Anda di halaman 1dari 21

CODE OF CONDUCT

PRINSIP DASAR PEDOMAN ETIKA BISNIS DAN ETIKA KERJA

1. Dasar Pemikiran
Code Of Conduct Perusahaan merupakan pernyataan tertulis tentang GCG yang
dikehendaki Perusahaan, baik terhadap Dewan Komisaris, Direksi, Pejabat, Staf dan
Karyawan serta Pemangku Kepentingan lainnya yang menjelaskan tentang filsafat bisnis dan
nilai-nilai yang ada dalam mengatur dan mengelola Perusahaan secara menyeluruh untuk
mencapai tujuan bisnis sebagaimana tercantum dalam Visi dan Misi Perusahaan.
2. Tujuan
Tujuan Code Of Conduct Perusahaan adalah untuk:
a. Mengembangkan standar etika bisnis terbaik yang sejalan dengan prinsip GCG
sehingga terciptanya budaya Perusahaan yang diharapkan, baik yang secara langsung
maupun tidak langsung akan meningkatkan nilai Perusahaan.
b. Mengembangkan hubungan yang harmonis, sinergi dan saling menguntungkan
Pemangku kepentingan dengan Perusahaan yang berlandaskan prinsip-prinsip
korporasi yang sehat dan etika berusaha yang menjadi nilai-nilai serta filsafat bisnis
perusahaan.
3. Manfaat
Perusahaan berusaha untuk melaksanakan Code Of Conduct ini secara konsisten
sehingga dapat memberikan manfaat jangka panjang bagi:
a. lnsan Perusahaan, yaitu:
Memberikan pedoman kepada insan Perusahaan tentang tingkah laku yang
diinginkan dan yang tidak diinginkan oleh Perusahaan.
Menciptakan lingkungan kerja yang menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran, etika
dan keterbukaan.
b. Perusahaan, yaitu:
Mendorong kegiatan operasional Perusahaan agar lebih efisien dan efektif serta
Meningkatkan nilai Perusahaan.
c. Pemegang Saham, yaitu:
Menambah keyakinan bahwa Perusahaan dikelola secara hati-hati (Prudent), efisien,
transparan, dapat dibandingkan dan fair.
d. Masyarakat dan pihak lain yang terkait, yaitu:
Menciptakan hubungan yang harmonis dan saling menguntungkan dengan
Perusahaan.
4. Pengertian
Code Of Conduct Perusahaan adalah sekumpulan komitmen yang terdiri dari etika
bisnis Perusahaan dan etika kerja segenap Insan Perusahaan yang bersifat sukarela yang
disusun untuk mempengaruhi, membentuk, mengatur dan melakukan kesesuaian tingkah
laku sehingga tercapai hasil yang konsisten yang sesuai dengan budaya Perusahaan
dalam mencapai Visi dan Misi Perusahan.
5. Prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG)
a. Transparansi (Transparency)
Perusahaan menjamin pengungkapan informasi materiil dan relevan mengenai
kinerja, kondisi keuangan dan informasi lainnya secara jelas, memadai dan tepat waktu
serta mudah diakses oleh Pemangku kepentingan sesuai dengan haknya.
b. Akuntabilitas (Accountability)
Perusahaan menjamin kejelasan fungsi, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban masing-
masing Organ Perusahaanyang memungkinkan pengelolaan Perusahaan terlaksana
secara efektif.
c. Bertanggung-jawab (Responsibility)
Perusahaan menjamin kesesuaian dalam melaksanakan aktivitas bisnisnya berdasarkan
prinsip korporasi yang sehat, pemenuhan kewajiban terhadap pemerintah sesuai
peraturan yang berlaku, bekerjasama secara aktif untuk manfaat bersama dan
berusaha untuk dapat memberikan kontribusi yang nyata kepada masyarakat.
d. Kemandirian (Independency)
Perusahaan menjamin pengelolaan Perusahaan secara professional tanpa benturan
kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan
peraturan Perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang
sehat.
e. Keadilan (Fairness)
Perusahaan menjamin perlakuan yang adil dan setara dalam memenuhi hak-hak
Pemangku kepentingan berdasarkan ketentuan dan peraturan Perundang-undangan
yang berlaku.
ETIKA BISNIS PERUSAHAAN

Etika Bisnis Perusahaan merupakan penjelasan tentang bagaimana Perusahaan


sebagai suatu entitas bisnis bersikap, beretika dan bertindak dalam upaya menyeimbangkan
kepentingan Perusahaan dengan kepentingan segenap Pemangku kepentingan-nya sesuai
dengan prinsip-prinsip GCG dan nilai-nilai korporasi yang sehat dengan tetap menjaga profi
tabilitas Perusahaan. Landasan Perusahaan dalam membina hubungan dengan
Pemangku kepentingan dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:

A. Hubungan dengan Pemangku Kepentingan


1. Hubungan dengan Pemegang Saham
Pemegang Saham dalam Code Of Conduct ini adalah pihak yang tercatat dalam
akta perusahaan yaitu Pemerintah Republik Indonesia yang diwakili oleh Menteri Badan
Usaha Milik Negara selaku Kuasa Pemegang Saham Perusahaan. Perusahaan berkomitmen
untuk:
a. Menghormati dan menjamin hak-hak Pemegang Saham sesuai dengan peraturan dan
perundang-undangan yang berlaku.
b. Menerapkan Tata Kelola Perusahaan yang baik.
c. Memberikan informasi dan laporan yang lengkap.
d. Mendayagunakan, mengamankan, melindungi, dan meningkatkan asset Perusahaan.
e. Meningkatkan kinerja dan memelihara citra positif dalam rangka untuk meningkatkan
nilai asset Perusahaan.
f. Tidak melakukan perbuatan yang bertujuan untuk mencari keuntungan.
g. Bekerja sesuai pedoman operasional Perusahaan yang berlaku.
h. Menghormati dan memperhatikan arahan dan keputusan Pemegang Saham.
2. Hubungan dengan Karyawan
Karyawan dalam Code of Conduct ini adalah semua orang yang terikat secara
formal dalam suatu hubungan kerja dengan Perusahaan. Perusahaan memberi kesempatan
yang sama kepada setiap karyawan dengan memberikan fasilitas pengembangan
kompetensi dan karir. Perusahaan juga memberikan kesempatan yang sama kepada setiap
Karyawan untuk mengikuti program pendidikan dan pelatihan.
Dalam hal pemberhentian kerja, Perusahaan melakukan ketentuan yang sama
kepada segenap Karyawan yaitu sesuai dengan Perjanjian Kerja Bersama (PKB)
yang telah disepakati antara Manajemen dengan Serikat Karyawan (SEKAR) Perusahaan.
Hak Atas Kekayaan lntelektual (Intelectual Property Right) Perusahaan menghargai
segala bentuk inovasi dari segenap lnsan Perusahaan dalam rangka meningkatkan
pelayanan bisnis dan citra Perusahaan.
3. Hubungan dengan Tertanggung
Tertanggung dalam Code Of Conduct ini adalah pemegang polis Perusahaan. Seluruh
Insan Perusahaan wajib melindungi kepentingan tertanggung dan/atau pihak yang berhak
memperoleh manfaat agar dapat menerima haknya sesuai polis.
4. Hubungan dengan Pesaing
Pesaing dalam Code Of Conduct ini adalah Perusahaan lain yang memasarkan
jasa/produk yang sama atau mirip dengan jasa/produk yang ditawarkan oleh Perusahaan.
Insan Perusahaan senantiasa menjunjung tinggi kode etik dan berkompetisi secara
sehat dan fair dengan para pesaing.
5. Hubungan dengan Pemasok
Pemasok dalam Code Of Conduct ini adalah orang atau individu atau badan
hukum Perusahaan (baik dalam skala besar maupun skala kecil) yang memiliki
kemampuan untuk menyediakan kebutuhan Perusahaan. Perusahaan memperlakukan
Pemasok dengan membangun iklim saling percaya dan saling menghargai sesuai dengan
kaidah bisnis yang berlaku.
6. Hubungan dengan Mitra Bisnis
Mitra Bisnis dalam Code of Conduct adalah orang atau individu atau badan hukum
yang menjadi partner Perusahaan dalam berbisnis. Perusahaan memperlakukan Mitra
Bisnis dengan mengedepankan prinsip kesetaraan dan dalam berhubungan dengan Mitra
Bisnis dilakukan secara profesional, proporsional dan saling menguntungkan dengan
memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Perusahaan maupun Mitra Bisnis harus memenuhi hak dan kewajibannya masing-
masing.
b. hubungan kerja sesuai dengan nilai-nilai etika dan dalam batas-batas toleransi yang
diperbolehkan oleh hukum.
c. mengungkapkan informasi yang bersifat materiil dan relevan.
d. mendukung fungsi yang dilaksanakan oleh Mitra Bisnis dalam kaitannya dengan
proses bisnis Perusahaan.
e. Perusahaan membuat perjanjian kerja yang berimbang dan saling menguntungkan
bagi kedua belah pihak.
f. Perusahaan melarang bagi setiap insan Perusahaan untuk menerima, atau
mengambil manfaat dari komisi.
7. Hubungan dengan Kreditur
Kreditur dalam Code Of Conduct ini adalah orang atau individu atau badan hukum
yang memberikan kredit atau pinjaman kepada Perusahaan. Perusahaan berkomitmen
untuk:
a. Menyediakan informasi yang aktual, akurat dan dapat dipercaya. b. Memenuhi hak dan
kewajiban sesuai dengan perjanjian.
b. Memilih Kreditur berdasarkan kredibilitas dan bonafiditas yang dapat
dipertanggungjawabkan.
c. Melakukan proses pemilihan kreditur di Perusahaan yang bebas dari Korupsi, Kolusi
dan Nepotisme (KKN).
d. Melakukan analisa resiko dan manfaat sebelum melakukan ikatan perjanjian
kejasama.
e. Menerima pinjaman melalui perjanjian yang sah dan mengedepankan prinsip
kewajaran (fairness).
8. Hubungan dengan Investor
Investor dalam Code Of Conduct ini adalah orang atau individu atau badan hukum
yang melakukan suatu investasi baik dalam jangka pendek atau jangka panjang
kepada Perusahaan. Perusahaan berkomitmen untuk:
a. Memberikan pengembalian modal yang maksimal/mengusahakan pemenuhan tingkat
pengembalian investasi secara optimal
b. Menyediakan informasi yang aktual dan prospektif
c. Memilih investor berdasarkan kredibilitas dan bonafiditas yang dapat
dipertanggungjawabkan.
d. Melindungi nilai investasi yang ditanamkan melalui pengelolaan sumber daya
Perusahaan secara bijaksana dan sesuai standar perilaku hukum dan etika.
e. Menerima penanaman modal melalui perjanjian yang sah dan mengedepankan
prinsip kewajaran (fairness).
9. Hubungan dengan Pemerintah
Pemerintah dalam Code Of Conduct ini adalah organisasi yang memiliki kekuasaan
dan kewenangan untuk membuat dan menerapkan hukum serta undang-undang bagi
Perusahaan. Perusahaan senantiasa berkomitmen untuk:
a. Membina kepercayaan, hubungan, dan komunikasi yang baik dengan Pemerintah.
b. Mematuhi hukum, peraturan, dan perundang-undangan yang berlaku.
c. Tidak memanfaatkan hubungan yang baik dengan Pemerintah untuk memperoleh
bisnis yang tidak sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.
d. Menghindari praktek Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) dalam berhubungan
dengan Pemerintah.
e. Menerapkan standar terbaik (best practices) dengan memperhatikan peraturan dan
perundang-undangan yang berlaku.
10. Hubungan dengan Masyarakat sekitar
Masyarakat dalam Code Of Conduct ini adalah sekelompok orang yang membentuk
sebuah sistem dan tunduk kepada hukum dan peraturan yang berlaku di wilayah
Perusahaan berada. Insan Perusahaan diharapkan dapat menjaga hubungan baik dengan
masyarakat sekitar.
11. Hubungan dengan Media Massa
Media Massa dalam Code Of Conduct ini adalah media/sarana, atau alat yang
digunakan Perusahaan dalam menyampaikan informasi dan promosi untuk kepentingan
Perusahaan. Perusahaan menjadikan media massa sebagai mitra dan sarana penyampaian
informasi dan promosi dalam upaya membangun citra positif bagi Perusahaan.
Insan Perusahaan yang dapat menyampaikan informasi dan berhubungan dengan media
massa adalah Insan Perusahaan yang memiliki kewenangan, baik berdasarkan sifat
pekerjaan maupun penugasan dari Direksi.
12. Hubungan dengan Anak Perusahaan
Anak Perusahaan dalam Code Of Conduct ini adalah badan usaha berbentuk
perseroan terbaas atau bentuk lain yang sejenis dengan perseroan terbatas dimana
seluruhnya atau lebih besar dari 50% (lima puluh persen) sahamnya dimiliki oleh
perusahaan dan atau dikendalikan oleh perusahaan. Perusahaan dan Anak Perusahaan juga
berkomitmen untuk saling menghormati dan menghargai kepentingan masing-masing
pihak dalam rangka membangun sinergi dan meningkatkan citra Perusahaan.
13. Hubungan dengan Organisasi Profesi
Organisasi Profesi dalam Code Of Conduct ini adalah suatu organisi yang ditujukan
untuk suatu profesi yang bertujuan melindungi kepentingan publik maupun profesional
pada bidangnya yang terkait dengan Perusahaan. Perusahaan berkomitmen untuk:
a. Menjalin kerjasama yang berkelanjutan dengan organisasi profesi.
b. Menerapkan standar yang ditetapkan organisasi profesi.
c. Memberikan kesempatan kepada karyawan untuk turut aktif dalam organisasi profesi
guna meningkatkan kompetensinya, namun dengan tetap mengedepankan
kepentingan Perusahaan.

B. Pemberian Donasi
Perusahaan memberikan donasi terkait dengan tanggung-jawab Perusahaan terhadap
lingkungan sekitarnya dan donasi tersebut tidak terkait dengan politik atau untuk
mempengaruhi Perusahaan.

C. Pencegahan praktek nepotisme di Perusahaan


Dalam rangka pencegahan terhadap praktek nepotisme dalam pengelolaan sumber daya
manusia. Perusahaan melarang untuk mengangkat karyawan yang memiliki hubungan
suami/istri, anak, kakak, dan/atau adik dengan Anggota Direksi dan/atau Anggota Dewan
Komisaris dalam satu unit kerja yang sama dan di bawah perintah langsung Anggota
Direksi/Anggota Dewan Komisaris yang terkait.

D. Gratifikasi
Seluruh Insan Perusahaan dilarang memberi dan/atau menerima gratifikasi sebagaimana
definisi gratifikasi dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi,
beserta perubahannya. Tata cara tentang pemberian dan penerimaan Hadiah diatur lebih
lanjut dalam kebijakan tersendiri.

E. Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-Undangan


Perusahaan dalam menjalankan aktivitas bisnisnya senantiasa patuh pada Perundang-
undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat dalam rangka menjadi
warga korporasi yang bertanggung-jawab (Good Corporate Citizen).
F. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
a. Perusahaan memberikan perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja.
b. Perusahaan menyediakan lingkungan kerja yang aman dan sehat.
c. Perusahaan memberikan sarana dan prasarana yang memadai, jaminan perlindungan
hukum, jaminan kesehatan, lingkungan kerja yang nyaman, dan imbal jasa yang
layak kepada Insan Perusahaan sesuai ketentuan Perusahaan.
Setiap Insan Perusahaan wajib memelihara perilaku yang dapat mewujudkan
keselamatan dan kesehatan kerja sebagai berikut :
a. mematuhi ketentuan tentang keselamatan dan kesehatan kerja.
b. mengutamakan tindakan pencegahan yaitu yang bersifat menghindari terjadinya
kecelakaan.
c. melakukan penanggulangan atas kejadian kecelakaan yang terjadi sesuai standar dan
prosedur yang berlaku.
d. melaporkan setiap insiden dan kecelakaan yang terjadi kepada pimpinan unit kerja
e. yang terkait untuk ditindaklanjuti sesuai ketentuan yang berlaku.
ETIKA PERILAKU

Dalam pelaksanaan tugasnya setiap lnsan Perusahaan berpedoman pada Etika Perilaku
sebagai berikut:
1. Integritas
Dalam rangka menjaga integritas, segenap Insan Perusahaan baik secara individu maupun
kelompok berkomitmen untuk:
a. Memegang teguh kejujuran, amanah, dan tanggung-jawab dalam pekerjaannya.
b. Menjaga tata krama, etika pergaulan dan etika bisnis dalam melakukan aktivitas
bisnis sehari-hari kepada pihak internal maupun ekstemal Perusahaan.
c. Menyampaikan informasi/data sesuai dengan limit wewenang yang dimiliki.
d. Memberikan pelayanan pada para Pemangku kepentingan Perusahaan yang
berorientasi pada strategi layanan CARE.
2. Hubungan Kerja antar Insan Perusahaan
Karyawan memegang teguh prinsip kejujuran, toleransi dan saling menghormati hak dan
kewajiban Karyawan sesuai dengan peraturan Perundang-undangan, Perjanjian Kerja
Bersama (PKB) dan Pedoman Layanan CARE yang berlaku.
3. Lingkungan kerja yang bebas dari diskriminasi, pelecehan, perbuatan asusila,
ancaman dan kekerasan
Insan Perusahaan berkomitmen untuk:
a. Tidak melakukan segala tindakan yang melanggar nilai kesusilaan
b. Mengembangkan sikap saling menghormati.
c. Turut serta memelihara suasana kerja yang kondusif, serta bekerja secara
profesional.
4. Kerahasiaan Perusahaan
Setiap Insan Perusahaan wajib memperlakukan informasi Perusahaan yang bersifat rahasia
(Confidential) yang diperolehnya dalam menjalankan tugas dengan memperhatikan
ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
a. Melindungi informasi rahasia
b. Melakukan akses informasi sesuai dengan kewenangan dan lingkup tugasnya.
c. Pengungkapan atau penggunaan informasi Perusahaan yang bersifat rahasia dilakukan
dengan persetujuan tertulis dari Sekretaris Perusahaan.

5. Benturan Kepentingan (Conflict of Interest)


Prinsip utama yang harus diikuti setiap Insan Perusahaan untuk mencegah
terjadinya benturan kepentingan:
a. Tidak memanfaatkan jabatan.
b. Menghindari setiap aktivitas luar dinas yang dapat mempengaruhi secara negatif
terhadap independensi dan objektivitas dalam pengambilan keputusan yang bertentangan
dengan kinerja jabatan atau yang dapat mendiskreditkan Perusahaan.
c. Insan Perusahaan yang berada dalam posisi memiliki benturan kepentingan
diwajibkan untuk membebaskan diri dari situasi tersebut atau memberitahu atasannya
atau pihak yang bertanggung-jawab mengenai hal tersebut.
6. Insider Trading
Dalam hal Perusahaan melakukan Penawaran Umum Perdana Saham, maka
Insan Perusahaan yang karena jabatan atau pekerjaannya mempunyai akses terhadap
informasi material yang dapat mempengaruhi nilai Perusahaan, dilarang mengungkapkan
informasi tersebut kepada pihak lain.
7. Perlindungan dan Penggunaan aset Perusahaan
Sehubungan dengan perlindungan dan penggunaan aset Perusahaan, Insan Perusahaan
diharuskan:
a. Memanfaatkan aset Perusahaan secara efektif dan efisien.
b. Tidak memanfaatkan aset Perusahaan di luar kepentingan Perusahaan.
c. Tidak menyimpan harta Perusahaan selain di tempat yang ditentukan Perusahaan.
d. Memelihara, mengamankan, dan menyelamatkan aset Perusahaan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
e. Menggunakan aset Perusahaan sesuai jabatan, kewenangan dan lingkup pekerjaan
8. Pencatatan data, pelaporan, dan dokumentasi
Setiap Insan Perusahaan harus senantiasa mendukung terlaksananya pengelolaan data
secara tertib, rapih, akurat, teliti dan tepat waktu dengan:
a. Memberikan data yang dapat dipertanggungjawabkan. b. Melakukan pencatatan data dan
penyusunan.
b. Menyampaikan laporan yang disusun.
c. Tidak menyembunyikan data dan dokumen Perusahaan.
b. Tidak menyembunyikan catatan yang tidak benar ataupun transaksi yang melanggar
hukum, serta tidak memalsukan catatan, dokumen, dan informasi Perusahaan.
c. Menyimpan semua data, dokumen, laporan dan berkas-berkas Perusahaan.
9. Penyalahgunaan narkotika, obat terlarang, minuman keras, dan perjudian
Setiap Insan Perusahaan dilarang:
a. Menggunakan, mengedarkan dan menjual hal-hal yang berkaitan dengan narkotika, obat-
obatan terlarang lainnya serta minuman keras.
b. Melakukan perjudian dalam bentuk apapun yang bertentangan dengan nilai-nilai moral.
c. Merokok di tempat umum kecuali pada tempat yang telah disediakan oleh
Perusahaan.
10. Keterlibatan Aktivitas Politik
a. Insan Perusahaan tidak diizinkan menjadi anggota, pimpinan dan melakukan aktivitas
partai politik tertentu yang dapat mempengaruhi dalam pengambilan keputusan yang
terkait dengan Perusahaan.
b. Insan Perusahaan tidak diizinkan menggunakan jabatannya maupun fasilitas
perusahaan untuk mendukung kegiatan aktivitas politik tertentu.
c. Insan Perusahaan diperbolehkan mengikuti kegiatan-kegiatan sosial dan keagamaan di
Iingkungan tempat tinggalnya sepanjang tidak mengganggu kinerja yang
bersangkutan atau mengakibatkan pertentangan kepentingan dengan Perusahaan.
11. Aktivitas Sosial
Dalam mengikuti aktivitas sosial, Insan Perusahaan wajib memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
a. Insan Perusahaan dapat mengikuti kegiatan sosial selama tidak menggangu.
b. Aktivitas sosial yang dilakukan tersebut dapat memberikan nilai dan citra yang positif
bagi Perusahaan.
c. Insan Perusahaan tidak melakukan aktivitas sosial yang berakibat/ berpengaruh buruk
terhadap konsentrasi kerja.
d. Kegiatan sosial dan organisasi yang diikuti diakui oleh Pemerintah.
12. Citra Perusahaan
Citra Perusahaan yang terbentuk dari tata nilai Asah, Asih, & Asuh dan strategi
layanan CARE (Cepat, Akurat, Ramah dan Efisien) menjadi landasan operasional Insan
Perusahaan. Setiap insan Perusahaan didorong untuk senantiasa bertanggung-jawab
memanfaatkan setiap fasilitas yang diterimanya baik dalam bentuk uang pakaian, uang
kendaraan, dan lain sebagainya dalam rangka menjaga dan meningkatkan citra Perusahaan.

PELAKSANAAN CODE OF CONDUCT

1. Penerapan Pedoman Etika Perusahaan


Dewan Komisaris dan Direksi bertanggung jawab atas penerapan Pedoman etika
Perusahaan di lingkungan Perusahaan, sedangkan untuk pengelolaan Code of Conduct
berada di bawah supervisi Divisi Sumber Daya Manusia. Kepala Unit Kerja dan pejabat
setingkat bertanggung jawab atas penerapan Pedoman Etika Perusahaan di lingkungan unit
kerjanya masing-masing.
2. Sosialisasi
Pelaksanaan sosialisasi Code Of Conduct ini dilakukan oleh Divisi Sumber Daya
Manusia bersama Divisi Perencanaan dan Pengendalian Mutu. Perusahaan berkomitmen
untuk melaksanakan sosialisasi secara efektif dan menyeluruh.
3. Prinsip Praktis
Masing-masing atasan bertanggung-jawab terhadap penerapan Code Of Conduct
di Lingkungan Kerjanya. Insan Perusahaan dapat mengajukan pertanyaan kepada atasan dan/
atau bagian pengelola Code Of Conduct apabila ada hal-hal yang belum dipahami.
4. Pelanggaran
Berikut ini merupakan pelanggaran yang termasuk di dalam Code Of Conduct, namun
tidak terbatas pada:
a. Ketidakdisiplinan;
b. Penggelapan;
c. Penyampaian data, dokumen baik kepada Pemangku kepentingan internal maupun
eksternal yang merupakan rahasia Perusahaan;
d. Pemalsuan laporan keuangan untuk kepentingan pribadi yang dapat merugikan;
e. Perusahaan baik materiil maupun non-materiil;
f. Penyalahgunaan aset Perusahaan untuk kepentingan pribadi, kelompok, kerabat atau
saudara atau pihak lain, di luar kepentingan Perusahaan.
5. Pelaporan Pelanggaran
Pelaporan pelanggaran diatur tersendiri dalam suatu Kebijakan, yakni Kebijakan
Mekanisme Pelaporan Penyimpangan atau Pelanggaran (whistleblowing system).
a. Pelaporan Penyimpangan atau Pelanggaran Karyawan, dilakukan dengan
menyampaikan laporan secara tertulis yang ditujukan kepada Tim Investigasi untuk
b. Penyelesaian Pelanggaran (TIuPP).
c. Pelaporan Penyimpangan atau Pelanggaran TIuPP, dilakukan dengan menyampaikan
laporan secara tertulis yang ditujukan kepada Direktur Utama.
d. Pelaporan Penyimpangan atau Pelanggaran Direksi, dilakukan dengan
menyampaikan laporan secara tertulis.
e. Pelaporan Penyimpangan atau Pelanggaran Dewan Komisaris, dilakukan dengan
menyampaikan laporan secara tertulis dengan cara mengirimkan laporan melalui
f. pos/ kurir yang ditujukan ditujukan kepada Pemegang Saham (Kementerian BUMN).
6. Sanksi atas Pelanggaran
a. Insan Perusahaan yang melakukan pelanggaran Code Of Conduct akan dikenakan
sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
b. Sanksi bagi Direksi dan Dewan Komisaris yang melakukan pelanggaran akan
diputuskan oleh Pemegang Saham.
c. Mitra Kerja Perusahaan yang melakukan pelanggaran akan dikenakan pemutusan kontrak
atau tidak dipilih lagi. Apabila terkait dengan tindak pidana, maka akan dilaporkan kepada
pihak yang berwajib.
PERJANJIAN KERJA

Jika Anda diterima kerja di suatu perusahaan, Anda pasti akan diberikan surat
perjanjian kerja/ kontrak kerja. Sebelum Anda menanda-tangani kontrak, baca dan pelajari
kontrak kerja Anda terlebih dahulu. Dalam kontrak kerja, kita dapat mengetahui syarat-syarat
kerja, hak dan kewajiban bagi pekerja dan pemberi kerja/pengusaha yang sesuai dengan
Undang- undang ketenagakerjaan yang berlaku di Indonesia, selain itu kita juga dapat
mengetahui status kerja, apakah kita berstatus karyawan tetap atau karyawan kontrak.
Apa yang dimaksud dengan Kontrak Kerja?
Kontrak Kerja/Perjanjian Kerja menurut Undang-Undang No.13/2003 tentang
Ketenagakerjaan adalah perjanjian antara pekerja/buruh dengan pengusaha atau pemberi kerja
yang memuat syarat syarat kerja, hak, dan kewajiban para pihak.
Bagaimana membuat kontrak kerja yang memenuhi syarat? Ada saja yang ada di
dalamnya?
Menurut pasal 54 UU No.13/2003, Perjanjian kerja yang dibuat secara tertulis sekurang
kurangnya harus memuat:
1. nama, alamat perusahaan, dan jenis usaha
2. nama, jenis kelamin, umur, dan alamat pekerja/buruh
3. jabatan atau jenis pekerjaan
4. tempat pekerjaan
5. besarnya upah dan cara pembayarannya
6. syarat syarat kerja yang memuat hak dan kewajiban pengusaha dan pekerja/buruh
7. mulai dan jangka waktu berlakunya perjanjian kerja
8. tempat dan tanggal perjanjian kerja dibuat; dani. tanda tangan para pihak dalam perjanjian
kerja.
Apa syarat kontrak kerja dianggap sah?
Pada dasarnya untuk menyatakan suatu perjanjian kerja dianggap sah atau tidak maka wajib
untuk memperhatikan ketentuan dalam pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
(KUH Perdata) yang menyatakan bahwa :
Supaya terjadi persetujuan yang sah, perlu dipenuhi empat syarat;
1. kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya
2. kecakapan untuk membuat suatu perikatan
3. suatu pokok persoalan tertentu
4. suatu sebab yang tidak terlarang
Pasal 52 ayat 1 UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan juga menegaskan bahwa
Perjanjian kerja dibuat atas dasar:
1. kesepakatan kedua belah pihak
2. kemampuan atau kecakapan melakukan perbuatan hukum
3. adanya pekerjaan yang diperjanjikan
4. pekerjaan yang diperjanjikan tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan, dan
peraturan perundang undangan yang berlaku.
Apa saja jenis kontrak kerja?
1. Menurut Bentuknya
a. Berbentuk Lisan/ Tidak tertulis
Meskipun kontrak kerja dibuat secara tidak tertulis, namun kontrak kerja jenis ini tetap
bisa mengikat pekerja dan pengusaha untuk melaksanakan isi kontrak kerja tersebut.
Tentu saja kontrak kerja jenis ini mempunyai kelemahan fatal yaitu apabila ada
beberapa isi kontrak kerja yang ternyata tidak dilaksanakan oleh pengusaha karena
tidak pernah dituangkan secara tertulis sehingga merugikan pekerja.
b. Berbentuk Tulisan
Perjanjian kerja yang dituangkan dalam bentuk tulisan, dapat dipakai sebagai bukti
tertulis apabila muncul perselisihan hubungan industrial yang memerlukan adanya
bukti-bukti dan dapat dijadikan pegangan terutama bagi buruh apabila ada beberapa
kesepakatan yang tidak dilaksanakan oleh pengusaha yang merugikan buruh.
Dibuat dalam rangkap 2 yang mempunyai kekuatan hukum yang sama, masing-masing
buruh dengan pengusaha harus mendapat dan menyimpan Perjanjian Kerja (Pasal 54
ayat 3 UU 13/2003).
2. Menurut Waktu Berakhirnya
a. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT)
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) yang pekerjanya sering disebut karyawan
kontrak adalah perjanjian kerja antara pekerja dengan pengusaha untuk mengadakan
hubungan kerja dalam waktu tertentu atau untuk pekerja tertentu. PKWT harus
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a) didasarkan atas jangka waktu paling lama tiga tahun atau selesainya suatu pekerjaan
tertentu
b) dibuat secara tertulis dalam 3 rangkap : untuk buruh, pengusaha dan Disnaker
(Permenaker No. Per-02/Men/1993), apabila dibuat secara lisan maka dinyatakan
sebagai perjanjian kerja waktu tidak tertentu
c) dalam Bahasa Indonesia dan huruf latin atau dalam Bahasa Indonesia dan bahasa
asing dengan Bahasa Indonesia sebagai yang utama;
d) tidak ada masa percobaan kerja (probation), bila disyaratkan maka perjanjian kerja
BATAL DEMI HUKUM (Pasal 58 UU No. 13/2003).
b. Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT)
Berdasarkan Pasal 1 angka 2 Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Republik Indonesia Nomor KEP. 100/MEN/VI/2004 Tentang Ketentuan Pelaksanaan
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, pengertian Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu
adalah perjanjian kerja antara pekerja/buruh dengan pengusaha untuk mengadakan
hubungan kerja yang bersifat tetap. Pekerjanya sering disebut karyawan tetap
Selain tertulis, PKWTT dapat juga dibuat secara lisan dan tidak wajib mendapat
pengesahan dari intstansi ketenagakerjaan terkait. Jika PKWTT dibuat secara lisan maka
perusahaan wajib membuat surat pengangkatan kerja bagi karyawan yang bersangkutan.
PKWTT dapat mensyaratkan adanya masa percobaan kerja (probation) untuk paling lama
3 (tiga) bulan, bila ada yang mengatur lebih dari 3 bulan, maka demi hukum sejak bulan
keempat, si pekerja sudah dinyatakan sebagai pekerja tetap (PKWTT). Selama masa
percobaan, Perusahaan wajib membayar upah pekerja dan upah tersebut tidak boleh lebih
rendah dari upah minimum yang berlaku.
Sekarang kita telah mengetahui dasar-dasar mengenai jenis kontrak kerja. Yang paling
sering ditanyakan adalah mengenai Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) untuk para
pekerja kontrak. Maka dari itu, Gajimu akan mencoba membahasnya dengan lebih detail.

PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU

Apa yang dimaksud dengan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu?


Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.100/MEN/IV/2004
tentang Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
(PKWT) adalah perjanjian kerja antara pekerja dengan pengusaha untuk mengadakan
hubungan kerja dalam waktu tertentu atau untuk pekerja tertentu.
Siapa saja pihak yang bersangkutan dalam penandatanganan Perjanjian Kerja Waktu
Tertentu?
Pada Perjanjian Kerja Waktu Tertentu yang menjadi pihak dalam perjanjian adalah pekerja
secara pribadi dan langsung dengan pengusaha

Apa saja isi dari Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT)?


Isi dari PKWT bersifat mengatur hubungan individual antara pekerja dengan
perusahaan/pengusaha, contohnya : kedudukan atau jabatan, gaji/upah pekerja, tunjangan
serta fasilitas apa yang didapat pekerja dan hal-hal lain yang bersifat mengatur hubungan
kerja secara pribadi.
Apa saja jenis dan sifat pekerjaan yang diperbolehkan menggunakan Perjanjian Kerja
Waktu Tertentu?
1. Pekerjaan yang selesai sekali atau sementara sifatnya yang penyelesaiannya paling
lama tiga tahun.
a. Apabila pekerjaan dapat diselesaikan lebih cepat dari yang diperjanjian maka Perjanjian
Kerja Waktu Tertentu tersebut putus demi hukum pada saat selesainya pekerjaan.
b. Dalam Perjanjian Kerja Waktu Tertentu harus mencantumkan batasan suatu pekerjaan
dinyatakan selesai.
c. Apabila pekerjaan tersebut belum dapat diselesaikan, dapat dilakukan pembaruan
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu.
d. Pembaruan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu dilakukan setelah masa tenggang waktu 30
hari setelah berakhirnya Perjanjian Kerja. Selama tenggang waktu 30 hari tersebut,
tidak ada hubungan kerja antara pekerja dan perusahaan/pengusaha.
2. Pekerjaan Musiman
a. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu ini hanya dapat dilakukan untuk satu jenis pekerjaan
pada musim tertentu.
b. Pekerjaan – pekerjaan yang harus dilakukan untuk memenuhi pesanan/ target tertentu
dapat dilakukan dengan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu sebagai pekerjaan musiman.
c. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu untuk pekerjaan musiman tidak dapat dilakukan
pembaruan.
3. Pekerjaan yang terkait dengan produk baru, kegiatan baru, atau produk tambahan
yang masih dalam percobaan atau penjajakan.
a. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu untuk jenis pekerjaan ini hanya dapat dilakukan untuk
jangka waktu paling lama 2 tahun dan dapat diperpanjang untuk satu kali paling lama 1
tahun.
b. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu untuk pekerjaan ini tidak dapat dilakukan pembaruan
c. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu hanya boleh diberlakukan bagi pekerja yang
melakukan pekerjaan di luar kegiatan atau di luar perkerjaan yang biasa dilakukan
perusahaan.

4. Pekerjaan harian/ Pekerja lepas


a. Perjanjian Kerja Waktu Terntu dapat dilakukan untuk pekerjaan – pekerjaan tertentu
yang berubah-ubah dalam hal waktu dan volume pekerjaan serta upah didasarkan pada
kehadiran.
b. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu untuk pekerja harian lepas dilakukan dengan
ketentuan pekerja bekerja kurang dari 21 hari dalam 1 bulan.
c. Apabila pekerja harian bekerja selama 21 hari atau lebih selama 3 bulan berturut-turut
maka Perjanjian Kerja Waktu Tertentu berubah menjadi Perjanjian Kerja Waktu Tidak
Tertentu.
d. Pengusaha yang mempekerjakan pekerja harian/lepas wajib membuat perjanjian kerja
secara tertulis
e. Perjanjian Kerja tersebut harus memuat sekurang – kurangnya : Nama/alamat
perusahaan atau pemberi kerja, nama/alamat pekerja, jenis pekerjaan yang dilakukan
dan bersarnya upah dan/atau imbalan lainnya.
Apakah PKWT dapat dibuat secara lisan?
Tidak. PKWT wajib dibuat secara tertulis dan didaftarkan di instansi ketenagakerjaan
terkait. Apabila dibuat secara lisan, akibat hukumnya adalah kontrak kerja tersebut menjadi
PKWTT.
Berapa lama PKWT dapat diadakan?
PKWT dapat diadakan paling lama 2 (dua) tahun. Apabila pengusaha ingin melakukan
perpanjangan kontrak, maka pengusaha wajib memberitahukan maksud perpanjangan
tersebut secara tertulis kepada pekerja paling lama 7 (tujuh) hari sebelum kontrak berakhir.
Apakah pembaruan perjanjian dapat diterapkan dalam PKWT?
Dapat. Pembaruan dapat dilakukan 1 (satu) kali dan paling lama 2 (dua) tahun.
Pembaharuan ini dapat diadakan setelah lebih dari 30 hari sejak berakhirnya PKWT .
Misalnya, apabila pekerjaan belum dapat diselesaikan maka dapat diadakan pembaruan
perjanjian. Apabila PKWT tidak melalui masa tenggang waktu 30 hari sejak berakhirnya
PKWT, maka PKWT dapat berubah menjadi PKWTT.
Apa perbedaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu dengan Outsourcing?
Outsourcing = Perjanjian Pemborongan Pekerjaan. Perusahaan pemberi kerja
memborongkan sebagian dari pekerjaan kepada perusahaan pemborong atau perusahaan
penyedia tenaga kerja melalui perjanjian pemborongan pekerjaan atau penyediaan jasa
pekerja.
Hubungan kerja antara pekerja outsourcing dengan perusahaan pemborong pekerjaan atau
penyediaan jasa pekerja dapat dengan status Perjanjian Kerja Waktu Tertentu atau Perjanjian
Kerja Waktu Tidak Tertentu. Undang-undang tidak mengatur tentang hal ini.
Baik pekerja yang dipekerjakan langsung oleh perusahaan maupun pekerja dari perusahaan
pemborong outsourcing akan bekerja di lokasi kerja perusahaan tersebut. Status hubungan
kerja Perjanjian Kerja Waktu Tertentu apakah pekerja yang dipekerjakan langsung atau
pekerja yang melalui outsourcing boleh saja dilakukan sepanjang sesuai dengan ketentuan
Pasal 59 Undang – Undang No. 13 tahun 2003.
Bagaimana hukumnya jika Perjanjian Kerja Waktu Tertentu dibuat dalam Bahasa
Inggris dan para pihak yang bertandatangan adalah orang asing?
Dalam Undang – Undang No. 13 tahun 2003 pasal 57 ayat 1 menyatakan bahwa
“Perjanjian kerja untuk waktu tertentu dibuat secara tertulis serta harus menggunakan bahasa
Indonesia dan huruf latin”.
Meski para pihak adalah orang asing, hukum yang berlaku dalam perjanjian tersebut
adalah Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, oleh karena itu PKWT harus dibuat dalam bahasa
Indonesia, dengan terjemahan ke Bahasa Inggris. Segala ketentuan yang mengikat secara
hukum adalah ketentuan yang ditulis dalam Bahasa Indonesia. Bahasa Inggris dalam
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu tersebut hanyalah merupakan terjemahan, agar para pihak
mengerti isinya.

KESEPAKATAN KERJA BERSAMA

A. Pengertian
Kesepakatan kerja bersama adalah perjanjian yang di slenggarakan oleh serikat pekerja
atau serikat serikat pekerja yang terdaftar pada department tenaga kerja dengan
pengusaha,perkumpulan pengusaha yang berbadan hukum.
B. Perkembangan umum kesepakatan kerja
Kesepakatan kerja bersama pertama-tama lahir di inggris pada tahun 1824 yang dibuat antara
serikat pekerja tambang dengan pengusaha batu bara di wales. Di Negara barat lainnya
ksepakatan kerja bersama baru diselenggarakan pada pertengahan abad 19.
C. Manfaat kesepakatan kerja bersama
Diadakannya kesepakatan kerja bersama antara pekerja dan pengusaha mempunyai tujuan
sebagai berikut:

a. Kepastian hak dan kewajiban


1. Dengan kesepakatan kerja bersama akan tercipta suatu kepastian dalam segala hal
yang berhubungan masalah hubungan industrial antara kedua belah pihak.
2. Kesepakatan kerja bersama memberikan kepastian tercapainya pemenuhan hak dan
kewajiban timbal balik antara pekerja dan pengusaha yang telah mereka setujui
bersama sebelumnya.
b. Menciptakan semangat kerja
1. Kesepakatan kerja bersama dapat menghindarkan berbagai kemungkinan
kesewenang-wenangan dan tindakan merugikan dari pihak yang satu terhadap pihak
yang lain dalam hal pelaksanaan hak an kewajiban masing masing.
2. Kesepakatan kerja bersama dapat menciptakan suasana dan semangat para kerja
pihak dan menjauhkannya dari berbagai ketidak jelasan.
D. Peningkatan produktifitas kerja:
a. Mengadakan atau mengurangi hambatan-hambatan dalam pelaksanaan pembangunan
nasional yang dihadapi karena terciptanya ketenangan kerja.
b. Kesepakatan kerja bersama juga dapat membantu meningkatan produktifitas kerja dengan
mengurangi terjadinya perselisihan.
Persyaratan yang harus dpenuhi dalam membuat kesepakatan bersama
a. Pengajuan secara tertulis
b. Waktu perundingan
E. Cara membuat kesepakatan kerja bersama:
Proses pembuatan kesepakan kerja bersama dapat dibagi dalam beberapa tahap yaitu:
a. Tahap persiapan
b. Tahap perundingan
c. Tahap pelaksanaan kesepakatan kerja bersama
Isi kesepakatan kerja bersama:
a. Luas perjanjian
b. Kewajiban-kewajiban pihak
c. Pengakuan hak-hak perusahaan dan serikat pekerja
d. Hubungan kerja
e. Hari kerja dan jam kerja
f. Kebebasan dari kewajiban untuk bekerja
g. Pengupahan
h. Perawatan dan pengobatan
i. Jaminan social dan kesejahteraan tenaga kerja
j. Program peningkatan keterampilan memuat
k. Tata tertib kerja
l. Penyelesaian keluh kesah
m. Pemutusan hubungan kerja
n. Masa berlakunya,perubahan/perpanjangan kesepakatan kerja
o. Ketentuan penutup
F. Model lengkap kesepakatan kerja bersama
Bahwa sesungguhnya masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila dan undand-
undang dasar 1945 yang merupakan tujuan pembangunan nasional. Menuntut partipasi dan
peran aktif karyawan dan perusahaan dalam upaya menuju perbaikan dan peningkatan tarap
hidup bangsa dengan jalan meningkatkan produksi dan produktifitas kerja.

SUMBER
1. Indonesia. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Tenaga Kerja.
2. Indonesia. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.100/MEN/IV/2004
tentang Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
3. Indonesia. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
4. https://www.infosdm.com/perjanjian-kerja/
5. https://kurnianingsih31207335.wordpress.com/2010/04/18/bab-vii-kesepakatan-kerja-
bersama/

Anda mungkin juga menyukai