Anda di halaman 1dari 25

TUGAS

DASAR-DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN

Oleh

DWI RATNAWATI

SEKOLAH TINGGI PERKEBUNAN LAMPUNG


YAYASAN TRI DHARMA LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
RUMPUT TEKI (Cyperus rotundus l.)

Cyperus rotundus L.
I. Sistematika Bahan
Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Subdivisio : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Cyperales

Family : Cyperaceae

Genus : Commelina

Spesies : Cyperus rotundus L. ( nama latin )


Rumput teki (nama daerah)
II. Morfologi Tumbuhan
a. Akar
Akar Rumput teki(Cyperus rotundus L.) merupakan sistem perakaran serabut, akar rumput
teki memiliki banyak percabangan dan akar rumput teki memiliki banyak anak cabang akar,
akar rumput teki memiliki rambut-rambut halus. Akar rumput teki tumbuh memanjang dan
menyebar di dalam tanah.
b. Batang
Batang Rumput teki(Cyperus rotundus L.) tumbuh tegak, berbentuk segitiga, berongga kecil
dan agak lunak, tingginya 10-30 cm dan penampangnya 1-2 mm. membentuk umbi di
pangkal batang, membentuk rimpang panang yang dapat membentuk tunas baru, daun-daun
terdapat di pangkal batang.
c. Daun
Daun Rumput teki(Cyperus rotundus L.) berbangun daun garis, licin, tidak berambut, warna
permukaan atas hijau tua sedangkan permukaan bawah hijau muda, mempunyai parit yang
membujur di bagian tengah, ujungnya agak runcing, lebih pendek dari batang yang membawa
bunga, lebarnya 2-6 mm.
d. Bunga
Bunga Rumput teki(Cyperus rotundus L.) memiliki bulir longgar terbentuk di ujung batang,
braktea dua sampai empat, tidak rontok, panjangnya lebih kurangnsama atau melebihi
panjang perbungaan, bercabang utama tiga sampai Sembilan yang menyebar, satu bulir
berbunga sepuluh sampai empat puluh.
e. Buah
Buah Rumput teki(Cyperus rotundus L.) berbentuk bulat telur berisi tiga, panjangnya kurang
lebih 1,5 mm, buah rumput teki memiliki warna coklat kehitam-hitaman. Buah rumput teki
tersusun berselang-seling sedikit bertumpang-tindih dan merapat ke sumbu, buah rumput teki
berbentuk bulat telur dan lepes.
f. Biji
Biji Rumput teki(Cyperus rotundus L.) terdiri dari sepuluh sampai empat puluh buliran yang
tersusun berselang-seling sedikit bertumpang-tindih dan merapat ke sumbu, biji berbentuk
bulat telur dan lepes, panjangnya kurang lebih 3 mm, berwarna coklat kemerah-merahan,
benang sari dan putik tersembul keluar.

III. Daftar Pustaka


Nasution, U. 1986. Gulma dan Pengendaliannya di Perkebunan Karet Sumatera Utara dan
Aceh. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Tanjung Morawa (P4TM), Tanjung
Morawa.

Steenis, C. G. G. J. Van. 2003. Flora. Cet. 9. PT Pradnya Paramitha, Jakarta.

Tjitrosoepomo, G. 2001. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

_____________. 1953. Ilmu Tumbuh-tumbuhan Berbiji, Susunan Luar. N. V. Poesaka Aseli,


Jakarta.

____________. 1989. Taksonomi Tumbuhan (Schozophyta, Thallophyta, Bryophyta,


Pteridophyta). Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Krokot (Portulaca Leavis Wall)

Urutan klasifikasi makhluk hidup dari tingkat tertinggi ke terendah (yang sekarang
digunakan) adalah Domain (Daerah), Kingdom (Kerajaan), Phylum atau Filum
(hewan)/Divisio (tumbuhan), Classis (Kelas), Ordo (Bangsa), familia (Suku), Genus (Marga),
dan Spesies (Jenis).
Tujuan klasifikasi makhluk hidup adalah untuk mempermudah mengenali, membandingkan,
dan mempelajari makhluk hidup. Membandingkan berarti mencari persamaan dan perbedaan
sifat atau ciri pada makhluk hidup.
Berikut ini adalah tabel klasifikasi Krokot :
Kingdom (Dunia/Kerajaan) : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisio (Pembagian) : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Classis (Kelas) : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Hamamelidae
Ordo (Bangsa) : Caryophyllales
Familia (Suku) : Portulacaceae
Genus (Marga) : Portulaca
Species (Jenis) : Portulaca oleracea L.
NAMA-NAMA LAIN TUMBUHAN KROKOT

Nama Latin Krokot : Portulaca Leavis Wall


Indonesia : Gelang, krokot (Jawa)
Inggris : common purslane, little hogweed
Melayu : gelang pasir
Thailand : phak bia-yai
Pilipina : Gulasiman
Cina : ma chi xian, kwa-tsz-tsai

CIRI-CIRI TUMBUHAN KROKOT BATANG

Ciri Batang krokot berbentuk bulat yang tumbuh tegak atau sebagian/seluruhnya terletak di
atas tanah tanpa mengeluarkan akar. Batangnya berwana cokelat keunguan dengan panjang
10-50 cm, Batang lembut memiliki rasa sedikit asam, dan asin.
Tangkainya pendek berbentuk bulat telur sungsang, bagian ujungnya bulat melekuk ke
dalam. Pangkal batangnya membaji dengan tepi rata, panjangnya 1-4 cm dan lebar 5-14 mm.
 DAUN
Ciri Daun krokot berwarna hijau dengan warna batang kemerahan, Warna permukaan atas
daun hijau tua, permukaan bawahnya merah tua.
Daunnya tunggal, tebal berdaging, datar dan letaknya berhadapan atau tersebar.
 BUNGA
Ciri Bunganya berkelompok 2-6 buah yang keluar dari ujung percabangan. Mahkota daunnya
berjumlah lima buah, berwarna kuning dan kecil-kecil.bunga ini akan mekar pada pagi hari
antara pukul 8.00-11.00 siang dan layu menjelang sore.
 BUAH dan BIJI
Buahnya berbentuk kotak, bijinya banyak dengan warna hitam cokelat mengkilap. Tanaman
ini dapat diperbanyak dengan biji.

Daftar Pustaka :

http://www.chemistricks.com/2015/12/klasifikasi-dan-ciri-ciri-tumbuhan.html
GENJER (Limnocharis flava)

klasifikasi dan deskripsi tanaman genjer


Genjer (Limnocharis flava) merupakan tanaman terna, tumbuh di rawa atau kolam
berlumpur yang banyak airnya. Konon asalnya dari Amerika, terutama bagian negara
beriklim tropis. Selain daunnya, bunga genjer muda juga enak dijadikan masakan. Genjer
cocok diolah menjadi tumisan, lalap, pecel, campuran gado-gado atau dibuat sayur bobor.
Biasanya ditemukan bersama-sama dengan eceng gondok. Genjer adalah sumber sayuran
"orang miskin", yang dimakan orang desa apabila tidak ada sayuran lain yang dapat dipanen.
Dalam bahasa internasional dikenal sebagai limnocharis, sawah-flower rush, sawah-lettuce,
velvetleaf, yellow bur-head, atau cebolla de chucho. Tumbuhan ini tumbuh di permukaan
perairan atau akarnya masuk ke dalam lumpur, tumbuhan tahunan; rimpang tebal dan tegak,
tinggi tumbuhan dapat mencapai setengah meter; daun tegak atau miring, tidak mengapung,
tangkainya panjang dan berlubang, helainya bervariasi bentuknya; mahkota bunga berwarna
kuning dengan diameter 1.5cm, kelopak bunga hijau.

Klasifikasi Genjer (Limnocharis flava)


Regnum : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Anak divisi : Angiospermae
Classis : Monocotyledonae
Ordo : Alismatales
Familia : Limnocharitaceae
Genus : Limnocharis
Spesies : Limnocharis flava
Deskripsi Morfologi Tanaman Genjer (Limnocharis flava)
1. Deskripsi Daun Genjer
Daun merupakan salah satu bagian tumbuhan yang penting, dan pada umumnya setiap
tumbuhan mempunyai sejumlah besar daun. Daun ini hanya terdapat pada batang saja dan
tidak pernah terdapat pada bagian lain dari tumbuhan. Bagian batang dimana daun itu
melekat disebut dengan buku-buku (nodus).
Daun biasanya tipis, melebar, kaya akan suatu zat warna hijau yang dinamakan klorofil, oleh
karena itu daun biasanya kebanyakan berwarna hijau, dan dari ciri umum itu memang sudah
selaras dengan fungsi daun bagi tumbuh-tumbuhan, yaitu sebagai:
1. Pengambilan zat-zat makanan (resorbsi). Terutama yang berupa zat gas (CO2)
2. Pengolahan zat-zat makanan (asimilasi)
3. Penguapan air (transpirasi)
4. Pernafasan (respirasi)
Daun memiliki beberapa bagian, seperti :
1. Upih daun atau pelepah daun (vagina)
2. Tangkai daun (petiolus)
3. Helaian daun (lamina)
Daun yang mempunyai bagian-bagian tersebut termasuk pada kategori daun yang lengkap.
Tumbuhan yang mempunyai daun lengkap tidak begitu banyak jenisnya. Kekan tumbuhan
mempunyai daun yang kehilangan salah satu diantara daun lengkap itu, dan daun yang seperti
itu dinamakan dengan daun tidak lengkap.

Tanaman genjer (Limocharis flava) merupakan tanaman yang mempunyai daun yang
termasuk kategori daun lengkap. Karena daun genjer mempunyai ketiga bagian-bagian daun
itu. Jadi berdasarkan kelengkapan daun, tanaman genjer ini termasuk pada daun lengkap.
Pada tanaman ini tidak ditemukan daun tambahan, dan jumlah helaian daun tanaman ini
termasuk pada kategori daun tunggal (folium simplex). Berdasarkan susunan tulang daun,
tanaman genjer memiliki tulang daun yang melengkung yaitu daun yang susunan tulang
daunnya melengkung. Bagian daun terlebar pada genjer terletak pada bagian tengah helaian
daun. Ujung distal helai daun (apex) meruncing (acuminatus). Tunggal, roset akar, bertangkai
persegi, lunak, panjang 15-25 cm, helai daun lonjong, ujung meruncing pangkal tumpul, tepj
rata, panjang 5-50 cm, lebar 4 25 cm, pertulangan sejajar, hijau.

2. Deskripsi Batang dan Akar Genjer


a. Batang Genjer
Batang merupakan bagian tubuh tumbuhan yang sangat penting, dan mengingat peranan atau
kedudukan batang bagi tubuh tumbuhan dapat disamakan dengan subu tubuh tumbuhan.
Sebagai bagian tubuh tumbuhan, batang mempunyai tugas untuk :
1. Mendukung bagian-bagian tumbuhan yang ada diatas tanah.
2. Dengan percabangannya memperluas bidang asimilasi, dan menempatkan bagian-
bagian tumbuhandi dalam ruang sedemikian rupa, hingga dari segi kepentingan
tumbuhan bagian-bagian tadi terdapat dalam posisi yang paling menguntungkan.
3. Jalan pengangkutan air dan zat-zat makanan dari bawah ke atas dan jalan
pengangkutan hasil-hasil asimilasi dari atas ke bawah.
4. Menjadi tempat penimbunan zat-zat makanan cadangan.
Berdasarkan ada tidaknya batang, tumbuhan genjer ini termasuk pada tumbuhan berbatang
jelas, karena batangnya terlihat dengan jelas. Berbeda dengan acaulis, selain tidak terlihat
batangnya biasanya acaulis letak daun-daunnya sangat merapat. Berdasarkan sifat batang
genjer termasuk pada batang basah (herba), karena batang ini biasanya mengandung air, tidak
berkayu dan berwarna hijau. Batang tanaman genjer berbentuk bundar (globosus).
Berdasarkan arah batang di atas tanah genjer memiiki batang yang tegak (erectus) dengan
berarah tegak lurus ke atas.

b. Akar Genjer
Akar adalah bagian pokok yang nomor tiga (disamping batang dan daun) bagi tumbuhan
yang tubuhnya telah merupakan kormus. Bagi tumbuhan, akar mempunyai tugas untuk:
1. Memperkuat berdirinya tumbuhan
2. Untuk menyerap air dan zat-zat makanan yang terlarut di dalam air tadi dari dalam
tanah.
3. Mengangkut air dan zat-zat makanan tadi ke tempat-tempat pada tubuh tumbuhan
yang memerlukan.
4. Kadang-kadang sebagai tempat untuk penimbunan makanan.
Tumbuhan genjer ini biasa hidup di air, sawah ataupun rawa-rawa. Apabila dilihat
tanaman ini mempunyai akar serabut. Akar lembaga dari tanaman ini dalam perkembangan
selanjutnya mati atau kemudian disusul oleh sejumlah akar yang kurang lebih sama besar dan
semuanya keluar dari pangkal batang. Akar-akar ini karena bukan berasal dari calon akar
yang asli yang dinamakan akar liar, bentuknya seperti serabut, oleh karena itu dinamakan
akar serabut (radix adventicia).

3. Deskripsi Bunga Genjer


Bunga merupakan alat untuk mempertahankan generasi dari suatu tumbuhan, dan biasa
disebut dengan alat perkembangbiakan (organum reproductivum). Genjer memiliki bunga
yang mempunyai sifat seperti daun. Berdasarkan kelengkapan bunga, genjer memiliki bunga
yang lengkap, karena di situ semua daun bunga seperti kelopak, mahkota, benang sari dan
putik terdapat pada bunga genjer. Pada suatu tumbuhan ada kalanya hanya terdapat satu
bunga saja, tetapi umumnya pada suatu tumbuhan dapat ditemukan banyak bunga. Tumbuhan
yang hanya menghasilkan satu bunga saja dinamakan tumbuhan berbunga tunggal
(plantauniflora) sedang lainnya tumbuhan berbunga banyak (planta multiflora). Jika suatu
tumbuhan hanya mempunyai satu bunga saja, biasanya bunga itu terdapat pada ujung batang,
jika bunganya banyak, sebagian bunga-bunga tadi terdapat pada ketiak-ketiak daun dan
sebagian pada ujung batang atau cabang-cabang.
Berdasarkan pada letaknya, bunga pada tanaman genjer ini terdapat di ketiak daun (flos
lateralis atau flos axillaries). Majemuk, bentuk payung, di ketiak daun, terdiri dari 3-15
kuntum, tangkai panjang 15-25 cm, hijau, kelopak lepas, bentuk kuku, hijau, benang sari 3,
tangkaj putik kuning, kepala putik bulat, mahkota lepas, ujung melengkung ke dalam, kuning.

4. Deskripsi Buah dan Biji Genjer


Jika penyerbukan pada bunga telah terjadi dan kemudian diikuti pula oleh pembuahan, maka
bakal buah akan tumbuh menjadi buah, dan bakal biji yang terdapat di dalam bakal buah akan
tumbuh menjadi biji. Buah yang berasal hanya dari bakal buah disebur dengan buah sejati,
dan jika terdapat jaringan tambahan lain yang menyusun buah maka disebut buah semu. Pada
tumbuhan genjer buah yang dimiliki tidak akan mengalami perkembangan dengan berdaging,
makanya buah dari tanaman genjer ini termasuk pada buah semu.
Biji berkembang dari bakal biji yang dibuahi. Biji merupakan alat perkembangbiakan yang
utama, karena pada biji mengandung calom tumbuhan baru (tembaga). Biji dari genjer
berbentuk bulat, kecil, dan berwarna hitam.

5. Kandungan Kimia Tanaman Genjer


Mempunyai kandungan serat yang tinggi, sehingga ketika dimakan genjer memiliki rasa yang
enak. Genjer kaya akan unsur gizi. Setiap 100 g genjer mengandung energi 39 kkal, protein
1.7 g, karbohidrat 7.7 g, kalsium 62 mg, fosfor 33 mg dan zat besi 2.1 mg. Sayuran ini juga
kaya akan serat yang baik untuk menjaga saluran sistem pencernaan. Jika rajin
mengkonsumsi sayuran ini, dipercaya kanker kolon dan sembelit akan jauh. Tapi dati
tanaman genjer ini tidak mempunyai kandungan yang begitu mencolok, tidak banyak orang
yang mencari-cari tanaman genjer.
Daun dan bunga Limnocharis flava mengandung kardenolin, di samping itu daunnya juga
mengandung flavonoida dan polifenol.

Daftar Pustaka :
https://scienceandri.blogspot.com/2014/07/klasifikasi-dan-deskripsi-tanaman-genjer.html
Meniran (Phyllanthus niruri )

A. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Subkingdm : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Phyllanthus
Spesies : Phyllanthus niruri L.

B. Morfologi
Meniran (Phyllanthus niruri) adalah tanaman semusim, tumbuh tegak, bercabang-cabang, dan
tingginya antara 30cm-50cm.
 Batang
Tanaman meniran (Phyllanthus niruri) ini memiliki batang yang berbentuk bulat
berbatang basah dengan tinggi kurang dari 50cm, berwarna hijau, diameternya ± 3
mm.
 Daun
Tanaman ini memiliki daun majemuk, tata letak daunnya berseling ( Deccussate ),
bentuk daun bulat telur (ovale), ujung daunnya tumpul, pangkalnya membulat,
memiliki tepi daun yang rata ( Entire ), memiliki anak daun 15-24, memiliki panjang
± 1,5 cm, lebar ± 7 mm, dan berwarna hijau. Daun meniran ini termasuk pada tipe
daun yang tidak lengkap yaitu pada bagian daun bertangkai karena tanaman ini hanya
memiliki tangkai dan beberapa heliaan daun.
 Bunga
Tanaman ini memiliki bunga tunggal yang terdapat pada ketiak daun menghadap ke
arah bawah, menggantung dan berwarna putih. Memiliki daun kelopak yang
berbentuk bintang, benang sari dan putik tidak terlihat jelas, mahkota bunga kecil dan
berwarna putih.
 Buah
Tanaman ini memiliki buah yang berbentuk kotak, bulat pipih dan licin, diameter ±
2mm dan berwarna hijau.
 Biji
Tanaman ini memiliki biji yang kecil, keras dan berbentuk ginjal serta berwarna
coklat.
 Akar
Tanaman ini memiliki akar tunggang yang berwarna putih.

Daftar Pustaka :
http://ntaundaimena.blogspot.com/2013/11/klasifikasi-dan-morfologi-phyllanthus.html
Alang-Alang (Imperata cylindrica)

Klasifikasi

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)

Sub Kelas : Commelinidae

Ordo : Poales

Famili : Poaceae (suku rumput-rumputan)

Genus : Imperata

Spesies : Imperata cylindrica (L.) Beauv.


Morfologi

Daun (Folium)

Daun tidak lengkap yang disebut daun pipih, terdiri dari upih daun (vagina) dan helaian daun
(lamina), bangun daun bangun pita (ligulatus), ujung daun runcing (acutus), tulang-tulang
daun sejajar atau lurus (rectinervis), tapi daun rata (integer), daging daun tipis seperti kertas
(papyraceus), warna daun hijau dengan permukaan atas lebih gelap dari permukaan bawah,
sifat permukaan atas licin (laevis), permukaan licin (laevis), upih daun berwarna putih
keunguan, ada lidah-lidah atau ligula pada perbatasan upih daun dengan helaian daun.Tepi
daun diselubungi rambut, pangkal daun lebih lebar dan di bagian ujungnya menyempit;
terdapat lapisan ligula, panjangnya 1 mm; daun memiliki bentuk menggaris-lanset, pipih,
lurus, terdapat bulu-bulu panjang yang halus di bagian pangkal daun.(Tirosoepomo, 1985).

Batang (Caulis)

Batang rumput (calmus), batang tidak keras, bentuk bulat (teres).Batang tumbuh pendek dan
bercabang dan memanjang di dalam tanah, dan dari ujungnya dapat tumbuh tunas baru.Lidah-
lidah atau ligula pada batas antara pelepah dan helaian daun lelihatan jelas, berguna untuk
menahan air hujan agar tidak terjadi kemungkinan pembusukan, sekam tidak tersusun spiral.
Rumpun tumbuh tegak, tingginya dapat mencapai 0.1—1.2(—3 m), terdapat 1—4(—8)
nodus di tiap rumpun, rumpun tidak bercabang, solid dan biasanya terdapat bulu di tiap buku-
bukunya(Steenis, 1958).

Akar (Radix)

Sistem perakaran berupa system serabut, yang muncul dari nodus atau buku-buku
batang.Panjangnya ± 5 cm, system perakaran ini ditunjang oleh rimpang yang kuat, sehingga
alang-alang sulit dicabut. Rimpang yang tumbuh secara agresif, tumbuhan tahunan
(perennial) yang kuat dengan percabangan terbenam dalam tanah (yang panjangnya dapat
mencapai 1 m), berdaging, rimpangnya bersisik,

(Steenis, 1958).

Bunga (Flos)

Perbungaan berupa bulir majemuk, silindris, spikelet berpasangan, bunga banci.warnanya


putih, mudah diterbangkan angin, agak menguncup, panjang 6-28 cm, pada satu tangkai
terdapat dua bulir, letak bersusun, yang terletak di atas adalah bunga sempurna dan yang
terletak di bawah adalah bunga mandul, panjang anak bulir sekitar 3-4 mm, pada pangkal
bulir terdapat rambut alus panjang dan padat, warnanya putih, benang sari seringkali dua,
kepala sari putih atau ungu, tangkai putik dua, kepala putik panjang, warna ungu, muncul
pada ujung anak bulir(Wijayakusuma, 1993).

Buah (Fructus)

Buah berjenis buah bulir, berup bulir-bulir kecil bertangkai pendek tidak berjarum,
berpasang-pasangan pada ujung sumbu malai, kedua-duanya bertangkai, pada kaki terdapat
rambut-rambut putih mengkilat yang berkarang.Buah yang masak warna coklat, berguna
untuk melayang(Steenis, 1958).
Biji

Biji berbentuk jorong, panjang sekitar 1 mm, warnanya coklat tua. Biji yang sudah tua mudah
diterbangkan angin, tersebar dan yang akhirnya menjadi tumbuhan baru(Steenis, 1958)

Habitat
Imperata cylindrica merupakan tumbuhan terna menahun dengan batang rumput yang tidak
keras, padat dan pendek, tertutup oleh upih daun.Pada buku-buku berambut jarang.Termasuk
tumbuhan berdaun tidak lengkap, terdiri dari upih dan helaian daun.Daun berbentuk pita,
tegak, kasar dan berambut jarang, panjang daun 12-80 cm, pada pangkal berambut panjang
dengan tulang daun tengah yang lebar dan pucat.Upih daun berwarna putih
keunguan.Perbungaan berupa bulir majemuk, warnanya putih muda diterbangkan angin, agak
menguncup.Akar berupa rimpang yang kuat menjalar di bawah tanah (Wijayakusuma,1993).
Imperata cylindrica merupakan tanaman kosmopolit,mudah dijumpai pada daerah kering
yang cerah sinar matahari, terdapat di 1-2700 m di atas permukaan laut.Imperata cylindrica
cepat kering dan mudah terbakar pada musim kemarau dan cepat tumbuh kembali pada
musim hujan. Sifat fisik tanah yang dikehendaki yaitu tanah kapur yang memililik tubuh
tanah kering, miskin akan zat hara dan air. Tumbuhan ini menyukai tempat yang memperoleh
banyak cahaya dan tidak dapat tumbuh bila mendapat naungan penuh. Meskipun tumbuh
pada kisaran tipe tanah dan tingkat kesuburan yang luas, spesies ini tumbuh dengan sehat
pada tempat bertanah basah yang tinggi kesuburannya. pH tanah untuk menumbuhkan spesies
ini berkisar antara 4.0—7.5. tumbuhan ini juga toleran terhadap kondisi-kondisi panas yang
tinggi dan tempat-tempat mengandung sulfur dekat kawah ( Rismunandar, 1986 ).

Persebaran
Alang-alang dapat berbiak dengan cepat, dengan benih-benihnya yang tersebar cepat bersama
angin, atau melalui rimpangnya yang lekas menembus tanah yang gembur. Berlawanan
dengan anggapan umum, alang-alang tidak suka tumbuh di tanah yang miskin, gersang atau
berbatu-batu. Rumput ini senang dengan tanah-tanah yang cukup subur, banyak disinari
matahari sampai agak teduh, dengan kondisi lembab atau kering. Di tanah-tanah yang becek
atau terendam, atau yang senantiasa ternaungi, alang-alang pun tak mau tumbuh. Gulma ini
dengan segera menguasai lahan bekas hutan yang rusak dan terbuka, bekas ladang, sawah
yang mengering, tepi jalan dan lain-lain. Di tempat-tempat semacam itu alang-alang dapat
tumbuh dominan dan menutupi areal yang luas.Sampai taraf tertentu, kebakaran vegetasi
dapat merangsang pertumbuhan alang-alang. Pucuk-pucuk ilalang yang tumbuh setelah
kebakaran disukai oleh hewan-hewan pemakan rumput, sehingga lahan-lahan bekas terbakar
semacam ini sering digunakan sebagai tempat untuk berburu. Alang-alang merupakan
tumbuhan asli dari daerah tropis Dunia Lama dan tersebar luas di seluruh kawasan tropis dan
sub-tropis Asia Tenggara, Afrika, sub-kontinental India dan Australia. Dalam jumlah yang
kecil persebarannya hingga ke Amerika Utara, Tengah, dan Selatan. Persebarannya juga
mencapai kawasan beriklim sedang-hangat di New Zealand dan Jepang. Namun karena
sifatnya yang invasif tersebut, di banyak tempat alang-alang sering dianggap sebagai gulma
yang sangat merepotkan.
DAFTAR PUSTAKA
Anwari,M. 1992. Pemuliaan Tanaman Padi. Hal 1-16. Di dalam: Simposium Pemuliaan
Tanaman 1. Prosiding Simposium; Balai Penelitian Tanaman Pangan Malang, 27-28 Agustus
1991. Malang. Perhimpunan Pemuliaan Tanaman Indonesia Komisariat Daerah Jawa Timur.

http://stifamana.blogspot.com. Diakses tanggal 13 Juni 2015.

http://stifamana.blogspot.com. Diakses tanggal 13 Juni 2015.

http://itp.lucidcentral.org. Diakses tanggal 13 Juni 2015.

http://www.plantamor.com. Diakses tanggal 13 Juni 2015.

Sasfroutomo, s.s. 1990. Ekologi Gulma. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka.

Sembodo, D.R.J. 2010. Gulma dan Pengolahannya. Penerbit Graha Ilmu. Edisi Pertama.
Yogyakarta.

Sukma, Y dan Yakup. 2002. gulma dan Teknik Pengendaliannya. Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
RUMPUT BELULANG (Eleusine indica )

Belulang

I. Sistematika Bahan

Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Graminales
Famili : Graminae
Genus : Eleusine
Spesies : Eleusineindica (L.) Gaertn.
Rumput belulang (nama daerah)

II. Morfologi Tumbuhan


a. Akar
Akar Rumput Belulang (Eleusine indica (L.) Gaertn.) memiliki system perakaran
serabut. Akar rumput membentuk tali halus. Akar serabut yang kecil-kecil memiliki
percabangan yang sangat banyak, selain itu juga memiliki bulu yang halus.

b. Batang
Batang Rumput Belulang (Eleusine indica (L.) Gaertn.) membentuk rumpun yang
kokoh dengan perakaran yang lebat. Tumbuh tegak atau ada kalanya merambat.
Membentuk cabang. Sering membentuk akar pada buku terbawah. Tingginya 12-85
cm.
c. Daun
Daun Rumput Belulang (Eleusine indica (L.) Gaertn.) memiliki helai daun panjang.
Bentuk garis. Bagian pangkal tidak menyempit. Ujungnya runcing atau tegak tumpul.
Pada pangkalnya selalu terdapat beberapa rambut panjang.
d. Bunga
Bunga Rumput Belulang (Eleusine indica (L.) Gaertn.) tegak atau condong ke
samping. Dengan dua sampai tujuh bulir yang tumbuh menjari (digitatus) pada ujung
batang. Bulir lainnya (nol sampai tujuh) tumbuh di bawah atau tersebar atau rapat satu
sama lain. Sumbu bulir lurus dan rata-rata 2,5-15 cm panjangnya. Muncul di ujung
batang.
e. Buah
Buah Rumput Belulang (Eleusine indica (L.) Gaertn.) berbentuk elips meruncing.
Benang sarinya berwarna kekunung-kuningan. Mempunyai rambut-rambut papus
putih menyerupai perak. Buah sangat ringan. Memiliki putik.
f. Biji
Biji Rumput Belulang (Eleusine indica (L.) Gaertn.) berwarna putih. Biji berbentuk
bulat seperti telur. Biji tidak keras. Biji ringan. Biji tua berwarna kuning kecoklatan.

III. Daftar Pustaka

Nasution, U. 1989. Gulma dan Pengendaliannya di Perkebunan Karet


Sumatera Utara danAceh. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Tanjung Morawa
(PATM), Tanjung Morawa.

Steenis, C. G. G. J. V. 2003. Flora. PT Pradnya Pramitha, Jakarta.

Tjitrosoepomo, G. 1953. Ilmu Tumbuh-tumbuhan Berbiji. Susunan Luar. IV. V. Poesaka


Aseli, Jakarta.

Tjitrosoepomo, G. 1989. Taksonomi Tumbuhan (Schozophyta, Thallophyta, Bryophyta,


Pterydophyta). Gadjah Mada University Aress, Yogyakarta.

Tjitrosoepomo, g. 2001. Morfologi Tumbuhan. Cetakan 13. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta
TUMBUAHN PAKU (PTERIDOPHYTA)

I. Klasifikasi tanaman paku

Spesies : Adiantum sp
genus : Adiantum
famili : pteridaceae
ordo : polypodiales
subkelas : polypoditae
kelas : filicopsida
divisi : pterydophyta
subkingdom: traceobionta
kingdom : plantae
Akar tumbuhan paku

Fase gametofit tumbuhan paku memiliki akar semu yang disebut rhizoid, akar semu ini
seperti yang terdapat pada tumbuhan lumut. Rhizoid memiliki fungsi yang sama dalam
menyerap air dan mineral dari dalam tanah, namun masih memiliki struktur jaringan yang
sederhana. Sedangkan fase sporofitnya memiliki akar sejati dengan tipe akar serabut. Akar
serabut adalah tipe akar yang tidak memiliki akar pokok, seperti yang dimiliki oleh tumbuhan
monokotil (padi, jagung, dll).

Batang tumbuhan paku


Batang tumbuhan paku pada fase gametofit disebut protalium. Batang ini memiliki bentuk
seperti lembaran kecil yang juga berfungsi sebagai tempat fotosintesis. Bisa juga dikatakan
bahwa batang semu ini juga berlaku sebagai daun semu. Sedangkan pada fase sporofit,
tumbuhan paku telah memiliki batang sejati dengan jaringan pembuluh angkut xilem dan
floem. Batang paku ada yang berukuran pendek hingga hampir tidak nampak dan ada pula
yang tinggi seperti pohon.

Daun tumbuhan paku


Daun tumbuhan paku dapat dibedakan berdasarkan bentuk dan fungsinya. Pembahasan
tentang daun hanya terbatas pada fase sporofit tumbuhan paku. Berdasarkan bentuknya, daun
paku dapat dibedakan menjadi mikrofil dan makrofil. Mikrofil merupakan daun berukuran
kecil (seperti gumpalan) yang terdapat di sekitar batang dan tulang daun paku. Mikrofil
merupakan daun yang belum terdiferensiasi, artinya daun tersebut masih memiliki jenis
jaringan yang sama, belum memiliki jaringan yang berbeda-beda. Sedangkan makrofil
merupakan daun sejati yang digunakan untuk melakukan fotosintesis. Jaringan makrofil telah
terdiferensiasi sehingga dapat dibedakan bagian epidermis (lapisan paling luar) dan mesofil
daun. Mesofil adalah bagian di dalam epidermis yang tersusun atas jaringan parenkim dan
jaringan pengangkut.

Daftar Pustaka

https://www.edubio.info/2016/01/struktur-tumbuhan-paku.html

https://brainly.co.id/tugas/3866520
SEMANGGI (Marsilea crenata)

Klasifikasi Semanggi

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)


Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Divisi : Pteridophyta (paku-pakuan)
Kelas : Pteridopsida
Ordo : Salviniales
Famili : Marsileaceae
Genus : Marsilea
Spesies : Marsilea crenata
Sekitar 35 spesies, diantaranya adalah M. crenata, M. quadrifolia, M. drummondli, M.
macrocarpa, M. exarata.

Ciri-ciri Semanggi
Adapun beberapa ciri-ciri morfologisnya secara umum adalah sebagai berikut:

1. Bentuk kecambah
Semanggi merah yang baru tumbuh memiliki bentuk kotiledon seperti spatula yang
panjangnya 6-7 mm dan tidak memiliki serabut.

2. Akar
Semanggi merah memiliki jenis akar tunggang, dengan serabut-serabut akar yang
berada di sekitar akar tunggang tersebut.

3. Batang
Bentuk batangnya agak lemah, tetapi tingginya 8-20 inchi. Cabang batangnya
berwarna kemerah-merahan mengkilat dengan dikelilingi serabut yang berwarna
keputih-putihan.
Deskripsi menurut buku flora adalah tumbuhan dengan daun berdiri sendiri atau dalam
berkas, menjari berbilang 4, tangkai daun panjang dan tegak, panjang 2-30 cm, anak daun
menyilang, berhadapan, berbentuk baji bulat telur, gundul atau hampir gundul, dengan
panjang 3-22 cm dan lebar 2-18 cm, urat daun rapat berbentuk kipas, pada air yang tidak
dalam muncul diatas air. Biasanya di temukan di sawah, selokan dan genangan air dangkal.
Tanaman semanggi ini terkadang di konsumsi oleh sebagian orang sebagai lalapan. Bagi
mahasiswa pengikut mata kuliah Botani Tumbuhan Rendah sering kali di gunakan sebagai
salah satu sampel praktikum untuk topik Tumbuhan Paku. Kebetulan saya punya tanaman
semanggi ini dan di pelihara di dalam pot.
4. Jenis-Jenis Semanggi

4.1 Semanggi Berdaun Empat

Semanggi Berdaun Empat (Marsilea quadrifolia) adalah tumbuhan pakis yang daun-daunnya
nampak seperti daun semanggi. Apakah menurut Anda istilah pakis dan semanggi tidak
saling berhubungan? Justru sebaliknya– kedua istilah ini menjelaskan karakteristik tanaman-
tanaman yang sangat dekoratif namun praktis tidak dikenal dalam dunia berkebun ini.
Semanggi Berdaun Empat mempunyai akar tinggal (rhizoma) yang panjang, mengingatkan
kita pada tali sepatu. Daun-daunnya yang mengapung di air, bertumbuh dari rhizoma. Daun-
daun ini terdiri dari 4 helai, seperti semanggi berdaun empat. Apabila Anda mengambil
rhizoma-nya pada musim gugur, sejumlah benda kecil akan tampak (mirip biji kacang buncis
kecil). Itu adalah tubuh spora yang di dalamnya terdapat spora – dari sanalah muncul
kesimpulan bahwa tangkai tumbuh-tumbuhan ini berasal dari paku-pakuan. Semanggi
Berdaun Empat kaya bahan nutrisi, di semua benua, kecuali Amerika Selatan. Di Amerika,
tumbuhan ini dianggap sebagai tumbuhan pengganggu (gulma). Di Slowakia, tumbuhan ini
berkembang di 7 tempat berbeda pada tepi sungai Latorica. Dahulu, mereka terlihat di daerah
aliran sungai Bodrog, Laborec dan Uh. Di daerah-daerah tropis terdapat beberapa spesies
terkait, Semanggi Berdaun Empat (Marsilea quadrifolia), yang bisa dibudidaya, bukan
tanaman yang banyak syaratnya, dan sudah lebih dari cukup bila ditanam dalam pot sejauh
tetap diisi dengan air dan sedikit tanah di dasarnya. Anda dapat menanam tumbuhan ini tanpa
kesulitan dalam pot berukuran 20×20×20 cm, sedangkan ukuran ideal pot adalah 60–80 liter
atau lebih. Anda pun dapat memelihara tumbuhan ini di luar rumah sepanjang tahun (karena
ia tahan cuaca dingin membeku). Karena bukan merupakan tanaman yang banyak
tuntutannya, dan mudah berkembang, siapa pun bisa menanamnya.
Semanggi Berdaun Empat ini akan bertumbuh sangat baik di dalam empang kebun. Cukup
masukkan sedikit tanah dari kebun Anda ke dasar empang– lalu tempatkan rhizoma ke dalam
tanah tersebut. Setelah itu, Anda nyaris tidak perlu memberi perhatian, karena Semanggi
Berdaun Empat sanggup mengurus diri sendiri. Semanggi Berdaun Empat akan beradaptasi
cepat dengan kedalaman air sedangkan kualitas air tidak dihiraukannya. Anda dapat
menanamnya dengan beberapa kedalaman (5–100 cm) – batang-batang tanaman ini akan
dengan sendirinya menyesuaikan diri terhadap kedalaman air hingga daun-daunnya
mengambang di dalam air. Anda dapat membantu tanaman ini menyebar dengan memisah-
misahkan akar-akar rhizoma-nya. Sebuah rhizoma kecil (sekitar 10 cm) sudah lebih dari
cukup untuk menciptakan hamparan karpet Semanggi Berdaun Empat pada permukaan air.

4.2 Semanggi Air

Semanggi air merupakan tanaman kelompok paku air, hidup secara liar di lingkungan
perairan seperti kolam, sawah, danau, dan rawa-rawa. Daun semanggi air berbentuk bulat dan
terdiri dari empat helai anak daun. Tanaman yang biasa dikonsumsi ini diambil dari
lingkungan persawahan di daerah Surabaya. Semanggi air biasa dikonsumsi dengan cara
dikukus. Bagian dari tanaman ini yang digunakan adalah daun dan tangkai. Saat ini di
Indonesia masih sedikit penelitian mengenai tumbuhan air khususnya semanggi air, baik
kandungan gizi seperti vitamin maupun karakteristiknya misal histologi. Informasi ini
diperlukan agar masyarakat dapat memanfaatkan tumbuhan air tersebut secara optimal.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui anatomi daun semanggi, mengetahui komposisi gizi
daun semanggi, mengetahui kandungan vitamin sebagai salah satu elemen yang dibutuhkan
tubuh pada daun semanggi serta melihat pengaruh pengukusan terhadap komposisi gizi dan
kandungan vitamin daun semanggi. Deskripsi histologis pada semanggi air terdiri dari bagian
daun, tangkai, batang, dan akar. Daun tersusun atas jaringan epidermis, palisade, bunga
karang, parenkim, dan jaringan pengangkut. Jaringan epidermis pada daun bentuknya
cenderung tidak beraturan dan terdiri dari satu lapis sel yang terletak di bagian terluar.
Jaringan epidermis terdapat di kedua sisi. Stomata ditemukan pada epidermis atas. Jaringan
pengangkut tersusun atas floem yang terletak di luar xilem dan mengelilingi kedua sisinya.
Bagian tangkai terdiri dari jaringan epidermis, korteks, endodermis, dan jaringan pengangkut.
Jaringan epidermis tersusun lebih rapih dibandingkan pada daun. Ruang interseluler banyak
terdapat pada tangkai. Rongga-rongga ini membut tangkai dapat mengapung di permukaan.
Jaringan pengangkut tersusun atas floem yang mengelilingi xilem di tengah. Batang terdiri
dari jaringan epidermis, korteks, endodermis, dan jaringan pengangkut. Jaringan parenkim
yang menyusun korteks pada batang banyak terdapat pati. Akar terdiri dari jaringan
epidermis, korteks, endodermis, dan jaringan pengangkut. Bentuk jaringan epidermis pada
akar cenderung tidak beraturan, yang disebabkan bentuk akar yang serabut. Jaringan
pengangkut tersusun atas floem yang mengelilingi xilem, dengan ukuran xilem yang lebih
besar. Komposisi kimia dari daun dan tangkai semanggi meliputi kadar air, abu, protein,
lemak, dan serat. Kadar air pada saat segar sebesar 89,02% setelah dikukus berubah menjadi
87,92%. Kadar abu pada saat segar 14,2% berubah menjadi 4,38% setelah pengukusan.
Kadar protein sebesar 39,63% berubah menjadi 26,74% setelah pengukusan. Kadar lemak
pada daun segar sebesar 2,62% berubah menjadi 2,48% setelah pengukusan. Kandungan serat
saat segar sebesar 20,77% berubah menjadi 9,27% setelah proses pengukusan. Seperti halnya
kadar protein, air, abu, lemak dan serat, proses pengukusan juga mengakibatkan perubahan
kandungan vitamin daun dan tangkai semanggi air. Kandungan Vitamin C daun dan tangkai
semanggi air segar sebesar 66,58 mg/100g berubah menjadi 55,29 mg/100g setelah proses
pengukusan. β karoten 3 daun dan tangkai semanggi air segar sebesar 3,3 μg/g berubah
menjadi 2,08 μg/g, sedangkan total karoten semanggi air segar sebesar 73,78 μg/g berubah
menjadi 42,10 μg/g setelah proses pengukusan. Adapun untuk vitamin A, B, D, E, K tidak
terdeteksi pada semanggi air

Daftar Pustaka
http://justayudaryani.blogspot.com/2013/12/semanggi-marsilea-crenata.html
RUMPUT JAWAN (Echinochloa cruss-galli)

Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotiledonae
Ordo : Graminales
Famili : Gramineae
Genus : Echinochloa
Spesies : Echinochloa cruss-galli

1. Echinochola cruss-galli
E. crus-galli memiliki nama lain Panicum crus-galli yang merupakan tanaman annual kelas
Monocotyledon, famili Poaceae/Graminae. Rumput ini dapat ditemui di Indonesia dan
dikenal dengan nama gagajahan, jajagoan, padi burung, jawan, jawan parikejawan, ramon
jawan, suket ngawan. Gulma ini memiliki daya adaptasi yang luas pada kondisi lingkungan
yang bervariasi.
· Klasifikasi Echinochloa crus-galli (L.)
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledoneae
Subkelas : Commelinidae
Ordo : Cyperales
Famili : Poaceae
Genus : Echinochloa Beauv.
Spesies : Echinochloa crus-galli (L.) Beauv
· Morfologi Echinochloa crus-galli
E. crus-galli diperkirakan berasal dari Eropa dan India, tersebar pada daerah tropis dan sub
tropis di seluruh negara Asia Tenggara dan Asia selatan serta Australia (Waterhouse, 1994).
Menurut Moenandir (1993) rumput ini dapat ditemui di Indonesia dan dikenal dengan nama
gagajahan (Sunda), jajagoan, padi burung, jawan, jawan pari atau suket ngawan (Jawa). E.
crus-galli termasuk tumbuhan C4 yang merupakan salah satu anggota yang paling penting
dari genus Echinochloa. Jenis gulma ini memililki penyebaran yang paling luas di seluruh
Asia Selatan dan Asia Tenggara dan berperan sebagai gulma pada 36 jenis tanaman budidaya
di 61 negara (Jones, 1985; Galinato et al., 1999).
Morfologi E. crus-galli
Rumput E. crus-galli sangat mirip dengan padi bila masih muda (Kasasian, 1971). E. crus-
galli termasuk tumbuhan tahunan yang memiliki perawakan tegak, berberías. Jenis rumput ini
memiliki tinggi sekitar 20-150 cm (Soerjani et al., 1987). Galinato et al. (1999)
menambahkan bahwa tinggi E. crus-galli bisa mencapai 200 cm. Gambar 1 menunjukkan
bagian-bagian gulma E. Crus-galli.
Daun
Daun E. crus-galli pada saat masih muda sangat mirip dengan daun padi. Daerah pangkal
daun dapat digunakan untuk membedakan daun E. crus-galli dan daun padi. Pangkal daun E.
crus-galli tidak memiliki ligula dan aurikel, sedangkan pangkal daun padi memiliki ligula
yang bermembran dan aurikel yang berbulu (Itoh, 1991). E. crus-galli memiliki daun yang
tegak atau rebah pada dasarnya. Daunnya memiliki ukuran panjang sampai 35 cm dan lebar
0.5-1.5 cm. Warna daun rumput ini hijau sampai hijau keabuan. Setiap daun memiliki
pelepah yang tidak berambut dan memiliki panjang 9-13 cm (Waterhouse, 1994). Pelepah
daun umumnya berwarna kemerahan di bagian bawahnya. Helaian daun berukuran 5- 65 cm
x 6-22 mm, bersatu dengan pelepah, berbentuk linear dengan bagian dasar yang lebar dan
melingkar dan bagian ujung yang meruncing. Permukaan daun rata, agak kasar dan menebal
di bagian tepi (Duke, 1996). Helaian daun memiliki beberapa rambut halus pada bagian
dasarnya dan agak lebat pada permukaan daun
(Fishel, 2000).
Batang
Batang E. crus-galli kuat, tidak berambut dan berbentuk silindris dengan intisari yang
menyerupai spons putih di bagian dalamnya (Sastroutomo, 1990). Batang E. crus-
galli umumnya bercabang di dekat pangkal batang (Waterhouse, 1994). Di lahan sawah,
anakan pertama dari E. crus-galli muncul 10 hari setelah perkecambahan, dan biasanya
sekitar 15 anakan yang terbentuk (Galinato et al., 1999)
Akar
E. crus-galli memiliki jenis akar yang berserat dan tebal. Akar E. crusgalli
dihasilkan pada setiap ruasnya (Soerjani et al., 1987).
Bunga
Pembungaan berupa panikel apikal atau malai yang berada di ujung dengan 5-40 bunga
majemuk bulir yang mempunyai tipe raceme, dengan cabang-cabang pendek yang menaik.
Bunga majemuknya terdiri dari banyak spikelet yang berbelok pada satu sisi, berbentuk tegak
pada awalnya tetapi selanjutnya sering membengkok ke bawah (Soerjani et al., 1987).
Menurut Soerjani et al. (1987) panjang malai bisa mencapai 5-21 cm. Malai kaku dengan
permukaan yang agak kasar. Bulir terbawah merupakan bulir yang paling panjang, sekitar
1.75-8 cm, sedangkan bulir yang paling atas sangat pendek. Setiap bulir terdapat susunan
spikelet yang berselang-seling di setiap sisinya. Spikelet tersusun soliter pada bulir paling
atas. Susunan spikelet bisa mencapai 2-4 spikelet pada bulir di bawahnya dan pada bulir
bagian bawah susunan spikelet bisa mencapai 4-10 spikelet (Soerjani et al., 1987). Spikelet
tebal dan padat, sedikit berbentuk elips dengan panjang 3.2-3.5 mm. Spikelet biasanya sedikit
berambut dan terkadang terdapat rambut yang tebal dan kaku yang panjangnya dapat
mencapai 13 mm. Spikelet berwarna kehijauan dan sedikit berwarna ungu (Ampong-Nyarko
dan De Datta, 1991). Stamen yang ada pada E. crus-galli berjumlah 3 dengan anther yang
berwarna kuning. Jumlah putik ada 2 dengan stigma yang berbulu, berwarna ungu, menonjol
keluar di bawah ujung spikelet. Caryopsis memiliki panjang 1.5-2 mm, berbentuk ovoid
sampai obovoid (Galinato et al., 1999).
Biji
Lemma dari floret yang pertama memiliki permukaan yang datar atau sedikit cembung atau
tumpul. Glume bagian bawah memiliki panjang sekitar 1.5- 2.5 mm, berbentuk ovate,
memendek dan memiliki ujung yang memendek secara bertahap. Glume bagian atas memiliki
panjang yang sama dengan spikelet, berbentuk ovate-oblong, runcing, memiliki rambut yang
tebal dan kaku sepanjang 0.5-3 mm serta berambut pendek (Galinato et al., 1999). Produksi
benih bervariasi dari 2 000 – 40 000 benih per tanaman pada daerah bergulma. Hal tersebut
menunjukkan bahwa E. crus-galli mampu menghasilkan lebih dari 1 000 kg benih/ha
(Galinato et al., 1999).
Perbanyakan dan penyebaran
E. crus-galli memperbanyak diri secara generatif melalui biji. Jenis gulma
ini bereproduksi dengan cara penyerbukan sendiri atau penyerbukan silang. E. crus-
galli melakukan penyerbukan silang dengan menggunakan bantuan angin
(Itoh, 1991). E. crus-galli memiliki penyebaran yang sangat luas. Biji E. crus-galli dapat
menyebar melalui saluran irigasi, hewan, burung, pengangkutan biji padi dan mesin pertanian
atau peralatan pertanian lainnya (Itoh, 1991).

DAFTAR PUSTAKA
Anwari,M. 1992. Pemuliaan Tanaman Padi. Hal 1-16. Di dalam: Simposium Pemuliaan
Tanaman 1. Prosiding Simposium; Balai Penelitian Tanaman Pangan Malang, 27-28 Agustus
1991. Malang. Perhimpunan Pemuliaan Tanaman Indonesia Komisariat Daerah Jawa Timur.
http://stifamana.blogspot.com. Diakses tanggal 13 Juni 2015.

http://stifamana.blogspot.com. Diakses tanggal 13 Juni 2015.

http://itp.lucidcentral.org. Diakses tanggal 13 Juni 2015.

http://www.plantamor.com. Diakses tanggal 13 Juni 2015.

Sasfroutomo, s.s. 1990. Ekologi Gulma. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka.

Sembodo, D.R.J. 2010. Gulma dan Pengolahannya. Penerbit Graha Ilmu. Edisi Pertama.
Yogyakarta.

Sukma, Y dan Yakup. 2002. gulma dan Teknik Pengendaliannya. Raja Grafindo Persada.
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai