Anda di halaman 1dari 16

PERAN PASAR TRADISIONAL PADA MASYARAKAT

DESA PANINCONG KABUPATEN SOPPENG


Oleh: Fatmawati
Abstark
Tulisan ini bertujuan untuk menjelaskan peran pasar tradisional pada masyarakat desa
Panincong Kabupaten Soppeng. Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah
metode deskriptif kualitatif dengan tekhnik pengumpulan data berupa wawancara
mendalam, pengamatan, dan studi pustaka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasar
tradisional yang ada di desa Panincong Kabupaten Soppeng berperan sebagai pusat
kegiatan ekonomi dimana masyarakat setempat dapat menjual hasil produknya dan
sekaligus sebagai tempat untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Selain hal
tersebut di atas, pasar juga berperan sebagai pusat kebudayaan, dimana warga masyarakat
desa dapat berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, sebagai arena pembauran,
sebagai pusat informasi, dan sebagai sarana perubahan ekonomi.
Kata Kunci : pasar tradisional, masyarakat, peran
PENDAHULUAN
Kebudayaan sebagai sebuah konsep yang menyatu dalam kehidupan manusia
selalu berhubungan dengan kebutuhan hidupnya. Kebudayaan yang merupakan
seperangkat sistem pengetahuan atau sistem gagasan yang berfungsi menjadi blue print
bagi sikap dan perilaku manusia sebagai anggota atau warga dari kesatuan sosialnya,
berkembang dan berubah sesuai dengan kebutuhan hidup manusia. (Sjafri Sairin,
2002:2).
Malinowski (1921:1) mengatakan bahwa kebutuhan hidup manusia itu dapat
dibagi pada tiga kategori besar yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan biologis, sosial
dan psikologis. Walaupun ketiga kebutuhan tampak berpisah namun sebenarnya
ketiganya adalah tiga serangkai yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Untuk memenuhi
kebutuhan akan makanan dan minuman yang merupakan salah satu dari kebutuhan
biologis, manusia terikat dengan gagasan makanan yang dapat dikonsumsi dan makan
yang tidak dapat dikonsumsi.
Mengacu pada rumusan di atas, dimana kebudayaan merupakan suatu karya, rasa,
dan cipta, maka perilaku seseorang tentunya akan dipengaruhi oleh kebudayaannya.
1

Dengan perkataan lain orang akan mempunyai tingkah laku yang sesuai dengan persepsi
mereka. Keadaan ini akan mempengaruhi adanya suatu proses interpretasi dari kehidupan
manusia dan oleh karenanya manusia akan cenderung berkumpul dalam suatu kelompok
baik formal maupun informal.
Di dalam kehidupan bermasyarakat setiap manusia atau individu senantiasa
memerlukan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan
biologis maupun kebutuhan sosial. Dalam rangka untuk memenuhi kebutuhannya akan
barang dan jasa, maka manusia sebagai makhluk sosial kultural mengembangkan salah
satu aspek kebutuhannya yang disebut dengan sistem ekonomi.
Pada masa sekarang ini, pasar memegang peranan penting, terutama pada
masyarakat pedesaan. Hampir seluruh komunitas baik dalam bentuk kelurahan maupun
kecamatan mempunyai pasar walaupun dalam tingkat yang berbeda-beda sesuai dengan
letak dan perkembangannya.
Menurut Clifford Geertz (1992:30) dalam bukunya, Penjaja dan Raja mengatakan
bahwa pasar berasal dari kata Parsi bazaar, merupakan suatu pranata ekonomi dan
sekaligus cara hidup, atau suatu kegiatan ekonomi untuk mencapai beberapa aspek dalam
masyarakat. Pandangan tersebut dapat dipahami bahwa pasar sebagai ruang transaksi
yang dilakukan oleh manusia dalam melengkapi dirinya pada berbagai kebutuhan yang
bersifat segmentasi, tetapi memiliki kompleksitas jenis barang yang ada di dalamnya.
Pasar, terutama pada masyarakat pedesaan dapat diartikan sebagai pintu gerbang
yang menghubungkan masyarakat tersebut dengan dunia luar. Ini berarti pasar
mempunyai peran dalam perubahanperubahan kebudayaan yang berlangsung di dalam
suatu masyarakat. Melalui pasar ditawarkan alternativealternative kebudayaan yang
berlainan dari kebudayaan masyarakat setempat. Dengan demikian melalui pasar sebagai
pintu gerbang akan terjadi perubahan nilai, gagasan, dan keyakinan (Sindu Galba,
1986:2)
Dari segi lain, pasar dapat pula diartikan sebagai sentra dari masyarakat pedesaan
yang berada disekitarnya. Melalui pasar, bukan saja akan terjadi saling interaksi sesama
warga masyarakat pedesaan. Akan tetapi akan terjadi pula tukar menukar bendabenda
hasil produksi, bahkan informasiinformasi tentang berbagai pengalaman diantara
sesama mereka sebagai sentral, pasar dengan segala perangkat yang ada di dalamnya
2

dapat pula menjadi panutan bagi masyarakat sekitarnya. Hal ini menyebabkan bahwa
bukan hanya peranan ekonomi semata, tetapi peranan kebudayaan pasar terhadap
masyarakat disekitarnya juga cukup besar. Peranan-peranan tersebut tentu saja pada
gilirannya dapat menimbulkan perubahan-perubahan baik dalam bidang ekonomi maupun
dalam bidang kebudayaan.
Sementara itu menurut Ahimsa dalam makalahnya dijelaskan bahwa pasar
tradisional

di

Indonesia

pada

umumnya

mempunyai

ciri-ciri

tertentu

yang

membedakannya dengan pasar yang lebih modern, seperti pasar Inpres, pasar swalayan
dan sebagainya. Proses munculnya pasar tradisional umumnya tidak direncanakan oleh
siapapun, lokasi pasar tradisional bisa di berbagai macam tempat, pasar tradisional
biasanya pasar yang terbuka, pasar tradisional di pedesaan tidak buka setiap hari, dan
pasar tradisional di pedesaan ramai dikunjungi oleh pembeli dan pedagang hanya sampai
jam-jam tertentu saja.
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka fokus masalah dalam tulisan ini
adalah bagaimana peran pasar tradisional Panincong terhadap kehidupan masyarakat?
Untuk menjawab masalah tersebut digunakan metode kualitatif deskriptif dengan tehnik
pengumpulan data wawancara mendalam, observasi dan studi pustaka.
METODE
..
PEMBAHASAN
Gambaran Umum Pasar Panincong
Pasar tradisionl Panincong terletak di wilayah Kecamatan Marioriawa Kabupaten
Soppeng tepatnya di Kelurahan Panincong. Pasar ini terletak di tepi jalan poros yang
menghubungkan Kabupaten Soppeng dengan Kabupaten Sidrap. Lokasi pasar Panincong
jika dilihat dari kepadatan penduduk, dimana sebelah baratnya dipadati dengan
pemukiman penduduk dan di belakang pemukiman tersebut terdapat lokasi persawahan.
Sementara itu sebelah selatan pasar Panincong terletak beberapa bangunan,
diantaranya: Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Dasar (SD Inpres), Pendidikan
Guru Agama Darul Dawah Islam (PGA DDI), Selain bangunan sekolah tersebut terdapat
Mesjid Desa, yaitu Mesjid Taqwa Desa Panincong. Sedangkan sebelah timur dari pasar
3

tersebut terdapat bekas Istana Raja yang mana di samping istana raja ini berdiri kantor
desa Panincong yang bersebelahan dengan Sekolah Dasar (SD 62) yang mana Sekolah
Dasar ini adalah lokasi pasar pertama di desa ini. Dan sebelah Utara pasar tersebut
terdapat lapangan sepok bola dan Puskesmas.
Menurut keterangan dari tokoh-tokoh masyarakat setempat, bahwa Pasar
Panincong didirikan oleh Raja setempat yang berkuasa pada waktu itu. Di awal
berdirinya pasar tersebut hanya beberapa orang yang bisa menjual di dalam pasar, karena
memang pada waktu itu jumlah penduduk masih kurang. Tetapi karena perkembangan
penduduk dari hari ke hari semakin padat, seiring dengan perkembangan zaman, maka
pasar tersebut sudah tidak mampu lagi menampung seluruh penjual yang ada di Desa
Panincong. Begitu pula dengan pembeli, baik itu dari Desa Panincong maupun dari luar
Desa Panincong. Karena kondisi pasar sudah tidak sesuai lagi dengan jumlah penduduk
yang ada, maka pasar Panincong dipindahkan ke lokasi pertanian yang luasnya 400 meter
persegi dan diambil alih oleh Pemerintah. Begitu juga dengan lokasi pasar yang pertama,
seperti telah disebutkan di atas bahwa lokasi pasar tersebut yang didirikan oleh raja
setempat yang sekarang dijadikan sebagai tempat pendidikan.
Bangunan dari pasar ini sangat sederhana seperti pada umumnya pasar-paasar
tradisional yang ada di Sulawesi Selatan, dimana los-los yang dibentuk hanya merupakan
lantai setinggi 1 meter yang menyerupai panggung, dan kemudian diberi batas pemisah
antara los satu dengan los yang lainnya. Para pedagang berusaha membuat sekat-sekat
sehingga barang jualan mereka tidak bercampur dengan barang dagangan los yang ada
disebelahnya
Umumnya para penjual yang menempati bangunan panggung tersebut terdiri dari
pedagang pakaian, barang pecah belah, barang campuran, sedangkan penjual ikan dan
penjual sayur ditempatkan pada bagian belakang pasar dengan membuat tempat berjualan
dari papan yang dibuat sedemikian rupa sehingga terbentuk menjadi meja-meja untuk
meletakkan barang dagangannya. Meja ini biasanya dipakai pada saat pedagang
menggelar dagangannya dan selanjutnya setelah selesai menjual biasanya dibersihkan
kembali dan disusun rapi oleh pemiliknya.
Pada bagian depan pasar Panincong terdapat tanah kosong yang digunakan oleh
pedagang-pedagang yang tidak memiliki tempat (los) di dalam pasar dan umumnya
4

pedagang ini pedagang yang berasal dari luar kota Soppeng, seperti kabupaten Sidrap,
enrekang, dan Wajo. Berbagai cara yang ditempuh pedagang tersebut untuk menggelar
dagangannya, misalnya dengan memakai alas dari tikar untuk meletakkan barangnya
sambil membuat tenda yang dapat melindungi dari sengatan sinar matahari, bahkan ada
pula yang memanfaatkan mobilnya untuk dijadikan tempat berjualan.
Pasar tradisional Panincong hanya bisa dimanfaatkan oleh para pedagang untuk
berjualan dua kali dalam seminggu, yakni hari Senin dan hari jumat, biasanya pada
waktu hari pasar para pedagang sudah berada di lokasi pasar pada jam 06.00 pagi
dengan menggunakan berbagai macam angukutan, seperti angkutan umum (pete-peta),
dokar/bendi, dan mobil pribadi. Dan salah satu faktor pendukung dari pasar tersebut
ialah berdirinya beberapa bangunan ruko yang ada di samping pasar dengan menjual
produk yang tidak dijumpai dalam pasar, seperti penjual elektronik, furniture, bahan
bangunan, penjualan pupuk dan obat-obat serangga untuk petanian.
Salah satu lembaga keuangan yang diharapkan oleh para pedagang yang ada di
pasar tersebut ialah Koperasi Unit Desa (KUD) SIPORENNUE, yang tidak jauh dari
lokasi

pasar Panincong. Koperasi ini mempunyai beberapa unit usaha yang dapat

dimanfaatkan oleh para pedagang, seperti unit usaha Simpan Pinjam, Unit usaha
perdagangan hasil bumi. Kehadiran lembaga keuangan ini banyak dimanfaatkan oleh
para pedagang dan masyarakat yang ada disekitarnya.
PERAN PASAR TRADISIONAL PADA MASYARAKAT PEDESAAN
Tempat Untuk Menjual Hasil Produksi
Tidak dapat dipungkiri bahwa kehadiran pasar tradisional pada masyarakat
pedesaan sangat membantu warga masyarakat, khususnya bagi pelaku ekonomi, baik
yang bergerak dibidang perdagangan maupun dibidang pertanian dan perkebunan. Pada
masa sekarang pasar memegang peranan penting terutama pada masyarakat pedesaan.
Pasar menurut ilmu ekonomi adalah suatu tempat atau proses interaksi antara permintaan
dan penawaran dari suatu barang/jasa tertentu, sehingg akhirnya dapat menetapkan harga
pasar dan jumlah yang diperdagangkan. Pasar dalam bahasa bugis disebut pasa yakni
tempat terjadinya proses tukar menukar barang atau komoditi. Dalam arti lain pasar

adalah tempat melakukan persetujuan antara si penjual dan si pembeli dalam


perdagangan dimana tersedianya persediaan dan kebutuhan yang mereka inginkan.
Pasar Panincong merupakan pusat kegiatan perekonomian bagi masyarakat, baik
masyarakat yang ada di wilayah panincong maupun masyarakat dari luar. Walaupun
aktivitas pasar ini hanya berlangsung dua kali seminggu, namun para pelaku ekonomi
khususnya masyarakat yang akan menjual hasil produksinya senantiasa memanfaatkan
dengan membawa barang dagangannya ke pasar untuk dijual.
Penjual di pasar Panincong sebagian besar diisi oleh penduduk asli, walaupun ada
sebagian penjual yang berasal dari daerah lain. Dan kebanyakan penduduk asli menjual
hasil pertanian, seperti pisang, coklat, dan beberapa hasil perkebunan lainnya. Sedangkan
penduduk dari luar yang datang menjual di pasar tersebut, seperti dari daerah Sengkang
(Wajo) yang khusus membawa barang berupa sarung sutera dan barang kerajinan lainnya,
kalau yang dari enrekang biasanya datang menjual hasil kebunnya berupa bawang merah,
kentang, wortel, dan buah-buahan seperti; langsat, rambutan, salak, kedondong.
Menurut Dewey (1962:51), mengatakan bahwa pasar biasanya menjadi pusat
penjualan hasil pertanian, dan pusat perbelanjaan orang yang tinggal dalam radius 5 mil
dari pasar atau lebih dari itu sesuai dengan letak dari desa yang ada.
Salah seorang informan, yakni H. Mustafa 50 tahun yang tinggal tidak jauh dari
pasar Panincong yang berprofesi sebagai pedagang pengumpul mengatakan bahwa setiap
hari pasar, saya beserta istri sengaja datang ke pasar Panincong untuk menunggu
masyarakat yang akan menjual hasil kebunnya seperti; coklat, jagung, kedelai, kacang
tanah, kacang hijau, kopra dan kemiri. Apa yang saya beli pada setiap hari pasar saya
kumpulkan di rumah lalu kemudian dibawa ke Makassar untuk dijual kembali.
Apa yang diungkapkan oleh informan tersebut di atas membuktikan bahwa pasar
yang tidak jauh dari tempat dimana kita bermukim dapat memberikan peluang untuk
berusaha walaupun informan tersebut di atas tidak memiliki tempat atau kios di dalam
pasar tersbut, kendatipun hanya menggunakan bahu jalan.
Tempat Untuk Memenuhi Kebutuhan Hidup
Keberadaan pasar sebagai sistem perekonomian masyarakat pada hakekatnya
bertujuan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat agar bisa memenuhi berbagai
6

keinginan yang dibutuhkan bagi kelangsungan hidup sehari-hari. Setiap orang yang
datang ke pasar tentu mempunyai tujuan tertentu sesuai dengan kepentingannya. Bagi
pedagang tentu ingin menjual barang dagangannya, sedangkan bagi pembeli atau
konsumen berkeinginan untuk memenuhi kebutuhannya (Raodah, 2010:3).
Pasar tradisional adalah pasar yang dikelola secara sederhana dengan bentuk fisik
tradisional yang menerapkan sistem transaksi tawar menawar secara langsung dimana
fungsi utamanya adalah untuk melayani kebutuhan masyarakat baik di desa, kecamatan,
dan lainnya. (Sinaga, 2008).
Harga di pasar tradisional ini mempunyai sifat yang tidak pasti, oleh karena itu
bisa dilakukan tawar menawar. Bila dilihat dari tingkat kenyamanan, pasar tradisional
selama ini cenderung kumuh dengan lokasi yang tidak tertata rapi. Pembeli di pasar
tradisional biasanya kaum ibu mempunyai perilaku yang senang bertransaksi dengan
berkomunikasi/berdialog dalam hal penetapan harga, mencari kualitas barang, memesan
barang

yang

diinginkan,

dan

Koentjaraningrat, dkk (1984:129),

perkembangan

harga-harga

lainnya.

Menurut

bahwa pasar merupakan komponen penting dari

sistem harga sehingga fungsi pasar yang efektif akan menentukan pula berfungsinya
sistem harga yang sesuai dengan harapan kedua belah pihak secara lancar.
Barang yang dijual di pasar tradisional umumnya barang-barang lokal dan ditinjau
dari segi kualitas dan kuantitas, barang yang dijual dipasar tradisional dapat terjadi tanpa
melalui penyortiran yang kurang ketat. Dari segi kuantitas jumlah barang yang disediakan
tidak terlalu banyak sehingga apabila ada barang yang dicari tidak ditemukan disitu,
maka dapat dicari di kios lain. Rantai distribusi pada pasar tradisional terdiri dari
produsen , distributor, sub distributor, pengecer, konsumen.
Dalam pasar tradisional kita melihat transaksi perdagangan yang masih kecilkecilan kalau dilihat dari volume barang komoditasnya dan nilai nominal uang yang
berputar. Sehingga pelaku pasar yang ada di dalamnya kebanyakan pedagang kaki lima
dan masyarakat setempat sebagai konsumen. Tetapi keduanya merupakan wujud latar
belakang sosial budaya yang mereka wakili. Apa yang ditampilkan sebagai bagian dari
sosial budaya menjadi perhatian tersendiri oleh anggota masyarakatnya (Sahajuddin
2014:68).

Seperti halnya di pasar Panincong, transaksi yang dilakukan di dalam pasar ini
tidak terlalu besar, konsumen hanya membeli barang pada partai kecil saja. Di dalam
pasar ini terdapat beberapa komoditas, khususnya diperuntukkan untuk ibu-ibu rumah
tangga dan tak heran apabila pasar tersebut banyak dikujungi oleh kaum ibu sekaligus
untuk berbelanja untuk keperluan sehari-hari seperti: ikan, sayur, buah-buahan dan
wilayah ini merupakan wilayah aktivitas kaum ibu.
PERAN PASAR TRADISIONAL SEBAGAI PUSAT KEBUDAYAAN
Interaksi Warga Masyarakat Desa di Pasar
Pasar Panincong adalah pasar yang berada di wilayah kecamatan Marioriawa
yang ramai dikunjungi oleh masyarakat yang ada di wilayah kabupaten Soppeng, bahkan
di luar kabupaten Soppeng. Kehadiran pasar tersebut berperan sebagai pusat pertemuan
antara dua atau lebih budaya yang berbeda. Sebab di dalam pasar baik langsung maupun
tidak langsung terjadi interaksi dari beberapa pendukung kebudayaan, baik budaya yang
berasal dari pedagang sesama pedagang, antara pedagang dan pembeli, antara pembeli
dengan pembeli, bahkan antar pedagang dengan petugas pasar.
Walaupun interaksi antara warga masyarakat dengan masyarakat lainnya cuma
berlangsung dua kali dalam seminggu namun dapat menciptakan ruang komunikasi dan
saling bertukar informasi antara warga dengan warga lainnya. Hal ini karena masyarakat
yang datang berbelanja di pasar tersebut pada umumnya saling kenal mengenal dan tak
jarang pasar menjadi pertemuan informal, khususnya bagi kalangan ibu-ibu yang datang
berbelanja.
Dengan mengunjungi pasar-pasar tradsional kita dapat menyaksikan kehidupan
sehari-hari masyarakat yang saling berinteraksi. Bagaimana kristalisasi dari nilai-nilai
budaya ini terwujud dalam sikap spontanitas antara penjual dan pembeli. Hal ini terlihat
jelas dari wajah-wajah yang polos dan lugu, dengan penampilan yang wajar apa adanya,
cermin kebebasan yang hakiki. Kehidupan di pasar tradisional sungguh merupakan hal
yang sangat menarik, tanpa polesan. Orang datang dengan pakaian apa adanya, bersendal
jepit, bahkan ada yang telanjang kaki. Semakin ditelusuri seluk beluk tentang pasar, kita
akan mengenali kebiasaan-kebiasaan manusia yang menyatu dalam kehidupan sehari-hari
(Saefuddin,2013:12).

Sesuai dengan pengertian pasar sebagai tempat pertemuan antara penjual dan
pembeli, maka interaksi dalam hubungan ekonomi senantiasa terjalin melalui jual beli
barang. Pasar Panincong yang hanya ramai dikunjungi pada hari-haari pasar, dimana
warga masyarakat dari beberapa desa dalam wilayah kecamatan Marioriawa berdatangan
untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Begitu pula dengan pedagang-pedagang dari luar
berdatangan dengan harapan barang dagangan mereka banyak terjual dan memperoleh
keuntungan.
Dari pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa pasar dapat menjadi sarana
bagi warga masyarakat untuk saling berinteraksi antara pembeli dengan pembeli, antara
penjual dengan penjual, antara pembeli dengan penjual, antara penjual dengan pegawai
pasar, antara penjual dengan kreditor.
Pasar Sebagai Arena Pembauran
Pasar yang merupakan arena pertemuan antara berbagai lapisan masyarakat
mempunyai peranan sebagai pusat kebudayaan, disamping itu juga sebagai pusat kegiatan
ekonomi. Sebagai pusat kebudayaan, pasar menghimpun berbagai nilai sosial budaya
baru sebagai perwujudan dari adanya pertemuan antara dua atau lebih budaya yang
berbeda. Sebab di dalam pasar baik langsung maupun tidak langsung akan terjadi
interaksi dari beberapa kebudayaan, baik itu budaya yang berasal dari antara pedagang,
antara pedagang dan pembeli, antara pedagang dan penjual.
Interaksi yang terjadi dari kemajemukan suku bangsa merupakan permulaan dari
suatu cara yang nantinya akan membawa pengaruh terhadap kebudayaan masing
masing suku bangsa tersebut. Pertemuan antara individu yang memiliki pengetahuan
kebudayaan yang berbeda di dalam pasar, selanjutnya dapat saling mengisi dan
mempengaruhi, sehingga melahirkan tingkat pengetahuan kebudayaan yang sama,
setidak- tidaknya menunjukkan keselarasan dengan kebudayaan asalnya. Hal ini sebagai
konsekuensi adanya pembauran antara beberapa suku bangsa, latar belakang sosial
budaya yang berbeda.
Dengan demikian identitas budaya yang terlahir dari adanya proses hubungan
tersebut selalu harus menunjukkan keselarasan dengan sosial budaya yang satu maupun
dengan yang lainnya. Bilamana tidak terjadi keselarasan sebagaimana tersebut diatas,

maka dapat dikatakan bahwa pembaurannya tidak berhasil atau bahkan tidak terjadi
pembauran.
Di pasar-pasar tradisional sejatinya kita akan temukan identitas budaya bangsa
dari setiap wilayah, mulai dari cara berpikir, cara bersikap dan cara bertingkah laku
masyarakat setempat dapat kita temukan di sini, kemudian proses pertukaran nilai dengan
melakukan interaksi antara penjual dan pembeli merupakan bagian yang menarik, tidak
saja sebatas jual beli, tetapi ada juga informasi yang dipertukarkan tentang lingkungan
sosialnya.
Berdasarkan pemantauan di lapangan, khusunya di pasar panincong hubungan
diantara sesama pedagang/penjual tampaknya cukup baik, kadangkala hubungan tersebut
tidak hanya terbatas di pasar untuk melaksanakan kegiatan ekonomi, akan tetapi dapat
berlanjut dengan hubungan sosial di luar pasar.
Dapat pula dikatakan bahwa hubungan dengan dilatar belakangi oleh profesi yang
sama merupakan hubungan yang dominan terjadi di pasar, semua pedagang harus
merupakan satu kesatuan dalam arti kesatuan yang tidak terpisahkan dalam melakukan
kerja sama ekonomi.
Antara sesama pedagang, terutama yang berlokasi saling berdekatan dapat
dijadikan teman, sekaligus saudara karena segala sesuatu yang terjadi terutama bila
mengalami kesulitan mengenai barang dagangan, maka pedagang yang berlokasi paling
dekat merupakan tempat meminta bantuan atau menanggulangi kesulitan, tanpa
mempertimbangkan dari suku atau daerah mana pedagang tersebut berasal.
Hal ini akan tampak dari adanya kerja sama diantara sesama

pedagang. Kerja

sama dengan sesama pedagang meliputi penyediaan barang dagangannya, maka dia akan
menjualkan barang para pedagang lain yang belum banyak terjual.
Di Pasar Panincong, rasa kebersamaan bagi setiap individu di dalam pasar cukup
tinggi dan baik, mengakibatkan ikatan kerja sama antara mereka terjalin baik, dan adanya
kesatuan yang kuat diantara mereka dan mereka tidak merasa lebih satu sama lainnya. Di
pasar ini termasuk pasar yang ramai dikunjungi orang, terutama untuk melakukan
hubungan jual beli, walaupun hanya berlangsung dua kali seminggu, yaitu hari senin dan
jumat.
Pasar Sebagai Pusat Informasi
10

Informasi merupakan salah satu cara penyebarluasan berbagai berita. Kekurangan


sumber informasi berarti tidak mengetahui kejadian-kejadian penting yang sedang
menjadi pusat perhatian orang. Sumber informasi tidak hanya melalui media berupa
koran, majalah, radio, televisi, akan tetapi seseorang bisa dijadikan sumber informasi.
Seperti yang terjadi di pasar (Sindu Galba 1986:140).
Pasar yang merupakan tempat pertemuan para pedagang dan pembeli, juga
bertemunya penduduk yang berasal dari satu desa ke desa lainnya dan berbagai macam
kedudukan sosial atau lapisan masyarakat. Dalam pertemuan terjadi interaksi dan
komunikasi, yang bukan saja masalah perdagangan dan jual beli, tetapi juga mereka
masingmasing menyampaikan berbagai pengalaman tentang halhal yang didengar,
dilihat dan dialami ditempat lain, baik secara langsung atau tidak langsung dan hal
tesebut menjadi sumber berita atau informasi bagi yang mendengarkannya.
Selain itu, pasar sebagai tempat menjual dan memasarkan barangbarang hasil
produksi tentu bukan hanya barangbarang lokal hasil produksi setempat, melainkan
barang-barang dari luar daerah. Pasar sebagai pusat kegiatan ekonomi mempunyai peran
penting bagi kehidupan perekonomian, baik dibidang produksi, distribusi, maupun
konsumsi.
Menurut Savitri (1996:45) mengatakan bahwa pasar diartikan sebagai tempat
pertemuan bagi kelompok-kelompok masyarakat dari berbagai wilayah, mereka bertemu
dan saling memberi

kabar (informasi) tentang keadaan masing-masing daerahnya.

Disamping sebagai tempat pertemuan , juga tempat menjajakan atau menjual barangbarang dagangan secara bersama-sama dengan para pedagang lain, baik secara kontiniu
atau tidak.
Pasar Panincong merupakan sarana untuk saling tukar informasi antara satu dengan
pedagang yang lainnya, antara pedagang dengan pembeli, baik itu pembeli dari desa itu
sendiri maupun pembeli dari luar desa panincong. Selain informasi tersebut di atas, juga
informasi tak kalah pentingnya adalah melalui media elektronik, seperti radio, televisi
dan melalui mesin cetak, seperti surat kabar dan majallah. Khusus bagi para pedagang
yang ada di pasar tersebut informasi yang paling dibutuhkn bagi mereka ialah Informasi
tentang harga harga barang yang digolongkan sesuai dengan jenis jualan.

11

Tentunya dari informasi tersebut di atas, akan tetap merasa aman untuk
melaksanakan kegiatannya, karena barangbarang yang diperjual belikan, selalu terjaga
dari adanya perubahan harga yang terkadang tidak menentu. Hal ini biasanya terjadi pada
pedagang penjual yang jenis jualannya,seperti barang campuran, obat obatan dan pakain
jadi.
Sebagaimana kita ketahui bersama, bahwa sebagian besar masyarakat desa
panincong hidup sebagai petani, baik itu petani yang menggarap sawahnya sendiri
maupun petani yang hidup hanya menggarap sawah orang lain. Yang kesemuanya ini
menunjukkan bahwa kehidupan petani yang ada di desa panincong saling bantu
membantu, yang mempunyai kelebihan membantu yang kekurangan. Begitu pula halnya
dengan sistim produksi yang dijalankan oleh para petani yang ada di desa panincong
untuk meningkatkan hasil produksi pertaniannya.
Informasi yang terjadi antara warga masyarakat dengan orang luar dan antara
pembeli serta antara pedagang secara tidak langsung sudah terjadi pertukaran informasi.
Sebagaimana diketahui bahwa sumber informasi tidak hanya melalui media cetak
(Koran, majalah, bulletin dan lainlain) dan media elektronik (Radio dan televisi), tetapi
juga dari seseorang.
Dengan adanya interaksi yang terjadi tumbuh ideide baru yang berkembang dan
menjadi perhatian masyarakat. Bagi masyarakat desa Panincong cara untuk memperoleh
ideide baru terkadang diperoleh dari membaca, menonton dan mendengarkan ceramahceramah. Dari kebiasaankebiasaan yang terjadi seperti di atas akan menjadi kebiasaan
hidup seharihari bagi masyarakat desa panincong, sehingga dengan demikian warga
masyarakat akan selalu mengikuti perkembangan yang ada.
Pengenalan ide-ide baru ini tidak saja terjadi pada pola pikir masyarakat
bersangkutan, tetapi juga terhadap barangbarang hasil produksi. Pada waktu dahulu oleh
masyarakat pedesaan cara untuk mengelola tanah pertaniannya hanya dengan
mengandalkan alatalat pertanian, seperti : sapi, kerbau dan lainlain, tetapi dengan
perkembangan tehnologi modern sekarang ini alatalat tersebut sudah mulai diganti
dengan alatalat modern, seperti : Traktor tangan, mobil traktor (Mekanisasi pertanian).
Pasar Sebagai Sarana Perubahan Ekonomi

12

Perubahan ekonomi pada masyarakat pedesaan, khususnya desa panincong dengan


keberadaan pasar panincong dapat dilihat dari aspek produksi, konsumsi dan distribusi.
Perkembangan produksi tidak

dapat dipisahkan dengan kaitannya dengan masalah

modal. Modal menyangkut berbagai bentuk, seperti tanah ataupun bentuk barang, uang,
tenaga maupun bentuk lainnya.
Kegiatan pedagang pasar mempunyai rangsangan yang dapat mendorong
masyarakat pedesaan mengembangkan berbagai cara untuk menghasilkan sesuatu.
Sebagai contoh yang dapat dilakukan oleh masyarakat yang ada di desa Panincong ialah
dengan megembangkan hasil pertanian, perkebunan, utamanya tanaman kebutuhan
seharihari masyarakat desa, seperti: Sayursayuran, lombok, tomat, kentang dan lain
lain, sehingga dengan demikian peran pasar panincong di dalam mendistribusikan
barangbarang

produksi masyarakat

pedesaan sangat

nyata

dalam

kehidupan

berekonomi.
Salah satu hal yang perlu disadari bahwa kontribusi pasar panincong didalam
menggerakkan roda perekonomian pada masyarakat pedesaan sangat besar. Hal ini juga
ditandai dengan meningkatnya kegiatankegiatan masyarakat pedesaan, khususnya
masyarakat yang bedomisili di luar pasar, sebahagian masyarakat yang mempunyai
modal berupa uang dan tempat yang tersedia tidak menyianyiakan kesempatan ini,
mereka berusaha untuk membuka usaha di rumahnya sendiri yang ada di luar pasar.
Suasana yang semacam ini dianggap wajar bagi orang-orang yang mempunyai keinginan
untuk terjun dalam suatu usaha, walaupun didalam kenyataannya bahwa usaha yang akan
dijalankan belum pasti behasil, seperti layaknya para pedagang yang ada di dalam pasar.
Dari hasil penelitian di lapangan, khusunya di pasar panincong bahwa dengan
keberadaan pasar desa yang menjadi tumpuan bagi warga masyarakat desa panincong
untuk memenuhi kebutuhannya dengan cara berbelanja di pasar, juga tak kalah
pentingnya peranan para penjual yang berada di luar pasar, yang mana secara khusus
menempati rumahnya sendiri untuk berjualan atau membuka usaha. Tidak sedikit
pedagang/penjual

yang

seperti

tersebut

di

atas

mengelola

usahanya

dengan

mengandalkan modal sendiri, karena mereka pada umumnya pedagang yang mempunyai
modal besar, sehingga mereka berani untuk membuka usaha tersebut. Adapun jenisjenis
jualan yang mereka perjual belikan biasanya tidak dijual di dalam pasar, hal ini yang
13

menjadi kelebihan yang dimiliki oleh pedagang/penjual yang berjualan di luar pasar
dengan menggunakan rumah sendiri.
Berdasarkan pengamatan di lapangan menunjukkan, bahwa pedagang yang ada di
luar pasar menjual barang-barang berupa alatalat rumah tangga dan bahan bangunan,
seperti: kursi, lemari (furniture), televisi, radio (elektronik), dan lainlain. Yang menjadi
keuntungan bagi para penjual tersebut di atas ialah tidak terikatnya dengan waktu
waktu pasar, seperti hari Senin dan Kamis. Mereka para penjual yang ada diluar pasar
hampir setiap hari toko mereka buka, bahkan ada beberapa penjual yang ada diluar pasar
menjual sampai malam, hal ini dimungkinkan karena lokasi tempat jualan mereka berada
di jalan poros yang secara otomatis arus transportasi yang lancar, yang menghubungkan
antar satu daerah dengan daerah lainnya.
Jika dilihat dari perkembangan usahanya, kecendrungan meningkatnya kelompok
masyarakat yang ingin membuka usaha sendiri, khususnya bagi mereka yang mempunyai
lokasi di luar pasar menunjukkan adanya peningkatan jumlah penjual setiap tahunnya.
kesemuanya ini menjadi tolak ukur dari perkembangan ekonomi, khususnya di sektor
perdagangan.
PENUTUP
Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta
ditandai dengan adanya transaksi antara penjual dan pembeli secara langsung . Dalam
pasar tradisional terjadi proses tawar menawar , bangunan biasanya terdiri dari kios-kios
atau gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual atau pengelola pasar.
Peran pasar panincong bagi masyarakat pedesaan mempunyai arti yang sangat
penting di dalam bidang perekonomian, dimana dengan adanya pasar maka masyarakat
secara langsung dapat menjual hasil produksinya, baik itu produk-produk hasil
perdagangan maupun produk hasil pertanian dan perkebunan. Selain hal tersebut di atas
masyarakat juga dapat memanfaatkan pasar tersebut sebagai tempat untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari dengan berbelanja di pasar tersebut.
Pasar selain dapat berperan di bidang perekonomian,

juga dapat berperan

sebagai pusat kebudayaan, dimana warga masyarakat dapat berinteraksi di dalam pasar
antara warga dengan warga lainnya. Sebagai akibat dari interaksi di dalam pasar maka
secara tidak langsung pasar menjadi tempat pembauran antara bermacam-macam suku,
14

antar ummat beragama dan berbagai macam golongan dan tingkatan sosial masyarakat.
Pasar juga dapat dijadikan pusat informasi, dimana masyarakat yang satu dengan
masyarakat yang lainnya dapat saling menginformasikan hal-hal yang dianggap penting
untuk disampaikan. Dan sebagai akibat dari kehadiran suatu pasar di daerah pedesaan,
maka akan terjadi perubahan-perubahan yang sangat fundamental bagi masyarakat,
khususnya di bidang perekonomian.
DAFATAR PUSTAKA
Heddy Shri Ahmisa-Putra (tanpa tahun). Eksistensi dan Fungsi Pasar Tradisional di
Tengah Globalisasi. (Makalah). Fakultas Ilmu Budaya UGM.
Dewey, Alice G. 1962. Peasant Marketing in Java. The Free Press of gleancoe. Inc
Geertz, Clifford. 1992. Penjaja dan Raja. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.
Koentjaraningrat, et al. 1984. Kamus Istilah Antropologi. Jakarta : Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Malinowski, Broinslaw. 1921. The Argonaouts of the Western Pacific London:
Routledge.
Raodah, 2010. Pasar Tradisional Limbung (Arena Interaksi Ekonomi dan Sosial
Budaya). Penerbit: Dian Istana. Makassar- Sulawesi Selatan.
Saefuddin, et al. 2013. Menguak Pasar Tradisional Indonesia. Dicetak oleh: PT. Mardi
Mulyo-Jakarta
Sahajuddin, 2014. Potret Pedagang Kaki Lima. Diterbitkan oleh: Pustaka
Sawerigading bekerjasama dengan Balai Pelestarian Nilai Budaya Makassar.
Sairin, Sjafri, et al. 2002. Pengantar Antropologi Ekonomi. Penerbit: Pustaka Pelajar
Savitri, Dyah, et al. 1996. Pembangunan Masyarakat Pedesaan. Jakarta : Kerjasama
LIPI dalam pustaka Sinar Harapan
Galba, Sindu, et al, 1986. Peranan Pasar pada Masyarakat Pedesaan Daerah Jawa
Barat. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Proyek Inventarisasi dan
Dokumentasi Kebudayaan Daerah.

15

16

Anda mungkin juga menyukai