ABSTRAK
Uroe Peukan (pasar) dalam pandangan sebagian orang adalah hanya sebagai
pusat kegiatan ekonomi masyarakat, tempat para penjual dan pembeli berkumpul.
Sebenarnya, pasar adalah salah satu bentuk budaya masyarakat. Jika ingin melihat
kebudayaan suatu daerah maka pasar adalah salah satu tempat yang dapat
memberikan gambaran awal tentang budaya masyarakatnya. Barang-barang yang
dijual, masyarakat yang datang berbelanja, dan cara mereka bertransaksi adalah salah
satu wujud budaya. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis tradisi
uroe peukan di Bireuen dan untuk memperoleh deskripsi secara kualitatif tentang
pengaruh uroe peukan terhadap budaya transaksi. Penelitian menggunakan
pendekatan deskriptif kualitatif, yang merupakan penelitian yang bertujuan
memberikan gambaran secara jelas dan sistematis terkait dengan objek yang diteliti
dengan memberikan informasi dan data yang valid dengan data dan fenomena yang
ada di lapangan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan cara
observasi, wawancara dan dokumentasi. Sementara untuk data sekunder dalam
bentuk buku, jurnal, dan dokumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan
jual beli di hari pekan masih tetap berlangsung sampai sekarang. Selain itu di hari
pekan bisa memperlancar ekonomi khususnya menengah ke bawah khususnya dalam
bidang dagang. Adapun tujuan diadakan hari pekan tidak semata-mata untuk mencari
keuntungan (ekonomi) saja dalam berdagang. Bahwa perlunya suatu fungsi dalam
menjaga tradisi yang berguna dalam pelestarian dan pelaksanaan peran masyarakat,
agar mampu tertata dan adaptasi. Perbedaan cara transaksi di hari biasa dengan hari
pekan diakibatkan karena untuk menjaga nilai-nilai budaya dan tradisi yang telah ada
sebelumnya. Salah satu wujud budaya dalam masyarakat adalah cara mereka
melakukan transaksi.
1
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 1, Nomor 1:1-17
Juli 2017
ABSTRACT
The title of this study is Uroe Peukan in Bireuen society tradition of culture
sociology perspective. The objective of this study to find out and to analysis the
tradition of uroe peukan in Bireuen city. The data describe about the impact of uroe
peukan to culture transaction, in doing this study the researcher used the theory of
structural functional. As we know that, the society is the social unity that consist of
parts interconnected and mutually blends in order to get a sustainability, said by
Talcolt Parson. The design of this study was a descriptive qualitative study. To obtain
the data, the writer used observation, interview and documentation. In addition the
secondary data that used in this study were book, journal, and document. The data
analyzed qualitatively. The informants in this study were 5 people which consists of
traders that doing activity in uroe peukan. The results of study shows that trading
activities on uroe peukan still occur until now. According to Talcolt Parson the view
of implementing function adaptation with adjusting to circumstances
environmentalists to support tradition of society.
2
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 1, Nomor 1:1-17
Juli 2017
PENDAHULUAN
Pasar dalam pandangan sebagian orang adalah hanya sebagai pusat kegiatan
ekonomi masyarakat, tempat para penjual dan pembeli berkumpul. Sebenarnya, pasar
adalah salah satu bentuk budaya masyarakat. Jika kita ingin melihat kebudayaan
suatu daerah maka pasar adalah salah satu tempat yang dapat memberikan gambaran
awal tentang budaya masyarakatnya. Barang-barang yang dijual, masyarakat yang
datang berbelanja, dan cara mereka bertransaksi adalah salah satu wujud budaya.
Salah satu gambaran, jika kita pergi ke pasar-pasar yang ada di Bireuen, maka dapat
dipastikan bahwa berbagai penjual hadir di pasar khususnya untuk masyarakat yang
mencari kendaraan bekas, para agen sepeda motor telah mempersiapkannya. Artinya,
pasti ada produk tertentu yang spesifik yang hanya dijual di daerah tersebut, tidak di
tempat lain.
3
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 1, Nomor 1:1-17
Juli 2017
desakan kebutuhan akan ruang dan waktu maka para pedagang mencari tempat
berkumpul dan membentuk sebuah tempat yang sekarang dikenal dengan pasar. Pasar
tradisional adalah tempat berjualan tradisional (turun temurun) tempat bertemunya
penjual dan pembeli dimana barang-barang yang diperjualbelikan tergantung dari
permintaan pembeli. Harga yang ditetapkan merupakan harga yang disepakati antara
penjual dan pembeli melalui proses tawar menawar. Pada umumnya pasar tradisional
merupakan tempat berjualan bahan-bahan kebutuhan pokok. Pasar biasanya
beraktivitas pada batas-batas waktu tertentu seperti pasar pagi, pasar sore, pasar
pekan dan lainnya.
Di Aceh, peukan [KBA, 2013:34] bahkan memiliki makna lebih dari sekedar
tempat meudagang (berdagang). Dilihat dari sudut pandang yang lain, istilah untuk
mencari ilmu adalah jak meudagang (pergi berdagang). Sepintas, istilah tersebut
memperlihat bahwa seseorang ingin melakukan aktivitas perekonomian atau
berjualan. Adapun istilah untuk berdagang, orang Aceh menyebutnya dengan kata
meukat. Agaknya, istilah ini mirip dengan bahasa Arab yaitu miqat, bermakna
„berhenti sebentar‟. Hal ini disebabkan, dalam tradisi perekonomian orang Aceh,
kegiatan jual beli hanya terjadi pada satu hari dalam seminggu. Tradisi ini dikenal
dengan istilah uroe gantoe atau uroe peukan, karena sehari dalam seminggu, maka
rakyat terkadang tidak hanya membawa uang ke pasar, melainkan membawa hasil
tanaman atau ternak yang kemudian dijual, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Orang yang membawa dagangan inilah yang dikenal dengan ureung meukat atau
orang yang berhenti sejenak. Karena pada sore hari, mereka akan kembali ketempat
asal. Dengan kata lain, tradisi berdagang di Aceh adalah “tradisi singgah sebentar”.
Dalam tradisi orang Aceh, proses uroe peukan [KBA, 2013:35] terjadi di
sekitar pasar yang ada masjid dan dayah. Biasanya, pada hari itu, ureung meudagang
(orang yang berdagang), akan keluar dari dayah, untuk membeli keperluan mereka.
Penggunaan istilah meudagang pada santri dayah memang terasa unik. Karena dalam
bahasa Indonesia atau Melayu, istilah berdagang merupakan salah satu kegiatan
dalam perekonomian. Sebagaimana diketahui, bahwa ureung meudagang sama sekali
tidak membayar apapun kepada pesantren, kecuali uang lampu atau sumbangan untuk
keperluan bersama, tidak ada SPP, tidak ada pungutan apapun. Karena ketika orang
meudagang, mereka hanya disediakan tempat untuk tinggal dan semua keperluan
sehari-hari disuplai oleh santri sendiri atau oleh orang tua dari kampung halaman.
Karena itu, terkadang mereka untuk keperluan sehari-hari, jika tidak dapat kiriman
dari orang tua, sering mengabdikan dirinya di dalam masyarakat. Dengan proses
“mengabdikan” diri pada masyarakat, tentu saja mereka akan mendapat imbalan
sepantas. Agaknya peukan di Aceh menyimpan banyak simbol dan makna yang perlu
digali lebih dalam. Peukan tidak dapat dipandang sekedar tempat penjual dan pembeli
4
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 1, Nomor 1:1-17
Juli 2017
bertemu, tetapi berindikasi sebagai tempat aktivitas budaya lokal dipertemukan dan
dipertunjukkan.
TINJAUAN PUSTAKA
Tradisi
Tradisi adalah kebiasaan yang turun temurun dalam suatu masyarakat. Tradisi
merupakan mekanisme yang dapat membantu untuk memperlancarkan perkembangan
pribadi anggota masyarakat, misalnya dalam membimbing anak menuju kedewasaan.
Tradisi juga penting sebagai pembimbing pergaulan bersama di masyarakat. W.S.
Rendra menekankan pentingnya tradisi dengan mengatakan bahwa tanpa tradisi,
pergaulan bersama akan menjadi kacau, dan hidup manusia akan menjadi biadab.
Namun demikian, jika tradisi bersifat absolut, nilainya sebagai pembimbing akan
merosot. Jika tradisi mulai absolut bukan lagi sebagai pembimbing, melainkan
penghalang kemajuan. Oleh karena itu, tradisi yang kita terima perlu kita renungkan
kembali dan kita sesuaikan dengan zamannya.
Tradisi (Bahasa Latin: traditio, “diteruskan”) atau kebiasaan, dalam
pengertian yang paling sederhana adalah sesuatu yang telah dilakukan untuk sejak
lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari
suatu negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang sama. Hal yang paling mendasar
dari tradisi adalah adanya informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi baik
tertulis maupun (sering kali) lisan, karena tanpa adanya ini, suatu tradisi dapat punah.
Pengertian Tradisi adalah segala sesuatu yang disalurkan atau diwariskan dari
masa lalu ke masa kini atau sekarang. Menurut Cannadine, Pengertian Tradisi adalah
lembaga baru didandani dengan daya pikat kekunoan yang menentang zaman tetapi
menjadi ciptaan mengagumkan. Pengertian Tradisi dalam Arti Sempit adalah
warisan-warisan sosial khusus yang memenuhi syarat saja yaitu yang tetap bertahan
hidup di masa kini, yang masih kuat ikatannya dengan kehidupan masa kini.
Sejarah Tradisi lahir yaitu melalui dua cara. Cara pertama, tradisi muncul dari
bawah melalui mekanisme kemunculan secara spontan dan tidak diharapkan serta
melibatkan rakyat banyak. Karena sesuatu alasan, individu tertentu menemukan
warisan historis yang menarik. Perhatian, ketakziman, kecintaan dan kekaguman
yang kemudian disebarkan melalui berbagai cara, memengaruhi rakyat banyak. Sikap
takzim dan kagum itu berubah menjadi perilaku dalam bentuk upacara, penelitiaan
dan pemugaran peninggalan purbakala serta menafsir ulang keyakinan lama. Semua
perbuatan itu memperkokoh sikap. Kekaguman dan tindakan individu menjadi milik
bersama dan berubah menjadi fakta sosial sesungguhnya. Begitulah tradisi dilahirkan.
Proses kelahiran tradisi sangat mirip dengan penyebaran temuan baru, hanya saja
5
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 1, Nomor 1:1-17
Juli 2017
dalam kasus tradisi ini lebih berarti penemuan atau penemuan kembali yang telah ada
di masa lalu ketimbang penciptaan sesuatu yang belum pernah ada sebelumnya. Cara
kedua, tradisi muncul dari atas melalui mekanisme paksaan. Sesuatu yang dianggap
sebagai tradisi dipilih dan dijadikan perhatian umum atau dipaksakan oleh individu
yang berpengaruh atau berkuasa. Raja mungkin memaksakan tradisi dinastinya
kepada rakyatnya. Diktator menarik perhatian rakyatnya kepada kejayaan bangsanya
di masa lalu. Kemudian militer menciptakan sejarah pertempuran besar kepada
pasukannya. Perancang mode terkenal menemukan inspirasi dari masa lalu dan
mendiktekan gaya "kuno" kepada konsumen.
Dua jalan kelahiran tradisi itu tidak membedakan kadarnya. Perbedaannya
terdapat antara tradisi asli yaitu tradisi yang sudah ada di masa lalu dan tradisi buatan
yaitu murni khayalan atau pemikiran masa lalu. Tradisi buatan mungkin lahir ketika
orang memahami impian masa lalu dan mampu menularkan impiannya itu kepada
orang banyak. Lebih sering tradisi buatan ini dipaksakan dari atas oleh penguasa
untuk mencapai tujuan politik mereka.
Pasar
6
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 1, Nomor 1:1-17
Juli 2017
menunjukkan ciri heterogenitas tersebut. Tanpa disadari di situ telah terjadi kontak-
kontak budaya di antara beragam kelompok masyarakat dengan latar belakang
budaya yang berbeda. Besar kemungkinan kontak budaya tersebut membawa
perubahan-perubahan kebudayaan beserta nilai-nilai budaya yang terkandung di
dalamnya.
Masyarakat
Masyarakat dalam istilah bahasa Inggris adalah society yang berasal dari kata
Latin socius yang berarti (kawan). Istilah masyarakat berasal dari bahasa Arab syarak
yang berarti (ikut serta dan berpartisipasi). Masyarakat adalah sekumpulan manusia
yang saling bergaul, dalam istilah ilmiah adalah saling berinteraksi. Suatu kesatuan
manusia dapat mempunyai prasana melalui warga-warganya dapat saling berinteraksi.
Definisi lain, menurut Koentjaraningrat (2009:115) masyarakat adalah kesatuan hidup
manusia yang saling berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang
bersifat kontinu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama.
Menurut Emile Durkheim (dalam Soleman B. Taneko, 1984:11) masyarakat
merupakan suatu kenyataan yang objektif secara mandiri, bebas dari individu yang
merupakan anggota-anggotanya. Masyarakat sebagai kumpulan manusia di dalamnya
ada beberapa umur yang mencakup. Adapun unsur-unsur tersebut adalah :
1. Masyarakat merupakan manusia yang hidup bersama,
2. Bercampur untuk waktu yang lama,
3. Mereka sadar bahwa mereka merupakan satu kesatuan,
4. Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama.
Seperti yang telah dikatakan di atas bahwa, manusia selalu membutuhkan
bantuan orang lain, maka dapat dipastikan bahwa manusia akan selalu berinteraksi
satu dengan yang lainnya. Pada prosesnya, manusia akan merasa terikat oleh satu
perasaan yaitu kesatuan identitas. “Dalam bahasa Inggris, masyarakat dikenal dengan
istilah society yang berasal dari kata Latin socius, yang berarti “kawan”. Istilah
masyarakat sendiri berasal dari akar kata Arab, syaraka yang berarti ikut serta,
berpartisipasi”. (Koentjaraningrat, 1990: 144). Istilah “masyarakat” mempunyai
makna yang sama, yang dalam bahasa Inggris disebut :
a. “Society adalah sekelompok orang yang telah menjadi satu kesatuan wilayah,
fungsional dan kultural.” (Soleman B. Taneko, 1990: 59). Maksudnya adalah
bahwa sebagai suatu unit (kesatuan) sosial yang menempati suatu daerah
geografis yang dapat ditentukan, juga sebagai suatu kesadaran sosial yang
para anggota diikat oleh ikatan-ikatan ketergantungan satu sama lain.
7
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 1, Nomor 1:1-17
Juli 2017
8
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 1, Nomor 1:1-17
Juli 2017
sadar, bahwa setiap anggota masyarakat terjalin karena kesatuan sosial dengan batas-
batas yang jelas. Untuk menjadi suatu masyarakat, antar anggota harus melakukan
suatu kerja sama yang mempunyai prinsip timbal-balik sehingga setiap kebutuhan
dari setiap anggota dapat terpenuhi. “Masyarakat tidak pernah ada sebagai sesuatu
benda objektif terlepas dari anggota-anggotanya. Kenyataan itu terdiri dari kenyataan
proses interaksi timbal-balik.” (Doyle Paul Jhonson, 1988: 257)
Pada dasarnya setiap anggota masyarakat berkumpul menjadi suatu
masyarakat karena merasa telah terpenuhi setiap kebutuhannya. Pemenuhan
kebutuhan didapat dari proses saling memberi dan menerima dari antar anggota,
sehingga akan hidup langgeng dan damai. Masalah akan muncul apabila di dalam
suatu masyarakat terdapat salah satu atau beberapa anggota tidak dapat melakukan
tugas sebagaimana mestinya, sehingga terjadi kepincangan dan ketidakseimbangan
yang menimbulkan proses timbal-balik antar anggota masyarakat terhambat.
Masyarakat tidak tercipta begitu saja, dibutuhkan waktu yang lama untuk
membangunnya. Masyarakat terbentuk melalui proses, di mana proses tersebut dibagi
menjadi dua, yaitu sebagai berikut: “1). Adaptasi dan organisasi tingkah-laku dari
individu-individu yang menyatukan diri (anggota masyarakat) 2). Berkembangnya
suatu kesadaran kelompok atau suatu kesatuan perasaan emosi (esprit de crops).”
(Linton, 1984: 120-123)
Budaya
9
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 1, Nomor 1:1-17
Juli 2017
bahasa, perkakas, pakaian, bangunan dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga
budaya merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang
cenderung menganggapnya diwariskan secara genetik. Ketika seseorang berusaha
berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan
perbedaan-perbedaaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
METODE PENELITIAN
10
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 1, Nomor 1:1-17
Juli 2017
berupa kata atau teks yang kemudian dianalisis. Hasil analisis itu dapat berupa
deskripsi atau dapat pula dalam bentuk tema-tema. Dari data tersebut dibuat
interpretasi untuk menangkap arti yang terdalam.
Pada penelitian kualitatif, istilah subjek penelitian disebut dengan istilah
informan, yaitu orang-orang yang memberikan informasi tentang data yang
diinginkan peneliti berkaitan dengan penelitian yang sedang dilaksanakan
(Muhammad Idrus, 2009:91). Adapun informan penelitian ini terdiri dari beberapa
masyarakat yang melakukan aktivitas dan kegiatan di seputaran pasar.
1. Data primer menurut Bagong Suyanto dan Sutinah (2005:55) adalah data yang
diperoleh langsung dari objek yang akan diteliti. Dengan demikian peneliti
dapat memperoleh hasil yang sebenarnya dari objek yang diteliti melalui
informan dan pihak-pihak terkait. Data primer dalam penelitian ini diperoleh
dari hasil wawancara secara mendalam dengan subjek penelitian).
2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari lembaga atau institusi tertentu,
seperti buku, majalah ilmiah, sumber arsip, dokumen pribadi, dokumen resmi,
gambar atau foto, dan lain-lain. Dengan kata lain, data sekunder yaitu data
yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian. Proses
pengumpulan data ini diperoleh dari lembaga atau institusi tertentu seperti
lembaga MAA (Majelis Adat Aceh) dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
(Bagong Suyanto 2005: 56).
11
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 1, Nomor 1:1-17
Juli 2017
data yang diperlukan. Dalam penelitian ini, peneliti mengamati secara langsung
bagaimana keadaan sebenarnya di pasar tempat berlangsungnya hari peukan.
3.1.2. Wawancara
Dalam memahami suatu fenomena sosial di perlukan cara penggalian data
yang handal. Di sini terletak relevansi metode atau teknik wawancara mendalam.
Dengan wawancara mendalam maka dapat digali apa yang tersembunyi di sanubari
seseorang, apakah yang menyangkut masa lampau, masa kini, maupun masa depan.
Wawancara terstruktur sebagaimana yang lazim dalam tradisi survei menjadi kurang
memadai, yang diperlukan adalah wawancara tak berstruktur yang bisa secara leluasa
melacak berbagai segi dan arah guna untuk mendapatkan informasi yang selengkap
mungkin dan sedalam mungkin (Burhan Bungin, 2003:67).
Peneliti menggunakan teknik wawancara tak berstruktur dikarenakan
wawancara dilakukan tidak berpedoman pada daftar pertanyaan. Dalam penelitian,
dilakukan wawancara secara mendalam karena akan memungkinkan terjalinnya
hubungan dekat antara peneliti dengan subjek penelitiannya, sehingga yang diteliti
dengan leluasa dapat membantu dalam memberikan informasi kepada peneliti.
Pada awal wawancara, peneliti melakukan persiapan yang terdiri dari daftar
pertanyaan, penguasaan materi sampai pengenalan mengenai kebiasaan orang yang
hendak di wawancarai. Setelah melakukan persiapan, peneliti fokus pada orang yang
bisa dijadikan informan lalu kemudian wawancara dilakukan tanpa batasan waktu.
Penjelasan identitas diperlukan seperti nama, asal dan tujuan peneliti untuk
mendapatkan informan. Setelah mendapatkan informan, peneliti memulai wawancara
dengan pertanyaan yang ringan dan bersifat umum, selanjutnya melakukan
pendekatan tidak langsung pada persoalan, misalnya perkenalan ringan dengan
mengetahui nama, di mana letak rumah, bagaimana kondisi informan, kemudian baru
hubungkan dengan persoalan yang akan menjadi topik permasalahan dalam penelitian
ini.
3.1.3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu, baik itu
berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Studi.
Sugiyono (2012:240), mengemukakan pendapatnya mengenai dokumen, dokumen
merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan,
gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.
12
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 1, Nomor 1:1-17
Juli 2017
Hari pekan (uroe peukan) atau yang lebih dikenal pasar mingguan yang di
gelar di kota Bireuen untuk memperlancar ekonomi dalam bidang dagang. Hari pekan
dilaksanakan dalam seminggu sekali yang dijadikan hari pekan, hari tersebut
merupakan hari yang berbeda dengan daerah lain, misalnya di daerah Matang hari
Kamis, geurugok selasa, dan sebagainya. Hal ini dilakukan untuk menghindari
sepinya pengunjung yang hadir di hari pekan dan menstabilkan perekonomian di
masing-masing daerah. Khusus untuk daerah kota Bireuen hari yang dijadikan pekan
yaitu hari Sabtu, pemilihan hari tersebut telah terjadi berpuluh-puluh tahun lamanya
sebelum kabupaten Bireuen mekar dari kabupaten Aceh utara. Dalam tradisi
perekonomian masyarakat Aceh, kegiatan jual beli hanya terjadi pada satu hari dalam
seminggu. Tradisi ini dikenal dengan istilah uroe gantoe. Hari pekan menjadi tempat
perputaran ekonomi masyarakat dalam skala besar. Pada masa kerajaan, masyarakat
Aceh membeli barang di uroe peukan dengan tiga jenis mata uang. Anak-anak
menggunakan keuh yang terbuat dari timah, remaja menggunakan dinar (campuran
dinar dan perak), dan orang dewasa bermata uang dirham (terbuat dari emas). Apalagi
pada 533 Hijriah, Aceh sudah mencetak uang emas di Gampong Pande, dan berlaku
di berbagai belahan dunia. Sekarang ini hari pekan digelar hanya di daerah-daerah
yang perekonomiannya sudah maju seperti kota Bireuen.
Uroe peukan atau sering disebut dengan uroe gantoe pada umumnya
merupakan tradisi masyarakat Aceh, khususnya di kota Bireuen dilaksanakan setiap
hari Sabtu salah satunya berfungsi sebagai salah satu sarana agar masyarakat lebih
bersatu, menjaga silaturrahmi dan menjaga kearifan lokal yang sudah ada sejak dulu
tentang penting adanya uroe peukan.
Tradisi di hari pekan masih tetap di jaga oleh masyarakat di sekitar. Adapun
tujuan diadakan hari pekan untuk mempererat tali persaudaraan sesama para
pedagang maupun pembeli bahkan masyarakat di sekitar yang melakukan aktivitas di
hari pekan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa di hari pekan tidak semata-mata
untuk mencari keuntungan (ekonomi) dalam hal berdagangan akan tetapi mempererat
persaudaraan yang telah terikat sebelumnya, adapun para pedagang di hari pekan
tidak semuanya berasal dari satu daerah. Ini mengindikasikan bahwa tradisi di hari
pekan menunjukkan masyarakat sangat menjaga keberadaan pasar hari pekan karena
di pekan tersebut masyarakat berinteraksi dengan masyarakat dari daerah lain
walaupun hanya sebatas pedagang dengan pembeli, sehingga secara tidak langsung
hubungan tersebut menjadikan satu sama lainnya terikat.
13
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 1, Nomor 1:1-17
Juli 2017
Dalam kehidupan sehari-hari tidak lepas dari kegiatan transaksi baik itu
dilingkungkan sekitar maupun di pasar, tentu hal ini menjadi transaksi sebagai suatu
keharusan yang harus dilakukan untuk mencapai sebuah tujuan dalam kehidupan
bermasyarakat. Bagaimana pun transaksi ekonomi sangat mempengaruhi keadaan
masyarakat itu sendiri, adapun transaksi-transaksi yang terjadi di hari pekan sangat
membantu perekonomian masyarakat itu di sebabkan karena perputaran mata uang di
lingkungan pasar yang menjadikan ekonomi masyarakat tetap stabil.
Hari pekan di salah satu sudut kota Bireuen lebih tepatnya tempat jual beli
sepeda motor bekas, di mana para agen melakukan transaksi berbeda dengan
transaksi biasanya, transaksi yang terjadi di sini memperlihatkan bahwa tidak
selamanya harus secara langsung akan tetapi cuma secara ijab kabul dan
pembayarannya dilakukan keesokan harinya. Ini menunjukkan bahwa rasa
kepercayaan yang terdapat di pasar tersebut sangatlah kuat, kepercayaan ini bisa
14
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 1, Nomor 1:1-17
Juli 2017
menjadi salah satu cara untuk mempermudah para pembeli maupun pedagang dalam
beraktivitas di hari pekan tanpa memikirkan harus membawa uang tunai yang banyak.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti tentang Uroe
Peukan Dalam Tradisi Masyarakat kota Bireuen Dalam Perspektif Sosiologi Budaya.
Peneliti menyimpulkan sebagai berikut:
1. Pelaksanaan tradisi uroe peukan di kota Bireuen masih tetap berlangsung
sampai sekarang, di mana pelaksanaannya dipilih satu hari dalam seminggu.
Masyarakat yang di sekitar juga masih ikut berpartisipasi dalam menjaga
keberlangsungan tradisi tersebut, hari pekan menjadi tempat berkumpulnya
masyarakat untuk mempererat tali silaturrahmi, selain itu di hari pekan bisa
memperlancar ekonomi khususnya menengah ke bawah khususnya dalam
bidang dagang. Adapun tujuan diadakan hari pekan tidak semata-mata untuk
mencari keuntungan (ekonomi) saja dalam berdagang, umum para pedagang
tidak semuanya berasal dari daerah yang sama, ini menjadikan tempat
kegiatan sosial sekaligus sebagai tempat berkumpul dan bersosialisasi untuk
menjaga persaudaraan antar sesama.
2. Perbedaan cara transaksi di hari biasa dengan hari pekan diakibatkan karena
untuk menjaga nilai-nilai budaya dan tradisi yang telah ada sebelumnya. Salah
satu wujud budaya dalam masyarakat adalah cara mereka melakukan
transaksi.
DAFTAR PUSTAKA
15
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 1, Nomor 1:1-17
Juli 2017
Buku
Bagong Suyanto & Suyanti.2005.Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif
Pendekatan. Jakarta: Kencana.
Burhan Bungin. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Daeng, Hans J, 2000. Manusia, Kebudayaan, dan Lingkungan: Tinjauan,
Antropologis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Harsojo, 1977. Pengantar Antropologi. Jakarta: Bina Cipta.
Johnson, Paul, Doyle, 1988. Teori Sosiologi Klasik Dan Modern 1. Alih Bahasa M.Z.
Lawang, Jakarta: Gramedia.
Linton, Ralph, 1984. Antropologi. Jerman, Bandung.
Ritzer, George dan Douglas J. 2006. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana.
Sanapiah Faisal. 2005. Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Soerjono Soekanto, 2001. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Cipta Abdi Pustaka.
Soleman B. Taneko, 1984. Struktur dan Proses Sosial Suatu Pengantar Sosiologi
Pembangunan. Jakarta: Rajawali.
Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia.
Jurnal
JJ Rizal, dkk. 2013. Menguak Pasar Tradisional Indonesia. Jakarta : Direktorat
Jenderal Kebudayaan.
Kamaruzzaman, Bustaman-Ahamad. 2013. Memahami Tradisi Meugure, Islamic
Movement Jurnal: Valume 1, Nomor 1, Januari-juni 2013.
www.academia.edu, diakses 20 Maret 2016.
16
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 1, Nomor 1:1-17
Juli 2017
Skripsi
Afrianty. 2008. Perilaku Konsumen Pada Pasar Modern. Skripsi. Universitas Andalas.
Sri Alfianti Rezeki, 2016. Kenduri Laot Dalam Perspektif Sosiologi. Skripsi.
Universitas Syiah Kuala.
Internet
Acehprov. 2013. Uroe peukan pun kian mentradisi.
http://acehprov.go.id/jelajah/read/2013/10/03/41/uroe-peukan-pun-kian-
mentradisi.htm. diakses 20 maret 2016.
http://acehprov.go.id/jelajah/read/2013/10/03/41/uroe-peukan-pun-kian-
mentradisi.html.
https://agussetyadi.wordpress.com/2014/07/23/merawat-uroe-peukan/.
http://agusbwaceh.blogspot.co.id/2009/01/pasar-dalam-perspektif-budaya-aceh.html.
17