Anda di halaman 1dari 48

DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN

PROVINSI JAWA TENGAH


Semarang, 27 September 2011
1
A
PERSYARATAN TEKNIS DALAM PERDAGANGAN
INTERNASIONAL

1. Memenuhi standar internasional/standar


buyers (termasuk standar labelling,
marking, packaging dsb).
2. Adanya jaminan Mutu Barang (Lembaga
Penilai Kesesuaian/LPM, LS-Pro,LI)
3. Memenuhi aspek K3L (keamanan,
kesehatan, keselamatan dan
lingkungan).
22
TUJUAN/LATAR BELAKANG

 UPAYA MEWUJUDKAN IKLIM USAHA YANG


KONDUSIF
 MEWUJUDKAN PERSAINGAN USAHA YG SEHAT
 DLM KERANGKA KEPENTINGAN NASIONAL
DAN PERJANJIAN INTERNASIONAL YG TERKAIT
DASAR KEBIJAKAN UMUM EKSPOR

 PROGRAM PERENCANAAN NASIONAL


 RENCANA JANGKA PANJANG DAN
MENENGAH
 DITUANGKAN DALAM BENTUK
PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN,PERPRES DAN PERMEN
 DITETAPKAN DAN DILAKSANAKAN OLEH
PEMERINTAH PUSAT
PENGERTIAN
1. Ekspor adalah Kegiatan mengelurkan barang dari
Daerah Pabean
2. Daerah Pabean adalah wilayah Republik Indonesia
yang meliputi wilayah daratan, perairan dan ruang
udara diatasnya, serta tempat-tempat tertentu di
Zone Ekonomi Exsclusip dan Landasan Kontinen yang
didalamnya berlaku Undang-undang No. 10 tahun
1995 tentang kepabeanan.
3. Pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan
dan perairan disekitarnya dengan batas-batas
tertentu sebagai tempat kegiatan Pemeritahan dan
Ekonomi yang digunakan sebagai temmpat kapal
bersandar, berlabuh, naik turun Penumpang dan atau
bongkar muat barang yang dilengkapi dengan
fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan
penunjang pelabuhan serta sebagai tempat
perpindahan inter dan antar roda transportasi.
PERATURAN DAN PERSYARATAN EKSPOR
PERATURAN
Berdasarkan Keputusan Menteri Perdagangan No. 01/M-DAG / PER/1/2007
tanggal 22 Januari 2007 tentang Ketentuan umum di bidang ekspor.

PERSYARATAN EKSPOR
Ekspor dapat dilakukan oleh setiap Perusahaan atau Perorangan yang telah
memiliki:
* Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP)
* Izin Usaha dari Departemen Teknis/Lembaga Pemerintah Non
Departemen Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
* Tanda Daftar Perusahaan (TDP).
* Nomor Pokok Wajib Pajak ( NPWP)
KLASIFIKASI BARANG EKSPOR
.
1. BARANG YANG DIATUR EKSPORNYA :
- Mengikuti ketentuan internasional.
- Menyangkut kesehatan, keselamatan, keamanan,
lingkungan hidup dan moral bangsa (K3LM).
- Menjaga kelestarian alam. (spt cengkeh, kayu,
mebel)
- Meningkatkan nilai tambah.

2. BARANG YANG DIAWASI EKSPORNYA :


- Memenuhi kebutuhan dalam negeri.
- Menjaga kelestarian alam.
3.BARANGYG DILARANG EKSPORNYA :
- Menjaga kelangkaan.
- Menyangkut kesehatan, keselamatan,
keamanan, lingkungan hidup dan moral
bangsa (K3LM).
- Barang bernilai budaya

4.BARANG YANG BEBAS EKSPORNYA


Mendorong ekspor antara lain melalui
pembukaan akses pasar, peningkatan
daya saing, peningkatan diversivikasi
produk.
PENGELOMPOKAN BARANG EKSPOR
PENGELOMPOKAN BARANG DALAM PENGATURAN EKSPOR
KEPUTUSAN MENPERINDAG NOMOR 558/MPP/KEP/12/1998 jo
PERATURAN MENDAG NOMOR 01/M-DAG/PER/1/2007
TENTANG KETENTUAN UMUM DIBIDANG EKSPOR

DIAWASI DILARANG BEBAS


DIATUR
EKSPORNYA EKSPORNYA EKSPORNYA
EKSPORNYA
1. Binatang sejenis Lembu
1. Kopi Hidup yakni bibit sapi, sapi 1. Anak Ikan dan ikan Arowana, Benih Semua jenis
2. Produk Industri bukan bibit, kerbau. Ikan Sidat, Ikan Hias Jenis Botia, barang yang
Kehutanan 2. Anak Ikan Napoleon, Ikan Udang galah, Udang Penaedae tidak termasuk
3. Rotan Napoleon, Benih Ikan 2. Karet Bongkah pada kelompok
4. Intan Bandeng 3. Bahan Remailing & Rumah Asap diatur, diawasi
5. Prekursor 3. Inti Kelapa Sawit 4. Kulit Mentah, Pickled & Wet Blue dan dilarang
6. Timah 4. Kulit Buaya Dlm Bentuk dari Binatang Melata
Batangan Wet Blue 5. Bantalan Rel Kereta Api dari Kayu
5. Beras dan Kayu Gergajian
6. Binatang liar dan 6. Kayu Bulat/Bahan Baku Serpih
Tumbuhan Alam (APP II 7. Binatang Liar & Tumbuhan Alam
Cites) yang dilindungi / termasuk dlm APP I
7. Pupuk urea & III Cites)
8. Emas , perak murni 8. Pasir (laut &darat) tanah top soil
9. Skrap dari stainless, 9. Biji timah, biji timah hitam dan
tembaga, kuningan, perangkatnya
alumunium 10. Batu Mulia
10. Skraf besi/baja ( wilyah 11. Skraf besi /baja ( kecuali wilayah
batam ) batam
11
JENIS DOKUMEN EKSPOR

 SALES CONTRACT
 LETTER OF CREDIT ( L/C )
 COMMERCIAL INVOICE
 PACKING LIST
 PE/PEB
 BILL OF LADING (B/L)/AWB
 POLIS ASURANSI
 CERTIFICATE OF ORIGIN (CoO) *
 SURAT PERNYATAAN MUTU
 WESEL EKSPOR

HARYANTA 12
PENGERTIAN SURAT KETERANGAN ASAL (SKA)

 Dokumen berdasarkan kesepakatan dalam


perjanjian bilateral, regional dan multilateral
serta ketentuan sepihak untuk membuktikan
bahwa barang tersebut berasal, dihasilkan,
dan atau diolah di Indonesia.
MAKSUD DAN TUJUAN PENERBITAN SKA

 Sebagai dokumen yang membuktikan bahwa barang


ekspor tersebut berasal dari Indonesia.
 Sebagai dokumen untuk memperoleh fasilitas
pembebasan sebagian atau seluruh bea masuk ke
suatu negara tertentu.
 Sebagai tiket masuk barang ekspor ke suatu negara
tertentu.
JENIS-JENIS SKA

 1. SKA PREFERENSI
 2. SKA NON PREFERENSI
SKA PREFERENSI

 SKA Form A GSP ( diberikan oleh negara-negara maju pemberi


fasilitas GSP)
 Certificate of material Imported from Japan (Jepang)
 Certificate of Comulative Working /Procesing (Jepang)
 SKA Form D (CEPT for AFTA)
 SKA Form E (China)
 SKA Form AK (Korea)
 SKA Form IJ-EPA (Jepang)
 Certificate in Regard to Traditional Handicraft Batik fabric of Cotton
(Jepang)
 Cerificate in regard to certain Handicraft Products (UE)
 Certificate relating to silk or Cotton Handloom Products (UE)
 SKA Form GSTP (47 negara anggota peserta GSTP)
 Cerificate of Handicrafts Good (Kanada)
SKA NON PREFERENSI

 ICO Certificate of Origin (Kopi)


 Export Certificate of origin (Maniok ke UE)
 Fisheries Certificate of origin (AS)
 Certificate of Authenticity Tobacco (UE)
 Certificate of Origin for Import of Agricultural Product into the
EC
 SKA Form B
 Certificate of Origin (Textile Products ke UE)
 Certificado de Pais Origin (Meksiko)
INSTANSI PENERBIT SKA

 Dinas Perindustrian dan Perdagangan di masing-masing Propinsi


(kota dan kabupaten) yang memenuhi persyaratan tertentu *
 KBN dan Kantor cabangnya
 SPODI (Satuan Pelaksana Otorita Pengembangan Daerah Industri)
Pulau Batam
 Kantor Cabang Lembaga Tembakau
YANG DIMAKSUD DENGAN PERSYARATAN TERTENTU
ADALAH :

 Terdapat kegiatan ekspor yang memadai


 Terdapat bank devisa
 Terdapat pelabuhan ekspor yang terbuka untuk
perdagangan luar negeri dan atau
 Terdapat kawasan industri yang berorientasi ekspor
KETENTUAN EKSPOR KOPI

 KOPI YG DIATUR EKSPORNYA : TERMASUK DLM


TARIF/HS 09.01 DAN 21.01
 HANYA DPT DIEKSPOR OLEH PERUSAHAAN YG
TLH MENDAAPAT PENGAKUAN SBG EKSPOTIR
KOPI SEMENTARA (EKS) ATAU EKSPORTIR
TERDAFTAR KOPI (ETK)
 PERSYARATAN PENGAJUAN EKS :
 SIUP/IJIN USAHA BIDANG INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN
 TDP
 NPWP
 REKOMENDASI DR DINAS YG DITUNJUK SBG PENERBIT SPEK
 EKS ATAU ETK SETIAP AKAN MELAKUKAN
EKSPOR KOPI WAJIB MENDAPATKAN SURAT
PERSETUJUAN EKSPOR KOPI (SPEK)
B
I. DASAR KEBIJAKAN IMPOR

 Undang-Undang No.7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Persetujuan


Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).

 Keppres No. 260 Tahun 1967 tentang Penegasan Tugas Dan


Tanggung Jawab Menteri Perdagangan Dalam Bidang Perdagangan
Luar Negeri

 Permendag No.54/M-DAG/PER/10/2009 tentang Ketentuan Umum di


Bidang Impor
II. TUJUAN KEBIJAKAN IMPOR

1. MEMAGARI KEPENTINGAN NASIONAL DARI ASPEK K3LM


(Kesehatan, Keselamatan, Keamanan, Lingkungan Hidup dan Moral
Bangsa).
2. MELINDUNGI DAN MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI.
3. MENDORONG PENGGUNAAN PRODUKSI DALAM NEGERI.
4. MENINGKATKAN EKSPOR NON MIGAS.
5. MENCIPTAKAN PERDAGANGAN DAN PASAR DALAM NEGERI
YANG SEHAT SERTA IKLIM USAHA YANG KONDUSIF.
III. KETENTUAN UMUM DI BIDANG IMPOR

1. Impor hanya dapat dilakukan oleh Perusahaan


yang telah memiliki Angka Pengenal Importir
(API).
2. Barang yang diimpor harus dalam keadaan baru.
3. Dalam hal tertentu, Menteri Perdagangan dapat
menetapkan barang yang diimpor dalam keadaan
bukan baru.
IV. KELOMPOK BARANG IMPOR

 BARANG BEBAS IMPOR


Pada Prinsipnya impor barang dilaksanakan secara bebas (sesuai dengan
keterikatan Indonesia di WTO)

 BARANG DILARANG IMPOR :


Barang impor tersebut sangat berbahaya terhadap K3LM (keamanan,
kesehatan, keselamatan, lingkungan hidup, moral bangsa), serta tidak ada
atau kurang bermanfaat bagi kepentingan nasional atau dilarang menurut
hukum nasional atau konvensi internasional.

 BARANG DIATUR IMPOR :


Barang impor tersebut membawa dampak negatif dari sisi K3LM, namun
diperlukan untuk kebutuhan industri sebagai barang modal dan bahan
baku/penolong atau untuk melindungi kepentingan ekonomi nasional,
misalnya perlindungan industri produk sejenis di dalam negeri,
peningkatan taraf hidup petani.
V. PENGELOLAAN IMPOR

BEBAS REGISTRASI DIATUR DILARANG


IMPORNYA IMPOR IMPORNYA IMPORNYA

Semua jenis barang 1. Nomor Pengenal 1. Gula, 20. Plastik, 1. Produk percetakan
yang tidak termasuk Importir Khusus 2. Beras, 21. Sakarin, bahasa Indonesia dan
pada kelompok (NPIK) 3. Garam, 22. Cengkeh, daerah
diatur dan dilarang 2. IT Produk Tertentu: 4. Etilena, 23. Intan Kasar, 2. Peptisida Etilin
• Elektronika 5. Prekusor, 24. Siklamat, Dibromida/EDB
• Pakaian Jadi 6. Pelumas, 25. PCMX, 3. Limbah B3
• Mainan Anak 7. Cakram Optik, 26. Kaca Lembaran, 4. Gombal baru dan
• Alas Kaki 8. NitroCellulose (NC), 27. Keramik. bekas
• Makanan & 9. Bahan Berbahaya, 5. BPO (Metilbromida
Minuman 10. Minuman Beralkohol untuk Fumigasi, CFC
3. IP/IT Besi atau Baja 11. Bahan Peledak, dan Halon)
12. Perkakas Tangan, 6. Mesin yang
13. Mesin Fotocopy berwarna, menggunakan BPO
14. Tabung Gas 3 Kg, 7. Alat Pemadam
15. Limbah Non B3, Kebakaran (isi)
16. Barang modal bukan baru, 8. Turunan Halogenisasi,
17. Minyak dan Gas Bumi. sulfonasi, Nitrasi yang
18. Tekstil dan Produk Tekstil, mengandung halogen
19. BPO (HCFC dan Metilbromida), dan garam
9. Udang (jenis Penaeus
Vanamae)
10. Psikotropika dan
Narkotika
VI. INSTRUMEN PENGELOLAAN IMPOR

1. Importir Produsen (IP)


• Adalah Importir Produsen yang telah mendapat pengakuan sebagai IP untuk mengimpor
barang yang hanya dibutuhan dalam proses produksinya dan dilarang diperdagangkan atau
dipindahtangankan.
2. Importir Terdaftar (IT)
• Adalah Importir Terdaftar yang telah mendapat penunjukan sebagai IT untuk mengimpor
barang tertentu guna didistribusikan langsung kepada pengguna akhir tanpa melalui
perantara.
3. Persetujuan Impor (PI)
• Adalah surat yang harus dimiliki oleh perseorangan / badan usaha / badan hukum yang
melakukan kegiatan impor memasukan barang ke dalam daerah pabean.
4. Verifikasi atau Penelusuran Teknis Impor
• Adalah kegiatan yang dilakukan surveyor untuk mengetahui identitas (nama dan alamat
importir, nilai, jumlah/volume atau berat, jenis, spesifikasi, postarif/HS dan uraiannya,
keterangan tempat atau negara/pelabuhan muat dan pelabuhan tujuan
Ketentuan Umum Di Bidang Impor
Permendag Nomor 54/M-DAG/PER/10/2009

IMPOR HANYA DAPAT DILAKUKAN BARANG IMPOR HARUS DALAM


OLEH IMPORTIR YG MEMILIKI API KEADAAN BARU

PERMENDAG NO. 45/M- PENGECUALIAN DITETAPKAN


DAG/PER/9/2009 JO. NO. 17/M- TANPA API OLEH MENDAG
DAG/PER/3/2010 TENTANG API
Barang pindahan
API --> Tanda Pengenal sebagai
Importir yg wajib dimiliki oleh setiap
perusahaan yang melakukan kegiatan Barang impor sementara
impor
Barang kiriman, hadiah
API-U dan API-P
Barang perwakilan
Setiap perusahaan hanya berhak satu negara asing PERATURAN MENTERI
API-U/API-P
PERDAGANGAN
Barang untuk badan
Diterbitkan oleh Kadis Perindag Pem internasional/pejabatnya
prov/Dirjen Daglu/Kep BKPM atas bertugas di Indonesia
nama Menteri

Barang contoh tidak


Masa laku selama menjalankan diperdagangkan
kegiatan usahanya

Setiap ada perubahan wajib melaporkan kpd Instansi penerbit API


Kewenangan penerbitan API

Penerbitan API kewenangannya berada pada menteri dan mendelegasikan kewenangan penerbitannya
kepada :
•API – Umum kepada Kepala Dinas Provinsi;

•API - Produsen bagi badan usaha atau kontraktor di bidang energi, minyak dan gas bumi, mineral
serta pengeloalaan sumber daya alam lainnya yang melakukan kegiatan usaha, berdasarkan
perjanjian kerja sama dengan pemerintah RI kepada Direktur Jenderal;

•API - Produsen bagi perusahaan penanaman modal asing dan perusahaan penanaman modal dalam
negeri kepada Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM);

•API – Produsen selain yang tersebut pada huruf b maupun huruf c diatas sebagai pemilik ijin usaha
dibidang industri atau ijin usaha lain yang sejenis yang diterbitkan oleh instansi/ dinas teknis
yang berwenang kepada Kepala Dinas Provinsi.
Persyaratan untuk mengajukan permohonan API – U atau API-P yang
diterbitkan dinas provinsi

a. mengisi formulir isian untuk memperoleh API ( diperoleh dari Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Prov. Jawa Tengah );
b. fotokopi Akta Notaris Pendirian Perusahaan dan perubahannya jika ada;
c. fotokopi surat keterangan domisili kantor pusat perusahaan yang masih berlaku dari kantor
kelurahan setempat atau fotokopi perjanjian sewa tempat berusaha dengan pengelola atau
pemilik bangunan;
d. oleh instansi/ dinas teknis yang berwenang dibidang perdagangan ( untuk API – U ); atau
fotokopi ijin usaha dibidang industri atau ijin usaha lain yang sejenis yang diterbitkan oleh
instansi/ dinas teknis yang berwenang ( untuk API – P );
e. fotokopi Tanda Daftar Perusahaan (TDP)
f. fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Perusahaan atau perseorangan dan Penanggung
Jawab Perusahaan;
g. pas foto terakhir dengan latar belakang warna merah masing-masing Pengurus atau Direksi
Perusahaan 3 (tiga) lembar ukuran 3x4; dan
h. fotokopi KTP atau paspor dari Pengurus atau Direksi Perusahaan.
i. Berita Acara Pemeriksaan dari Dinas Perindag Kab/ Kota atau Provinsi,
j. pendukung lain : rencana impor dan realisasi impor ( untuk API pembaharuan ).
Peraturan Menteri Perdagangan Nomor
39/M-DAG/PER/10/2010 tentang
Ketentuan Impor Barang Jadi Oleh Produsen
A. Latar Belakang :
1. Dalam rangka menciptakan iklim usaha yang
kondusif, mewujudkan kepastian berusaha, dan
mendorong percepatan investasi, dengan
memberikan kesempatan impor barang jadi untuk
kepentingan komplementer dan test market.
2. Membatasi impor barang jadi oleh produsen yang
selama ini tidak terkendali namun saat ini dibatasi
sesuai izin usahanya.
3. Kementerian Perdagangan mempunyai komitmen
untuk terus menerus menyederhanakan prosedur
impor tanpa melupakan tugasnya dalam pengelolaan
impor.

31
B. Pokok-Pokok Pengaturan :

1. Barang jadi yang dapat diimpor oleh produsen sesuai dengan :


a. Izin Usaha Industri atau izin usaha lain yang sejenis yang diterbitkan oleh
Kepala BKPM; atau
b. Izin Usaha Industri atau izin usaha lain yang sejenis yang diterbitkan oleh
instansi/dinas teknis yang berwenang.

2. Untuk dapat ditetapkan dalam daftar produsen yang dapat mengimpor


barang jadi, produsen harus mengajukan permohonan tertulis kepada
Menteri melalui Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri dengan
melampirkan :
a) fotokopi Izin Usaha Industri atau izin usaha lain yang sejenis yang
diterbitkan oleh Kepala BKPM atau instansi/dinas teknis yang
berwenang; dan
b) API-P.
32
3. Kewajiban :

a. Produsen yang ditetapkan dalam daftar produsen yang dapat


mengimpor barang jadi, wajib menyampaikan laporan realisasi
impor barang jadi secara tertulis kepada Direktur Impor setiap
triwulan.

b. Penyampaian laporan realisasi impor barang jadi dilakukan


dalam hal impor terealisasi atau tidak terealisasi.

c. Laporan realisasi impor barang jadi disampaikan paling lama


tanggal 15 (lima belas) pada bulan pertama triwulan berikutnya
kepada Direktur melalui http://inatrade.depdag.go.id

33
4. Penilaian Kepatuhan (Post Audit) :

Terhadap Produsen yang ditetapkan dalam daftar


produsen yang dapat mengimpor barang jadi, dilakukan
penilaian kepatuhan (post audit) oleh Direktur Impor,
Kementerian Perdagangan, berdasarkan :
1. Kebenaran laporan realisasi impor;
2. Kesesuaian jenis barang yang diimpor dengan izin
usaha; dan
3. Kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-
undangan yang terkait di bidang impor.

34
5. Sanksi :
Produsen yang telah ditetapkan dalam daftar produsen yang dapat mengimpor barang jadi dicabut, jika:
a. tidak menyampaikan laporan realisasi impor;
b. hasil atas penilaian kepatuhan (post audit) menyatakan bahwa laporan realisasi
impor tidak benar, jenis barang yang diimpor tidak sesuai dengan izin usaha,
dan/atau tidak mematuhi ketentuan peraturan perundang–undangan yang terkait di
bidang impor;
c. terdapat permintaan tertulis pencabutan penetapan dari daftar produsen yang
dapat mengimpor barang jadi dari instansi teknis terkait dengan pertimbangan
produsen tidak melaksanakan kegiatan produksi sebagaimana mestinya;
d. terdapat permintaan tertulis pencabutan penetapan dari daftar produsen yang
dapat mengimpor barang jadi dari Direktorat Jenderal Bea dan Cukai,
Kementerian Keuangan dengan pertimbangan produsen telah melakukan
pelanggaran di bidang kepabeanan; dan/atau
e. dikenakan sanksi pencabutan API-P.

35
6. Penetapan Kembali :

Terhadap produsen yang dikenakan sanksi pencabutan penetapan


dari daftar produsen yang dapat mengimpor barang jadi dapat
ditetapkan kembali, jika:

a. produsen yang dikenakan sanksi pencabutan telah menyampaikan


laporan realisasi impor barang jadi;
b. produsen yang dikenakan sanksi pencabutan telah dinyatakan
memenuhi ketentuan oleh instansi teknis yang bersangkutan; atau
c. produsen yang dikenakan sanksi pencabutan telah memiliki API-P
yang baru.
d. Terhadap produsen yang dikenakan sanksi pencabutan penetapan
dari daftar produsen yang dapat mengimpor barang jadi akibat hasil
penilaian kepatuhan (post audit) dapat ditetapkan kembali dalam
daftar produsen yang dapat mengimpor barang jadi setelah 1 (satu)
tahun sejak tanggal pencabutan penetapan dari daftar produsen
yang dapat mengimpor barang.

36
Permendag No. 57/M-DAG/PER/12/2010 tentang
Ketentuan Impor Produk Tertentu

 Dasar Pertimbangan :
Untuk mendukung upaya mempertahankan pertumbuhan ekonomi
Indonesia perlu didorong terciptanya perdagangan yang sehat dan
iklim usaha yang kondusif, maka perlu diambilnya langkah-langkah
kebijakan di bidang impor terhadap beberapa produk tertentu.

 Tujuan :
1. Untuk penyusunan database produk tertentu.
2. Untuk tujuan “Tracking”/penelusuran terhadap produk – produk
yang mempunyai potensi penyimpangan terhadap standar
keamanan dan kesehatan produk.
Lanjutan :

a. Perusahaan yang melakukan impor produk tertentu (elektronika, mainan anak-


anak, pakaian jadi, alas kaki, makanan dan minuman, produk herbal dan obat
tradisional, serta kosmetika) hanya dapat dilakukan oleh Importir Terdaftar
(IT) Produk Tertentu

b. Persyaratan Permohonan IT Produk Tertentu:


1. Foto Copy Angka Pengenal Importir (API)
2. Foto Copy Tanda Daftar Perushaan (TDP)
3. Foto Copy Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
4. Foto Copy NPIK, kecuali Produk Makanan dan Minuman.
5. Nomor Identitas Kepabeanan (NIK)
6. Rencana Impor dalam 1 tahun yang mencakup jumlah, jenis barang
pos tarif/HS 10 digit dan pelabuhan tujuan
Penetapan Pelabuhan Tujuan IT-Produk Tertentu

1. Setiap impor Produk Tertentu oleh IT-Produk Tertentu hanya dapat


dilakukan melalui pelabuhan tujuan:
a. Pelabuhan laut: Belawan di Medan, Tanjung Priok di Jakarta,
Tanjung
Emas di Semarang, Tanjung Perak di Surabaya, Soekarno Hatta di
Makassar, Dumai di Dumai, dan Jayapura di Jayapura; dan/atau
b. seluruh pelabuhan udara internasional.

2. Impor Produk Tertentu oleh IT-Produk Tertentu yang dilakukan


melalui
pelabuhan laut Dumai di Dumai dan pelabuhan laut Jayapura di
Jayapura
hanya untuk produk makanan dan minuman.

3. Khusus untuk impor produk oleh IT Produk Tertentu kebutuhan


kawasan
perdagangan bebas dan pelabuhan bebas diatur sesuai ketentuan
Kewajiban dan Sanksi IT-Produk Tertentu

1. Kewajiban :
a. Setiap impor produk tertentu harus dilakukan verifikasi atau penelusuran
teknis impor terlebih dahulu oleh surveyor di pelabuhan muat sebelum
dikapalkan, yang dituangkan ke dalam bentuk laporan surveyor
terkecuali impor kosmetik
b. Perusahaan pemegang IT wajib menyampaikan laporan secara tertulis
tentang dilaksanakan atau tidak dilaksanakan impor Produk Tertentu.

2. Sanksi :
Sanksi pencabutan apabila tidak menyampaikan laporan secara tertulis
tentang dilaksanakan atau tidak dilaksanakan impor Produk Tertentu kepada
Direktur Impor dengan tembusan kepada Direktur Jenderal Perdagangan
Luar Negeri setiap 3 (tiga) bulan sekali, paling lambat pada tanggal 15 bulan
berikutnya.
Pengecualian Dari IT-Produk Tertentu

1. Produk Tertentu yang tercakup dalam ps 25 (1) dan ps 26 (1) UU


No. 10/1995 tentang Kepabeanan jo UU No. 17/2006;
2. Produk Tertentu berupa barang kiriman dan/atau barang yang
bernilai paling tinggi sebesar FOB US$ 1.500 perorang dengan
menggunakan pesawat udara;
3. Produk Tertentu untuk kegiatan hulu migas, panas bumi dan
mineral serta sektor energi lainnya;
4. Produk Tertentu yang diimpor oleh Importir Produsen (IP) sebagai
barang modal dan atau bahan baku yang terkait dengan
industrinya;
5. Produk Tertentu yang bersifat impor sementara;
6. Produk Tertentu yang diproses di kawasan berikat dan dikeluarkan
dari KB ke DPIL.
Permendag Nomor 58/M-DAG/PER/2/2010 Tentang Ketentuan Impor
Barang Modal Buka Baru

Maksud dan Tujuan :

 Keadaan ekonomi Indonesia secara keseluruhan belum kondusif yang


menyebabkan daya beli industri pengguna barang modal maupun jasa
perdagangan masih lemah dalam melaksanakan kegiatannya
usahanya.
 Dalam rangka menggerakkan sektor riil guna mempercepat pemulihan
ekonomi diperlukan barang modal bukan baru dengan harga yang
terjangkau, melalui importasi barang modal bukan baru.
 Membantu sektor riil untuk dapat membeli barang modal bukan baru
dalam rangka menjalankan roda perekonomian Indonesia
Barang Modal Bukan Baru Hanya Dapat Diimpor Oleh :

a. Perusahaan Pemakai Langsung adalah perusahaan yang telah memiliki izin


usaha yang mengimpor Barang Modal Bukan Baru untuk keperluan proses
produksinya atau digunakan sendiri oleh perusahaan untuk keperluan lainnya
tidak dalam proses produksi.

b. Perusahaan Rekondisi adalah perusahaan yang telah memiliki izin usaha


industri rekondisi untuk memproses Barang Modal Bukan Baru menjadi produk
akhir untuk tujuan ekspor atau memenuhi pesanan Perusahaan Pemakai
Langsung dalam negeri.

c. Perusahaan Remanufakturing adalah perusahaan yang telah memiliki izin


usaha industri remanufakturing untuk memproses Barang Modal Bukan Baru
menjadi produk akhir untuk tujuan ekspor atau memenuhi pesanan Perusahaan
Pemakai Langsung dalam negeri.

d. Perusahaan Penyedia Peralatan Rumah Sakit adalah perusahaan yang telah


memiliki izin usaha untuk dapat mengimpor Barang Modal Bukan Baru yang
mengandung sumber radiasi pengion untuk keperluan pelayanan medis.
Persyaratan Pengajuan Ijin Impor Barang Barang Modal Bukan Baru

1. Pemakai Langsung :
• fotokopi Izin Usaha yang diberikan kepada perusahaan untuk
melakukan kegiatan usaha selain perdagangan yang dikeluarkan
oleh instansi berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
• fotokopi Angka Pengenal Importir Produsen (API-P); dan
• Fotocopy Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

2. Perusahaan Penyedia Peralatan Rumah Sakit :


a. fotokopi Izin Usaha yang dikeluarkan oleh instansi berwenang
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. fotokopi Angka Pengenal Importir Umum (API-U);
c. fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); dan
d. rekomendasi dari Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN).
3. Perusahaan Rekondisi dan Perusahaan
Remanufacturing
a. fotokopi Izin Usaha Industri rekondisi atau remanufakturing yang dikeluarkan
oleh instansi berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
b. fotokopi Angka Pengenal Importir Produsen (API-P); dan
c. fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
d. fotokopi Laporan Surveyor mengenai kelayakan teknis usaha jasa pemulihan
dan perbaikan termasuk fasilitas mesin, peralatan serta kemampuan
pelayanan purna jual;
e. rekomendasi dari Kementerian Perindustrian; dan
f. surat permintaan dan surat pernyataan bermaterai cukup dari Perusahaan
Pemakai Langsung untuk kebutuhan di dalam negeri.
Kewajiban Perusahaan :

1. Wajib melaporkan realisasi pemasukan barang kepada Dirjen


Perdagangan Luar Negeri cq. Direktur Impor Kemendag dengan
tembusan Kepala Dinas Perindag Propinsi paling lambat 3 (tiga)
bulan terhitung sejak tanggal Surat Persetujuan Impor.

2. Wajib melaporkan realisasi pemasukan barang kepada Dirjen


Perdagangan Luar Negeri cp. Direktur Impor Kemendag dengan
tembusan Kepala Dinas Perindag Propinsi paling lambat 3 (tiga)
bulan terhitung sejak barang di re-ekspor
Sanksi :

1. Perusahaan yang melanggar ketentuan Peraturan Menteri ini


dikenakan sanksi:
 pencabutan Angka Pengenal Importir (API) sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan tentang Angka Pengenal
Importir (API); dan/atau
 pidana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

2. Surveyor yang tidak melaksanakan kewajiban, dikenakan


sanksi pencabutan penetapan sebagai pelaksana
pemeriksaan teknis impor Barang Modal Bukan Baru.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai