Anda di halaman 1dari 17

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah

Volume 1, Nomor 1:1-17


Juli 2017

Uroe Peukan Dalam Tradisi Masyarakat Bireuen


Amsal
Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Unsyiah Email : amsal1994@gmail.com

ABSTRAK

Uroe Peukan (pasar) dalam pandangan sebagian orang adalah hanya sebagai
pusat kegiatan ekonomi masyarakat, tempat para penjual dan pembeli berkumpul.
Sebenarnya, pasar adalah salah satu bentuk budaya masyarakat. Jika ingin melihat
kebudayaan suatu daerah maka pasar adalah salah satu tempat yang dapat
memberikan gambaran awal tentang budaya masyarakatnya. Barang-barang yang
dijual, masyarakat yang datang berbelanja, dan cara mereka bertransaksi adalah salah
satu wujud budaya. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis tradisi
uroe peukan di Bireuen dan untuk memperoleh deskripsi secara kualitatif tentang
pengaruh uroe peukan terhadap budaya transaksi. Penelitian menggunakan
pendekatan deskriptif kualitatif, yang merupakan penelitian yang bertujuan
memberikan gambaran secara jelas dan sistematis terkait dengan objek yang diteliti
dengan memberikan informasi dan data yang valid dengan data dan fenomena yang
ada di lapangan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan cara
observasi, wawancara dan dokumentasi. Sementara untuk data sekunder dalam
bentuk buku, jurnal, dan dokumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan
jual beli di hari pekan masih tetap berlangsung sampai sekarang. Selain itu di hari
pekan bisa memperlancar ekonomi khususnya menengah ke bawah khususnya dalam
bidang dagang. Adapun tujuan diadakan hari pekan tidak semata-mata untuk mencari
keuntungan (ekonomi) saja dalam berdagang. Bahwa perlunya suatu fungsi dalam
menjaga tradisi yang berguna dalam pelestarian dan pelaksanaan peran masyarakat,
agar mampu tertata dan adaptasi. Perbedaan cara transaksi di hari biasa dengan hari
pekan diakibatkan karena untuk menjaga nilai-nilai budaya dan tradisi yang telah ada
sebelumnya. Salah satu wujud budaya dalam masyarakat adalah cara mereka
melakukan transaksi.

Kata kunci: Tradisi, Masyarakat, dan Pasar

1
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 1, Nomor 1:1-17
Juli 2017

ABSTRACT

The title of this study is Uroe Peukan in Bireuen society tradition of culture
sociology perspective. The objective of this study to find out and to analysis the
tradition of uroe peukan in Bireuen city. The data describe about the impact of uroe
peukan to culture transaction, in doing this study the researcher used the theory of
structural functional. As we know that, the society is the social unity that consist of
parts interconnected and mutually blends in order to get a sustainability, said by
Talcolt Parson. The design of this study was a descriptive qualitative study. To obtain
the data, the writer used observation, interview and documentation. In addition the
secondary data that used in this study were book, journal, and document. The data
analyzed qualitatively. The informants in this study were 5 people which consists of
traders that doing activity in uroe peukan. The results of study shows that trading
activities on uroe peukan still occur until now. According to Talcolt Parson the view
of implementing function adaptation with adjusting to circumstances
environmentalists to support tradition of society.

Key words: Tradition, Society, and Market

2
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 1, Nomor 1:1-17
Juli 2017

PENDAHULUAN

Pasar dalam pandangan sebagian orang adalah hanya sebagai pusat kegiatan
ekonomi masyarakat, tempat para penjual dan pembeli berkumpul. Sebenarnya, pasar
adalah salah satu bentuk budaya masyarakat. Jika kita ingin melihat kebudayaan
suatu daerah maka pasar adalah salah satu tempat yang dapat memberikan gambaran
awal tentang budaya masyarakatnya. Barang-barang yang dijual, masyarakat yang
datang berbelanja, dan cara mereka bertransaksi adalah salah satu wujud budaya.
Salah satu gambaran, jika kita pergi ke pasar-pasar yang ada di Bireuen, maka dapat
dipastikan bahwa berbagai penjual hadir di pasar khususnya untuk masyarakat yang
mencari kendaraan bekas, para agen sepeda motor telah mempersiapkannya. Artinya,
pasti ada produk tertentu yang spesifik yang hanya dijual di daerah tersebut, tidak di
tempat lain.

Karimuddin Hasyabullah (1977) dalam buku “Uroe Ganto (Pasar Mingguan)


di Aceh Besar menyebutkan, hari pekan kembali berdenyut setelah para ulee balang
dan Kolonial Belanda yang memerintah bermufakat untuk menghidupkan kembali
uroe gantoe. Hal ini seperti dilakukan Ulee Balang VII Mukim Padang Tiji dan
Controleur Belanda Van de Velde dan Wilayah VII Mukim Baet di Sibreh. Sejarawan
dan pemerhati adat Aceh Teungku Abdurrahman Kaoy menyebutkan, pada saat itu
pemimpin Aceh memikirkan cara masyarakat memperoleh sumber rezeki baik dari
segi berdagang, pertanian, maupun lainnya. Tujuannya, agar kehidupan masyarakat
lebih baik dan jauh dari kemiskinan.

Hari pekan (uroe peukan) digelar di Bireuen untuk memperlancar ekonomi


dalam bidang dagang. Dalam hal ini, misalnya, dalam seminggu dipilih satu hari
untuk dijadikan hari pekan. Hari yang dipilih tersebut merupakan hari yang mudah
masyarakat berkumpul. Mereka yang tinggal di pelosok pedesaan turun ke pasar pada
uroe peukan untuk membeli berbagai kebutuhan. Pada uroe peukan, para pedagang
yang menjual dagangannya berasal dari laut seperti garam atau dari gunung berupa
asam, bertemu di uroe pekan. Memang tidak hanya menjual hasil bumi dari laut dan
gunung, tapi semuanya ramai di uroe pekan, seperti penjual pakaian dan pedagang
lainnya. Namun hari peukan di Bireuen dilaksanakan bertepatan di gang-gang sepeda
motor, di mana di khususkan untuk para agen-agen sepeda motor untuk
memperjualbelikan sepeda motornya.

Berdasarkan sejarahnya, perkembangan sebuah kota diawali dari sebuah


pasar. Pasar adalah tempat berkumpulnya para pedagang dan pembeli yang akan
melakukan transaksi [Simanjuntak, 2006:189]. Pasar adalah pusat kegiatan komersial.
Diawali dengan kegiatan tukar menukar barang kebutuhan hidup, selanjutnya karena

3
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 1, Nomor 1:1-17
Juli 2017

desakan kebutuhan akan ruang dan waktu maka para pedagang mencari tempat
berkumpul dan membentuk sebuah tempat yang sekarang dikenal dengan pasar. Pasar
tradisional adalah tempat berjualan tradisional (turun temurun) tempat bertemunya
penjual dan pembeli dimana barang-barang yang diperjualbelikan tergantung dari
permintaan pembeli. Harga yang ditetapkan merupakan harga yang disepakati antara
penjual dan pembeli melalui proses tawar menawar. Pada umumnya pasar tradisional
merupakan tempat berjualan bahan-bahan kebutuhan pokok. Pasar biasanya
beraktivitas pada batas-batas waktu tertentu seperti pasar pagi, pasar sore, pasar
pekan dan lainnya.

Di Aceh, peukan [KBA, 2013:34] bahkan memiliki makna lebih dari sekedar
tempat meudagang (berdagang). Dilihat dari sudut pandang yang lain, istilah untuk
mencari ilmu adalah jak meudagang (pergi berdagang). Sepintas, istilah tersebut
memperlihat bahwa seseorang ingin melakukan aktivitas perekonomian atau
berjualan. Adapun istilah untuk berdagang, orang Aceh menyebutnya dengan kata
meukat. Agaknya, istilah ini mirip dengan bahasa Arab yaitu miqat, bermakna
„berhenti sebentar‟. Hal ini disebabkan, dalam tradisi perekonomian orang Aceh,
kegiatan jual beli hanya terjadi pada satu hari dalam seminggu. Tradisi ini dikenal
dengan istilah uroe gantoe atau uroe peukan, karena sehari dalam seminggu, maka
rakyat terkadang tidak hanya membawa uang ke pasar, melainkan membawa hasil
tanaman atau ternak yang kemudian dijual, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Orang yang membawa dagangan inilah yang dikenal dengan ureung meukat atau
orang yang berhenti sejenak. Karena pada sore hari, mereka akan kembali ketempat
asal. Dengan kata lain, tradisi berdagang di Aceh adalah “tradisi singgah sebentar”.

Dalam tradisi orang Aceh, proses uroe peukan [KBA, 2013:35] terjadi di
sekitar pasar yang ada masjid dan dayah. Biasanya, pada hari itu, ureung meudagang
(orang yang berdagang), akan keluar dari dayah, untuk membeli keperluan mereka.
Penggunaan istilah meudagang pada santri dayah memang terasa unik. Karena dalam
bahasa Indonesia atau Melayu, istilah berdagang merupakan salah satu kegiatan
dalam perekonomian. Sebagaimana diketahui, bahwa ureung meudagang sama sekali
tidak membayar apapun kepada pesantren, kecuali uang lampu atau sumbangan untuk
keperluan bersama, tidak ada SPP, tidak ada pungutan apapun. Karena ketika orang
meudagang, mereka hanya disediakan tempat untuk tinggal dan semua keperluan
sehari-hari disuplai oleh santri sendiri atau oleh orang tua dari kampung halaman.
Karena itu, terkadang mereka untuk keperluan sehari-hari, jika tidak dapat kiriman
dari orang tua, sering mengabdikan dirinya di dalam masyarakat. Dengan proses
“mengabdikan” diri pada masyarakat, tentu saja mereka akan mendapat imbalan
sepantas. Agaknya peukan di Aceh menyimpan banyak simbol dan makna yang perlu
digali lebih dalam. Peukan tidak dapat dipandang sekedar tempat penjual dan pembeli

4
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 1, Nomor 1:1-17
Juli 2017

bertemu, tetapi berindikasi sebagai tempat aktivitas budaya lokal dipertemukan dan
dipertunjukkan.

TINJAUAN PUSTAKA

Tradisi
Tradisi adalah kebiasaan yang turun temurun dalam suatu masyarakat. Tradisi
merupakan mekanisme yang dapat membantu untuk memperlancarkan perkembangan
pribadi anggota masyarakat, misalnya dalam membimbing anak menuju kedewasaan.
Tradisi juga penting sebagai pembimbing pergaulan bersama di masyarakat. W.S.
Rendra menekankan pentingnya tradisi dengan mengatakan bahwa tanpa tradisi,
pergaulan bersama akan menjadi kacau, dan hidup manusia akan menjadi biadab.
Namun demikian, jika tradisi bersifat absolut, nilainya sebagai pembimbing akan
merosot. Jika tradisi mulai absolut bukan lagi sebagai pembimbing, melainkan
penghalang kemajuan. Oleh karena itu, tradisi yang kita terima perlu kita renungkan
kembali dan kita sesuaikan dengan zamannya.
Tradisi (Bahasa Latin: traditio, “diteruskan”) atau kebiasaan, dalam
pengertian yang paling sederhana adalah sesuatu yang telah dilakukan untuk sejak
lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari
suatu negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang sama. Hal yang paling mendasar
dari tradisi adalah adanya informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi baik
tertulis maupun (sering kali) lisan, karena tanpa adanya ini, suatu tradisi dapat punah.
Pengertian Tradisi adalah segala sesuatu yang disalurkan atau diwariskan dari
masa lalu ke masa kini atau sekarang. Menurut Cannadine, Pengertian Tradisi adalah
lembaga baru didandani dengan daya pikat kekunoan yang menentang zaman tetapi
menjadi ciptaan mengagumkan. Pengertian Tradisi dalam Arti Sempit adalah
warisan-warisan sosial khusus yang memenuhi syarat saja yaitu yang tetap bertahan
hidup di masa kini, yang masih kuat ikatannya dengan kehidupan masa kini.
Sejarah Tradisi lahir yaitu melalui dua cara. Cara pertama, tradisi muncul dari
bawah melalui mekanisme kemunculan secara spontan dan tidak diharapkan serta
melibatkan rakyat banyak. Karena sesuatu alasan, individu tertentu menemukan
warisan historis yang menarik. Perhatian, ketakziman, kecintaan dan kekaguman
yang kemudian disebarkan melalui berbagai cara, memengaruhi rakyat banyak. Sikap
takzim dan kagum itu berubah menjadi perilaku dalam bentuk upacara, penelitiaan
dan pemugaran peninggalan purbakala serta menafsir ulang keyakinan lama. Semua
perbuatan itu memperkokoh sikap. Kekaguman dan tindakan individu menjadi milik
bersama dan berubah menjadi fakta sosial sesungguhnya. Begitulah tradisi dilahirkan.
Proses kelahiran tradisi sangat mirip dengan penyebaran temuan baru, hanya saja

5
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 1, Nomor 1:1-17
Juli 2017

dalam kasus tradisi ini lebih berarti penemuan atau penemuan kembali yang telah ada
di masa lalu ketimbang penciptaan sesuatu yang belum pernah ada sebelumnya. Cara
kedua, tradisi muncul dari atas melalui mekanisme paksaan. Sesuatu yang dianggap
sebagai tradisi dipilih dan dijadikan perhatian umum atau dipaksakan oleh individu
yang berpengaruh atau berkuasa. Raja mungkin memaksakan tradisi dinastinya
kepada rakyatnya. Diktator menarik perhatian rakyatnya kepada kejayaan bangsanya
di masa lalu. Kemudian militer menciptakan sejarah pertempuran besar kepada
pasukannya. Perancang mode terkenal menemukan inspirasi dari masa lalu dan
mendiktekan gaya "kuno" kepada konsumen.
Dua jalan kelahiran tradisi itu tidak membedakan kadarnya. Perbedaannya
terdapat antara tradisi asli yaitu tradisi yang sudah ada di masa lalu dan tradisi buatan
yaitu murni khayalan atau pemikiran masa lalu. Tradisi buatan mungkin lahir ketika
orang memahami impian masa lalu dan mampu menularkan impiannya itu kepada
orang banyak. Lebih sering tradisi buatan ini dipaksakan dari atas oleh penguasa
untuk mencapai tujuan politik mereka.

Pasar

Pasar merupakan tulang punggung perekonomian masyarakat. Semua unsur


yang berkaitan dengan hal ekonomi berada di pasar mulai dari unsur produksi,
distribusi, ataupun unsur konsumsi. Pada awalnya pasar terbentuk di suatu tempat
yang luas, dan di tempat tersebut terjadinya transaksi jual-beli antara pedagang dan
pembeli.
Pasar terbentuk sebagai bagian dari usaha manusia memenuhi kebutuhannya.
Manusia sebagai makhluk sosial mempunyai kebutuhan agar tetap bisa survive.
Selain itu, pasar juga dapat dilihat sebagai suatu sistem yang merupakan satu
kesatuan dari komponen-komponen yang memiliki fungsi untuk mendukung fungsi
utama secara keseluruhan. Dengan demikian, sistem pasar tampak sebagai satu
kesatuan yang koheren sehingga terjadi saling ketergantungan di antara masing-
masing komponen/unsurnya (produksi, distribusi, transportasi, transaksi, dan
sebagainya). Pada prinsipnya pasar merupakan tempat para penjual dan pembeli
bertemu. Apabila pasar telah terselenggara (dalam arti bahwa penjual dan pembeli
sudah bertemu serta barang-barang kebutuhan telah terdistribusikan) maka peran
pasar akan tampak bukan hanya sebagai suatu kegiatan ekonomi, tetapi juga sebagai
pusat kegiatan sosial budaya.
Pasar dapat dilambangkan sebagai “pintu gerbang” yang menghubungkan
suatu kelompok masyarakat dengan kebudayaan tertentu dengan kelompok
masyarakat lain dengan kebudayaan berbeda-beda. Di kota-kota besar yang
komposisi penduduknya cenderung heterogen, pasar merupakan arena interaksi yang

6
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 1, Nomor 1:1-17
Juli 2017

menunjukkan ciri heterogenitas tersebut. Tanpa disadari di situ telah terjadi kontak-
kontak budaya di antara beragam kelompok masyarakat dengan latar belakang
budaya yang berbeda. Besar kemungkinan kontak budaya tersebut membawa
perubahan-perubahan kebudayaan beserta nilai-nilai budaya yang terkandung di
dalamnya.

Masyarakat

Masyarakat dalam istilah bahasa Inggris adalah society yang berasal dari kata
Latin socius yang berarti (kawan). Istilah masyarakat berasal dari bahasa Arab syarak
yang berarti (ikut serta dan berpartisipasi). Masyarakat adalah sekumpulan manusia
yang saling bergaul, dalam istilah ilmiah adalah saling berinteraksi. Suatu kesatuan
manusia dapat mempunyai prasana melalui warga-warganya dapat saling berinteraksi.
Definisi lain, menurut Koentjaraningrat (2009:115) masyarakat adalah kesatuan hidup
manusia yang saling berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang
bersifat kontinu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama.
Menurut Emile Durkheim (dalam Soleman B. Taneko, 1984:11) masyarakat
merupakan suatu kenyataan yang objektif secara mandiri, bebas dari individu yang
merupakan anggota-anggotanya. Masyarakat sebagai kumpulan manusia di dalamnya
ada beberapa umur yang mencakup. Adapun unsur-unsur tersebut adalah :
1. Masyarakat merupakan manusia yang hidup bersama,
2. Bercampur untuk waktu yang lama,
3. Mereka sadar bahwa mereka merupakan satu kesatuan,
4. Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama.
Seperti yang telah dikatakan di atas bahwa, manusia selalu membutuhkan
bantuan orang lain, maka dapat dipastikan bahwa manusia akan selalu berinteraksi
satu dengan yang lainnya. Pada prosesnya, manusia akan merasa terikat oleh satu
perasaan yaitu kesatuan identitas. “Dalam bahasa Inggris, masyarakat dikenal dengan
istilah society yang berasal dari kata Latin socius, yang berarti “kawan”. Istilah
masyarakat sendiri berasal dari akar kata Arab, syaraka yang berarti ikut serta,
berpartisipasi”. (Koentjaraningrat, 1990: 144). Istilah “masyarakat” mempunyai
makna yang sama, yang dalam bahasa Inggris disebut :
a. “Society adalah sekelompok orang yang telah menjadi satu kesatuan wilayah,
fungsional dan kultural.” (Soleman B. Taneko, 1990: 59). Maksudnya adalah
bahwa sebagai suatu unit (kesatuan) sosial yang menempati suatu daerah
geografis yang dapat ditentukan, juga sebagai suatu kesadaran sosial yang
para anggota diikat oleh ikatan-ikatan ketergantungan satu sama lain.

7
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 1, Nomor 1:1-17
Juli 2017

b. Community merupakan “a group of people having in a contiguous geographic


area, having common center interests and activities, and functioning together
in the chief concern of life ” (Osborn dan Neumeyer dalam Soleman B.
Taneko. 1990: 60). Dengan demikian komunitas merupakan suatu kelompok
sosial yang dapat dinyatakan sebagai “masyarakat setempat”. Suatu kelompok
yang bertempat tinggal dalam suatu wilayah tertentu dengan batas-batas
tertentu pula, di mana kelompok itu dapat memenuhi kebutuhan hidup dan
dilengkapi oleh perasaan kelompok serta interaksi yang lebih besar di antara
para anggotanya.
Dari dua pengertian di atas, maka dapat dikatakan bahwa masyarakat adalah
kelompok manusia yang hidup dalam suatu wilayah dalam jangka waktu yang relatif
lama, di mana mempunyai tujuan hidup bersama dikarenakan kebutuhan yang sama.
Dikarenakan berasal dari satu wilayah, maka anggota dari masyarakat mempunyai
satu alasan yang menjadikan satu identitas, yaitu satu kebudayaan, satu nasib dan
saling memerlukan satu dengan lainnya.
Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu
nilai dan aturan tertentu yang bersifat kontinu. Masyarakat merupakan, “Kelompok
individu yang diorganisasikan mengikuti satu cara hidup tertentu” (Harsojo, 1977:
144). Di dalam hidup bersama, manusia haruslah mempunyai aturan yang diciptakan
dan disepakati bersama-sama, sehingga tercipta kehidupan yang aman, damai, dan
sejahtera. Masyarakat terbentuk dari beragam manusia dengan kepentingan dan
tujuan yang berbeda. Sehingga untuk mengatur perbedaan tersebut dibutuhkan suatu
aturan yang berisi nilai, norma, dan adat istiadat, sehingga tidak akan ada yang
merugikan atau pun dirugikan.
Salah satu fungsi aturan di dalam masyarakat adalah mengatur masyarakat
untuk mendahulukan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi. Sebagaimana
yang dikatakan ahli, “hidup di dalam masyarakat ialah mengorganisasikan
kepentingan-kepentingan perorangan, pengaturan sikap orang yang satu terhadap
yang lain, dan pemusatan orang dalam kelompok tertentu untuk melakukan tindakan
bersama “(Firth dalam Harsojo, 1977: 147). Masyarakat akan berjalan lancar, apabila
setiap anggota masyarakat mampu menyeimbangkan kepentingan pribadi dengan
kepentingan umum, tetapi meskipun begitu kepentingan umum sangat diprioritaskan
pelaksanaanya. Diharapkan setiap anggota masyarakat mau ikut serta dalam setiap
kegiatan untuk mencapai tujuan bersama. Sebagaimana dikatakan ahli. “Suatu
masyarakat mengacu pada suatu kelompok manusia yang lebih berinteraksi satu sama
lain daripada individu-individu lain, yang bekerja sama satu sama lain untuk
mencapai tujuan-tujuan tertentu.” (C. Kluckohn dalam Parsudi Suparlan, 1984: 80).
Masyarakat merupakan kelompok manusia, yang hidup dan bekerja bersama
dalam jangka waktu yang cukup lama, sehingga dapat mengorganisasikan diri dan

8
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 1, Nomor 1:1-17
Juli 2017

sadar, bahwa setiap anggota masyarakat terjalin karena kesatuan sosial dengan batas-
batas yang jelas. Untuk menjadi suatu masyarakat, antar anggota harus melakukan
suatu kerja sama yang mempunyai prinsip timbal-balik sehingga setiap kebutuhan
dari setiap anggota dapat terpenuhi. “Masyarakat tidak pernah ada sebagai sesuatu
benda objektif terlepas dari anggota-anggotanya. Kenyataan itu terdiri dari kenyataan
proses interaksi timbal-balik.” (Doyle Paul Jhonson, 1988: 257)
Pada dasarnya setiap anggota masyarakat berkumpul menjadi suatu
masyarakat karena merasa telah terpenuhi setiap kebutuhannya. Pemenuhan
kebutuhan didapat dari proses saling memberi dan menerima dari antar anggota,
sehingga akan hidup langgeng dan damai. Masalah akan muncul apabila di dalam
suatu masyarakat terdapat salah satu atau beberapa anggota tidak dapat melakukan
tugas sebagaimana mestinya, sehingga terjadi kepincangan dan ketidakseimbangan
yang menimbulkan proses timbal-balik antar anggota masyarakat terhambat.
Masyarakat tidak tercipta begitu saja, dibutuhkan waktu yang lama untuk
membangunnya. Masyarakat terbentuk melalui proses, di mana proses tersebut dibagi
menjadi dua, yaitu sebagai berikut: “1). Adaptasi dan organisasi tingkah-laku dari
individu-individu yang menyatukan diri (anggota masyarakat) 2). Berkembangnya
suatu kesadaran kelompok atau suatu kesatuan perasaan emosi (esprit de crops).”
(Linton, 1984: 120-123)

Budaya

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanksekerta yaitu buddayah,


yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi dan akal) diartikan sebagai hal-hal
yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan
disebut culture, yang berasal dari kata latin Colere, yaitu mengolah atau
mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture
juga kadang diterjemahkan sebagai “kultur” dalam bahasa Indonesia. Budaya
merupakan suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah
kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari
banyak unsur yang rumit, sistem agama, dan politik adat istiadat, bahasa, perkakas,
pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari diri manusia sehingga cenderung menganggapnya
diwariskan secara genetis. Ketika seorang berusaha berkomunikasi dengan orang-
orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan - perbedaannya
membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh
sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk
dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat,

9
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 1, Nomor 1:1-17
Juli 2017

bahasa, perkakas, pakaian, bangunan dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga
budaya merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang
cenderung menganggapnya diwariskan secara genetik. Ketika seseorang berusaha
berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan
perbedaan-perbedaaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.

Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh, budaya bersifat kompleks,


abstrak dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif.
Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.
Kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan
meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga
dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan
kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang
berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola
perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang
kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan
bermasyarakat. Bronislaw Malinowski menyebutkan ada empat unsur pokok
kebudayaan : Pertama sistem beberapa etika yang memungkinkan adanya kerja sama
antaranggota masyarakat supaya sesuai dengan alam seputarnya. Kedua organisasi
ekonomi. Ketiga alat serta instansi atau petugas untuk pendidikan (keluarga yaitu
instansi pendidikan paling utama). Terakhir organisasi kemampuan (politik).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di pasar Kecamatan Kota Juang, Kabupaten Bireuen.


Peneliti mengambil lokasi penelitian ini karena sesuai dengan objek permasalahan
dan merupakan tempat menemukan informasi yang akan membantu dalam proses
pengumpulan data, sehingga dapat menunjang dan melengkapi dari penelitian ini.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan (field research), dalam
kajian pendekatan metode deskriptif kualitatif. Artinya, penelitian kualitatif adalah
proses penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Biasanya penelitian ini
digunakan untuk melihat fenomena/perilaku yang terjadi di lapangan, Tohirin (2012:
3). Sedangkan Creswell (2008) mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai suatu
pendekatan untuk mengeksplorasi dan memahami suatu gejala sentral. Untuk
mengerti gejala sentral tersebut peneliti mewawancarai peserta penelitian atau
partisipan dengan mengajukan pertanyaan yang umum dan agak luas. Informasi yang
disampaikan oleh partisipan kemudian dikumpulkan. Informasi tersebut biasanya

10
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 1, Nomor 1:1-17
Juli 2017

berupa kata atau teks yang kemudian dianalisis. Hasil analisis itu dapat berupa
deskripsi atau dapat pula dalam bentuk tema-tema. Dari data tersebut dibuat
interpretasi untuk menangkap arti yang terdalam.
Pada penelitian kualitatif, istilah subjek penelitian disebut dengan istilah
informan, yaitu orang-orang yang memberikan informasi tentang data yang
diinginkan peneliti berkaitan dengan penelitian yang sedang dilaksanakan
(Muhammad Idrus, 2009:91). Adapun informan penelitian ini terdiri dari beberapa
masyarakat yang melakukan aktivitas dan kegiatan di seputaran pasar.

1. Data primer menurut Bagong Suyanto dan Sutinah (2005:55) adalah data yang
diperoleh langsung dari objek yang akan diteliti. Dengan demikian peneliti
dapat memperoleh hasil yang sebenarnya dari objek yang diteliti melalui
informan dan pihak-pihak terkait. Data primer dalam penelitian ini diperoleh
dari hasil wawancara secara mendalam dengan subjek penelitian).
2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari lembaga atau institusi tertentu,
seperti buku, majalah ilmiah, sumber arsip, dokumen pribadi, dokumen resmi,
gambar atau foto, dan lain-lain. Dengan kata lain, data sekunder yaitu data
yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian. Proses
pengumpulan data ini diperoleh dari lembaga atau institusi tertentu seperti
lembaga MAA (Majelis Adat Aceh) dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
(Bagong Suyanto 2005: 56).

Teknik Pengumpulan Data


Suharsimi Arikunto (2002: 100), Pengumpulan data adalah pencatatan
peristiwa peristiwa atau keterangan-keterangan atau karakteristik-karakteristik
sebagian serta seluruh elemen yang akan mendukung penelitian, atau cara yang dapat
digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Pengumpulan data dalam
penelitian ini menggunakan teknik :
3.1.1. Observasi
Kegiatan dan penggunaan metode observasi menjadi sangat penting dalam
tradisi penelitian kualitatif. Melalui observasi dapat di ketahui berbagai kejadian,
peristiwa, keadaan, tindakan yang dilakukan oleh kelompok nelayan. Kegiatan
observasi tersebut tidak hanya dilakukan terhadap kenyataan-kenyataan yang terlihat,
tetapi juga terhadap yang di dengar (Burhan Bungin, 2003: 65-66).
Pada penelitian ini, peneliti mengadakan pengamatan secara langsung dengan
mengambil bagian dalam objek penelitian untuk memperoleh dan mengumpulkan

11
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 1, Nomor 1:1-17
Juli 2017

data yang diperlukan. Dalam penelitian ini, peneliti mengamati secara langsung
bagaimana keadaan sebenarnya di pasar tempat berlangsungnya hari peukan.

3.1.2. Wawancara
Dalam memahami suatu fenomena sosial di perlukan cara penggalian data
yang handal. Di sini terletak relevansi metode atau teknik wawancara mendalam.
Dengan wawancara mendalam maka dapat digali apa yang tersembunyi di sanubari
seseorang, apakah yang menyangkut masa lampau, masa kini, maupun masa depan.
Wawancara terstruktur sebagaimana yang lazim dalam tradisi survei menjadi kurang
memadai, yang diperlukan adalah wawancara tak berstruktur yang bisa secara leluasa
melacak berbagai segi dan arah guna untuk mendapatkan informasi yang selengkap
mungkin dan sedalam mungkin (Burhan Bungin, 2003:67).
Peneliti menggunakan teknik wawancara tak berstruktur dikarenakan
wawancara dilakukan tidak berpedoman pada daftar pertanyaan. Dalam penelitian,
dilakukan wawancara secara mendalam karena akan memungkinkan terjalinnya
hubungan dekat antara peneliti dengan subjek penelitiannya, sehingga yang diteliti
dengan leluasa dapat membantu dalam memberikan informasi kepada peneliti.
Pada awal wawancara, peneliti melakukan persiapan yang terdiri dari daftar
pertanyaan, penguasaan materi sampai pengenalan mengenai kebiasaan orang yang
hendak di wawancarai. Setelah melakukan persiapan, peneliti fokus pada orang yang
bisa dijadikan informan lalu kemudian wawancara dilakukan tanpa batasan waktu.
Penjelasan identitas diperlukan seperti nama, asal dan tujuan peneliti untuk
mendapatkan informan. Setelah mendapatkan informan, peneliti memulai wawancara
dengan pertanyaan yang ringan dan bersifat umum, selanjutnya melakukan
pendekatan tidak langsung pada persoalan, misalnya perkenalan ringan dengan
mengetahui nama, di mana letak rumah, bagaimana kondisi informan, kemudian baru
hubungkan dengan persoalan yang akan menjadi topik permasalahan dalam penelitian
ini.

3.1.3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu, baik itu
berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Studi.
Sugiyono (2012:240), mengemukakan pendapatnya mengenai dokumen, dokumen
merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan,
gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.

12
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 1, Nomor 1:1-17
Juli 2017

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Gambaran Tradisi Uroe Peukan Dalam Masyarakat Di Kota Bireuen

Hari pekan (uroe peukan) atau yang lebih dikenal pasar mingguan yang di
gelar di kota Bireuen untuk memperlancar ekonomi dalam bidang dagang. Hari pekan
dilaksanakan dalam seminggu sekali yang dijadikan hari pekan, hari tersebut
merupakan hari yang berbeda dengan daerah lain, misalnya di daerah Matang hari
Kamis, geurugok selasa, dan sebagainya. Hal ini dilakukan untuk menghindari
sepinya pengunjung yang hadir di hari pekan dan menstabilkan perekonomian di
masing-masing daerah. Khusus untuk daerah kota Bireuen hari yang dijadikan pekan
yaitu hari Sabtu, pemilihan hari tersebut telah terjadi berpuluh-puluh tahun lamanya
sebelum kabupaten Bireuen mekar dari kabupaten Aceh utara. Dalam tradisi
perekonomian masyarakat Aceh, kegiatan jual beli hanya terjadi pada satu hari dalam
seminggu. Tradisi ini dikenal dengan istilah uroe gantoe. Hari pekan menjadi tempat
perputaran ekonomi masyarakat dalam skala besar. Pada masa kerajaan, masyarakat
Aceh membeli barang di uroe peukan dengan tiga jenis mata uang. Anak-anak
menggunakan keuh yang terbuat dari timah, remaja menggunakan dinar (campuran
dinar dan perak), dan orang dewasa bermata uang dirham (terbuat dari emas). Apalagi
pada 533 Hijriah, Aceh sudah mencetak uang emas di Gampong Pande, dan berlaku
di berbagai belahan dunia. Sekarang ini hari pekan digelar hanya di daerah-daerah
yang perekonomiannya sudah maju seperti kota Bireuen.

Uroe peukan atau sering disebut dengan uroe gantoe pada umumnya
merupakan tradisi masyarakat Aceh, khususnya di kota Bireuen dilaksanakan setiap
hari Sabtu salah satunya berfungsi sebagai salah satu sarana agar masyarakat lebih
bersatu, menjaga silaturrahmi dan menjaga kearifan lokal yang sudah ada sejak dulu
tentang penting adanya uroe peukan.

Tradisi di hari pekan masih tetap di jaga oleh masyarakat di sekitar. Adapun
tujuan diadakan hari pekan untuk mempererat tali persaudaraan sesama para
pedagang maupun pembeli bahkan masyarakat di sekitar yang melakukan aktivitas di
hari pekan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa di hari pekan tidak semata-mata
untuk mencari keuntungan (ekonomi) dalam hal berdagangan akan tetapi mempererat
persaudaraan yang telah terikat sebelumnya, adapun para pedagang di hari pekan
tidak semuanya berasal dari satu daerah. Ini mengindikasikan bahwa tradisi di hari
pekan menunjukkan masyarakat sangat menjaga keberadaan pasar hari pekan karena
di pekan tersebut masyarakat berinteraksi dengan masyarakat dari daerah lain
walaupun hanya sebatas pedagang dengan pembeli, sehingga secara tidak langsung
hubungan tersebut menjadikan satu sama lainnya terikat.

13
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 1, Nomor 1:1-17
Juli 2017

Dalam kehidupan masyarakat Aceh secara umum, di uroe peukan biasanya


menghadirkan para pedagang yang menjual dagangannya baik itu berasal dari pesisir
maupun dari pinggiran gunung maupun jenis pedagang lainnya yang berkumpul di
satu tempat pada hari yang telah ditetapkan. Namun ini berbeda dengan pekan yang
terjadi di kota Bireuen yang umumnya dikuasai oleh pedagang sepeda motor bekas
(agen sepeda motor), ini menunjukkan perbedaan dengan daerah lain di Aceh.
Tentunya tempat berdagang memiliki makna lebih, jika dilihat dari sudut pandang
lain istilah mencari ilmu adalah pergi berdagang. Istilah tersebut menunjukkan bahwa
seseorang melakukan aktivitas perekonomian atau berjualan.

Pengaruh Uroe Peukan Terhadap Budaya Transaksi

Transaksi merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang yang


menimbulkan perubahan terhadap harta atau keuangan yang dimiliki baik itu
bertambah maupun berkurang. Di hari pekan kota Bireuen transaksi yang terjadi
berbeda dengan transaksi yang terjadi di hari lainnya, ini menandakan bahwa di hari
pekan memiliki keunikan tersendiri di mana transaksi yang terjadi antara pedagang
dengan pembeli tidak semata-mata meraih keuntungan tetapi di dalam transaksi
tersebut terdapat hubungan yang mempererat tali persaudaraan yang kuat di antara
pedagang dan pembeli maupun masyarakat yang ikut berpartisipasi. Transaksi yang
terjadi di hari pekan berlandaskan kepercayaan, seperti halnya saat melakukan
transaksi pembayarannya tidak harus langsung di tempat, akan tetapi pembayarannya
terjadi keesokannya harinya. Di sinilah terdapat rasa kepercayaan antara pedagang
dan pembeli yang menjadikan hari pekan berbeda dengan hari-hari lainnya khususnya
dalam hal berdagang.

Dalam kehidupan sehari-hari tidak lepas dari kegiatan transaksi baik itu
dilingkungkan sekitar maupun di pasar, tentu hal ini menjadi transaksi sebagai suatu
keharusan yang harus dilakukan untuk mencapai sebuah tujuan dalam kehidupan
bermasyarakat. Bagaimana pun transaksi ekonomi sangat mempengaruhi keadaan
masyarakat itu sendiri, adapun transaksi-transaksi yang terjadi di hari pekan sangat
membantu perekonomian masyarakat itu di sebabkan karena perputaran mata uang di
lingkungan pasar yang menjadikan ekonomi masyarakat tetap stabil.

Hari pekan di salah satu sudut kota Bireuen lebih tepatnya tempat jual beli
sepeda motor bekas, di mana para agen melakukan transaksi berbeda dengan
transaksi biasanya, transaksi yang terjadi di sini memperlihatkan bahwa tidak
selamanya harus secara langsung akan tetapi cuma secara ijab kabul dan
pembayarannya dilakukan keesokan harinya. Ini menunjukkan bahwa rasa
kepercayaan yang terdapat di pasar tersebut sangatlah kuat, kepercayaan ini bisa

14
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 1, Nomor 1:1-17
Juli 2017

menjadi salah satu cara untuk mempermudah para pembeli maupun pedagang dalam
beraktivitas di hari pekan tanpa memikirkan harus membawa uang tunai yang banyak.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti tentang Uroe
Peukan Dalam Tradisi Masyarakat kota Bireuen Dalam Perspektif Sosiologi Budaya.
Peneliti menyimpulkan sebagai berikut:
1. Pelaksanaan tradisi uroe peukan di kota Bireuen masih tetap berlangsung
sampai sekarang, di mana pelaksanaannya dipilih satu hari dalam seminggu.
Masyarakat yang di sekitar juga masih ikut berpartisipasi dalam menjaga
keberlangsungan tradisi tersebut, hari pekan menjadi tempat berkumpulnya
masyarakat untuk mempererat tali silaturrahmi, selain itu di hari pekan bisa
memperlancar ekonomi khususnya menengah ke bawah khususnya dalam
bidang dagang. Adapun tujuan diadakan hari pekan tidak semata-mata untuk
mencari keuntungan (ekonomi) saja dalam berdagang, umum para pedagang
tidak semuanya berasal dari daerah yang sama, ini menjadikan tempat
kegiatan sosial sekaligus sebagai tempat berkumpul dan bersosialisasi untuk
menjaga persaudaraan antar sesama.

2. Perbedaan cara transaksi di hari biasa dengan hari pekan diakibatkan karena
untuk menjaga nilai-nilai budaya dan tradisi yang telah ada sebelumnya. Salah
satu wujud budaya dalam masyarakat adalah cara mereka melakukan
transaksi.

DAFTAR PUSTAKA

15
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 1, Nomor 1:1-17
Juli 2017

Buku
Bagong Suyanto & Suyanti.2005.Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif
Pendekatan. Jakarta: Kencana.
Burhan Bungin. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Daeng, Hans J, 2000. Manusia, Kebudayaan, dan Lingkungan: Tinjauan,
Antropologis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Harsojo, 1977. Pengantar Antropologi. Jakarta: Bina Cipta.
Johnson, Paul, Doyle, 1988. Teori Sosiologi Klasik Dan Modern 1. Alih Bahasa M.Z.
Lawang, Jakarta: Gramedia.
Linton, Ralph, 1984. Antropologi. Jerman, Bandung.
Ritzer, George dan Douglas J. 2006. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana.
Sanapiah Faisal. 2005. Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Soerjono Soekanto, 2001. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Cipta Abdi Pustaka.
Soleman B. Taneko, 1984. Struktur dan Proses Sosial Suatu Pengantar Sosiologi
Pembangunan. Jakarta: Rajawali.
Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia.

Sugiyono.(2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Jurnal
JJ Rizal, dkk. 2013. Menguak Pasar Tradisional Indonesia. Jakarta : Direktorat
Jenderal Kebudayaan.
Kamaruzzaman, Bustaman-Ahamad. 2013. Memahami Tradisi Meugure, Islamic
Movement Jurnal: Valume 1, Nomor 1, Januari-juni 2013.
www.academia.edu, diakses 20 Maret 2016.

16
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 1, Nomor 1:1-17
Juli 2017

Karimuddin Hasybullah. 1977. “Uroe Gantoe (Pasar Mingguan) di Aceh Besar”.


Dalam segi-segi Sosial Budaya Masyarakat Aceh. Alfian (ed). Jakarta:
LP3ES.
Suryo S. Agung. 2007. Uroe Gantoe pada Masyarakat Aceh. Seri Informasi Budaya:
Nomor 13/2007, Banda Aceh: Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai
Tradisional Banda Aceh.

Skripsi
Afrianty. 2008. Perilaku Konsumen Pada Pasar Modern. Skripsi. Universitas Andalas.
Sri Alfianti Rezeki, 2016. Kenduri Laot Dalam Perspektif Sosiologi. Skripsi.
Universitas Syiah Kuala.

Internet
Acehprov. 2013. Uroe peukan pun kian mentradisi.
http://acehprov.go.id/jelajah/read/2013/10/03/41/uroe-peukan-pun-kian-
mentradisi.htm. diakses 20 maret 2016.
http://acehprov.go.id/jelajah/read/2013/10/03/41/uroe-peukan-pun-kian-
mentradisi.html.
https://agussetyadi.wordpress.com/2014/07/23/merawat-uroe-peukan/.
http://agusbwaceh.blogspot.co.id/2009/01/pasar-dalam-perspektif-budaya-aceh.html.

17

Anda mungkin juga menyukai