2, Desember 2018
Available at: a ETTISAL JOURNAL OF COMMUNICATION
P-ISSN: 2503-1880 E-ISSN: 2599-3240
https://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/ettisal
http://dx.doi.org/10.21111/ettisal.v3l1.1931
Abstrak
Perkembangan yang sangat cepat serta pembangunan pasar modern di seluruh negri
telah mengancam keberlanjutan dari pasar tradisional. Untuk dapat bertahan dari persaingan
tersebut, pedagang pasar tradisional harus berjuang dan bekerja keras melalui penyediaan
komoditas yang berkualitas serta mengimplementasikan pelayanan yang baik kepada pelanggan.
Hubungan sosial yang harmonis serta norma-norma budaya yang kuat merupakan faktor penting
yang memungkinkan untuk bersaing dengan pasar modern. Dilihat dari perspektif pertukaran
sosial, apa yang dilakukan pedagang, bernegosiasi dan bertransaksi di pasar tradisional harus
sesuai dengan nilai dan norma yang telah disepakati. Makalah ini menggunakan pendekatan
etnometodologi subjektivistik yang mencoba untuk menjelaskan hubungan yang beraneka ragam
dan jaringan komunikasi interpersonal antarpedagang di pasar tradisional. Hubungan sosial yang
dikembangkan dan dipelihara secara kolektif ditujukan untuk mempertahankan fungsi pasar
tradisional sebagai tempat penyebaran informasi, interaksi dan pengembangan jaringan distribusi
komoditas. Implikasi teoritis dari temuan ini menggambarkan pentingnya proses pertukaran
sosial yang dilandasi prinsip-prinsip keteraturan, kecukupan, keamanan dan kenyamanan.
Kata Kunci : pedagang pasar tradisional, relasi, komunikasi, jaringan personal
basah maupun kering dalam waktu yang komoditas yang diperdagangkan mulai dari
bersamaan. Peralatan tersebut menjadi salah ikan, sayur mayur dan daging. Jika pembeli jeli
satu unggulan pasar Karangploso, sehingga dan teliti, maka memungkinkan memperoleh
dapat meminimalisasi polusi lingkungan kesempatan menyeleksi kualitas barang bagus
sebagai akibat dari melubernya sampah. serta murah; (4) pasar tradisional memiliki
Keunggulan lain dari pasar Karangploso, jam operasional lebih panjang dibandingkan
adalah kemampuannya dalam melakukan pasar modern; dan (5) konsumen dengan
optimalisasi peran penting pasar sebagai salah cepat memperoleh informasi harga, bahkan
satu institusi sosial. Posisi pasar tradisional bisa membandingkan harga pedagang satu
yang terletak bersebelahan dengan pasar dengan pedagang lainnya.
induk sayur, memiliki peraturan operasional Suasana yang terbentuk melalui
perdagangan reguler mulai pukul 07.00 proses adaptasi, koordinasi dan kooperatif
WIB sampai dengan 17.00 WIB, menjadikan yang dilakukan oleh pedagang, akan selalu
pedagangnya memiliki posisi ganda sebagai melahirkan nilai-nilai baru yang mendorong
aktor perdagangan. Beberapa pedagang pasar berkembangnya budaya pasar. Pedagang
tradisional, dapat bergeser peran menjadi memiliki kepentingan untuk kelangsungan
aktor di pasar induk sayur mayur pada pukul hidup pasar melalui interaksi yang melibatkan
10.00 WIB sampai dengan pukul 02.00 WIB pedagang lain, sehingga terwujud formasi
dini hari. Demikian pula beberapa pedagang, relasi dan komunikasi antarpedagang yang
juga melakukan kegiatan pasar dini hari mulai terangkum dalam budaya pasar tradisional.
pukul 02.00 WIB sampai dengan 07.00 WIB. Salah satu produk paling penting adalah
Situasi yang berulang dapat dijumpai pada kepribadian pedagang, dengan menguatnya
pasar Karangploso, suasana ramai dengan relasi yang dibangun dan dilandasi
pengunjung berdesakan, pedagang dengan intensitas komunikasi dalam setiap aktivitas
giat menata dagangan, melayani pembeli, perdagangan. Relasi merupakan hubungan
saling tegur sapa, sendau gurau, ciri khas antar sesama baik dalam bentuk individu
paling menonjol adalah terselenggaranya maupun secara berkelompok, sehingga
tawar menawar harga. berkontribusi dalam menentukan struktur
Pramudyo (2014) dalam studinya lingkungan pasar, dan mengembangkan
memberikan gambaran umum mengenai budaya pasar sebagai cara hidup kolektif yang
keunggulan pasar tradisional dari perspektif berorientasi pada perniagaan (Mulyanto, 2008).
budaya, antara lain: (1) adanya kesempatan Dinamika interaksi bersifat transaksional
untuk tawar menawar tidak hanya bertujuan yang dibangun pedagang, menunjukkan
untuk beralihnya barang dari penjual ke seperangkat pola perilaku asertif yang
pembeli, tetapi di dalamnya ada sentuhan secara sadar dialirkan dalam bentuk
humanis dengan saling bertegur sapa, simbolis melalui bahasa menggunakan cara-
sehingga tercipta kedekatan secara emosional; cara tertentu, sehingga pedagang dapat
(2) kedekatan dapat terjadi dalam jangka menyandang identitas yang dapat diterima
waktu sekejab, karena komunikasi personal lingkungan sosial pasar. Sebagaimana hasil
memungkinkan bagi kedua belah pihak, studi Cropanzano (2005) menegaskan, bahwa
sehingga menumbuhkan predikat baru dalam fenomena transaksi merujuk pada prinsip-
sebuah hubungan; (3) berkaitan dengan prinsip dasar pertukaran sosial yang bersifat
kualitas yang merujuk pada jaminan kebaruan non material. Nilai-nilai yang dimunculkan
dalam relasi akan mempengaruhi keputusan timbal balik, karena mendapat kepuasan atau
untuk meneruskan atau mengakiri hubungan, keuntungan dari pertukaran tersebut (Raho,
dari sinilah terjadi proses transaksi nilai-nilai 2007). Sejalan dengan prinsip pemikiran
yang lebih pasti. Sebagaimana pertukaran Simmel (Turner, 1991) dengan pendekatan
sosial dalam paradigma konseptual yang attraction principle yang mengungkapkan,
paling berpengaruh untuk memahami bahwa semakin banyak aktor yang memiliki
perilaku, bahwa Blau menekankan hubungan sumberdaya berharga, semakin besar
yang berdampak pada terciptanya saling mengembangkan hubungan. Adanya value
ketergantungan yang diarahkan terhadap principle yang menggambarkan kelangkaan
tindakan orang lain, sehingga berpotensi ketersediaan sumberdaya, maka semakin
menghasilkan sebuah hubungan berkualitas besar nilai dari sumberdaya yang lain. Juga
tinggi dalam keadaan tertentu (Cropanzano, power principle yang menjelaskan menguatnya
2005). ego sentrisme, karena aktor merasa lebih
Pertukaran sosial di lingkungan pasar berharga dibandingkan dengan yang lain.
tradisional, tidak hanya sebatas pertukaran Akhirnya tension principle yang menegaskan
barang dengan uang, namun terdapat bentuk terdapatnya aktor yang memanipulasi situasi
pertukaran penghargaan yang bersifat timbal untuk menimbulkan ketegangan atau rawan
balik serta saling ketergantungan. Pedagang konflik.
pasar bukan sekedar pelaku ekonomi yang Apabila studi dipertemukan dengan
mengejar keuntungan saja, melainkan juga pemikiran Homans yang berhasil memadukan
sebagai pelaku sosial yang melakukan upaya perspektif psikologi sosial dan ekonomi, maka
untuk berkomunikasi dengan pihak lain dapat diperoleh penjelasan mengenai upaya
untuk memenuhi kebutuhannya (Leksono, melakukan mewujudkan keinginan untuk
2009). Fenomena relasi dan komunikasi di mendapatkan keuntungan. Mengingat esensi
pasar tradisional menjadi menarik dengan kehidupan sosial merupakan pertukaran atau
mempertimbangan: (1) perlu diungkapkan transaksi sosial, dalam hubungan sosial akan
berdasarkan fakta yang menunjukkan adanya berkaitan dengan manfaat dan mudharat, selalu
kompleksitas motif melalui pertemuan mempertimbangkan cost reward, punishment,
antarpedagang, yaitu menjadi penguat values sebagai realitas perilaku sosial.
untuk menemukan kata sepakat dengan Terdapat proposisi terkait dengan pandangan
melibatkan upaya komunikasi; (2) fakta yang mengenai aktor sebagai pencari keuntungan
ada menampilkan karakter pedagang melalui yang rasional antara lain: (1) proposisi sukses
proses komunikasi; dan (3) terdapatnya yang berorientasi pada perolehan imbalan
perilaku komunikasi pedagang yang unik dengan mempertimbangkan intensitas dan
serta dapat dibedakan dengan yang lain. perulangan; (2) proposisi pendorong yang
Kompleksitas motif dalam relasi dilandasi stimuli penyebab mendapatkan
dan komunikasi, sebagaimana studi imbalan atau penghargaan; (3) proposisi
Cropanzano (2005) yang menggunakan nilai yang dilandasi tinggi atau rendahnya
perspektif pertukaran sosial menegaskan, persepsi; (4) proposisi deprivasi-kejemuan
bahwa motivasi yang mendorong relasi dilandasi perolehan imbalan yang semakin
dan komunikasi adalah untuk memenuhi bertambah atau berkurang; (5) proposisi
kebutuhan serta mencapai tujuan tertentu. persetujuan-agresi dilandasi oleh moralitas
Hal ini akan terus berlanjut dan bersifat negatif maupun positif atas imbalan yang
diterima; (6) proposisi rasionalitas yang dalam keadaan naik turun dan mengubah
dilandasi kekuatan membangun tindakan diri sendiri. Interaksi satu sama lain terus
alternatif yang bernilai (Ritzer, 2007). bergerak, bertindak, memaknai dunia dan
Terdapat perspektif yang berbeda dirinya. Pedagang pada pasar tradisional yang
apabila disandarkan pada pemikiran Blau, bisa membuat aktivitas perdagangan berjalan
melalui penyusunan makna hubungan sosial lancar, membangun interaksi pada lapak serta
melalui struktur informal dengan mengaitkan batas yang ditentukan oleh masing-masing
status sosial, dan struktur formal yang pedagang. Teritori dipahami sebagai batas
diorganisasikan melalui pendekatan otoritas fisik dapat terwujud sebagai dinding, pagar,
(Ritzer, 2007). Kekuasaan yang memaksa sungai atau bukit batas desa, juga termasuk
itu merupakan fenomena yang bersifat tiang penanda, bendera atau batas simbolis
emergent dan belum memperoleh penjelasan lainnya.
sebagaimana mestinya dalam proses Selain dimensi sosial budaya, setiap
pertukaran-psikologis. Dengan memusatkan fakta mengenai perilaku yang berorientasi
perhatian pada proses pertukaran sosial sosial ekonomi pedagang di lingkungan pasar
yang dapat dipastikan melibatkan individu tradisional. Proses sosial ekonomi dalam
secara dominan, sedangkan pada tingkatan proses disituasi perdagangan pasar tradisional
kelompok akan melibatkan struktur klas terwujud dari rangkaian penyadaran identitas
sosial dengan segala perangkat aturannya sebagai masyarakat yang kompoleks, yang
seperti posisi, jenjang, norma kelompok, nantinya akan membentuk suatu pola jaringan
dan kewenangan, selanjutnya menegaskan pedagang (Saudah, 2018).
adanya penghargaan dan manfaat sosial Terdapat satu problematika utama
secara unik yang tergantung pada hubungan pada keterpaduan nilai-nilai keislaman
pribadi (Redmond, 2015). Hasil studi Blau dalam perilaku asertif pedagang di
secara holistik mengungkapkan, bahwa lingkungan pasar tradisional. Masalah
tidak semua perilaku dapat dituntun oleh penelitian ini dapat disandarkan pada tradisi
pertukaran sosial, karenanya harus memenuhi perdagangan. Pertama, dengan menggali
syarat antara lain: (1) perilaku tersebut harus perilaku komunikasi asertif yang dapat
berorientasi pada tujuan-tujuan yang hanya mengembangkan perdagangan di pasar
dapat dicapai melalui interaksi dengan orang tradisonal. Pedagang sebagai realitas eksternal-
lain; dan (2) perilaku harus bertujuan untuk objektif akan menuntun individu dalam
memperoleh sarana bagi pencapaian tujuan- melakukan kegiatan sosial ekonomi seperti
tujuan tersebut (Haryanto, 2012). produksi, bagaimana memproduksinya,
Dua perspektif yang dihasilkan dan dimana memproduksinya. Kedua
dari studi mengenai pertukaran sosial dengan pendekatan budaya ekonomi pasar
menunjukkan, bahwa komunikasi tradisional dengan pendekatan menerapkan
memainkan peran penting dalam interaksi pada fenomena transaksi ekonomi sebagai
dengan simbol-simbol dalam lingkungannya, motif sosial mengadung berbagai teori dan
juga simbol-simbol yang dibuatnya secara metode yang untuk memahami kenyataan
rasional penuh kesadaran. Charon dalam sosial, termasuk di dalamnya kompleksitas
Loconto (2006) menjelaskan bahwa perilaku kegiatan lainnya (Damsar, 2011).
dalam interaksi sosial menekankan arti,
dengan alasan kesadaran sedang dibangun
situasi pasar tradisional Karangploso, maka masyarakat secara keseluruhan (Aliyah, 2015).
dapat ditemukan predikat pedagang pemasok Hal ini semakin diperjelas melalui hasil
yang berfungsi mendistribusikan komoditas studi Nugroho (2000) yang menegaskan,
dari produsen dan pedagang. Juga pedagang bahwa kepentingan pribadi pedagang dalam
pengecer melakukan fungsi ganda sebagai perilakunya yang berorientasi pada kecintaan
pengambil/kulak, penjual, maupun pemasok. diri memberikan kontribusi terhadap gerak
Sedangkan pedagang perantara memiliki ekonomi, namun pada dasarnya tidak lebih
fungsi ganda sebagai makelar (yang bertindak penting daripada simpati (sympathy) dan
atas nama sendiri maupun atas permintaan rasa kebersamaan (fellow feeling). Untuk itu
orang lain), dan sebagai agen semata-mata nalar perdagangan tradisional terwujud dari
untuk mewakili kepentingan orang lain. sebuah usaha untuk menciptakan keuntungan
Sebagaimana hasil studi Effendy (2016) bagi diri sendiri dengan cara menyediakan
menegaskan, bahwa jaringan ini mewarnai keuntungan dalam bentuk terpenuhinya
pasar tradisional yang secara berkelanjutan kebutuhan bagi orang lain. Profesi pedagang
memberikan sumbangsih bagi aktivitas juga membutuhkan kemampauan untuk dapat
perdagangan. Fungsi jaringan sosial dan menganalisis situasi serta mengembangkan
perdagangan dalam konteks pasar tradisional, strategi komunikasi untuk menarik dan
adalah untuk penyediaan yang berkelanjutan mempertahankan pelanggan (Saudah, 2018).
akan barang dagangan, mengurangi kompetisi Budaya pasar tradisional yang
dagang, dan memelihara keuntungan usaha. membentuk karakter pedagang dengan
Penjelasan tersebut telah memposisikan istilah idep-idep nyekel duit (yang penting
makna tradisional pada pasar sebagai memegang uang), sudah menjadi keharusan
produk budaya, konsepsi hidup masyarakat atau tuntutan pribadi. Hal ini dimaksudkan
lokal Jawa, dan pengembangannya lebih untuk berjaga-jaga apabila ada sesuatu yang
berorientasi pada sosial budaya atau socio- mendesak atau kebutuhan diluar dugaan.
culture driven. Eksistensi pasar tradisional Ketika terjadi situasi harga-harga naik secara
dalam kearifan budaya Jawa bukan hanya mendadak, pedagang harus mencari solusi
sekedar tempat jual beli saja, namun juga untuk tetap bisa berdagang. Ini merupakan
sebagai wadah konsepsi hidup dan interaksi ketahanan pribadi yang terus dipertahankan,
sosial budaya. Secara fungsional, keberadaan mengingat kehadiran pedagang dalam situasi
pasar tradisional menjalankan sejumlah fungsi apapun di lingkungan pasar, menuntut untuk
utama, yaitu: (1) tempat atau arena dimana terus-menerus memperbaiki relasi sosial
pembeli (permintaan/demand) dan penjual (Nugroho, 2001). Hubungan timbal balik satu
(penawaran/supply) bertemu dan terlibat untuk dengan lainnya diupayakan saling memberi
tujuan tukar menukar secara langsung. Dalam pengaruh yang positif, sehingga dapat
fungsi ini diperlukan wilayah/ruang, pelaku, meramalkan secara tepat macam tindakan
supply-demand, transaksi dan harga; (2) tempat yang dapat dimunculkan terhadap pihak lain
berlangsungnya mekanisme komersialisasi maupun sebaliknya. Simbol-simbol lokal juga
dalam konteks masyarakat lokal. Mekanisme mewarnai tingkat kualitas hubungan, seperti
pasar bersifat swa kelola (self-regulation) dan halnya kualitas kedekatan yang dibangun
intervensi (penetratedmechanism); dan (3) antarpedagang mampu memunculkan makna
tempat saluran keluar (outlet) dari karakter baru dengan istilah “pleki” (teman baik).
sosial budaya yang berlaku di dalam Istilah tersebut identik dengan masyarakat
Malangan, yang juga biasa terdengar hampir kerja, bahkan ketika sikap hati-hati muncul
seluruh pasar tradisional Kabupaten Malang. pada situasi tertentu, tidak akan membuat
Kekhususan yang dimunculkan tersebut hubungan dengan orang lain menjadi buruk.
menunjukkan, bahwa pedagang menganggap Upaya inilah disebut dengan perilaku asertif
jaringan sosial sebagai persaudaraan yang dilakukan dengan mengandalkan segala
yang mampu memberikan harapan dan kemampuannya, dan mengendalikan sikap
kepercayaan. maupun perilaku dalam memposisikan diri di
Dinamika pedagang realitasnya berawal lingkungan sosialnya. Karakteristik pedagang
dari ikatan-ikatan yang terbentuk dari seperti ini merupakan ciri khas yang menonjol,
hasil kontak personal di lingkungan pasar dan selanjutnya diwujudkan dalam perilaku
tradisional. Perspektif pertukaran ekonomi sehari-hari di lingkungan pasar tradisional.
mengarahkan, bahwa terjadinya imbalan Utamanya perilaku berkesadaran, yaitu dalam
tidak seimbang, berkurang atau terhenti bisa bentuk pembawaan diri pada lingkungan
melemahkan relasi dan komunikasi yang dinamis yang selalu berubah. Hal ini sejalan
sudah terjalin, sehingga proses pertukaran dengan hasil studi Prawira (2012) yang
itu sendiri bersifat kompleks. Hal ini sangat menegaskan, bahwa karakteristik setiap orang
relevan dengan hasil studi Endrawanti (2015) termasuk pedagang tidak bisa dilepaskan
yang menegaskan, bahwa ada beberapa dari faktor pembawaan (hereditas) dan faktor
fungsi ekonomi yang diperankan pasar lingkungan (environment), sehingga kesadaran
tradisional antar lain: (1) pasar tradisional diri akan menggerakkan perilakunya untuk
merupakan tempat berbagai lapisan dapat diterima oleh lingkungan manapun.
masyarakat memperoleh barang kebutuhan
Konteks Relasi dan Komunikasi Pedagang
dengan harga yang relatif terjangkau, karena
Pasar selain berperan dalam aktivitas
seringkali harga yang ditawarkan lebih
ekonomi, juga memiliki peran dalam aktivitas
murah dibandingkan dengan harga yang
sosial, sebagai tempat interaksi maupun
ditawarkan pasar modern; (2) pasar tradisional
komunikasi (Adi, 2014). Pasar tradisional
merupakan tempat yang relatif lebih bisa
Karangploso Kabupaten Malang memiliki
dimasuki oleh pelaku ekonomi lemah yang
peran strategis dalam perdagangan, dan
menempati posisi mayoritas, terutama
merupakan manifestasi dari perkembangan
yang bermodal kecil; (3) pasar tradisional
budaya masyarakat, dan akan berdampak
merupakan salah satu sumber pendapatan
pada berbagai hal, diantaranya persepsi
asli daerah, lewat retribusi yang ditarik dari
ruang dan perilaku yang menyertainya.
para pedagang; (4) akumulasi aktivitas jual
Kondisi yang lebih terorganisir dalam
beli di pasar merupakan faktor penting dalam
penataan ruang jual beli, jenis komoditas
perhitungan tingkat pertumbuhan ekonomi
maupun ketersediaan aneka barang. Interaksi
baik pada skala lokal, regional maupun
pedagang dalam lingkup pasar memiliki
nasional (Endrawanti, 2015).
batasan khusus, dapat membentuk perilaku
Kesadaran untuk membangun relasi
sosial dalam setting lingkungan pasar. Melalui
menjadi hal mendasar dalam kehidupan
personal space yang tumbuh diantara pedagang
pedagang, dengan menyiratkan hubungan
dapat menghindari stimuli berlebihan.
sebagai bagian terpenting dari kehidupan
Apabila terlalu dekat, maka akan menganggu
personalnya. Pedagang memiliki tantangan
kehidupan pribadi, sehingga wilayah
pribadi untuk dapat mendinamisasi tempat
personal terkikis. Dengan mempertahankan
personal space, maka pedagang bisa menjaga negatif (negative reciprocity), merupakan
jarak dan mencegah masuk terlalu jauh dalam makna yang diberikan pada proses pertukaran
ranah pribadi. Kepercayaan yang dibangun tanpa memenuhi ketentuan umum maupun
adalah sebuah asset yang tetap dipertahankan, kesebandingan, sehingga tampak sekali
karena pedagang beraktivitas di pasar dalam orientasi ekonomi lebih dominan.
jangka waktu yang panjang, bahkan sampai Konteks komunikasi yang non komersial
beberapa generasi (Marlina, 2015). dalam proses interaksi sebagaimana terjadi
Konteks relasi dan komunikasi dalam di pasar tradisional Karangploso, memiliki
budaya pasar tradisonal Karangploso, juga kesatuan pandang dengan temuan dari hasil
memiliki kesejalanan dengan hasil studi studi Wahyuningsih (2016) yang menyatakan,
yang dilakukan oleh Riyanti (2015) yang bahwa pedagang lebih mengedepankan
mengarahkan, bahwa pada umumnya kesantunan (etika) dengan cara memahami
di lingkungan pasar lebih ditentukan pada saat berkomunikasi mengenai posisi
oleh kemampuan pedagang untuk dapat pihak lain, di lingkungan mana, mengenai
memenuhi tuntutan sesamanya sebagai apa dan dalam suasana yang bagaimana.
konsekuensi sosial (genus), juga memenuhi Pedagang di pasar tradisional Karangploso
tuntutan untuk memprosesnya dalam umumnya menggunakan bahasa Jawa dan
kehidupan kelompok (species) (Riyanti, 2017), masih memegang budaya Jawa. Sikap yang
dan inilah yang menjadikan setiap interaksi tampak dan mewarnai hidup orang Jawa
berdampak pada bentuk keberlanjutan atau seperti pantang menyerah, memiliki stamina,
resiprositas. Hal ini juga ditemukan oleh semangat, dan respek terhadap lingkungan
Amanti (2016), bahwa etika pedagang pada dan berkeinginan memberi manfaat orang
situasi di pasar, maka interaksi yang terbentuk lain. Budaya berkomunikasi menunjukkan
dengan budaya masing-masing terutama jati diri pelaku pedagang yang beraktivitas
pada terbangunnya komunikasi personal, di pasar. Komunikasi tersebut terikat oleh
karena keberadaan pasar tidak akan terlepas budaya sebagaimana budaya berbeda antara
dari kehidupan masyarakat yang melibatkan satu dengan yang lainnya, maka perilaku
individu prosesnya. Demikian pula menurut komunikasi individu-individu dalam ranah
Sahlins dalam Leksono (2009) ada tiga macam budaya akan berbeda-beda.
resiprositas antara lain: (1) resiprositas
Kesimpulan
umum (generalized reciprocity), merupakan
Relasi sosial yang dikembangkan secara
proses menyalurkan barang atau jasa tanpa
bersama-sama dalam kegiatan sosial ekonomi
menentukan batas waktu pembayaran. Tidak
pasar, mampu membangun peran institusi
ada ketentuan hukum, kecuali moral yang
pasar sebagai media untuk mendistribusikan
mengatur seseorang untuk memberi atau
informasi, membangun pola interaksi
membayar; (2) resiprositas sebanding (balance
dan membangun jaringan distribusi
reciprocity), pertukaran yang menghendaki
antarpedagang. Budaya pasar Karangploso
nilai sebanding disertai penentuan jenis
terwujud dari kemampuan mempertahankan
barang atau jasa, namun masing-masing
eksistensinya sebagai pedagang, keinginan
menerima kesetaraan nilai dengan
untuk terus berkembang yang dimiliki
mengontrol proses transaksi, dan keputusan
masing-masing personal, dan terwujud dalam
untuk melakukan kerjasama karena tumbuh
bentuk jalinan kerjasama maupun dalam
dari rasa kesetiakawanan; dan (3) resiprositas
Sapto_ Adi4/ publication/ 305492825_ Koran Jawa Pos, Jum’at 11 Maret 2016. Halaman
Intercultural_Reception_Pada_Perilaku_ 34. Tidak Dapat Lapak, Pedagang Wadul
Bisnis_Antar_Etnik_Pedagang_di_ Pemkab.
Lingkungan_Pasar_Tradisional/links/
Loconto, David G. Jones-Pruett, Danielle.
57919dac08ae64311c11ad60/ Intercultural-
2006. The Influence Of Charles A
Reception- Pada- Perilaku- Bisnis- Antar-
Ellwood on Herbert Blumer and Symbolic
Etnik- Pedagang- di- Lingkungan- Pasar-
Interactionism. E-jurnal JCS (Journal of
Tradisional.pdf
Classical Sociology). Sage Publication
Aliyah, Istijabatul. Setioko, Bambang. Pradoto, London.Thousand Oaks and New Delhi Vol
Wisnu. 2015. Eksistensi pasar Tradisional 6 (1).75-79. www.sagepublications.com.
Dalam Kearifan Budaya Jawa. Naskah Diakses tanggal 2 September 2016 pukul
Seminar Nasional: Menuju Arsitektur dan 10.36 WIB
Ruang Perkotaan yang Ber-kearifan Lokal.
Marlina, Endy. Ronald, Arya. Sudaryono.
PDTAP.
Dharoko, Atyanto. 2015. Pasar Sebagai
Amanati, Ratna. Damanik, Neni Meilani. Septiani, Ruang Seduluran Masyarakat Jawa. Jurnal
Noni. 2015. Pengaruh Perilaku Masyarakat Humaniora.
pada Pembentukan Karakter Pasar
Mulyanto, Dede. 2008. Orang Kalang, Cina,
Tradisional Melayu Kampar. Temu Ilmiah
dan Budaya Pasar Di Pedesaan. Jurnal
IPLBI.
Masyarakat & Budaya, Volume 10 No.
Cropanzano, Russell. Mitchell, Marie S. 2 Tahun 2008. http://www.e-jurnal.
2005. Social Exchange Theory: An com/2017/02. Diakses pada Selasa, 23
Interdisciplinary Review. Journal of Oktober 2017. Pukul 11.30 WIB
Management, Vol. 31 No. 6, December
Nugroho, Ganjar. 2000. Ketegangan Antara
2005. 874-900. https:// media.terry.
Individualitas dan Sosialitas (Memahami
uga.edu/ socrates/ publications /2013/ Logika Pedagang Mojokuto). Jurnal Ilmu
05 /Cropanzano_Mitchel_1_2005_SET_ Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Gadjah
Review_JOM.pdf. Diakses Minggu, 22 Okt
Mada. Volume 4, Nomor 1, Juli 2000
2017. Pukul 15.14
Nugroho, Ganjar. 2001. Resistensi Wong Cilik
Endrawanti, Susilo. Wahyuningsih. Christine
Atas Pasar (Alokasi-Konsumsi). Jurnal Ilmu
Dyah. 2014. Dampak Relokasi Pasar. Studi
Sosial dan Ilmu Politik. Vol 5, Nomor 1, Juli
Kasus Di Pasar Sampangan Kota Semarang.
2001.
Serat Acitya. Jurnal Ilmiah Untag Semarang.
2014.http://jurnal.untagsmg.ac.id/index. Pramudyo, Anung. 2014. Menjaga Eksistensi
php/sa/article/viewFile/123/180.Diakses Pasar Tradisional di Yogjakarta. E-jurnal.
pada hari Senin, 19 Desember 2016 JBMA-Vol II, No 1, Maret 2014
Effendy, Nursyirwan. 2016. Studi Budaya Pasar Riyanti, Puji. 2017. Relasi Sosial Pedagang
Tradisional dan Perubahan gaya Hidup
Etnis Cina dan Etnis Jawa Di Pasar
Masyarakat Pedesaan: Kasus Pasa Nagari
dan Masyarakat Nagari di Propinsi Tradisional. Jurnal Komunitas.
Sumatera Barat. Jurnal Antropologi: Isu-isu http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/
Sosial Budaya. Desember. Vol 18 (2). 2016. komunitas. Diakses pada hari Jum’at,