Anda di halaman 1dari 2

Pasar Terapung Banjarmasin, Wisata Ekobahari Sarat Tradisi

Pasar terapung atau pasar apung yang kini menjadi objek andalan kepariwisataan Kalimantan
Selatan, khususnya Kota Banjarmasin, diperkirakan sudah eksis di era kesultanan Banjar yang masih
lestari.

Beberapa pedagang di pasar terapung mengaku tidak tahu persis kapan kegiatan transaksi di atas air
melalui sampan tersebut mulai tumbuh dan berkembang di kawasan yang dikenal sebagai "daratan
dengan seribu sungai" tersebut.

Menurut para pedagang, mereka berjualan seperti ini hanya meneruskan kebiasaan orang tua-orang
tua mereka, sementara orang tua-orang tua mereka mengaku meneruskan hal itu dari kebiasaan
pendahulunya juga.

Pasar terapung di wilayah ini terdapat di dua lokasi, yang besar di Desa Kuin atau di atas Sungai
Barito Kota Banjarmasin, sedangkan yang kedua di Desa Lok Baintan, Kabupaten Banjar atau
perjalanan satu jam naik klotok (perahu bermesin) dari pusat Kota Banjarmasin.

Wisata ini menarik dan berbeda dengan jenis wisata lainnya. Selain jenisnya yang memang sangat
khas karena pasar ini berada di atas air yang mungkin tidak bisa ditemui di daerah lain. Di sisi lain,
pemandangan yang bisa dinikmati pelancong tidak lain pemandangan kesibukan para pedagang
produk pertanian dan perkebunan, tidak hanya berupa sayur mayur, buah-buahan yang mungkin
tidak ada di daerah lain, seperti buah Kasturi sejenis mangga bentuknya kecil, tapi juga disini banyak
juga pedagang makanan untuk sarapan pagi, seperti soto Banjar, penganan khas Banjarmasin.

Dimulai dari perjalanan dari anak sungai Barito pelancong dapat menikmati pemandangan rumah-
rumah yang berjajaran tepi sungai. Tidak hanya itu, kesibukan dipinggir sungai pun tampak alami,
seperti mencuci pakaian, mencuci pering bahkan mandi di sungai ini.

Sekitar 20 menit kemudian sungai Barito yang lebar itu menyambut pagi hari kami.Perahu klotok
membawa kami menelusuri Barito dengan pemandangan matahari terbit. Perjalanan selama 20
menit itu membawa kami hingga ke titik pasar terapung yang terkenal itu. Kesibukan para pegadang,
wisatawan pun terlihat ramai. Terlihat beberapa klotok dikemudikan oleh ibu-ibu paruh baya dan
nenek-nenek membawa dagangan. Pisang, makanan kecil, jajanan dan sayur-mayur untuk dijual
dengan sesama dan juga untuk wisatawan. Suasana begitu penuh dengan lalu lalang para wisatawan
yang menikmati pemandangan para pedagang berperahu itu.

Konon keberadaan pasar terapung itu ada sejak kesultanan Banjar, dan turun temurun hingga
sekarang.

Kegiatan ini didominasi kaum ibu menggunakan kemeja sederhana dan bedak dingin (pupur dingin)
tebal , tetapi yang unik semuanya menggunakan topi sangat lebar yang disebut tanggui.

Hal yang sulit ditemui di daerah lain, konon transaksi antarpedagang ini dilakukan secara barter
(tukar barang), umpamanya antara sayuran dengan beras, antara buah dengan ikan, atau sebaliknya.
Tsukiji Market
 Tentang Tsukiji Market

Tsukiji Market merupakan pasar ikan terbesar di dunia yang berada di Jepang.
Presiden Jokowi menjadikan Tsukiji Market sebagai role model dalam membangun pasar ikan Muara
Baru di Jakarta Utara.
Tsukiji Market juga menjadi salah satu daya tarik wisata di Jepang.
Menyambangi Tsukiji Market, pengunjung dapat melihat acara pelelangan ikan sebelum fajar,
mencoba kuliner Jepang berbahan dasar ikan yang masih segar.

 Kegiatan di Tsukiji Market
Tsukiji Market selalu mengadakan kegiatan pelelangan sayur, buah-buahan dan hasil laut di pagi hari
dan berlangsung selama dua jam dari pukul 03.00-05.00 waktu Jepang.

Mulai pukul 05.00-08.00 barang-barang akan mulai didistribusikan ke daerah-daerah sekitar Tokyo
dengan menggunakan truk.

Ketika jam makan siang, Tsukiji Market akan ditutup untuk dibersihkan dan dipersiapkan untuk
besok harinya.

Hal paling khas dari Tsukiji Market adalah, pengunjung bisa melihat proses pelelangan ikan tuna
dengan ukuran ratusan kilogram.

 Akses

Dari Stasiun Tokyo

Naik Marunouchi Subway Line dari Tokyo ke Ginza sekitar 3 menit dan transfer ke Hibiya Subway
Line untuk sampai ke Stasiun Tsukiji (3 menit). Ongkosnya 170 yen.

Dari Stasiun Shinjuku

Naik Oedo Subway Line langsung dari Stasiun Shinjuku ke Stasiun Tsukiji Shijo.

Perjalanan sekali jalan memakan waktu 20 menit dan biaya 270 yen. (3)

Anda mungkin juga menyukai