PERSYARATAN EKSPOR
Ekspor dapat dilakukan oleh setiap Perusahaan atau Perorangan yang telah
memiliki:
* Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP)
* Izin Usaha dari Departemen Teknis/Lembaga Pemerintah Non
Departemen Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
* Tanda Daftar Perusahaan (TDP).
* Nomor Pokok Wajib Pajak ( NPWP)
KLASIFIKASI BARANG EKSPOR
.
1. BARANG YANG DIATUR EKSPORNYA :
- Mengikuti ketentuan internasional.
- Menyangkut kesehatan, keselamatan, keamanan,
lingkungan hidup dan moral bangsa (K3LM).
- Menjaga kelestarian alam. (spt cengkeh, kayu,
mebel)
- Meningkatkan nilai tambah.
SALES CONTRACT
LETTER OF CREDIT ( L/C )
COMMERCIAL INVOICE
PACKING LIST
PE/PEB
BILL OF LADING (B/L)/AWB
POLIS ASURANSI
CERTIFICATE OF ORIGIN (CoO) *
SURAT PERNYATAAN MUTU
WESEL EKSPOR
HARYANTA 12
PENGERTIAN SURAT KETERANGAN ASAL (SKA)
1. SKA PREFERENSI
2. SKA NON PREFERENSI
SKA PREFERENSI
Semua jenis barang 1. Nomor Pengenal 1. Gula, 20. Plastik, 1. Produk percetakan
yang tidak termasuk Importir Khusus 2. Beras, 21. Sakarin, bahasa Indonesia dan
pada kelompok (NPIK) 3. Garam, 22. Cengkeh, daerah
diatur dan dilarang 2. IT Produk Tertentu: 4. Etilena, 23. Intan Kasar, 2. Peptisida Etilin
• Elektronika 5. Prekusor, 24. Siklamat, Dibromida/EDB
• Pakaian Jadi 6. Pelumas, 25. PCMX, 3. Limbah B3
• Mainan Anak 7. Cakram Optik, 26. Kaca Lembaran, 4. Gombal baru dan
• Alas Kaki 8. NitroCellulose (NC), 27. Keramik. bekas
• Makanan & 9. Bahan Berbahaya, 5. BPO (Metilbromida
Minuman 10. Minuman Beralkohol untuk Fumigasi, CFC
3. IP/IT Besi atau Baja 11. Bahan Peledak, dan Halon)
12. Perkakas Tangan, 6. Mesin yang
13. Mesin Fotocopy berwarna, menggunakan BPO
14. Tabung Gas 3 Kg, 7. Alat Pemadam
15. Limbah Non B3, Kebakaran (isi)
16. Barang modal bukan baru, 8. Turunan Halogenisasi,
17. Minyak dan Gas Bumi. sulfonasi, Nitrasi yang
18. Tekstil dan Produk Tekstil, mengandung halogen
19. BPO (HCFC dan Metilbromida), dan garam
9. Udang (jenis Penaeus
Vanamae)
10. Psikotropika dan
Narkotika
VI. INSTRUMEN PENGELOLAAN IMPOR
Penerbitan API kewenangannya berada pada menteri dan mendelegasikan kewenangan penerbitannya
kepada :
•API – Umum kepada Kepala Dinas Provinsi;
•API - Produsen bagi badan usaha atau kontraktor di bidang energi, minyak dan gas bumi, mineral
serta pengeloalaan sumber daya alam lainnya yang melakukan kegiatan usaha, berdasarkan
perjanjian kerja sama dengan pemerintah RI kepada Direktur Jenderal;
•API - Produsen bagi perusahaan penanaman modal asing dan perusahaan penanaman modal dalam
negeri kepada Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM);
•API – Produsen selain yang tersebut pada huruf b maupun huruf c diatas sebagai pemilik ijin usaha
dibidang industri atau ijin usaha lain yang sejenis yang diterbitkan oleh instansi/ dinas teknis
yang berwenang kepada Kepala Dinas Provinsi.
Persyaratan untuk mengajukan permohonan API – U atau API-P yang
diterbitkan dinas provinsi
a. mengisi formulir isian untuk memperoleh API ( diperoleh dari Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Prov. Jawa Tengah );
b. fotokopi Akta Notaris Pendirian Perusahaan dan perubahannya jika ada;
c. fotokopi surat keterangan domisili kantor pusat perusahaan yang masih berlaku dari kantor
kelurahan setempat atau fotokopi perjanjian sewa tempat berusaha dengan pengelola atau
pemilik bangunan;
d. oleh instansi/ dinas teknis yang berwenang dibidang perdagangan ( untuk API – U ); atau
fotokopi ijin usaha dibidang industri atau ijin usaha lain yang sejenis yang diterbitkan oleh
instansi/ dinas teknis yang berwenang ( untuk API – P );
e. fotokopi Tanda Daftar Perusahaan (TDP)
f. fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Perusahaan atau perseorangan dan Penanggung
Jawab Perusahaan;
g. pas foto terakhir dengan latar belakang warna merah masing-masing Pengurus atau Direksi
Perusahaan 3 (tiga) lembar ukuran 3x4; dan
h. fotokopi KTP atau paspor dari Pengurus atau Direksi Perusahaan.
i. Berita Acara Pemeriksaan dari Dinas Perindag Kab/ Kota atau Provinsi,
j. pendukung lain : rencana impor dan realisasi impor ( untuk API pembaharuan ).
Peraturan Menteri Perdagangan Nomor
39/M-DAG/PER/10/2010 tentang
Ketentuan Impor Barang Jadi Oleh Produsen
A. Latar Belakang :
1. Dalam rangka menciptakan iklim usaha yang
kondusif, mewujudkan kepastian berusaha, dan
mendorong percepatan investasi, dengan
memberikan kesempatan impor barang jadi untuk
kepentingan komplementer dan test market.
2. Membatasi impor barang jadi oleh produsen yang
selama ini tidak terkendali namun saat ini dibatasi
sesuai izin usahanya.
3. Kementerian Perdagangan mempunyai komitmen
untuk terus menerus menyederhanakan prosedur
impor tanpa melupakan tugasnya dalam pengelolaan
impor.
31
B. Pokok-Pokok Pengaturan :
33
4. Penilaian Kepatuhan (Post Audit) :
34
5. Sanksi :
Produsen yang telah ditetapkan dalam daftar produsen yang dapat mengimpor barang jadi dicabut, jika:
a. tidak menyampaikan laporan realisasi impor;
b. hasil atas penilaian kepatuhan (post audit) menyatakan bahwa laporan realisasi
impor tidak benar, jenis barang yang diimpor tidak sesuai dengan izin usaha,
dan/atau tidak mematuhi ketentuan peraturan perundang–undangan yang terkait di
bidang impor;
c. terdapat permintaan tertulis pencabutan penetapan dari daftar produsen yang
dapat mengimpor barang jadi dari instansi teknis terkait dengan pertimbangan
produsen tidak melaksanakan kegiatan produksi sebagaimana mestinya;
d. terdapat permintaan tertulis pencabutan penetapan dari daftar produsen yang
dapat mengimpor barang jadi dari Direktorat Jenderal Bea dan Cukai,
Kementerian Keuangan dengan pertimbangan produsen telah melakukan
pelanggaran di bidang kepabeanan; dan/atau
e. dikenakan sanksi pencabutan API-P.
35
6. Penetapan Kembali :
36
Permendag No. 57/M-DAG/PER/12/2010 tentang
Ketentuan Impor Produk Tertentu
Dasar Pertimbangan :
Untuk mendukung upaya mempertahankan pertumbuhan ekonomi
Indonesia perlu didorong terciptanya perdagangan yang sehat dan
iklim usaha yang kondusif, maka perlu diambilnya langkah-langkah
kebijakan di bidang impor terhadap beberapa produk tertentu.
Tujuan :
1. Untuk penyusunan database produk tertentu.
2. Untuk tujuan “Tracking”/penelusuran terhadap produk – produk
yang mempunyai potensi penyimpangan terhadap standar
keamanan dan kesehatan produk.
Lanjutan :
1. Kewajiban :
a. Setiap impor produk tertentu harus dilakukan verifikasi atau penelusuran
teknis impor terlebih dahulu oleh surveyor di pelabuhan muat sebelum
dikapalkan, yang dituangkan ke dalam bentuk laporan surveyor
terkecuali impor kosmetik
b. Perusahaan pemegang IT wajib menyampaikan laporan secara tertulis
tentang dilaksanakan atau tidak dilaksanakan impor Produk Tertentu.
2. Sanksi :
Sanksi pencabutan apabila tidak menyampaikan laporan secara tertulis
tentang dilaksanakan atau tidak dilaksanakan impor Produk Tertentu kepada
Direktur Impor dengan tembusan kepada Direktur Jenderal Perdagangan
Luar Negeri setiap 3 (tiga) bulan sekali, paling lambat pada tanggal 15 bulan
berikutnya.
Pengecualian Dari IT-Produk Tertentu
1. Pemakai Langsung :
• fotokopi Izin Usaha yang diberikan kepada perusahaan untuk
melakukan kegiatan usaha selain perdagangan yang dikeluarkan
oleh instansi berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
• fotokopi Angka Pengenal Importir Produsen (API-P); dan
• Fotocopy Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).