Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM 1.

1
FISIOLOGI TUMBUHAN
(ABKC 2502)

“IMBIBISI”

Disusun oleh:
Kelompok IX A
Laily Najmah (1810119220011)
Muhammad Syakran (1810119310025)
Nadiyatu Adzani Fadillah (1810119320004)
Rizka Annida Fiqriani (1810119320011)
Selviana Eka Putri (1810119220005)

Asisten Dosen:
M. Nofiar Hadi
Nadia Rahmita Sari

Dosen Pengasuh:
Dra. Hj. Noorhidayati, M.Si.
Riya Irianti, S.Pd., M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
NOVEMBER
2020
PRAKTIKUM 1.1

Topik : Imbibisi
Tujuan : Untuk mengetahui penyerapan air berbagai biji kacang-kacangan
pada waktu perendaman berbeda dengan proses
perkecambahannya.
Hari/ Tanggal : Selasa/ 13 Oktober 2020
Tempat : Laboratorium Biologi PMIPA FKIP ULM Banjarmasin

I. ALAT DAN BAHAN


Alat yang digunakan :
1. Neraca Digital 4. Lup
2. Gelas Plastik 5. Alat tulis
3. Pinset 6. Alat dokumentasi

Bahan yang digunakan :


1. Kacang kedelai 5. Kacang putih
2. Kacang tanah 6. Air
3. Kacang hijau 7. Kapas/tissue
4. Kacang merah
8. Plastik sampel

II. CARA KERJA


1. Mencuci bersih semua kacang dengan bersih dan mengeringkan dari sisa
air, kemudian bagi menjadi dua bagian. Bagian A dibiarkan dalam keadaan
hidup, bagian B dimatikan (dipanaskan/disangrai sampai berwarna agak
coklat).
2. Menimbang masing-masing jenis kacang (bagian A atau B) seberat 2 gram
untuk 6 perlakuan perendaman.
3. Memasukkan kedalam gelas plastik yang sebelumnya telah diberi kapas
dan air 20 ml dengan lama perlakuan masing-masing : 1, 3, 5, 7, 9, 11 jam.
4. Menimbang masing-masing jenis kacang sesuai perlakuan. Menghitung
selisih berat awal dan akhir percobaan (air yang diserap).
5. Mengambil sampel masing-masing perlakuan untuk diteruskan sampai
terjadi perkecambahan.
6. Membuat laporan hasil pengamatan dalam bentuk grafik

III. TEORI DASAR

Proses imbibisi adalah peristiwa penyerapan air oleh permukaan zat-zat


yang hidrofilik, seperti : protein, pati, agar-agar, gelatin dan lain-lain yang
menyebabkan zat-zat tersebut dapat mengembang setelah menyerap air
(Sasmitatamihardja dan A. Siregar, 1996). Pada hakekatnya imbibisi
merupakan peristiwa difusi dan osmosis. Hal ini karena jika zat yang
dimasuki molekul air mempunyai nilai osmotik tinggi, dan zat tersebut
mempunyai dinding sel yang permeable terhadap molekul air, maka air akan
bedifusi.
Imbibisi adalah penyerapan air (absorpsi) oleh benda-benda yang padat
(solid) atau agak padat (semi solid) karena benda-benda tersebut mempunyai
zat penyusun dari bahan yang berupa koloid. Proses penyerapan air yang
terjadi pada makhluk hidup, misalnya penyerapan air dari dalam tanah oleh
akar tanaman. Proses perendaman yang terjadi adalah proses imbibisi oleh
kulit biji tanaman. Proses imbibisi juga memiliki kecepatan penyerapan air
yang berbeda-beda untuk setiap jenis biji tanaman. Mengingat akan
banyaknya hal yang berhubungan dengan proses imbibisi, maka diadakan
praktikum ini untuk mengetahui kecepatan imbibisi biji kering yang
direndam. Hal ini dimaksudkan guna menambah pemahaman kita tentang
proses imbibisi yang terjadi pada benih.
Pada dasarnya imbibisi meliputi dua proses yang berjalan bersama yaitu
difusi dan osmosis. Pada umumnya air dan bahan yang larit di dalamnya,
masuk dan keluar sel, bukan sebagai aliran massa malainkan satu per satu
molekul setiap kali. Pergerakan netto dari satu tempat ke tempat lain akibat
aktivitas kinetik acak atau gerak termal dari molekul atau ion yang disebut
difusi. Difusi terjadi akibat pergerakan konsentrasi dari satu titik dengan titik
lain (Lakitan,2004).
IV. HASIL PENGAMATAN
A. Flowchart
B. Tabel Hasil Pengamtan
1. Berat Kacang Hidup
Waktu Jenis Kacang (gr)
Kedelai Tanah Hijau Merah Putih
No. Perendaman
W0 Wt Δw W0 Wt Δw W0 Wt Δw W0 Wt Δw W0 Wt Δw
(Jam)
1. 1 2 2,0 0 2 3,0 1,0 2 2,0 0 2 4,0 2,0 2 4,0 2,0
2. 3 2 3,0 1,0 2 2,0 0 2 2,1 0,1 2 4,0 2,0 2 3,2 1,2
3. 5 2 3,0 1,0 2 3,0 1,0 2 2,4 0,4 2 4,0 2,0 2 3,1 1,1
4. 7 2 4,0 2,0 2 3,0 1,0 2 2,2 0,2 2 3,4 1,4 2 3,3 1,3
5. 9 2 3,0 1,0 2 4,0 2,0 2 2,3 0,3 2 4,0 2,0 2 3,5 1,5
6. 11 2 4,0 2,0 2 4,0 2,0 2 2,5 0,5 2 4,0 2,0 2 3,7 1,7
Keterangan :
Wₒ : Berat Awal (gr)
Wt : Berat Akhir (gr)
∆ ᴡ : Selisih Berat Akhir-Awal (gr)

2. Berat Kacang Mati


Waktu Jenis Kacang (gr)
Kedelai Tanah Hijau Merah Putih
No. Perendaman
W0 Wt Δw W0 Wt Δw W0 Wt Δw W0 Wt Δw W0 Wt Δw
(Jam)
1. 1 2 2,0 0 2 3,0 1,0 2 2,1 0,1 2 2,0 0 2 3,3 1,3
2. 3 2 4,0 2,0 2 2,5 0,5 2 2,1 0,1 2 2,0 0 2 3,0 1,0
3. 5 2 6,0 4,0 2 3,0 1,0 2 2,2 0,2 2 3,0 1,0 2 2,7 0,7
4. 7 2 3,1 1,1 2 2,3 0,3 2 2,4 0,4 2 2,0 0 2 4,0 2,0
5. 9 2 3,0 1,0 2 2,5 0,5 2 2,5 0,5 2 2,0 0 2 4,0 2,0
6. 11 2 4,4 2,4 2 2,1 0,1 2 2,8 0,8 2 3,0 1,0 2 4,5 2,5
Keterangan :
Wₒ : Berat Awal (gr)
Wt : Berat Akhir (gr)
∆ ᴡ : Selisih Berat Akhir-Awal (gr)

3. Tabel Perkecambahan Kacang Mati

Deskripsi
No. Jenis kacang/Perlakuan
Minggu 1 Minggu 2
1. Kacang tanah mati/ 1 jam Tinggi: - Tinggi: -
Jumlah daun: - Jumlah daun: -
2. Kacang tanah mati/ 3 jam Tinggi: - Tinggi: -
Jumlah daun: - Jumlah daun: -
3. Kacang tanah mati/ 5 jam Tinggi: - Tinggi: -
Jumlah daun: - Jumlah daun: -
4. Kacang tanah mati/ 7 jam Tinggi: - Tinggi: -
Jumlah daun: - Jumlah daun: -
5. Kacang tanah mati/ 9 jam Tinggi: - Tinggi: -
Jumlah daun: - Jumlah daun: -
6. Kacang tanah mati/ 11 jam Tinggi: - Tinggi: -
Jumlah daun: - Jumlah daun: -

C. Grafik Pengamatan
1. Grafik Berat Kacang Hidup

2. Grafik Berat Kacang Mati


D. Foto Pengamatan

Jenis Foto Pengamatan


No kacang/Perl Minggu 1 Minggu 2
akuan

Kacang
1. tanah/ 1 jam
(mati)

(Dok. Kelompok IX A. 2020) (Dok. Kelompok IX A. 2020)

Kacang
2. tanah/ 3 jam
(mati)

(Dok. Kelompok IXA. 2020) (Dok. Kelompok IXA. 2020)


Kacang
3. tanah/ 5 jam
(mati)

(Dok. Kelompok IXA. 2020) (Dok. Kelompok IXA. 2020)

Kacang
4. tanah/ 7 jam
(mati)

(Dok. Kelompok IXA. 2020) (Dok. Kelompok IXA. 2020)

Kacang
5. tanah/ 9 jam
(mati)

(Dok. Kelompok IXA. 2020) (Dok. Kelompok IXA. 2020)

Kacang
6. tanah/ 11 jam
(mati)

(Dok. Kelompok IXA. 2020) (Dok. Kelompok IXA. 2020)


V. ANALISIS DATA
Pada praktikum kali ini dengan topik imbibisi yang bertujuan untuk
mengetahui penyerapan air berbagai biji kacang-kacangan pada waktu
perendaman berbeda dengan proses perkecambahannya. Bahan yang
digunakan yaitu, kacang kedelai, kacang tanah, kacang hijau, kacang merah,
dan kacang putih. Kelompok kami mendapati kacang tanah untuk proses
percobaan kali ini, dan pada praktikum ini terdapat dua perlakuan yaitu
kacang hidup dan kacang mati. Sebelum ditaruh pada kapas yang diberi 20 ml
air terlebih dahulu kacang direndam tujuannya agar untuk mengetahui
kualitas kacang yang baik, apabila pada saat perendaman kacang terdapat
kacang yang mengapung itu menandakan kualitas kacang kurang baik.
Kemudian menimbang 2 gram kacang tanah untuk 6 perlakuan perendaman .
sebelum kacang ditimbang dibedakan dengan perlakuan disangrai dan tidak
disangrai, kelompok kami mendapati perlakuan kacang tanah yang disangrai
(mati). Menyangrai berfungsi untuk melihat proses imbibisi pada sel mati,
yang dimana apabila kacang disangrai keadaan selnya juga akan mati. Setelah
ditimbang kacang tanah yang telah disangrai dan ditimbang ditaruh pada
kapas basah dengan berbagai perlakuan perendaman mulai dari 1 jam, 3 jam,
5 jam, 7 jam, 9 jam, 11 jam.
Imbibisi adalah peristiwa penyerapan air oleh permukaan zat-zat yang
hidrofilik seperti protein, pati, selulosa, gelatin dan lainnya yang
menyebabkan zat tersebut dapat mengembang setelah menyerap air.
Kemampuan untuk menyerap air misalnya pada biji biasa disebut dengan
potensial imbibisi dan proses yang disebut dengan imbibisi (Magfiroh, 2017).
Menurut Pandey dan Sinha (1995), imbibisi merupakan penyusupan atau
penyerapan air dengan ruangan antar dinding sel, sehingga dinding sel nya
akan mengembang, masuknya air pada biji saat berkecambah dan biji serealia
yang direndam pada beberapa jam.
Proses imbibisi dipengaruhi oleh susunan kimiawi kulit dan cadangan
makanan benih, umur benih, tekanan osmosis air, permeabilitas kulit benih,
dan suhu. Laju imbibisi pada awal proses imbibisi berlangsung relatif cepat
sehingga sampai pada titik tertentu laju ini akan menurun (Kuswanto, 1996).
Pada praktikum ini terdapat beberapa hipotesis, yaitu :
a) Kacang hidup akan mengalami pertambahan berat lebih banyak dari pada
kacang yang mati (disangrai).
b) Kacang dengan kulit atau membran tipis akan mengalami penambahan
berat lebih signifikan.
c) Semakin lama waktu perendaman maka berat kacang akan semakin
bertambah.
Berdasarkan data pengamatan yang diperoleh pada kacang tanah mati atau
yang di sangrai pada waktu perendaman 1 jam mengalami penambahan
menjadi 3 gram, perendaman 3 jam berat kacang tanah menjadi 2,5 gram,
perendaman 5 jam mengalami kenaikan berat menjadi 3 gram, perendaman 7
jam berat kacang tanah menjadi 2,3 gram, perendaman 9 jam berat kacang
tanah menjadi 2,5 gram, dan perendaman 11 jam berat kacang tanah menjadi
2,1 gram. Keadaan perkecambahan pada perlakuan ini tidak mengalami
pertumbuhan atau perkembangan dikarenakan sel pada kacang ini telah mati
akibat proses penyangraian. Pada kacang yang masih hidup dinding sel lebih
elastis. Air akan melunakkan kulit dan masuk kedalam biji. Air akan
berosmosis dengan adanya perbedaan konsentrasi biji dengan adanya air pada
kapas serta adanya membran semipermeabel.
Menurut Sudjadi (2006), pada awal fase perkecambahan, biji
membutuhkan air untuk mulai berkecambah, hal ini dicukupi dengan
menyerap air secara imbibisi dari lingkungan sekitar biji. Proses penyerapan
air pada benih atau imbibisi terjadi melalui mikropil. Air yang masuk
kedalam kotiledon menyebabkan volumenya bertambah, sehingga kotiledon
membengkak.
Imbibisi menyebabkan biji mengembang dan memecahkan kulit
pembungkusnya serta memicu perubahan metabolik pada embrio sehingga
dapat melanjutkan pertumbuhannya. Setelah biji menyerap air maka kulit biji
akan melunak dan terjadilah hidrasi protoplasma, kemudian enzim-enzim
mulai aktif, terutama enzim yang berfungsi mengubah lemak menjadi energi
melalui proses respirasi (Sutopo, 2002).
Menurut Ehara (2001), menambahkan bahwa benih kacang tanah dan
jagung dalam keadaan mati mengalami proses imbibisi karena terjadi
penambahan berat setelah perlakuan yang ditandai adanya penyerapan air
akibat keadaan morfologi pada kacang mati tampak struktur kulit terlihat
mengkerut. Seharusnya pada benih mati tidak terjadi proses imbibisi karena
sel-sel dalam kacang sudah mati dan bakal embrio cacat atau tidak dapat
melakukan proses penyerapan air. Lain halnya dengan pendapat Ai dan Maria
(2010), menyebutkan bahwa pada biji yang kering atau biji yang mati masih
dapat melakukan imbibisi namun tidak dapat memperlancar laju metabolisme
pada benih, sehingga biji hanya akan menggelembung.
Berdasarkan data yang diperoleh, hipotesis kedua dapat diterima bahwa
ketebalan kulit mempengaruhi kecepatan osmosis. Dalam hal ini kacang
merah mengalami penambahan berat lebih sedikit daripada kacang putih.
Sehingga kacang merah, kacang hijau juga mengalami penambahan berat
sedikit karena endospermnya yang keras dan tebal.
Struktur dinding sel dan membran berbeda pada setiap jenis kacang.
Membran memungkinkan molekul air melintasi lebih cepat daripada unsur
terlarut. Dinding primer biasanya sangat permeabel terhadap keduanya
memang membran sel tumbuhan memungkinkan berlangsungnya osmosis,
tetapi dinding sel yang tegak itulah yang menimbulkan tekanan sel (Salisbury
and Ross, 1995).
Air merupakan suatu molekul yang sederhana, terdiri dari 1 atom oksigen
dan 2 atom hidrogen, tinggi berat molekulnya hanya 18 g/mol. Terlepas dari
kesederhanaannya komposisi atom penyusunnya dan ukuran molekulnya, air
merupakan dan mempunyai beberapa karakteristik yang unik. Air akan
menyusup diantara dinding sel sehingga mengembang (Lakitan, 1998).
Berdasarkan data yang diperoleh hipotesis ketiga kurang dapat diterima.
Dapat dilihat dari hasil grafik menunjukkan pengaruh lama perendaman tidak
memiliki hasil yang menentu atau mengalami peningkatan, dalam data yang
diperoleh adanya perendaman 1 jam mengalami 1 gram kenaikan kemudian
perendaman 3 jam mengalami kenaikan 0,5 gram ini menunjukkan berat
kacang tidak terlalu berpengaruh pada lamanya perendaman. Tentunya hal ini
bisa terjadi karena faktor-faktor tertentu yang mendorong hal ini. Misalnya
praktikan tidak menyamakan volume air dalam perendaman maupun suhu
yang berbeda karena praktikkan menyimpan di tempat yang berbeda-beda.
Faktor yang mempengaruhi kecepatan penyerapan air adalah permeabilitas
kulit membran, konsentrasi air, suhu, air, daya, intermolekuler, spesies,
tingkat kemasakan, komposisi kimia, dan usia (Elisa, 2008).
Semakin tinggi suhu konsentrasi larutan maka penyerapan air semakin
besar. Akhir cepat berpindah di dalam biji karena potensial air dalam biji
lebih rendah dibandingkan potensial larutan sehingga berat biji bertambah
(Ashari, 1995).
Menurut Ashari (1995), perkecambahan adalah proses pertumbuhan
embrio dan komponen-komponen biji yang memiliki kemampuan untuk
tumbuh secara normal menjadi tanaman baru. Komponen Biji adalah struktur
lain di dalam biji yang merupakan bagian kecambah, seperti calon akar
(radikula), calon daun, batang (plumule), dan sebagainya. Pada proses
perkecambahan, biji membutuhkan air dalam jumlah minimum dan tubuhnya,
atau yang disebut dengan "taraf kandungan minimum". Jika kandungan air
benih kurang dari batas tersebut akan menyebabkan proses perkecambahan
terganggu titik fungsi utama cadangan makanan dalam biji adalah memberi
makan pada embrio sebelum tanaman itu dapat memproduksi sendiri zat
makanan, hormon dan protein. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
perkecambahan. Faktor internal diantaranya, tingkat kemasakan benih,
ukuran benih, dormansi, penghambat perkecambahan (dapat berupa kehadiran
inhibitor, larutan osmotik yang tinggi). Sedangkan faktor eksternal yang
mempengaruhi perkecambahan yaitu air, oksigen, suhu, dan medium. Proses
perkecambahan benih merupakan suatu rangkaian kompleks dari perubahan-
perubahan morfologi, fisiologi dan biokimia.
VI. KESIMPULAN
1. Imbibisi adalah peristiwa penyerapan air oleh permukaan zat-zat yang
hidrofilik seperti protein, pati, selulosa, gelatin dan lainnya yang
menyebabkan zat tersebut dapat mengembang setelah menyerap air.
2. Kacang hidup akan mengalami penambahan berat lebih banyak daripada
kacang yang telah disangrai setelah diletakkan pada kapas basah.
3. Kacang dengan kulit yang tipis seperti kacang putih akan mengalami
penambahan berat lebih banyak daripada kacang hijau yang kulitnya lebih
tebal.
4. Kacang yang telah mengalami perendaman lebih lama akan mengalami
penambahan berat lebih banyak.
5. Faktor yang dapat mempercepat imbibisi antara lain permeabilitas kulit
membran, konsentrasi air, suhu, tekanan osmotik, usia biji, varietas,
intermolekuler, dan komposisi kimia.
6. Proses perkecambahan merupakan bagian rangkaian kompleks dari
perubahan morfologi, fisiologi, dan biokimia.
7. Faktor yang mempengaruhi perkecambahan an antara lain tingkat
kemasakan benih, ukuran benih, dormansi, inhibitor, air, suhu, medium,
dan cahaya.
8. Benih berkembang dengan endospermnya sebelum akhirnya muncul
plumule dan radikula hingga siap berfotosintesis.
VII. DAFTAR PUSTAKA
Ai, Song, Nio., Maria B. 2010. Peranan Air Dalam Perkecambahan Biji.
Jurnal Ilmiah Sains. Vol (10) No (2) Hal: (190-195).
Ashari, S. 1995. Holtikultira Aspek Budidaya. Jakarta: UI Press.
Ehara, H., G. Morita., C, Komada., M. Goto. 2001. Effect of Physical
Treatment and Presnce of The Pericarp and Sastostesta on Seed
Germinations in Sago Palm (Meroxylom sagu R.). Seed SCI, Technol,
29: 33-90.
Elisa. 2008. Dormansi. Diakses melalui elisa.ugm.ac.id pada tanggal 31
Oktober 2020.
Kuswanto, H. 1996. Dasar-dasar Fisiologi dan Spesifikasi Benih.
Yogyakarta: Andi Press.
Lakitan, B. 1998. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Raja grafindo
persada.
Magfiroh, J. 2017. Pengaruh Intensitas Cahaya. Yogyakarta: Universitas
Ahmad Dahlan.
Noorhidayati. 2020. Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Banjarmasin:
PMIPA FKIP ULM.
Pandey, S. N. dan B. K. Sinha. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Yogyakarta:
penerjemah Agustinus Ngatjo.
Salisbury, F. B. dan Ross, C. W. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2.
Bandung: ITB Bandung. Terjemahan dari Plant Phisiology.
Sudjadi, B. 2006. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Yogyakarta: UGM Press.
Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih. Jakarta: Raja grafindo persada.

Anda mungkin juga menyukai