Anda di halaman 1dari 2

Pasar secara umum merupakan tempat pertemuan antara penjual dan pembeli dalam

urusan transaksi. Pasar memang merupakan tempat umum, dimana segala macam orang
dapat bertemu, bertransaksi, menjual atau membeli atau kegiatan ikutan dari yang
utama. Pada pasar tradisional tawar menawar mencari kesesuaian menjadi warna dan ciri dari
pasar. Pasar tradisional pada awalnya terdapat diperdesaan dan dilakukan pada hari-hari
tertentu yang disebut dengan hari pasaran. Periodisasi penyelenggaraan pasar terkait dengan
desa-desa disekitarnya yang tergabung dalam konviguran desa moncopat. Namun dalam
perkembangannya sejalan dengan meningkatnya kebutuhan dalam jumlah dan keragaman
kegiatan pasar ini tidak lagi hanya periodik melainkan menerus setiap hari [ CITATION Koe84 \l
1033 ].
Pada pasar tradisional kegiatan utama bukan pada transaksinya, melainkan pada
interaksi sosialnya. Pasar penting keberadaannya dalam pertumbuhan kota. Pasar
merupakan bagian “hilir” dari perkembangan kota atau kota merupakan bagian “hulu”
dari kota[ CITATION Set10 \l 1033 ].
Menurut Wiryomartono & Bagoes (1995), pasar merupakan awal dari berdirinya
sebuah kota. Untuk itu semua pasar perlu moderat agar semua dapat berjalan dengan lancar.
Pasar harus memudahkan dalam urusan dan aturan serta menganggap semuanya dalam posisi
yang sama dan sederajat. Pasar dalam skala besar menjadi simpul dari kebudayaan karena
semua orang dari bermacam bangsa, suku, kedudukan, pekerjaan datang pada satu tempat
untuk bertemu dan berhubungan langsung tanpa banyak penghalang. Dimana
kebudayaan yang dibawa satu orang dapat ditularkan ke orang lain tanpa pemaksaan dan
menjadi “bawaan lain” selain mata dagangan. Pasar menjadi tempat dimana akulturasi
berjalan saling mengisi.
Menurut Ardy & Poerbantanoe (2014), pasar terapung adalah sebuah pasar tradisional
yang seluruh aktivitasnya dilakukan di atas air dengan menggunakan perahu. Suasana pasar
terapung yang unik dan khas adalah berdesak-desakan antara perahu besar dan kecil saling
mencari pembeli dan penjual yang selalu berseliweran kian kemari dan selalu oleng
dimainkan gelombang sungai. Kebanyakan para pedagang adalah wanita. Menariknya, di
Pasar terapung ini juga masih berlaku barter antar pedagang. Tak ada organisasi pedagang
sehingga jumlah mereka yang berjualan tak terhitung. Mereka datang untuk berjualan, dan
bubar dengan sendirinya ketika matahari pagi mulai terik. Pasar terapung tidak memiliki
Organisasi seperti pada pasar di daratan, sehingga tidak tercatat berapa jumlah pedagang dan
pengunjung atau pembagian pedagang berdasarkan barang dagangan. Pasar ini unik karena
selain transaksi dilakukan di atas perahu, pedagang dan pembelinya juga tidak terpaku di
suatu tempat, tetapi terus bergerak mengikuti arus sungai. Keunikan ini membuat pasar
terapung ini disebut sebagai Pasar Balarut.
Pasar terapung terdapat di Indonesia yaitu tepatnya berada di sungai barito kota
Banjarmasin, Kalimantan selatan. Kegiatan pasar terapung sudah lama menjadi suatu rutinitas
penduduk pesisir sungai barito pada subuh hari sampai siang hari. Perahu penjual
berselaseliwir mencari pembeli karena tidak adanya tempat yang tetap untuk berkumpul
melakukan kegiatan pasar ini dan juga untuk melakukan kegiatan jual beli ini harus memiliki
perahu dikarenakan tidak adanya jalur darat yang dapat mengakses pasar terapung ini. Karena
hal tersebut, tiap tahun selalu terjadi penyerosotan peminat penjual untuk berdagang di pasar
terapung yang cendrung sangat tidak menguntungkan dibandingkan dengan berdagang di
pasar tradisional biasa yang lebih mudah dalam menemukan pembeli [ CITATION Ard141 \l
1033 ].

Bibliography
Ardy, T., & Poerbantanoe, B. (2014). Pasar Terapung Di Banjarmasin Kalimantan Selatan. Dimensi
Arsitektur, II, No. 1, 336-342.

Koentraningrat. (1984). Kebudayaan Jawa. Jakarta: Balai Pustaka.

Setioko, & Bambang. (2010). Integrasi Ruag Perkotaan di Keurahan Meteseh. Semarang: PDTAP
Undip.

Wiryomartono, & Bagoes. (1995). Seni Bangunan dan Seni Bina Kota di Indonesia. Jakarta: Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai