Anda di halaman 1dari 12

Vol. 3, No.

2, Desember 2018
Available at: a ETTISAL JOURNAL OF COMMUNICATION
P-ISSN: 2503-1880 E-ISSN: 2599-3240
https://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/ettisal
http://dx.doi.org/10.21111/ettisal.v3l1.1931

KONTEKSTASI PEDAGANG PASAR TRADISIONAL DALAM


MEMPERTAHANKAN RELASI SOSIAL DAN KOMUNIKASI
Saudah
Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Merdeka Malang
Jalan. Terusan Raya Dieng No 62-64 Malang, Jawa Timur, 65146, Indonesia
Email : saudah@unmer.ac.id

Abstrak
Perkembangan yang sangat cepat serta pembangunan pasar modern di seluruh negri
telah mengancam keberlanjutan dari pasar tradisional. Untuk dapat bertahan dari persaingan
tersebut, pedagang pasar tradisional harus berjuang dan bekerja keras melalui penyediaan
komoditas yang berkualitas serta mengimplementasikan pelayanan yang baik kepada pelanggan.
Hubungan sosial yang harmonis serta norma-norma budaya yang kuat merupakan faktor penting
yang memungkinkan untuk bersaing dengan pasar modern. Dilihat dari perspektif pertukaran
sosial, apa yang dilakukan pedagang, bernegosiasi dan bertransaksi di pasar tradisional harus
sesuai dengan nilai dan norma yang telah disepakati. Makalah ini menggunakan pendekatan
etnometodologi subjektivistik yang mencoba untuk menjelaskan hubungan yang beraneka ragam
dan jaringan komunikasi interpersonal antarpedagang di pasar tradisional. Hubungan sosial yang
dikembangkan dan dipelihara secara kolektif ditujukan untuk mempertahankan fungsi pasar
tradisional sebagai tempat penyebaran informasi, interaksi dan pengembangan jaringan distribusi
komoditas. Implikasi teoritis dari temuan ini menggambarkan pentingnya proses pertukaran
sosial yang dilandasi prinsip-prinsip keteraturan, kecukupan, keamanan dan kenyamanan.
Kata Kunci : pedagang pasar tradisional, relasi, komunikasi, jaringan personal

CONTEXTUALIZATION OF TRADITIONAL MARKET TRADERS TO


DEFEND SOCIAL RELATIONS AND COMMUNICATION
Abstract
The speedy development as well as the widespread construction of modern market has
threatened the exsistence of traditional and its sustainability. To survive this stiff competition,
traditional market traders therefore have to fight and work hard through the quality commodity
provision and excellent customer service implementation. Their harmonious social relationship
and strong cultural norms are of significant factor which enable them to compete with their modern
supermarket counterparts. Viewed from social exchange perspective, what they act, negotiate
and transact commodities within the traditional market complex should be in accordance with
their agreed- upon values and norms. The paper which employs ethnomethodology subjectivist
approach tries to elucidate multifarious relationship and networked interpersonal communication
among traditional market traders. The social relationships are developed and maintained
collectively in order to sustain traditional market function as place of information dissemination,
internal interaction cultivation and commodity distribution network advancement. The theoretical
implications of this finding illustrates the importance of pseudo transaction during social exchange
process which necessitates the employment such principles as regularity, adequacy, security and
convenience.
Keywords: traditional market traders, relations, communication, personal network
132 Saudah

Pendahuluan juga berkembang proses komunikasi yang


Penelitian ini dilakukan untuk mengikuti aliran hubungan bersifat personal,
memahami interaksi antar pedagang dalam sehingga menjadi penting fenomena tersebut
rutinitas sehari-hari di pasar tradisional, untuk diteliti lebih mendalam.
khususnya pasar Karangploso di wilayah Pasar tradisional Karangploso
kabupaten Malang. Interaksi antarpedagang Kabupaten Malang berkembang dengan pesat,
dengan latar belakang dan motif yang ditinjau dari aspek sosial ekonomi menjanjikan
berbeda, akan membentuk relasi sampai terciptanya kesejahteraan, mulai pasar kelas
tingkat keeratan tertentu. Terjadinya interaksi I sampai dengan kelas IV melalui sebaran
mensyaratkan adanya komunikasi diantara jumlah pedagangnya. Begitu pula dengan
pedagang, sehingga relasi dan komunikasi upaya yang terus dilakukan oleh pemerintah
merupakan pemandangan bersifat faktual selaku stakeholder, memperlihatkan upaya
yang ditransformasikan sebagai budaya melakukan akselerasi perbaikan fisik dan tata
pasar. Hal inilah yang menjadi urgensi kelola pasar, sehingga keberadaannya sangat
dari penelitian mengenai sistem sosial dan dibutuhkan serta dipertahankan masyarakat.
budaya pasar tradisional, dengan melibatkan Dengan kekhasan yang ada, yaitu relasi
individu pedagang sebagai aktor utama antarpedagang, relasi penjual dan pembeli
dalam proses dinamika kehidupan pasar, menjadikan pasar tradisional menempati
juga membangun relasi dengan membentuk ruang tersendiri di masyarakat karena
jaringan perdagangan, dan menentukan pasar tradisional mampu mempertahankan
perilaku komunikasi untuk melahirkan keramah-tamahan yang khas. Pertemuan
norma-norma baru yang disepakati dalam antarpedagang di lingkungan pasar
rangka mempertahankan budaya pasar tradisional bukan hanya sebagai rutinitas
tradisional. memenuhi kebutuhan ekonomi saja, tetapi
Ruang lingkup penelitian ini terarah juga memperlihatkan kemanfaatan sebagai
pada pedagang komoditas sayur mayur, ruang publik yang bermakna relasional.
karena branding pasar Karangploso sudah Sebagai pasar tradisional
lekat sebagai pasar sentra sayur mayur dengan yang menunjukkan keunikan dalam
pergerakan sangat cepat, karena tidak hanya mempertahankan budaya pasar lokal,
melibatkan pedagang yang melayani pasokan maka menjadi sentra variasi komoditi atas
bagi pembeli lokal, tetapi juga menjadi pasar perkulakan yang mampu mempertemukan
kulakan bagi pedagang besar dari kota-kota pedagang dari beberapa wilayah antara lain
lainnya. Selain itu, kehidupan pedagang Malang Raya, Batu, Pasuruan, Kediri dan
di sini juga memiliki keunikan tersendiri. wilayah lain. Pemerintah Kabupaten Malang
Beberapa pedagang yang sudah memiliki memiliki 33 pasar daerah yang terletak di
tempat di sentra sayur, juga memiliki tempat 31 kecamatan dari 33 kecamatan yang ada
berdagang di pasar induk yang beroperasi (website dinas perindustrian, perdagangan dan
tengah malam sampai dengan dini hari. pasar kabupaten Malang). Pasar Karangploso
Untuk melakukan kegiatan berdagang malam hingga saat ini menjadi pasar percontohan,
hari, para pedagang mendatangkan komoditi baik dalam aspek pengelolaan perdagangan
melalui pasar sentra sayur mayur. Realita sampai dengan pengolahan limbah pasar.
ini menunjukkan, bahwa diantara pedagang Pasar sudah dilengkapi dengan mesin press
telah terbentuk relasi yang unik, bahkan sampah, sehingga bisa memproses sampah

ETTISAL Journal of Communication


Kontekstasi Pedagang Pasar Tradisional Dalam Mempertahankan Relasi Sosial Dan Komunikasi 133

basah maupun kering dalam waktu yang komoditas yang diperdagangkan mulai dari
bersamaan. Peralatan tersebut menjadi salah ikan, sayur mayur dan daging. Jika pembeli jeli
satu unggulan pasar Karangploso, sehingga dan teliti, maka memungkinkan memperoleh
dapat meminimalisasi polusi lingkungan kesempatan menyeleksi kualitas barang bagus
sebagai akibat dari melubernya sampah. serta murah; (4) pasar tradisional memiliki
Keunggulan lain dari pasar Karangploso, jam operasional lebih panjang dibandingkan
adalah kemampuannya dalam melakukan pasar modern; dan (5) konsumen dengan
optimalisasi peran penting pasar sebagai salah cepat memperoleh informasi harga, bahkan
satu institusi sosial. Posisi pasar tradisional bisa membandingkan harga pedagang satu
yang terletak bersebelahan dengan pasar dengan pedagang lainnya.
induk sayur, memiliki peraturan operasional Suasana yang terbentuk melalui
perdagangan reguler mulai pukul 07.00 proses adaptasi, koordinasi dan kooperatif
WIB sampai dengan 17.00 WIB, menjadikan yang dilakukan oleh pedagang, akan selalu
pedagangnya memiliki posisi ganda sebagai melahirkan nilai-nilai baru yang mendorong
aktor perdagangan. Beberapa pedagang pasar berkembangnya budaya pasar. Pedagang
tradisional, dapat bergeser peran menjadi memiliki kepentingan untuk kelangsungan
aktor di pasar induk sayur mayur pada pukul hidup pasar melalui interaksi yang melibatkan
10.00 WIB sampai dengan pukul 02.00 WIB pedagang lain, sehingga terwujud formasi
dini hari. Demikian pula beberapa pedagang, relasi dan komunikasi antarpedagang yang
juga melakukan kegiatan pasar dini hari mulai terangkum dalam budaya pasar tradisional.
pukul 02.00 WIB sampai dengan 07.00 WIB. Salah satu produk paling penting adalah
Situasi yang berulang dapat dijumpai pada kepribadian pedagang, dengan menguatnya
pasar Karangploso, suasana ramai dengan relasi yang dibangun dan dilandasi
pengunjung berdesakan, pedagang dengan intensitas komunikasi dalam setiap aktivitas
giat menata dagangan, melayani pembeli, perdagangan. Relasi merupakan hubungan
saling tegur sapa, sendau gurau, ciri khas antar sesama baik dalam bentuk individu
paling menonjol adalah terselenggaranya maupun secara berkelompok, sehingga
tawar menawar harga. berkontribusi dalam menentukan struktur
Pramudyo (2014) dalam studinya lingkungan pasar, dan mengembangkan
memberikan gambaran umum mengenai budaya pasar sebagai cara hidup kolektif yang
keunggulan pasar tradisional dari perspektif berorientasi pada perniagaan (Mulyanto, 2008).
budaya, antara lain: (1) adanya kesempatan Dinamika interaksi bersifat transaksional
untuk tawar menawar tidak hanya bertujuan yang dibangun pedagang, menunjukkan
untuk beralihnya barang dari penjual ke seperangkat pola perilaku asertif yang
pembeli, tetapi di dalamnya ada sentuhan secara sadar dialirkan dalam bentuk
humanis dengan saling bertegur sapa, simbolis melalui bahasa menggunakan cara-
sehingga tercipta kedekatan secara emosional; cara tertentu, sehingga pedagang dapat
(2) kedekatan dapat terjadi dalam jangka menyandang identitas yang dapat diterima
waktu sekejab, karena komunikasi personal lingkungan sosial pasar. Sebagaimana hasil
memungkinkan bagi kedua belah pihak, studi Cropanzano (2005) menegaskan, bahwa
sehingga menumbuhkan predikat baru dalam fenomena transaksi merujuk pada prinsip-
sebuah hubungan; (3) berkaitan dengan prinsip dasar pertukaran sosial yang bersifat
kualitas yang merujuk pada jaminan kebaruan non material. Nilai-nilai yang dimunculkan

Vol.3, No.2, Desember 2018


134 Saudah

dalam relasi akan mempengaruhi keputusan timbal balik, karena mendapat kepuasan atau
untuk meneruskan atau mengakiri hubungan, keuntungan dari pertukaran tersebut (Raho,
dari sinilah terjadi proses transaksi nilai-nilai 2007). Sejalan dengan prinsip pemikiran
yang lebih pasti. Sebagaimana pertukaran Simmel (Turner, 1991) dengan pendekatan
sosial dalam paradigma konseptual yang attraction principle yang mengungkapkan,
paling berpengaruh untuk memahami bahwa semakin banyak aktor yang memiliki
perilaku, bahwa Blau menekankan hubungan sumberdaya berharga, semakin besar
yang berdampak pada terciptanya saling mengembangkan hubungan. Adanya value
ketergantungan yang diarahkan terhadap principle yang menggambarkan kelangkaan
tindakan orang lain, sehingga berpotensi ketersediaan sumberdaya, maka semakin
menghasilkan sebuah hubungan berkualitas besar nilai dari sumberdaya yang lain. Juga
tinggi dalam keadaan tertentu (Cropanzano, power principle yang menjelaskan menguatnya
2005). ego sentrisme, karena aktor merasa lebih
Pertukaran sosial di lingkungan pasar berharga dibandingkan dengan yang lain.
tradisional, tidak hanya sebatas pertukaran Akhirnya tension principle yang menegaskan
barang dengan uang, namun terdapat bentuk terdapatnya aktor yang memanipulasi situasi
pertukaran penghargaan yang bersifat timbal untuk menimbulkan ketegangan atau rawan
balik serta saling ketergantungan. Pedagang konflik.
pasar bukan sekedar pelaku ekonomi yang Apabila studi dipertemukan dengan
mengejar keuntungan saja, melainkan juga pemikiran Homans yang berhasil memadukan
sebagai pelaku sosial yang melakukan upaya perspektif psikologi sosial dan ekonomi, maka
untuk berkomunikasi dengan pihak lain dapat diperoleh penjelasan mengenai upaya
untuk memenuhi kebutuhannya (Leksono, melakukan mewujudkan keinginan untuk
2009). Fenomena relasi dan komunikasi di mendapatkan keuntungan. Mengingat esensi
pasar tradisional menjadi menarik dengan kehidupan sosial merupakan pertukaran atau
mempertimbangan: (1) perlu diungkapkan transaksi sosial, dalam hubungan sosial akan
berdasarkan fakta yang menunjukkan adanya berkaitan dengan manfaat dan mudharat, selalu
kompleksitas motif melalui pertemuan mempertimbangkan cost reward, punishment,
antarpedagang, yaitu menjadi penguat values sebagai realitas perilaku sosial.
untuk menemukan kata sepakat dengan Terdapat proposisi terkait dengan pandangan
melibatkan upaya komunikasi; (2) fakta yang mengenai aktor sebagai pencari keuntungan
ada menampilkan karakter pedagang melalui yang rasional antara lain: (1) proposisi sukses
proses komunikasi; dan (3) terdapatnya yang berorientasi pada perolehan imbalan
perilaku komunikasi pedagang yang unik dengan mempertimbangkan intensitas dan
serta dapat dibedakan dengan yang lain. perulangan; (2) proposisi pendorong yang
Kompleksitas motif dalam relasi dilandasi stimuli penyebab mendapatkan
dan komunikasi, sebagaimana studi imbalan atau penghargaan; (3) proposisi
Cropanzano (2005) yang menggunakan nilai yang dilandasi tinggi atau rendahnya
perspektif pertukaran sosial menegaskan, persepsi; (4) proposisi deprivasi-kejemuan
bahwa motivasi yang mendorong relasi dilandasi perolehan imbalan yang semakin
dan komunikasi adalah untuk memenuhi bertambah atau berkurang; (5) proposisi
kebutuhan serta mencapai tujuan tertentu. persetujuan-agresi dilandasi oleh moralitas
Hal ini akan terus berlanjut dan bersifat negatif maupun positif atas imbalan yang

ETTISAL Journal of Communication


Kontekstasi Pedagang Pasar Tradisional Dalam Mempertahankan Relasi Sosial Dan Komunikasi 135

diterima; (6) proposisi rasionalitas yang dalam keadaan naik turun dan mengubah
dilandasi kekuatan membangun tindakan diri sendiri. Interaksi satu sama lain terus
alternatif yang bernilai (Ritzer, 2007). bergerak, bertindak, memaknai dunia dan
Terdapat perspektif yang berbeda dirinya. Pedagang pada pasar tradisional yang
apabila disandarkan pada pemikiran Blau, bisa membuat aktivitas perdagangan berjalan
melalui penyusunan makna hubungan sosial lancar, membangun interaksi pada lapak serta
melalui struktur informal dengan mengaitkan batas yang ditentukan oleh masing-masing
status sosial, dan struktur formal yang pedagang. Teritori dipahami sebagai batas
diorganisasikan melalui pendekatan otoritas fisik dapat terwujud sebagai dinding, pagar,
(Ritzer, 2007). Kekuasaan yang memaksa sungai atau bukit batas desa, juga termasuk
itu merupakan fenomena yang bersifat tiang penanda, bendera atau batas simbolis
emergent dan belum memperoleh penjelasan lainnya.
sebagaimana mestinya dalam proses Selain dimensi sosial budaya, setiap
pertukaran-psikologis. Dengan memusatkan fakta mengenai perilaku yang berorientasi
perhatian pada proses pertukaran sosial sosial ekonomi pedagang di lingkungan pasar
yang dapat dipastikan melibatkan individu tradisional. Proses sosial ekonomi dalam
secara dominan, sedangkan pada tingkatan proses disituasi perdagangan pasar tradisional
kelompok akan melibatkan struktur klas terwujud dari rangkaian penyadaran identitas
sosial dengan segala perangkat aturannya sebagai masyarakat yang kompoleks, yang
seperti posisi, jenjang, norma kelompok, nantinya akan membentuk suatu pola jaringan
dan kewenangan, selanjutnya menegaskan pedagang (Saudah, 2018).
adanya penghargaan dan manfaat sosial Terdapat satu problematika utama
secara unik yang tergantung pada hubungan pada keterpaduan nilai-nilai keislaman
pribadi (Redmond, 2015). Hasil studi Blau dalam perilaku asertif pedagang di
secara holistik mengungkapkan, bahwa lingkungan pasar tradisional. Masalah
tidak semua perilaku dapat dituntun oleh penelitian ini dapat disandarkan pada tradisi
pertukaran sosial, karenanya harus memenuhi perdagangan. Pertama, dengan menggali
syarat antara lain: (1) perilaku tersebut harus perilaku komunikasi asertif yang dapat
berorientasi pada tujuan-tujuan yang hanya mengembangkan perdagangan di pasar
dapat dicapai melalui interaksi dengan orang tradisonal. Pedagang sebagai realitas eksternal-
lain; dan (2) perilaku harus bertujuan untuk objektif akan menuntun individu dalam
memperoleh sarana bagi pencapaian tujuan- melakukan kegiatan sosial ekonomi seperti
tujuan tersebut (Haryanto, 2012). produksi, bagaimana memproduksinya,
Dua perspektif yang dihasilkan dan dimana memproduksinya. Kedua
dari studi mengenai pertukaran sosial dengan pendekatan budaya ekonomi pasar
menunjukkan, bahwa komunikasi tradisional dengan pendekatan menerapkan
memainkan peran penting dalam interaksi pada fenomena transaksi ekonomi sebagai
dengan simbol-simbol dalam lingkungannya, motif sosial mengadung berbagai teori dan
juga simbol-simbol yang dibuatnya secara metode yang untuk memahami kenyataan
rasional penuh kesadaran. Charon dalam sosial, termasuk di dalamnya kompleksitas
Loconto (2006) menjelaskan bahwa perilaku kegiatan lainnya (Damsar, 2011).
dalam interaksi sosial menekankan arti,
dengan alasan kesadaran sedang dibangun

Vol.3, No.2, Desember 2018


136 Saudah

Metode Penelitian memperkuat posisi informan dalam proses


Penelitian ini menggunakan relasi, maka peneliti juga mengamati serta
metode kualitatif untuk memperoleh mengikuti aktivitas pedagang lain yang
kedalaman analisis, dengan memanfaatkan terkait dengan posisi informan utama, karena
etnometodologi yang berusaha menjelaskan proses komunikasi membutuhkan informasi
fakta-fakta yang ada melalui partisipasi aktif. penguat sebagai syarat utama interaksi.
Mengingat realitas pada pasar tradisional Setelah memperoleh posisi terbaik pada
berproses secara berkesinambungan, diri seluruh informan beserta jaringannya,
praktiknya tercipta secara berulang-ulang, maka dapat meminimalisasi kendala
dan memberikan rangsangan tinggi untuk dalam pelaksanaan wawancara mendalam.
menghasilkan makna tertentu (Ritzer, 2012). Proses pembaruan informasi serta analisis
Hal ini merupakan prosedur keseharian aktor dilaksanakan secara simultan sebagai berikut:
mencipta, mempertahankan, dan mengolah (1) diawali dengan mereduksi data seminimal
rasa akan realitas objektif, sehingga dapat mungkin melalui teknik koding terhadap
merangkai atau menyingkapi tatanan/ informasi-informasi penting yang terkait
keteraturan dalam memproduksi makna, dengan masalah penelitian; (2) informasi
termasuk meyakini kompetensi linguistik yang sudah dikelompokkan selanjutnya
yang memungkinkan berkomunikasi (Denzin, disusun dalam bentuk narasi; (3) penarikan
2009). kesimpulan berdasarkan susunan narasi yang
Peneliti secara aktif ke lapangan untuk telah disusun sebelumnya; (4) melakukan
melakukan observasi dan wawancara, verifikasi hasil analisis data dengan informan
menelusuri berbagai pustaka, antara lain yang didasarkan pada simpulan sebelumnya.
berupa buku-buku, laporan penelitian, koran Hasil dan Pembahasan
serta informasi media elektronik yang ada
Jaringan Sosial Pedagang
kaitannya dengan masalah penelitian, yaitu
Jaringan sosial dalam interaksi
melalui beberapa tahapan antara lain: (1)
perdagangan pada pasar tradisional
membangun hubungan personal pada sasaran
berlangsung sangat padat, dan sarat pula
yang sudah ditetapkan, mulai dari pedagang
dengan makna-makna yang dimunculkan
pasar, aparatur kedinasan pengelola pasar,
melalui proses komunikasi. Pola jaringan
warga sekitar pasar, sampai dengan pedagang
yang terbentuk diartikulasikan dalam
di luar lokasi pasar; (2) berinteraksi dan
bentuk kerjasama, pertemanan, perjanjian
berdialog secara langsung dengan pedagang
dagang sampai dengan pelayanan. Juga
pasar; (3) melakukan observasi beberapa
tumbuh jaringan sosial yang dibangun atas
hal penting untuk membuat skala prioritas
dasar perasaan senasib sepenanggungan,
menyesuaikan aktivitas yang berlangsung
kedaerahan atau asal-usul, sampai dengan
di pasar; dan (4) menyediakan waktu cukup
kesamaan keturunan. Jaringan-jaringan
panjang dengan mengandalkan kecermatan,
tersebut membentuk aliran distribusi barang
karena data yang sudah masuk ke dalam
maupun jasa, dapat pula menginspirasi
rangkaian analisis, agar sedapat mungkin
lahirnya sistem baru dalam perdagangan, dan
meminimalisasi residu.
pada tingkat selanjutnya melahirkan nilai-
Pertimbangan metodologis secara
nilai baru yang menyempurnakan sistem
konsisten menjadi panduan selama penelitian
budaya pasar tradisional. Memperhatikan
berproses sampai dengan selesai. Untuk

ETTISAL Journal of Communication


Kontekstasi Pedagang Pasar Tradisional Dalam Mempertahankan Relasi Sosial Dan Komunikasi 137

situasi pasar tradisional Karangploso, maka masyarakat secara keseluruhan (Aliyah, 2015).
dapat ditemukan predikat pedagang pemasok Hal ini semakin diperjelas melalui hasil
yang berfungsi mendistribusikan komoditas studi Nugroho (2000) yang menegaskan,
dari produsen dan pedagang. Juga pedagang bahwa kepentingan pribadi pedagang dalam
pengecer melakukan fungsi ganda sebagai perilakunya yang berorientasi pada kecintaan
pengambil/kulak, penjual, maupun pemasok. diri memberikan kontribusi terhadap gerak
Sedangkan pedagang perantara memiliki ekonomi, namun pada dasarnya tidak lebih
fungsi ganda sebagai makelar (yang bertindak penting daripada simpati (sympathy) dan
atas nama sendiri maupun atas permintaan rasa kebersamaan (fellow feeling). Untuk itu
orang lain), dan sebagai agen semata-mata nalar perdagangan tradisional terwujud dari
untuk mewakili kepentingan orang lain. sebuah usaha untuk menciptakan keuntungan
Sebagaimana hasil studi Effendy (2016) bagi diri sendiri dengan cara menyediakan
menegaskan, bahwa jaringan ini mewarnai keuntungan dalam bentuk terpenuhinya
pasar tradisional yang secara berkelanjutan kebutuhan bagi orang lain. Profesi pedagang
memberikan sumbangsih bagi aktivitas juga membutuhkan kemampauan untuk dapat
perdagangan. Fungsi jaringan sosial dan menganalisis situasi serta mengembangkan
perdagangan dalam konteks pasar tradisional, strategi komunikasi untuk menarik dan
adalah untuk penyediaan yang berkelanjutan mempertahankan pelanggan (Saudah, 2018).
akan barang dagangan, mengurangi kompetisi Budaya pasar tradisional yang
dagang, dan memelihara keuntungan usaha. membentuk karakter pedagang dengan
Penjelasan tersebut telah memposisikan istilah idep-idep nyekel duit (yang penting
makna tradisional pada pasar sebagai memegang uang), sudah menjadi keharusan
produk budaya, konsepsi hidup masyarakat atau tuntutan pribadi. Hal ini dimaksudkan
lokal Jawa, dan pengembangannya lebih untuk berjaga-jaga apabila ada sesuatu yang
berorientasi pada sosial budaya atau socio- mendesak atau kebutuhan diluar dugaan.
culture driven. Eksistensi pasar tradisional Ketika terjadi situasi harga-harga naik secara
dalam kearifan budaya Jawa bukan hanya mendadak, pedagang harus mencari solusi
sekedar tempat jual beli saja, namun juga untuk tetap bisa berdagang. Ini merupakan
sebagai wadah konsepsi hidup dan interaksi ketahanan pribadi yang terus dipertahankan,
sosial budaya. Secara fungsional, keberadaan mengingat kehadiran pedagang dalam situasi
pasar tradisional menjalankan sejumlah fungsi apapun di lingkungan pasar, menuntut untuk
utama, yaitu: (1) tempat atau arena dimana terus-menerus memperbaiki relasi sosial
pembeli (permintaan/demand) dan penjual (Nugroho, 2001). Hubungan timbal balik satu
(penawaran/supply) bertemu dan terlibat untuk dengan lainnya diupayakan saling memberi
tujuan tukar menukar secara langsung. Dalam pengaruh yang positif, sehingga dapat
fungsi ini diperlukan wilayah/ruang, pelaku, meramalkan secara tepat macam tindakan
supply-demand, transaksi dan harga; (2) tempat yang dapat dimunculkan terhadap pihak lain
berlangsungnya mekanisme komersialisasi maupun sebaliknya. Simbol-simbol lokal juga
dalam konteks masyarakat lokal. Mekanisme mewarnai tingkat kualitas hubungan, seperti
pasar bersifat swa kelola (self-regulation) dan halnya kualitas kedekatan yang dibangun
intervensi (penetratedmechanism); dan (3) antarpedagang mampu memunculkan makna
tempat saluran keluar (outlet) dari karakter baru dengan istilah “pleki” (teman baik).
sosial budaya yang berlaku di dalam Istilah tersebut identik dengan masyarakat

Vol.3, No.2, Desember 2018


138 Saudah

Malangan, yang juga biasa terdengar hampir kerja, bahkan ketika sikap hati-hati muncul
seluruh pasar tradisional Kabupaten Malang. pada situasi tertentu, tidak akan membuat
Kekhususan yang dimunculkan tersebut hubungan dengan orang lain menjadi buruk.
menunjukkan, bahwa pedagang menganggap Upaya inilah disebut dengan perilaku asertif
jaringan sosial sebagai persaudaraan yang dilakukan dengan mengandalkan segala
yang mampu memberikan harapan dan kemampuannya, dan mengendalikan sikap
kepercayaan. maupun perilaku dalam memposisikan diri di
Dinamika pedagang realitasnya berawal lingkungan sosialnya. Karakteristik pedagang
dari ikatan-ikatan yang terbentuk dari seperti ini merupakan ciri khas yang menonjol,
hasil kontak personal di lingkungan pasar dan selanjutnya diwujudkan dalam perilaku
tradisional. Perspektif pertukaran ekonomi sehari-hari di lingkungan pasar tradisional.
mengarahkan, bahwa terjadinya imbalan Utamanya perilaku berkesadaran, yaitu dalam
tidak seimbang, berkurang atau terhenti bisa bentuk pembawaan diri pada lingkungan
melemahkan relasi dan komunikasi yang dinamis yang selalu berubah. Hal ini sejalan
sudah terjalin, sehingga proses pertukaran dengan hasil studi Prawira (2012) yang
itu sendiri bersifat kompleks. Hal ini sangat menegaskan, bahwa karakteristik setiap orang
relevan dengan hasil studi Endrawanti (2015) termasuk pedagang tidak bisa dilepaskan
yang menegaskan, bahwa ada beberapa dari faktor pembawaan (hereditas) dan faktor
fungsi ekonomi yang diperankan pasar lingkungan (environment), sehingga kesadaran
tradisional antar lain: (1) pasar tradisional diri akan menggerakkan perilakunya untuk
merupakan tempat berbagai lapisan dapat diterima oleh lingkungan manapun.
masyarakat memperoleh barang kebutuhan
Konteks Relasi dan Komunikasi Pedagang
dengan harga yang relatif terjangkau, karena
Pasar selain berperan dalam aktivitas
seringkali harga yang ditawarkan lebih
ekonomi, juga memiliki peran dalam aktivitas
murah dibandingkan dengan harga yang
sosial, sebagai tempat interaksi maupun
ditawarkan pasar modern; (2) pasar tradisional
komunikasi (Adi, 2014). Pasar tradisional
merupakan tempat yang relatif lebih bisa
Karangploso Kabupaten Malang memiliki
dimasuki oleh pelaku ekonomi lemah yang
peran strategis dalam perdagangan, dan
menempati posisi mayoritas, terutama
merupakan manifestasi dari perkembangan
yang bermodal kecil; (3) pasar tradisional
budaya masyarakat, dan akan berdampak
merupakan salah satu sumber pendapatan
pada berbagai hal, diantaranya persepsi
asli daerah, lewat retribusi yang ditarik dari
ruang dan perilaku yang menyertainya.
para pedagang; (4) akumulasi aktivitas jual
Kondisi yang lebih terorganisir dalam
beli di pasar merupakan faktor penting dalam
penataan ruang jual beli, jenis komoditas
perhitungan tingkat pertumbuhan ekonomi
maupun ketersediaan aneka barang. Interaksi
baik pada skala lokal, regional maupun
pedagang dalam lingkup pasar memiliki
nasional (Endrawanti, 2015).
batasan khusus, dapat membentuk perilaku
Kesadaran untuk membangun relasi
sosial dalam setting lingkungan pasar. Melalui
menjadi hal mendasar dalam kehidupan
personal space yang tumbuh diantara pedagang
pedagang, dengan menyiratkan hubungan
dapat menghindari stimuli berlebihan.
sebagai bagian terpenting dari kehidupan
Apabila terlalu dekat, maka akan menganggu
personalnya. Pedagang memiliki tantangan
kehidupan pribadi, sehingga wilayah
pribadi untuk dapat mendinamisasi tempat
personal terkikis. Dengan mempertahankan

ETTISAL Journal of Communication


Kontekstasi Pedagang Pasar Tradisional Dalam Mempertahankan Relasi Sosial Dan Komunikasi 139

personal space, maka pedagang bisa menjaga negatif (negative reciprocity), merupakan
jarak dan mencegah masuk terlalu jauh dalam makna yang diberikan pada proses pertukaran
ranah pribadi. Kepercayaan yang dibangun tanpa memenuhi ketentuan umum maupun
adalah sebuah asset yang tetap dipertahankan, kesebandingan, sehingga tampak sekali
karena pedagang beraktivitas di pasar dalam orientasi ekonomi lebih dominan.
jangka waktu yang panjang, bahkan sampai Konteks komunikasi yang non komersial
beberapa generasi (Marlina, 2015). dalam proses interaksi sebagaimana terjadi
Konteks relasi dan komunikasi dalam di pasar tradisional Karangploso, memiliki
budaya pasar tradisonal Karangploso, juga kesatuan pandang dengan temuan dari hasil
memiliki kesejalanan dengan hasil studi studi Wahyuningsih (2016) yang menyatakan,
yang dilakukan oleh Riyanti (2015) yang bahwa pedagang lebih mengedepankan
mengarahkan, bahwa pada umumnya kesantunan (etika) dengan cara memahami
di lingkungan pasar lebih ditentukan pada saat berkomunikasi mengenai posisi
oleh kemampuan pedagang untuk dapat pihak lain, di lingkungan mana, mengenai
memenuhi tuntutan sesamanya sebagai apa dan dalam suasana yang bagaimana.
konsekuensi sosial (genus), juga memenuhi Pedagang di pasar tradisional Karangploso
tuntutan untuk memprosesnya dalam umumnya menggunakan bahasa Jawa dan
kehidupan kelompok (species) (Riyanti, 2017), masih memegang budaya Jawa. Sikap yang
dan inilah yang menjadikan setiap interaksi tampak dan mewarnai hidup orang Jawa
berdampak pada bentuk keberlanjutan atau seperti pantang menyerah, memiliki stamina,
resiprositas. Hal ini juga ditemukan oleh semangat, dan respek terhadap lingkungan
Amanti (2016), bahwa etika pedagang pada dan berkeinginan memberi manfaat orang
situasi di pasar, maka interaksi yang terbentuk lain. Budaya berkomunikasi menunjukkan
dengan budaya masing-masing terutama jati diri pelaku pedagang yang beraktivitas
pada terbangunnya komunikasi personal, di pasar. Komunikasi tersebut terikat oleh
karena keberadaan pasar tidak akan terlepas budaya sebagaimana budaya berbeda antara
dari kehidupan masyarakat yang melibatkan satu dengan yang lainnya, maka perilaku
individu prosesnya. Demikian pula menurut komunikasi individu-individu dalam ranah
Sahlins dalam Leksono (2009) ada tiga macam budaya akan berbeda-beda.
resiprositas antara lain: (1) resiprositas
Kesimpulan
umum (generalized reciprocity), merupakan
Relasi sosial yang dikembangkan secara
proses menyalurkan barang atau jasa tanpa
bersama-sama dalam kegiatan sosial ekonomi
menentukan batas waktu pembayaran. Tidak
pasar, mampu membangun peran institusi
ada ketentuan hukum, kecuali moral yang
pasar sebagai media untuk mendistribusikan
mengatur seseorang untuk memberi atau
informasi, membangun pola interaksi
membayar; (2) resiprositas sebanding (balance
dan membangun jaringan distribusi
reciprocity), pertukaran yang menghendaki
antarpedagang. Budaya pasar Karangploso
nilai sebanding disertai penentuan jenis
terwujud dari kemampuan mempertahankan
barang atau jasa, namun masing-masing
eksistensinya sebagai pedagang, keinginan
menerima kesetaraan nilai dengan
untuk terus berkembang yang dimiliki
mengontrol proses transaksi, dan keputusan
masing-masing personal, dan terwujud dalam
untuk melakukan kerjasama karena tumbuh
bentuk jalinan kerjasama maupun dalam
dari rasa kesetiakawanan; dan (3) resiprositas

Vol.3, No.2, Desember 2018


140 Saudah

bentuk kompetisi dalam satu jaringan khas Hall Inc.


perdagangan pasar tradisional. Pemakaian
Damsar. 2011. Sosiologi Ekonomi. Jakarta.
bahasa sehari-hari juga dipengaruhi berbagai
Kencana Prenada Media.
faktor seperti situasi dan peristiwa, peserta
yang terlibat, tujuan berbicara, dan norma- Denzin, Norman K. Lincoln, Yvona S. 2009.
norma yang dipertahankan dalam proses Handbook Of Qualitative Research.
komunikasi. Munculnya pengorbanan Yogjakarta. Pustaka Pelajar.
disadarinya sebagai sebuah latent cost (biaya Haryanto, Sindung. 2012. Spektrum Teori
yang bersifat tersembunyi). Namun ketika Sosial Dari Klasik Hingga Postmodern.
win-win solutions tercapai, maka pengorbanan Yogjakarta. Ar-Ruzz Media.
waktu bukanlah menjadi beban, tetapi itu
Leksono S. 2009. Runtuhnya Modal Sosial Pasar
adalah sebuah proses yang menumbuhkan
Tradisional Perspektif Emic Kualitatif.
harapan bagi kedua belah pihak untuk sama-
Citra, Malang.
sama memperoleh kepuasan.
Relasi dan komunikasi di lingkungan Prawira, Purwa Atmaja. 2012. Psikologi Umum
pasar tradisional memiliki implikasi teoritis, Dengan Perspektif Baru. Ar-Ruzz Media.
karena hubungan yang sifatnya timbal balik Jogjakarta.
diantara individu dan berdampak saling Raho, Bernard. 2007. Teori Sosiologi Modern.
mempengaruhi, akan selalu terjalin atau Prestasi Pustaka: Jakarta.
berlangsung dalam waktu yang relatif lama,
Redmond, Mark V. 2015. Social Exchange
dan akan membentuk suatu pola yang bisa
Theory. Digital Repository.
berbentuk kerjasama maupun kompetisi
dagang. Manfaat yang didapatkan pedagang Ritzer, George. Goodman, Douglas J. 2007.
melalui proses sosial tergantung pada Teori Sosiologi Modern. Jakarta. Kencana
manfaat dalam menegosiasikan peran melalui Prenada Media Group.
proses pertukaran. Sebagaimana karakter Ritzer, George. 2012. Teori Sosiologi Dari
yang dimiliki individu, kecakapan serta Klasik Sampai Perkembangan Terakhir
ciri aktivitas yang ada akan berhubungan Postmodern. Edisi Kedelapan. Yogjakarta:
dengan lingkungan sekitar, dan bermanfaat Pustaka Pelajar.
untuk mempertahankan posisinya maupun
Turner, Jonathan H. 1991. The Structure
upaya memberikan manfaat bagi orang lain.
Of Sociological Theory. Fifth Edition.
Dalam sistem sosial pasar ada interaksi serta
California. Wadsworth Publishing
pertukaran yang derajatnya ditentukan oleh
Company.
orang-orang yang terlibat di dalamnya dan satu
sama lain akan menunjukkan peran, sehingga Turner, Lynn H. West, Richard. 2008. Teori
memiliki keterikatan dalam menegosiasikan Komunikasi, Analisis dan Aplikasi. Jakarta.
peran melalui proses pertukaran. Salemba Humanika.

Daftar Pustaka Jurnal dan Publikasi Lain


Buku Adi, Dodot Sapto. 2014. Intercultural Reception
Charon, Joel M. 1979. Symbolic Interactionism, Pada Perilaku Komunikasi Antaretnik
An Introduction, an Interpretation, An Pedagang di Pasar Tradisional. https://
Integration. Englewood Cliffs. Prentice- www.researchgate.net/ profile/ Dodot_

ETTISAL Journal of Communication


Kontekstasi Pedagang Pasar Tradisional Dalam Mempertahankan Relasi Sosial Dan Komunikasi 141

Sapto_ Adi4/ publication/ 305492825_ Koran Jawa Pos, Jum’at 11 Maret 2016. Halaman
Intercultural_Reception_Pada_Perilaku_ 34. Tidak Dapat Lapak, Pedagang Wadul
Bisnis_Antar_Etnik_Pedagang_di_ Pemkab.
Lingkungan_Pasar_Tradisional/links/
Loconto, David G. Jones-Pruett, Danielle.
57919dac08ae64311c11ad60/ Intercultural-
2006. The Influence Of Charles A
Reception- Pada- Perilaku- Bisnis- Antar-
Ellwood on Herbert Blumer and Symbolic
Etnik- Pedagang- di- Lingkungan- Pasar-
Interactionism. E-jurnal JCS (Journal of
Tradisional.pdf
Classical Sociology). Sage Publication
Aliyah, Istijabatul. Setioko, Bambang. Pradoto, London.Thousand Oaks and New Delhi Vol
Wisnu. 2015. Eksistensi pasar Tradisional 6 (1).75-79. www.sagepublications.com.
Dalam Kearifan Budaya Jawa. Naskah Diakses tanggal 2 September 2016 pukul
Seminar Nasional: Menuju Arsitektur dan 10.36 WIB
Ruang Perkotaan yang Ber-kearifan Lokal.
Marlina, Endy. Ronald, Arya. Sudaryono.
PDTAP.
Dharoko, Atyanto. 2015. Pasar Sebagai
Amanati, Ratna. Damanik, Neni Meilani. Septiani, Ruang Seduluran Masyarakat Jawa. Jurnal
Noni. 2015. Pengaruh Perilaku Masyarakat Humaniora.
pada Pembentukan Karakter Pasar
Mulyanto, Dede. 2008. Orang Kalang, Cina,
Tradisional Melayu Kampar. Temu Ilmiah
dan Budaya Pasar Di Pedesaan. Jurnal
IPLBI.
Masyarakat & Budaya, Volume 10 No.
Cropanzano, Russell. Mitchell, Marie S. 2 Tahun 2008. http://www.e-jurnal.
2005. Social Exchange Theory: An com/2017/02. Diakses pada Selasa, 23
Interdisciplinary Review. Journal of Oktober 2017. Pukul 11.30 WIB
Management, Vol. 31 No. 6, December
Nugroho, Ganjar. 2000. Ketegangan Antara
2005. 874-900. https:// media.terry.
Individualitas dan Sosialitas (Memahami
uga.edu/ socrates/ publications /2013/ Logika Pedagang Mojokuto). Jurnal Ilmu
05 /Cropanzano_Mitchel_1_2005_SET_ Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Gadjah
Review_JOM.pdf. Diakses Minggu, 22 Okt
Mada. Volume 4, Nomor 1, Juli 2000
2017. Pukul 15.14
Nugroho, Ganjar. 2001. Resistensi Wong Cilik
Endrawanti, Susilo. Wahyuningsih. Christine
Atas Pasar (Alokasi-Konsumsi). Jurnal Ilmu
Dyah. 2014. Dampak Relokasi Pasar. Studi
Sosial dan Ilmu Politik. Vol 5, Nomor 1, Juli
Kasus Di Pasar Sampangan Kota Semarang.
2001.
Serat Acitya. Jurnal Ilmiah Untag Semarang.
2014.http://jurnal.untagsmg.ac.id/index. Pramudyo, Anung. 2014. Menjaga Eksistensi
php/sa/article/viewFile/123/180.Diakses Pasar Tradisional di Yogjakarta. E-jurnal.
pada hari Senin, 19 Desember 2016 JBMA-Vol II, No 1, Maret 2014

Effendy, Nursyirwan. 2016. Studi Budaya Pasar Riyanti, Puji. 2017. Relasi Sosial Pedagang
Tradisional dan Perubahan gaya Hidup
Etnis Cina dan Etnis Jawa Di Pasar
Masyarakat Pedesaan: Kasus Pasa Nagari
dan Masyarakat Nagari di Propinsi Tradisional. Jurnal Komunitas.
Sumatera Barat. Jurnal Antropologi: Isu-isu http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/
Sosial Budaya. Desember. Vol 18 (2). 2016. komunitas. Diakses pada hari Jum’at,

Vol.3, No.2, Desember 2018


142 Saudah

tanggal 27 Oktober 2017.


Saudah. 2018. Nilai-nilai Askriptif Interaksionis
Dalam Dinamika Perilaku Komunikasi
Pedagang Di Pasar Tradisional. http://
jurnal.unmuhjember.ac.id/index.php/pslcf/
article/view/906.
Prosiding Strengthening Local Communities
Facing The Global Era. Diakses pada
hari Jum’at, tanggal 30 November 2018.
Pukul 11.51 WIB
Saudah. 2018. Personal Factors On The Behavior
Of Interactionist Traders In a Traditional
market Environment And Semi Modern
(Ethnographic Study On The Market In
Malang Regency). http://jurnal.unmer.
ac.id/index.php/sdgs/article/view/1595.
International Conference “Sustainable
Development Goals 2030 Challenges and Its
Solutions” 11-12 Agustus 2017. ISBN: 978-
979-3220-41-3.

ETTISAL Journal of Communication

Anda mungkin juga menyukai