsamum Harms.

2.10.2 Nama
a. Sinonim
Myroxylon pereirae (Royle)
b. Nama daerah
Balsem, Peru balsem
c. Nama asing
Peruvian balsam
d. Nama simplisia
Balsamum peruvianum

2.10.3 Habitat
Balsamum peruvianum adalah genus dari dua spesies amerika tengah dan maerika
selatan. Pohon ini di dunia dikenal sebagai pohon sumber untuk balsam peru dan balsam tolu.

2.10.4 Morfologi
Tanaman ini sering dibudidayakan sebagai pohon naungan. Minyak Peru balsem berwarna
coklat gelap, cairan kental dengan bau aromatik kayu manis dan vanili, dan rasa pahit.

2.10.5 Khasiat
Antiseptic, expetoran, dan anti cattarhal remedy untuk episema, bronchitis, dan asma
bronchial. Selain itu getah juga digunakan untuk mengobati serak dan diare

2.10.6 Kandungan Kimia


Balsam peru mengandung saponin, flavonoid, dan polifenol. Getahnya mengandung munyak
terbang 50 65%, terutama benzyl benzoate dan benzyl-cinnamate yang dapat menyebabkan
alergi pada kulit

DAFTAR PUSTAKA

Dalimartha, dr. Setiawan. 2008. 36 Resep Tumbuhan Obat. Depok :Penebar Swadaya
Dalimartha, dr. Setiawan. 1999. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, Jilid 1. Jakarta:Pustaka
Bunda
Dalimartha, dr. Setiawan. 2008. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, Jilid 5. Jakarta:Pustaka
Bunda
Dalimartha, dr. Setiawan. 2009. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, Jilid 6. Jakarta:Pustaka
Bund.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1997. Materia Medika Indonesia, Jilid I.
Jakarta:Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Anda mungkin juga menyukai