Anda di halaman 1dari 13

Keterlekatan Sosial Pedagang ...

(Oni Putri) 2

KETERLEKATAN SOSIAL PEDAGANG PASAR TRADISIONAL (Studi


pada Paguyuban “Margo Mulyo” Pasar Kotagede Yogyakarta)
SOCIAL EMBEDDEDNESS OF TRADITIONAL MARKET TRADERS (Study on
“Margo Mulyo” Assosiasion Kotagede Market Yogyakarta )

Oleh: Oni Putri dan Nur Hidayah


Email: oni.putri@student.uny.ac.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan mengetahui berbagai macam kegiatan yang dilakukan oleh
paguyuban, mengetahui bentuk keterlekatan antar-pedagang dan dampak dari adanya keterlekatan
dalam paguyuban pedagang pasar Kotagede. Penelitian kualitatif deskriptif ini menggunakan metode
observasi dan wawancara dalam pengambilan data. Penelitian dilakukan di Pasar Kotagede, Jalan
Mondorakan No 172B, Kotagede, Yogyakarta. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive
sampling. Uji validitas menggunakan triangulasi sumber dan metode. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa: 1) Berbagai kegiatan diadakan oleh paguyuban, yang terdiri dari 608 pedagang pasar, untuk
mempererat hubungan seperti kegiatan peringatan hari besar/syawalan, kirab budaya, reresik pasar
dan beberapa kegiatan lain. 2) Keterlekatan yang terjadi dalam hubungan pedagang pasar Kotagede
menunjukkan adanya keterlekatan yang kuat (oversocialized) berdasarkan dari pengutamaan
hubungan dan interaksi sosial antar pedagang dan tidak mengutamakan pendapatan yang diperoleh.
Paguyuban pedagang pasar Kotagede memiliki bentuk keterlekatan struktural dan relasional. 3)
Dampak adanya keterlekatan antar-pedagang dalam paguyuban pasar adalah menjadikan pasar
tradisional tetap bertahan keberadaannya ditengah tingginya arus pertumbuhan pasar modern seperti
supermarket atau minimarket.

Kata kunci: Keterlekatan Sosial, Pedagang, Pasar Kotagede

Abstract
This research aims to know the wide range of activities conducted by the Association, knows
the shape of the embeddedness between the trader and the impact of the presence of embeddedness in
the Kotagede market traders Association. This descriptive qualitative research using method of
observation and interviewing in data retrieval. Research done in the Kotagede traditional market,
Mondorakan Road No. 172B, Kotagede, Yogyakarta. Sampling techniques using a purposive
sampling. Test validity using the triangulation of sources and methods. The results showed that: 1)
Activities held by the association, comprising 608 traders market for strengthens the relationship as
Syawalan/ Memorial Day, Carnival culture, uniform clothing, clean up market and some other
activities. 2) The embeddedness occurring in the Kotagede traditional Market merchant relations
shows that there is a strong embeddedness (oversocialized) based on the priority of relationship and
social interaction between traders and aren’t giving priority to earned income. Traders association
has a form of structural and relational embeddedness. 3) Impact the existence of embeddedness
between traders in the market sellers are making the traditional market remain high amid a suistained
flow of modern market grow like supermarket and stores.

Key word: Social Embeddedness, Traders, Kotagede Traditional Market


Keterlekatan Sosial Pedagang ... (Oni Putri) 3

PENDAHULUAN menukar uang dengan barang pemenuh


Dalam kehidupan sehari-hari, transaksi kebutuhan sehari-hari. Tukar menukar juga bisa
jual beli secara langsung utamanya terjadi di diartikan sebagai cara transaksi antar manusia
pasar. Jadi melalui pasar, jaringan perdagangan atau dalam kajian sosiologis disebut interaksi.
dari pasar ke pasar ataupun dari pasar desa ke Aktor yang terlibat dalam pasar,
kota berlangsung dengan pola yang beragam utamanya adalah penjual atau pedagang dan
(Sadilah, 2011:1). Jual beli yang terjadi di pasar pembeli. Pedagang menurut Damsar (1997)
tidak hanya berupa barang, namun juga dapat terbagi atas pedagang professional, pedagang
berupa jasa. Dari pasar itu pula akan terungkap semi profesional, pedagang substensi dan
jaringan perdagangan antar pedagang besar pedagang semu. Pembeli menurut Damsar
maupun kecil, pedagang lokal maupun dari (1997) dalam bukunya terbagi menjadi tiga
daerah lain, dan dapat berlangsung dari pasar ke yaitu: pengunjung, pembeli dan pelanggan.
pasar atau dari pasar desa ke pasar kota. Interaksi yang diciptakan aktor menandakan
Dalam sejarahnya, pasar yang telah ada hubungan sosial di dalam pasar sangat kuat,
dalam kehidupan masyarakat berawal dari selain itu juga menunjukkan semua interaksi
transaksi dilakukan dengan sistem barter, yaitu terjadi karena adanya kepentingan.
cara bertransaksi dengan menukarkan barang Belakangan ini, pasar tradisional tergeser
berbeda kepada pihak lain. Namun cara tersebut oleh derasnya arus pengembangan pasar modern
semakin lama dirasa semakin tidak efisien yang dapat mempengaruhi eksistensi pasar
karena pertimbangan jarak dan waktu tempuh tradisional. Pasar modern dan pasar tradisional
untuk bertemu kedua belah pihak. Sistem pasar dibedakan dari cara bertransaksi. Dalam pasar
di daerah pedesaan dan kota kecil di Malaysia tradisional, harga merupakan kesepakatan antara
dan Indonesia secara mendalam dipengaruhi oleh penjual dan pembeli, namun dalam pasar
sejarah kolonial dari dua negara tersebut tetapi modern, harga sudah ditentukan oleh penjual.
tetap mempertahankan identitas yang sangat Pasar modern yang sering kita jumpai adalah
berbeda dengan usaha internasional yang sangat toko swalayan, mall, plaza, hypermarket,
kompleks (Belshaw, 1981: 81). supermarket dan minimarket. Jika dilihat secara
Pasar adalah tempat yang mempunyai fisik, pasar modern akan memiliki fisik yang
unsur-unsur sosial, ekonomis, kebudayaan, lebih menarik daripada pasar tradisional,
politis, dan lain-lainnya, tempat pembeli dan didukung dengan kemegahan, barang yang
penjual (atau penukar tipe lain) saling bertemu menarik dan berkualitas dan memenuhi selera
untuk mengadakan tukar-menukar (Belshaw, pembeli (Sadilah, 2011: 5).
1981: 10). Pasar menjadi tempat atau wadah Ada banyak hal yang dimiliki pasar
masyarakat untuk melakukan aktivitas tukar- tradisional yang tidak dimiliki pasar modern,
4 Jurnal Pendidikan Sosiologi

seperti cara bertransaksi dengan mekanisme masih nyaman untuk melakukan aktivitas di
tawar-menawar, secara ekonomi mampu pasar tradisional, dibuktikan dari antusias
menghidupi ribuan orang atau ruang pedagang dan pembeli yang sangat ramai di
pemberdayaan ekonomi masyarakat, sebagai Pasar Kotagede pada saat pagi ataupun malam
ruang publik atau arena membentuk jalinan hari. Pasar kotagede merupakan pasar tertua
relasi sosial-ekonomi dan akan membangun yang terdapat di wilayah Yogyakarta. Dulunya,
komunitas dari berbagai kelompok sosial pasar ini merupakan melting pot atau tempat
(Sadilah, 2011: 6). asimilasi budaya dari para pedagang dan pembeli
Keberadaan pasar tradisional di kota dengan latar belakang ras, budaya serta etnis
mempunyai karakteristik berbeda dengan pasar- yang berbeda. Pasar ini berdiri di kawasan yang
pasar tradisional yang berada di desa. Kondisi memiliki nilai sejarah yang tinggi (Dinas
pasar tradisional di kota lebih terorganisir, baik Pengelolaan Pasar Kota Yogyakarta, 2011).
dalam penataan ruang jual-beli, jenis-jenis Pasar Kotagede menyediakan segala
barang yang dijual (baik secara kualitas maupun barang kehidupan sehari-hari, seperti sembako,
kuantitas), maupun tersedianya aneka barang sayuran, buah, daging serta kebutuhan lain
untuk memenuhi kebutuhan sebagian penduduk seperti pakaian, peralatan rumah tangga,
kota (Sadilah, 2011: 3). Pasar tradisional banyak peralatan mandi dan masih banyak lagi. Ciri
tersebar di kota, seperti di Kota Yogyakarta. khas Pasar Kotagede adalah makanan yang
Pasar tradisional seperti Beringharjo selalu sudah tidak mudah dicari di tempat-tempat orang
menjadi pilihan belanja warga lokal, bahkan biasa menjajakan makanan, seperti gethuk,
menjadi destinasi pilihan wisata untuk jadah, wajik, gatot, tiwul, lupis, pecel dan lain-
wisatawan baik domestik maupun asing. Di lain. Setiap pagi, pasar sudah memulai
Yogyakarta sendiri, terdapat lebih dari 30 pasar aktivitasnya pada pukul 4 pagi, dengan ditandai
tradisional yang dikelola langsung oleh Dinas pemasok barang dagangan yang berasal dari luar
Pengelolaan Kota Yogyakarta, terbagi dalam tiga kota menggunakan truk ataupun mobil box.
karakteristik yaitu 2 pasar induk, 6 pasar khusus Pedagang yang berjualan pada waktu
dan 24 pasar umum (Dinas Pengelolaan Pasar pagi hari merupakan pedagang yang memiliki
Kota Yogyakarta, 2011). KBP (Kartu Bukti Pedagang) yang terdaftar
Anggapan negatif mengenai pasar yang secara resmi pengelola pasar yang dibawahi oleh
kumuh dan kotor dari masyarakat secara Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota
bertahap diubah oleh pihak Dinas Perindustrian Yogyakarta. Kepemilikan KBP tersebut juga
dan Perdagangan Kota Yogyakarta dengan secara langsung tergabung dalam paguyuban
diperbaikinya pasar dan usaha lain untuk pasar. Dalam paguyuban tersebut terdapat
mendukung eksistensi pasar tradisional. banyak kegiatan yang melibatkan seluruh
Masyarakat di Kota Yogyakarta hingga saat ini pedagang dengan tujuan untuk mempererat tali
Keterlekatan Sosial Pedagang ... (Oni Putri) 5

persaudaraan antar-pedagang. Kegiatan inilah dengan barang dan atau jasa. Istilah pasar dalam
yang menjadi daya tarik pengunjung pasar untuk kajian sosiologi ekonomi diartikan sebagai salah
datang lagi pada lain waktu. satu lembaga paling penting dalam institusi
Sampai saat ini Pasar Kotagede masih ekonomi yang menggerakkan dinamika
menunjukkan eksistensinya sebagai pasar kehidupan ekonomi, berfungsinya pasar tidak
tradisional ditengah menjamurnya pasar-pasar terlepas dari aktivitas yang dilakukan oleh
modern di Yogyakarta. Pedagang Pasar pembeli dan pedagang (Damsar, 1997:101).
Kotagede memiliki kelompok yang terpisah, Hubungan dalam relasi sosial merupakan
yaitu kelompok pedagang pagi di luar pasar, hubungan yang sifatnya timbal balik antar
pedagang pagi di dalam pasar dan pedagang individu yang satu dengan individu yang lain dan
malam. Salah satu kelompok tersebut adalah saling mempengaruhi. Relasi sosial yang
Paguyuban Pasar yang bernama “Margo Mulyo” terbentuk di pasar, dalam hal ini pasar
yang menghimpun sebagian besar pedagang tradisional, mendukung kegiatan fungsi
yang berjualan di pasar pada pagi hari di dalam ekonomi. Kegiatan jual beli yang terjadi di pasar
pasar. Paguyuban terus berkembang seiring tradisional merupakan salah satu fungsi
berjalannya waktu sehingga semakin dewasa ekonomi.
dapat semakin mempererat antar anggota atau Paguyuban
pedagang pasar dengan adanya banyak kegiatan Menurut Ferdinand Tonnies (dalam
yang dilakukan oleh paguyuban. Soerjono Soekanto, 2009:116) paguyuban
KAJIAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORI merupakan bentuk kehidupan bersama di mana
Pasar anggotaanggotanya diikat oleh hubungan batin
Pasar adalah sebuah pranata ekonomi dan yang murni dan bersifat alamiah serta bersifat
sekaligus cara hidup, suatu gaya umum dari kekal. Dasar hubungan tersebut adalah rasa cinta
kegiatan ekonomi yang mencakup segala aspek. dan rasa kesatuan batin yang memang telah
Selain itu, pasar merupakan suau tempat yang dikodratkan. Dalam paguyuban terdapat suatu
identik dengan terjalinnya hubungan antara kemauan bersama, ada suatu pengertian serta
penjual dan pembeli untuk melaksanakan juga kaidah-kaidah yang timbul dengan
transaksi terkait tukar menukar barang. Selain sendirinya dari kelompok tersebut. Apabila
untuk pemenuhan kebutuhan hidup, pasar juga terjadi pertentangan antar anggota suatu
dijadikan tempat untuk saling menukar paguyuban, pertentangan tersebut tidak akan
informasi. Menurut Kamus Besar Bahasa dapat diatasi dalam suatu hal saja. Gaya hidup
Indonesia (KBBI), definisi pasar adalah penjual adalah pola-pola tindakan yang membedakan
yang ingin menukarkan barang/jasa dengan antara satu ora Tipe-tipe paguyuban menurut
uang, dan pembeli yang ingin menukar uang Ferdinand Tonnies (dalam Soerjono Soekanto,
6 Jurnal Pendidikan Sosiologi

2009: 118) adalah (1) Paguyuban karena ikatan Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
darah (gemmeinschaft by blood) yaitu paguyuban Penelitian dilakukan di Pasar Kotagede,
yang merupakan ikatan yang didasarkan pada yang beralamat di Jalan Mondorakan No 172B,
ikatan darah didasarkan pada keturunan. (2) Kotagede, Yogyakarta. Penelitian ini
Paguyuban karena tempat (gemmeinschaft by dilaksanakan pada bulan Mei tahun 2018.
place) yaitu suatu paguyuban yang terdiri dari
Bentuk Penelitian
orang-orang yang berdekatan tempat tinggal
Penelitian ini menggunakan metode
sehingga dapat saling tolong-menolong. (3)
penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian ini
Paguyuban karena jiwa-pikiran (gemmeinschaft
disajikan dan dijelaskan secara deskriptif dengan
of mind) yaitu suatu paguyuban yeng terdiri dari
kata-kata untuk menjawab pertanyaan penelitian.
orang-orang yang walaupun tak mempunyai
hubungan darah ataupun tempat tinggalnya tidak Sumber Data
berdekatan, tetapi mereka mempunyai jiwa dan Sumber data dalam penelitian ini berasal
pikiran yang sama, ideologi yang sama. dari data primer dan data sekunder. Data primer
Teori Keterlekatan Sosial berasal dari wawancara dan pengamatan secara
Keterlekatan merupakan tindakan langsung dengan orang-prang yang menjadi
ekonomi yang disituasikan secara sosial dan informan dari penelitian ini. Sedangkan data
melekat (embedded) dalam jaringan sosial sekunder yang diperoleh peneliti berasal dari
personal yang sedang berlangsung diantara para dokumentasi foto selama melakukan proses
aktor tidak hanya terbatas pada tindakan aktor penelitian dan dokumentasi foto yang dimiliki
individual sendiri tetapi juga mencakup perilaku oleh para narasumber untuk melengkapi data
ekonomi yang lebih luas (Damsar 2009: 139). sekunder dalam penelitian ini.
Terjadinya tindakan ekonomi tidak akan pernah
terlepas dengan tindakan sosial. Berdasarkan Teknik Pengumpulan Data

review Granovetter dalam literatur sosiologi dan Teknik pengumpulan data dalam

ekonomi, terdapat perbedaan kubu penelitian ini adalah wawancara, observasi, dan

oversocialized dan undersocialized. Kubu dokumentasi. Wawancara dilakukan dengan

oversocialized yaitu menganggap tindakan mencari informasi mengenai kegiatan paguyuban

ekonomi yang kultural dituntun oleh aturan nilai pedagang pasar, siapa aktor yang terlibat dan

dan norma, sedangkan kubu undersocialized bentuk keterlekatan dengan melakukan

menganggap tindakan ekonomi lebih rasional wawancara kepada 7 informan. Observasi yang

dan berorientasi pada pencapaian keuntungan akan dilakukan peneliti untuk mendukung

individual. pengumpulan data penelitian dengan

METODE PENELITIAN menyaksikan kegiatan-kegiatan yang berada di


tempat penelitian, yaitu Pasar Kotagede. Dalam
Keterlekatan Sosial Pedagang ... (Oni Putri) 7

penelitian jugaini akan digunakan juga dokumen kerajaan Mataram, tepatnya pada pemerintahan
foto atau gambar yang diambil peneliti di Panembahan Senopati di abad ke-16. Pasar yang
lapangan sebagai data. memiliki image sebagai pasar dengan nuansa
budaya, memang pada saat itu merupakan lahan
Pemilihan Informan Penelitian
Alas Mentaok yang dibuka oleh Ki Ageng
Peneliti dalam penelitian ini
Pemanahan sebagai imbalan Jaka Tingkir saat
menggunakan teknik purposive sampling.
mengalahkan Arya Penangsang.
Kriteria yang digunakan dalam pemilihan
Pasar Kotagede merupakan satu-satunya
informan ini adalah pengurus paguyuban dan
pasar tradisional yang masih menggunakan hari
anggota paguyuban.
pasaran. Hari pasaran adalah bagian dari sistem
Validitas Data
kalender Jawa yang terdiri dari Legi, Pahing,
Validitas data yang peneliti gunakan
Pon, Wage dan Kliwon. Pasar Kotagede setiap
dalam penelitian ini adalah teknik triangulasi.
pasaran Legi lebih ramai dari hari biasa,
Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini
trafficnya pun lebih tinggi dibandingkan hari
adalah triangulasi sumber dan triangulasi
biasanya. Aktivitas pasar terdiri dalam 2 periode,
metode. Cara mengecek pada sumber yang sama
yakni pedagang pagi-sore hari mulai pukul
dengan teknik yang berbeda. Data diperoleh
04.00-16.00 dan pedagang malam dimulai pukul
peneliti dengan wawancara, kemudian
16.00 hingga 24.00. Pada periode pagi-sore
dibuktikan dengan observasi yaitu datang ketika
pedagang menjajakan barang dagangannya
para pedagang sedang melakukan kegiatan, serta
seperti jajanan pasar, kuliner tradisional,
dengan mengambil dokumentasi.
konveksi atau pakaian, kerajinan dan gerabah,
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
sembako, buah dan sayur, mainan anak,
Deskripsi Daerah Penelitian
perlengkapan dapur, perhiasan, dan lain
Pasar Kotagede secara geografis terletak
sebagainya. Pada periode malam hari pedagang
di sebelah selatan sisi timur kota Yogyakarta,
menjajakan masakan matang atau lauk pauk,
dengan alamat Jalan Mondorakan Nomor 172B
jajanan pasar, klithikan, konveksi, dan lain
Yogyakarta. Akses yang mudah dijangkau
sebagainya.
menjadikan Pasar Kotagede menjadi sasaran
Pasar yang berada di pinggiran kota ini
pembeli yang akan berbelanja. Kemudahan akses
berdiri diatas tanah seluas 4.578 m2 dengan
transportasi didukung posisi yang strategis,
bangunan seluas 4.158 m2. Pasar Kotagede
membuat aktivitas pasar tak pernah sepi
dilengkapi beragam fasilitas seperti tempat
pengunjung, terutama warga Kotagede bagian
parkir, toilet, kantor pengelola, radio pasar,
selatan dan sekitarnya.
mushola, layanan kesehatan dan tempat
Pasar Kotagede merupakan pasar tertua
pembuangan sampah yang memadai. Hingga
di Yogyakarta yang dibangun pada masa
8 Jurnal Pendidikan Sosiologi

saat ini pasar memiliki 42 kios, 562 los dan 327 Pasar Yogyakarta
lapak dengan total 931 pedagang.
7. Ibu TU 52 Sayuran Kotagede,
Dalam menjalankan administrasinya,
pasar Kotagede dipimpin oleh Kepala Pasar, atau Yogyakarta

biasa disebut Lurah Pasar, dengan dibantu


Berdasakarkan tabel diatas, terdapat
beberapa orang petugas. Petugas tersebut antara
sejumlah empat orang pengurus paguyuban dan
lain petugas kebersihan, petugas keamanan,
tiga orang anggota. Mayoritas berasal dari
petugas pemungut dan petugas pemeliharaan.
daerah Bantul dikarenakan lokasi pasar yang
Terdapat paguyuban pedagang yaitu Margo
berada di sisi selatan Kota Yogyakarta,
Mulyo dan Sidodadi yang terbagi atas dasar
berbatasan langsung dengan Kabupaten Bantul.
waktu dan tempat berjualan. Paguyuban Margo
Peneliti memfokuskan pada pengurus dan
Mulyo merupakan pedagang yang berjualan di
anggota paguyuban dengan tujuan agar data
dalam pasar, sedangkan Paguyuban Sidodadi
yang diperoleh dapat sesuai dengan tujuan utama
merupakan pedagang di luar pasar.
peneliti melakukan penelitian.
Deskripsi Informan Penelitian
Kegiatan dalam Paguyuban Pedagang Pasar
No. Nama Usia Jenis Alamat
Kotagede
(tahun) Dagangan Paguyuban Margo Mulyo dalam
kaitannya mempererat hubungan antar pedagang,
1. Bapak 70 Gerabah Kasongan,
mengadakan berbagai kegiatan untuk para
DA dan Bantul
pedagang. Kegiatan tersebut antara lain
Kerajinan syawalan, kirab budaya, pemakaian baju adat
setiap Kamis Pahing, reresik pasar, pengadaan
2. Ibu AM 42 Kelapa Pleret, Bantul
kaos, dan kegiatan lain. Kegiatan syawalan
Parut diadakan untuk memperingati hari besar Idul
Fitri. Mayoritas pedagang pasar Kotagede
3. Ibu BA 56 Pakaian Banguntapan,
beragama Islam sehingga acara tersebut diikuti
Bantul
oleh seluruh pedagang pasar. Kegiatan ini

4. Ibu SH 57 Makanan Pandak,


merupakan satu-satunya kegiatan paguyuban
yang dilakukan di luar area pasar yang dapat
Kering Bantul
digunakan sebagai moment berkumpulnya
5. Ibu SM 38 Pakaian Banguntapan, seluruh pedagang pasar, walaupun tidak
menutup kemungkinan ada beberapa yang tidak
Bantul
dapat mengikuti acara ini.
6. Ibu NU 52 Jajanan Kotagede,
Keterlekatan Sosial Pedagang ... (Oni Putri) 9

Kirab yang diikuti oleh paguyuban paguyuban yang secara bersama-sama


pedagang pasar Kotagede setiap tahunnya ada membersihkan pasar. Reresik pasar dilaksanakan
dua macam, yaitu kirab yang diselenggarakan setiap Kamis Pon dalam hari pasaran Jawa.
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Program ini dilakukan untuk menjadikan pasar
Yogyakarta dan kirab yang diadakan Dinas lebih bersih dan nyaman, membuat para
Kebudayaan, melalui Pemerintah Desa Jagalan, pengunjung menjadi lebih betah untuk
Banguntapan, Kabupaten Bantul. Kirab yang berbelanja, serta membantu mengurangi petugas
diadakan oleh Dinas Perindustrian dan kebersihan.
Perdagangan diadakan satu tahun sekali sebagai Para pedagang pasar Kotagede
cara promosi dan menjaga eksistensi pasar menjalankan kegiatan paguyuban bersama-sama
tradisional ditengah maraknya pasar modern dengan membuat kaos kembaran yang bertujuan
yang banyak tumbuh di Kota Yogyakarta. Kirab untuk digunakan ketika ada acara bersama agar
yang diadakan oleh Pemerintah Desa Jagalan terlihat kompak. Acara tersebut biasanya ketika
Banguntapan Bantul merupakan bagian dari ada temu pedagang paguyuban pasar se-Kota
kegiatan Kirab Budaya Ambengan Ageng atau Yogyakarta, Kirab Budaya dan acara-acara lain.
Nawu Sendang Seliran. Kesepakatan pembuatan kaos ini disetujui
Pemerintah Kota Yogyakarta melalui seluruh pedagang, kaos juga digunakan sebagai
Wali Kota telah melaksanakan aturan pemakaian identitas ketika bertemu dengan pedagang dari
baju adat gagrak Jawa kepada seluruh PNS dan paguyuban pedagang pasar lain. Kegiatan
siswa di Yogyakarta. Aturan ini ternyata tidak pedagang pasar sangat beraneka ragam, selain
hanya dilaksanakan kalangan PNS dan pelajar kegiatan yang dikelola langsung oleh
saja, ada himbauan dari Dinas Perindustrian dan paguyuban, terdapat beberapa kegiatan yang
Perdagangan untuk para pedagang basar baiknya dilakukan oleh beberapa pedagang saja.
juga mengikuti aturan ini. Hal ini dilaksanakan Misalnya terdapat arisan yang diikuti hanya dari
dengan tujuan untuk menambah estetika pasar beberapa pedagang bagian dalam pasar bagian
tradisional untuk menambah daya tarik depan sebelah timur.
pengunjung. Hal ini tentu juga dilaksanakan di Manusia sebagai makhluk sosial tentunya
pasar Kotagede. selama hidup tidak akan terlepas dari interaksi
Program reresik pasar merupakan dengan manusia lain. Interaksi yang terjalin
program yang dibuat oleh Dinas Perindustrian dengan baik di pasar menciptakan hubungan
dan Perdagangan Kota Yogyakarta, dijalankan tolong menolong diantara pedagang pasar.
menyeluruh,serentak pada setiap pasar Bentuk tolong-menolong atau solidaritas
tradisional di Kota Yogyakarta. Dalam pedagang dapat dilihat dari beberapa hal seperti
pelaksanaannya, para pedagang dalam membantu menjualkan barang dagangan
10 Jurnal Pendidikan Sosiologi

pedagang lain, nglarisi dagangan pedagang lain, untuk mengunjungi ketika pedagang memiliki
dan dana sosial. hajat.
Tolong menolong dalam membantu Keterlekatan Paguyuban Pedagang Pasar
menjualkan barang dagangan milik pedagang Kotagede
lain, biasanya sebelah kanan atau kirinya ketika Pasar Kotagede menjadi salah satu pasar
pedagang meninggalkan barang dagangan untuk di Kota Yogyakarta yang masih eksis
ke kamar mandi atau ada hal yang harus keberadaannya. Letaknya yang strategis
diselesaikan dengan meninggalkan dagangannya, dikelilingi pemukiman padat penduduk membuat
Hal ini dilakukan secara ikhlas dan tanpa pamrih pasar ini tak pernah sepi pengunjung. Selain itu
ataupun iri antara satu pedagang dengan eksistensi juga didukung aktor-aktor pasar yang
pedagang lainnya. Selain itu, terdapat juga saling terkait satu dengan yang lain. Aktor yang
tolong menolong dalam nglarisi dagangan. mendukung eksistensi antara lain pedagang,
Makna dari nglarisi adalah membuat laku atau pembeli dan penungunjung, petugas pengelola
terjual barang dagangan milik pedagang lain. pasar dan aktor lain yang terkait.
Makna ini dipakai oleh pedagang pasar Pedagang di pasar Kotagede menurut
tradisional di daerah Jawa. Di pasar Kotagede, tempat berdagang dan cara berdagang dapat
pedagang sering “nglarisi” pedagang lain yang diplilah menjadi pedagang tetap dan pedagang
masih sisa sedikit barang dagangannya, biasanya tidak tetap. Pedagang tetap Pedagang tetap
diawali dengan pemilik dagangan menawarkan ditandai dengan tanda bukti pedagang atau Kartu
kepada pedagang lain pada saat pasar sudah sepi. Bukti Pedagang (KBP) untuk pedagang kios dan
Biasanya, yang menawarkan barang dagangan los. Pedagang tetap dapat juga dilihat dari
adalah penjual makanan yang tidak dapat keberadaan pedagang bersangkutan yang selalu
bertahan lama. ada di pasar Kotagede. Pedagang tetap terbagi
Hubungan yang terjadi di pasar Kotagede dalam beberapa jenis, seperti pedagang di kios,
tidak hanya terjadi di pasar ketika berjualan saja, pedagang di los, pedagang di
namun hubungan mereka begitu dekat dan akrab halaman/trotoar/jalan atau biasa disebut
seperti keluarga sendiri. Hubungan ini dilihat pedagang di lapak. Pedagang tidak tetap di pasar
ketika adanya budaya “layat dan nyumbang” Kotagede hanya berjualan di pasar pada hari-hari
pada keluarga salah satu pedagang ada yang tertentu atau menurut jadwal sendiri.
sedang kesusahan. Keluarga yang berhak Aktor utama selain penjual yang
mendapatkan ketika pedangang atau memiliki peran penting adalah pembeli. Pembeli
suami/istrinya, anaknya, orangtuanya dan merupakan konsumen yang memanfaatkan
mertua. Layatan merupakan istilah jawa untuk barang dan jasa yang ditawarkan oleh penjual.
melayat. Sedangkan “nyumbang” adalah istilah Berbeda dengan pembeli, terdapat beberapa
orang datang ke pasar Kotagede hanya untuk
Keterlekatan Sosial Pedagang ... (Oni Putri) 11

datang mengunjungi dengan intensitas kepercayaan. Selain itu komunikasi dan interaksi
kedatangan tidak tetap. Pengunjung jenis ini juga membentuk hubungan keterlekatan individu
mayoritas berasal dari wisatawan yang sedang atau kelompok tersebut. seperti halnya adanya
singgah di Kota Yogyakarta, khususnya kawasan hubungan dan interaksi yang terjadi pada aktor
Kotagede. yang berperan di pasar Kotagede. Aspek yang
Keberadaan pasar Kotagede menjadi ada dalam pasar Kotagede untuk melihat
sesuatu yang sangat penting bagi perekonomian bagaimana keterlekatan hubungan antar-
masyarakat. Oleh karena itu, pemerintah pedagang adalah hubungan kepercayaan, nilai
memberikan perhatiannya dengan memberikan dan norma dan relasi sosial.
pengelolaan yang secara langsung dijalankan Hubungan kepercayaan yang terjalin
oleh instansi di bawah Dinas Perindustrian dan antar-pedagang mampu membentuk hubungan
Perdagangan Kota Yogyakarta. Di pasar kerjasama. Kepercayaan merupakan hal pokok
Kotagede, terdapat kepala pasar untuk mengatur untuk menjaga dan memelihara hubungan jangka
pasar. Petugas pemungut retribusi, petugas panjang. Kepercayaan terjadi apabila tindakan
kebersihan, petugas keamanan, petugas kelompok/individu memberikan hasil yang
pemeliharaan juga merupakan bagian dari menguntungkan bagi kelompok/individu lain.
struktur organisasi pengelola pasar. Kepercayaan antar pedagang dapat dilihat dari
Selain pedagang, pembeli dan pengelola adanya solidaritas membantu menjualkan barang
pasar, ada juga beberapa aktor yang ikut dagangan penjual lain. Hubungan atau interaksi
mendukung aktivitas pasar. Aktor lain ini adalah yang terbuka antar pedagang di pasar Kotagede
pemberi jasa pinjaman, baik modal (uang) membuat suatu kepecayaan hingga berdampak
ataupun barang (mendring). Pemberi jasa pada hubungan yang positif berupa tolong
simpanan modal terbagi menjadi dua yaitu resmi menolong dan kekeluargaan yang kentara.
dan tidak resmi. Lembaga keuangan resmi yang Masyarakat yang tinggal pada suatu
menjadi jasa peminjaman modal yaitu beberapa wilayah, pada umumnya akan mematuhi nilai
bank dan BMT. Peminjaman modal tidak resmi dan norma yang berlaku pada wilayah tersebut.
atau perorangan biasanya dijalankan oleh Masyarakat saat ini atau lebih dikenal sebagai
rentenir. masyarakat modern yang bersifat plural, nilai
Hubungan keterlekatan muncul karena dan norma menjadi sebuah alat untuk
adanya hubungan interaksi sosial yang terjadi menimbulkan adanya interaksi. Seperti halnya
antara sesama individu atau kelompok yang yang terjadi di pasar Kotagede. Nilai dan norma
terjadi secara terus menerus hingga menjadi yang ditaati oleh para pedagang membentuk
suatu pola kebiasaan. Aspek paling utama dari suatu keteraturan dan interaksi akan berjalan
munculnya hubungan keterlekatan adalah lebih lancar.
12 Jurnal Pendidikan Sosiologi

Relasi muncul dengan sendirinya, dan petugas atau pengelola mampu mempererat
jika terjadi akan relatif lama dalam membentuk hubungan di dalam pasar, terutama pada struktur
pola. Begitu juga relasi sosial yang ada di pasar pasar itu sendiri.
Kotagede. Membangun relasi antar pedagang Dalam konsep keterlekatan, Granovetter
merupakan tujuan bersama memajukan pasar menemukan dalam literature sosiologi dan
saat inin ketika keberadaan pasar tradisional ekonomi, terdapat dua kubu keterlekatan
tergerus dengan adanya pasar modern. Relasi berdasarkan hubungan sosial yang terjalin, yaitu
sosial yang terjalin cukup lama dapat membuat oversocialized dan undersocialized (Damsar,
hubungan saling menolong dan solidaritas 2009). Oversocialized merupakan tindakan yang
lainnya makin nyata untuk dirasakan. selalu mempertimbangkan nilai dan norma yang
Keberadaan hubungan antar-pedagang berlaku dalam masyarakat untuk melakukan
paguyuban pasar Kotagede yang sangat terbuka tindakan dan hubungan sosial. Pedagang yang
dan baik, tidak lepas dari adanya keterlekatan tergabung dalam Paguyuban Pasar Kotagede
antara pengurus dan anggota ataupun pihak dapat dimasukan dalam kategori oversocialized
lainnya yang menciptakan hubungan dimana dalam paguyuban menjalankan tindakan
keterlekatan kuat dengan dua bentuk dituntun oleh aturan-aturan seperti nilai dan
keterlekatan antar-pedagang. Bentuk norma yang diinternalisasi. Seluruh anggota
keterlekatan dalam paguyuban tersebut adalah tunduk dan patuh terhadap segala sesuatu yang
keterlekatan rasional dan keterlekatan struktural. diinternalisasi dalam kehidupan sosial
Keterlekatan relasional tampak dari keseharian seperti nilai, norma, kebiasaan dan
hubungan yang telah terjaga antar-pedagang tata kelakuan.
dalam paguyuban tampak dinamis dan terus Undersocialized melihat kepentingan
dipelihara. Hubungan yang terjalin bukan hanya individu diatas segala-galanya. Pada kelompok
sekedar urusan bisnis, namun juga hubungan ini tidak melihat adanya ruang bagi pengaruh
sosial dalam bentuk persaudaraan. Adanya rasa budaya, agama ataupun struktur sosial terhadap
saling percaya antar pedagang memudahkan tindakan ekonomi. Maka undersocialized
menjalankan setiap kegiatan yang akan memandang setiap tindakan ekonomi merupakan
dilaksanakan. Keterlekatan struktural pada pasar refleksi dari mutu pencapaian perolehan pribadi
Kotagede berada dalam pengawasan Dinas (Damsar, 2011). Kelompok undersocialized ini
Perindustrian dan Perdagangan Kota tidak ditemukan dalam paguyuban pedagang
Yogyakarta. Adanya ketua pengelola atau lurah pasar Kotagede. Pedagang bertindak berdasarkan
pasar beserta petugas ini menunjukkan adanya adanya berbagai kesamaan, misalnya kesamaan
sebuah struktur organisasi pasar dengan tugas mencari rezeki, kesamaan agama, dalam hal ini
saling berhubungan dan membutuhkan. Adanya dilihat dari adanya kegiatan syawalan untuk
keterbukaan informasi antara pedagang dan
Keterlekatan Sosial Pedagang ... (Oni Putri) 13

seluruh pedagang, kesamaan tempat bekerja dan menggunakan pakaian Jawa setiap Kamis
kesamaan lainnya. Pahing, dana sosial, dan rapat atau kumpulan.
Dampak Adanya Keterlekatan dalam Adanya aspek kepercayaan, nilai dan
Paguyuban Pedagang Pasar Kotagede norma, relasi sosial yang kuat dan masih
Dinamika pedagang pasar Kotagede terus dilaksanakan, menciptakan hubungan
dipelihara dan tampak dinamis dikarenakan keterlekatan yang kuat atau oversocialized.
aktivitas pasar menciptakan mata rantai saling Tindakan yang selalu mempertimbangkan nilai
ketergantungan dan nyaman antar pedagang dan norma yang berlaku dalam masyarakat untuk
sehingga keberadaan atau eksistensinya tetap melakukan tindakan dan hubungan sosial.
terjaga. Dampak secara langsung dari adanya Hubungan tidak terjadi secara instan, melainkan
keterlekatan yang ada dalam paguyuban bagi terjadinya interaksi yang terjalin secara terus
penjualan pedagang hanya sebagai wadah menerus hingga intens dan mendalam.
silaturahmi saja. Manfaat lebih besar juga Setiap sesuatu yang ada atau terjadi akan
dirasakan oleh pengelola pasar dalam hal ini selalu membawa dampak, seperti adanya
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota keterlekatan pedagang ini juga membawa
Yogyakarta dengan melewati kepala pasar dampak baik positif maupun negatif. Dampak
sebagai pengelola. Tidak terlepas dari dampak positif dari adanya paguyuban ini adalah
positif, terdapat dampak negatif, adanya interaksi semakin menyemarakkan eksistensi pasar
antar-pedagang juga membawa dampak buruk Kotagede sebagai pasar tradisional di Kota
seperti pedagang ikut campur urusan pedagang Yogyakarta. Tak lepas dari dampak posiif,
lain sehingga urusan pedagang tersebut tidak dampak negatif juga akan terbawa, yaitu adanya
terselesaikan konflik-konflik kecil yang terjadi dalam
SIMPULAN DAN SARAN hubungan pedagang, semakin ramainya
Simpulan pengunjung pasar akan membawa kemacetan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang terjadi pada waktu-waktu tertentu di daerah
data mengenai keterlekatan sosial paguyuban sekitar pasar Kotagede.
pedagang di Pasar Kotagede Yogyakarta yang Saran
telah dilakukan oleh peneliti maka dapat diambil Setelah melakukan penelitian, ada
beberapa kesimpulan yaitu berbagai macam beberapa saran yang peneliti ajukan. Saran
kegiatan diadakan paguyuban ataupun pengelola tersebut antara lain:
pasar bertujuan untuk merekatkan hubungan 1. Untuk Paguyuban Pedagang Pasar, atau
antar-pedagang dalam paguyuban. Kegiatan seluruh pedagang pasar, agar selalu menjaga
tersebut antara lain memperingati hari besar, keakraban dan tali persaudaraan, lebih ramah
syawalan, kirab budaya, reresik pasar, kepada seluruh pengunjung pasar, tidak
14 Jurnal Pendidikan Sosiologi

hanya pedagang atau pelanggan tetapi juga Tradisional di Kota Semarang – Jawa
Tengah). Yogyakarta: Penerbit BPSNT.
kepada seluruh pengunjung dengan tujuan
Soekanto, S. (2009). Sosiologi Suatu Pengantar
bukan untuk berbelanja, misalnya peneliti. Edisi Revisi. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
2. Untuk Pengelola Pasar dan Dinas Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif,
Perindusrtian dan Perdagangan Kota Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Yogyakarta, agar selalu membina jalinan


atau hubungan yang baik dengan pedagang
pasar dan masyarakat umum.

3. Untuk Masyarakart Umum, agar senantiasa


melestarikan pasar tradisional dengan cara
melakukan aktivitas belanja ataupun
berdagang.

4. Untuk Mahasiswa, agar dapat


mengembangkan penelitian yang telah
dilakukan ini supaya memperkaya khazanah
ilmu dengan melestarikan pasar tradisional.

DAFTAR PUSTAKA

Belshaw, C. (1981). Tukar Menukar Pasar


Tradisional dan Pasar Modern. Jakarta:
PT. Gramedia.
Damsar. (1997). Sosiologi Ekonomi. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
Damsar. (2009). Pengantar Sosiologi Ekonomi.
Jakarta: Kencana.
Damsar. (2011). Pengantar Sosiologi Ekonomi
Edisi Revisi. Jakarta: Kencana.
Dinas Pengelolaan Pasar Kota Yogyakarta.
(2013). Profil Pasar Tradisional Kelas 2
dan 3 Kota Yogyakarta. Bidang
Pengembangan Dinas Pengelolaan Pasar
Kota Yogyakarta.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Online).
Tersedia di
https://kbbi.kemdikbud.go.id/. Diakses
pada Mei 2018.
Sadilah, E., dkk. (2011). Eksistensi Pasar
Tradisional (Relasi dan Jaringan Pasar

Anda mungkin juga menyukai