Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada era modernisasi saat ini pemerintah sedang gencar- gencarnya
melaksanakan upaya pembangunan di berbagai sektor diantaranya sektor ekonomi,
sektor politik maupun sektor sosial dan budaya. Salah satu bidang pembangunan yang
sedang digalakkan pemerintah adalah pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi
mengarah pada kebijakan yang ditempuh oleh pemerintah untuk memastikan
kesempatan kerja dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Tujuan
pembangunan ekonomi itu sendiri antara lain pengendalian inflasi dan peningkatan
taraf hidup masyarakat. Namun secara umum, masalah utama dalam pembangunan
ekonomi adalah distribusi pendapatan yang tidak merata. Ketidakmerataan
pendapatan disebabkan oleh berbagai faktor salah satunya yaitu belum
berkembangnya industri kerajinan, pasar rakyat maupun UMKM.
Pertumbuhan ekonomi dapat dicapai dengan meningkatkan potensi yang ada
di setiap daerah (Kusuma, 2016). Pasar memainkan peran penting dalam kegiatan
ekonomi regional dan pembangunan ekonomi. Kehadiran pasar juga membantu rumah
tangga (rumah tangga konsumen, rumah tangga produsen, dan pemerintah) untuk
memenuhi kebutuhannya dan menghasilkan pendapatan. Pasar juga dapat
menciptakan lapangan kerja.
Menurut Ayuningsasi (2012) Pasar Tradisional adalah salah satu sarana publik
yang mendukung kegiatan ekonomi masyarakat, juga untuk menpertahankan budaya
lokal pasar tradisional dapat menyerap tenaga kerja berpendidikan rendah atau
pengusaha dengan modal kecil, yang termasuk dalam kelas menengah ke bawah. Oleh
karena itu, agar pasar tradisional tetap bertahan di Indonesia, diperlukan upaya
peningkatan daya saing pasar tradisional.
Disisi lain, di era globalisasi ini juga terjadi fenomena menjamurnnya pasar
modern ditengah-tengah keberadaan pasar tradisional. Hal ini memunculkan prespeksi
di masyarakat yang beragam. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa saat ini,
banyak perdebatan mengenai pasar tradisional melawan pasar modern. Segalanya
bermula ketika banyak pedagang pasar tradisional yang gulung tikar di akibabatkan
oleh menjamurnya pasar-pasar modern, seperti yang terjadi pada pasar tradisional

1
Doplang, Kecamatan Jati, Kabupaten Blora. Banyak pendapat dan pandangan para
ahli digulirkan.dan peraturan presiden tentang hal ini pun juga telah dikeluarkan.
Yaitu peraturan presiden No 112 Tahun 2007 tentang penataan dan pembinaan
pasar tradisional, pusat perbelanjaan, serta toko modern. Akhirnya ditandatangani
oleh presiden Bambang Susilo Yudhoyono pada 27 desember 2007. Dan dalam
peraturan daerah No 2 Tahun 2002 tentang perpasaran swasta, sudah diatur bahwa
jarak antara pasar tradisional dan modern minimal 2,5KM.
Pedagang Merupakan salah satu perusahaan yang dapat menyerap banyak
tenaga kerja, salah satunya adalah di jadikan tunjangan pendapatan keluarga. Pada
umumnya para pedagang di pasar mendapatkan barang dagangannya dari produser
tetapi ada juga pedagang yang memproduksi sendiri dalam berdagang para pedagang
menpunyai alasan maupun tujuan yang mereka geluti akan semakin meningkat.
Keberadaan pasar tradisional ini sangat membantu, tidak hanya bagi pemerintah
daerah ataupun pusat tetapi juga para masyarakat yang mengantungkan hidupnya
dalam kegiatan berdagang, karena di dalam pasar tradisional terdapat banyak faktor
yang memiliki arti penting dan berusaha untuk mensejahterakan kehidupannya, baik
itu pedagang, pembeli, pekerjaan panggul, dan lain-lain. Mereka semua adalah faktor
yang berperan penting dalam menpertahankan eksistensi pasar tradisional di
Indonesia (Ayuningsasi. 2013). Selain itu didalam pasar tradisional juga
diperlukannya perlindungan untuk memmberikan rasa aman untuk berusaha atau
berdagang.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kondisi pedagang dan pasar tradisional desa Doplang setelah
menjamurnya banyak pasar modern?
2. Bagaimana pendapatan para pedagang pasar tradisional Doplang?
3. Bagaimana jaminan perlindungan atau rasa aman dalam berdagang?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dari penelitian ini yaitu untuk
mengetahui kondisi para pedaggang pasar tradisional, mengetahui besarnya
pendapatan pedagang, jaminan perlindungan yang diberikan, dan mengetahui
beberapa faktor yang mempengaruhi pendapatan para pedagang.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kondisi Pedagang Pasar Tradisional Doplang setelah Menjamurnya Pasar


Modern
Kehadiran pasar modern (supermarket, hipermarket, minimarket), dianggap
oleh berbagai kalangan telah menyudutkan keberadaan pasar tradisional di perkotaan.
Pasar modern di Indonesia tumbuh 31,4% per tahun, sedangkan pasar tradisional
menyusut 8% per tahun. Hal ini menyebabakan penurunan kinerja para pedagang
pasar tradisional Doplang. sebenarnya tidak sepenuhnya disebabkan oleh hadirnya
pasar modern. Hampir seluruh pasar tradisional di Indonesia masih bergelut dengan
masalah internal pasar seperti buruknya manajemen pasar, sarana dan prasarana pasar
yang sangat minim, pasar tradisional sebagai sapi perah untuk penerimaan retribusi,
menjamurnya pedagang kaki lima (PKL) yang mengurangi pelanggan pedagang
pasar, dan minimnya bantuan permodalan yang tersedia bagi pedagang tradisional.
Para pedagang pasar tradisional Doplang sendiri, sebenarnya terdapat masalah
tersendiri di banding dengan menjamurnya pasar modern. Penurunan pedagang pasar
tradisional lebih diakibatkan oleh faktor internal yang mengakibatkan kurangnya daya
saing dibanding pasar modern. Ancaman yang muncul dari keberadaan pasar modern
yang disekitar pasar tradisioanl doplang antara lain;
pertama, mematikan penjual di tradisional karena adanya pergeseran
kebiasaan konsumen. Posisi yang berdekatan antar pasar modern melalui keunggulan
yang dimiliki dibandingkan dengan pasar tradisional telah menyebabkan
berpindahnya para pembeli pasar tradisional ke pasar modern. Kedua, terkait
permasalahan perekonomian lokal. Perputaran uang di daerah, awalnya sebagian
besar perputaran uang tersebut merupakan konstribusi dari UKM namun seiring
dengan berkurangnya UKM dan pasar tradisonal akibat kalah bersaing dengan pasar
modern maka secara otomatis mengecilkan konstribusi mereka.
Bagi para pedagang tradisional doplang, dengan trend pertumbuhan pasar
modern tentunya akan dan telah membawa akibat pada penurunan daya saing pasar
tradisional dan melemahkan posisi tawar menawar terhadap para pemasok yang juga
menjadi pemasok pasar tradisional. Disisi lain, para pedagang tradisional doplang
tentunya juga tidak mau kalah dari pasar modern. Mereka tetap berdagang demi
memenuhi kebutuhan hidupnya terutama pedagang – pedagang yang sudah berjualan

3
puluhan tahun. Dismaping itu pedagang tradisional doplang sealu bersemagat dalam
melakukan perdagangan tentunya.
Para pedagang tradisional doplang merasa bahwa semua yang dijual di pasar
modern tidak semuannya sama. Oleh sebab itu para pedagang pasar modern bertekat
untuk mampu bersaing untuk melakukan perdagangan dan menarik para konsumen.
Tetapi disisi lain dari pasar modern sendiri juga memiliki beberapa cara untuk juga
mampu dalam bersaing. Seperti dalam pelayanannya yang cukup memuaskan
merupakan alasan kuat yang menyebabkan pasar modern mampu menyedot minat
para konsumen di berbagai wilayah. Selain itu, pasar modern juga memiliki
keunggulan lingkungan seperti halnya suasana nyaman, ber-AC, bersih, aman dan ada
pula yang dilengkapi dengan sarana hiburan. Pasar tradisional yang semula sebagai
tempat berbelanja kaum ibu, kini tetap saja memiliki konsumen yang kebanyakan
kaum ibu. Sementara pasar modern, bukan saja memikat belanja kaum ibu yang
tadinya berbelanja di pasar tradisional, akan tetapi juga memikat kalangan pria,
remaja, dan anak-anak yang berbelanja sendiri.
Menurut hasil penelitian Sulistyowati (1999) tentang persaingan pasar
tradisional dan pasar swalayan berdasarkan pengamatan perilaku berbelanja di
Kotamadya Bandung, menunjukkan bahwa dari beberapa indikator persaingan yang
dianalisis dari perilaku berbelanja masyarakat dan karakteristik pasar tradisional dan
pasar swalayan diketahui bahwa kehadiran pasar swalayan yang tumbuh dengan pesat
belum sepenuhnya mampu menggantikan peran pasar tradisional karena hanya
17,72% pasar swalayan yang menjual barang-barang kebutuhan sehari-hari secara
lengkap seperti pasar tradisional. Minat masyarakat untuk berbelanja di kedua jenis
pasar cukup besar. Preferensi masyarakat terhadap jenis komoditas yang dibeli
menunjukkan bahwa pasar tradisional adalah tempat berbelanja bahan pokok yang
tidak lama (sayuran, daging-ayam-ikan, telur, bumbu dapur. dan beras), sedangkan
pasar swalayan adalah tempat berbelanja barang kelontong dan bahan pokok yang
tahan lama (perlengkapan mandi, deterjen, gula-susu-kopi-teh. makanan ringan, buah-
buahan, dan perahot rumah tangga).
Kesimpulan yang dikemukakan Sulistyowati bahwa persaingan antara pasar
tradisional dan pasar swalayan sangat ketat adalah dalam hal segmen pasar,
komoditas, dan pangsa pasar. Nampak bahwa dominasi pasar tradisional dalam
kegiatan perdagangan barang-barang kebutuhan sehari-hari berkurang seiring dengan

4
kehadiran pasar swalayan, namun pasar swalayan belum dapat menggantikan pasar
tradisional.

B. Jumlah Pendapatan dan Keuntungan Pedagang di Pasar Tradisional Desa


Doplang
Menurut Sukirno (2006) Pendapatan dapat diartikan sebagai jumlah
penghasilan yang diterima oleh penduduk atas prestasi kerjanya selama satu periode
tertentu, baik harian, mingguan, bulanan maupun tahunan. Pendapatan merupakan
uang yang diterima oleh seseorang atau perusahaan dalam bentuk gaji (salaries), upah
(wages), sewa (rent), bunga (interest), laba (profit), dan sebagainya, bersama-sama
dengan tunjangan pengangguran, uang pensiun, dan lain sebagainya.
Pendapatan atau income dari seorang warga masyarakat adalah hasil
penjualannya dari faktor-faktor produksi yang dimilikinya kepada sektor produksi.
Dan sektor produksi “membeli” faktor-faktor produksi tersebut untuk digunakan
sebagai input proses produksi dengan harga yang berlaku di pasar faktor produksi.
Harga faktor produksi di pasar faktor produksi (seperti halnya juga untuk barang-
barang di pasar barang) ditentukan oleh tarik-menarik antara penawaran dan
permintaan (Boediono, 2000).
1. Proses pendapatan
Terdapat dua konsep yang erat hubungannya dengan proses
pendapatan, yaitu konsep proses pembentukan pendapatan (earning
process) dan proses realisasi pendapatan (realization process).
a. Proses pembentukan pendapatan
Proses pembentukan pendapatan adalah suatu konsep tentang
terjadinya pendapatan. Konsep ini berdasarkan pada asumsi bahwa
semua kegiatan operasi yang diperlukan dalam rangka mencapai hasil
akan selalu memberikan kontribusi terhadap hasil akhir pendapatan
berdasarkan perbandingan biaya yang terjadi sebelum perusahan
tersebut melakukan kegiatan produksi. Kegiatan operasi yang
dimaksud di atas adalah kegiatan yang meliputi semua tahap kegiatan
produksi, pemasaran, maupun pengumpulan piutang.
b. Proses realisasi pendapatan
Proses realisasi pendapatan adalah proses pendapatan yang
terhimpun atau terbentuk sesudah produk selesai dikerjakan dan terjual

5
atas kontrak penjualan. Proses realisasi pendapatan dimulai sejak tahap
terakhir kegiatan produksi yaitu pada saat barang atau jasa dikirimkan
atau diserahkan kepada pelanggan.
2. Jenis – jenis pendapatan
Menurut Jaya (2011), Secara garis besar pendapatan dibagi menjadi
tiga golongan yaitu:
a. Gaji dan upah, yaitu imbalan yang diperoleh setelah orang tersebut
melakukan pekerjaan untuk orang lain yang diberikan dalam waktu
satu hari, satu minggu atau satu bulan.
b. Pendapatan dari usaha sendiri, merupakan nilai total dari hasil
produksi yang dikurangi dengan biaya-biaya yang dibayar dan
usaha ini merupakan usaha milik sendiri atau keluarga sendiri, nilai
sewa kapital milik sendiri dan semua biaya ini biasanya tidak
diperhitungkan.
c. Pendapatan dari usaha lain, yaitu pendapatan yang diperoleh tanpa
mencurahkan tenaga kerja dan ini merupakan pendapatan
sampingan, antara lain pendapatan dari hasil menyewakan aset
yang dimiliki, bunga dari uang, sumbangan dari pihak lain,
pendapatan pensiun, dan lain-lain.

Dari jenis pendapatan diatas para pedagang pasar tradisional desa doplang,
mayoritas mendapatkan pendapatan atau penghasilan dari usaha sendiri atau modal
sendiri. mekeka banyak yang memperjual belikan barang yang mereka beli dulu dari
pedagang lain dan akan diperjual belikan lagi di pasar. Misalnya cabai, bawang marah
atau putih, rempah-rempah, dan lain-lain. Dan biasanya dari mereka ada yang
menanam sendiri lalu di perjualbelikan dipasar. Selain itu pedagang pasar desa
doplang juga banyak yang berdagang makanan – makanan yang mereka buat sendiri
bahanya dirumah, misalnya serabi dan lain – lain. Dari hasil penelitian dapat
disimpulkan sebagai berikut, karakteristik sosial ekonomi pedagang tradisional di
pasar doplang yakni pedagang tradisional di doplang mayoritas sudah mulai
berdagang selama puluhan tahun.

Dari uraian diatas kebanyakan para pedangang modal awal yang digunakan
untuk memulai usahanya rata-rata sebesar Rp. 100.000 s/d Rp. 500.000 dan sebagian
besar mereka mberdagang dengan menggunakan modal sendiri. mulai sebelum

6
adannya wabah covid 19 para pedagang mengaku bahwa pendapatan mereka perhari
bisa mencapai ditas Rp.500.000, khususnya untuk mereka yang sudah lama bejualan
atau sudah banyak pelanggan yang sudah menjadi langganan, misalnya pedagang
sayur – sayuran dan makanan. Tetapi untuk pedagang kecil –kecilan biasanya hanya
bisa mendapat pendapatan Rp. 100.000 – Rp. 200.000. namun setelah adanya wabah
covid 19 yang melanda dunia, para pedagang mulai sulit untuk mendapatkan
pendapatan atau keuntungan yang masksimal. Dengan adannya covid19 pedagang
mulai kesulitan untuk mencari modal kembali. Setelah
dihapusmmya sistem PPKM, para pedagang mulai berdagang lagi dengan modal
seadannya. Pedagang hanya bisa mengeluarkan modal Rp. 80.000 – Rp. 100.000 atau
bakan ada yang tidak jualan lagi. Hal tersebut memebuat para pedagang khususnya
pasar tradisional doplang banyak yang mengeluh karena pendapatan yang ia peroleh
hanya sekedar balik modal atau bahkan ada yang tidak memperoleh pendapatan. Hal
ini disebabkan karena adanya kekhawatiran dari para konsumen atau pembeli yang
takut tertular virus covid19.

C. Jaminan Perlindungan atau Rasa Aman yang diberikan Kepada para pedagang
Perlindungan kepada pedagang tentunya sangat penting untuk memberikan
rasa aman saat melakukan perdagangan. Adapun bentuk perlindungan yang
dilakukan oleh pedagang yaitu para pedagang pasar tradisonal doplang membuat
ikatan dengan perusahaan daerah pasar kecamatan jati yaitu hak sewa atau surat izin
pemakaian tempat berjualan, yang dipegang oleh para pedagang yang jangka
waktunya diperpanjang setiap satu tahun sekali oleh para pedagang. Dengan hal
seperti ini maka pemerintah desa setempat juga akan ikut bertanggung jawab atas
tenpat yang digunakan pedagang. Hal ini dilakukan untuk memberikan rasa aman
kepada para penjual, sebab sebagian penjual banyak yang meninggalkan barang
dagangannya di pasar.
Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) terhadap Carefour merupakan
contoh hubungan yang tidak baik antara usaha kecil mikro dengan perusahaan ritel
besar atau pasar modern. . Dalam kaitan ini pemerintah berkewajiban untuk
menciptakan level of playing field yang adil bagi para pelaku usaha, melindungi pihak
yang lemah dari eksploitasi ekonomi pihak yang kuat, membuat peraturan yang tegas,
jelas dan transparan, memberikan sanksi yang tegas bagi para pelaku usaha yang

7
melanggarnya baik sanksi pidana maupun sanksi administratif, bertindak sebagai
wasit, jujur dan bertanggungjawab.
Disamping itu, untuk memberikan perlindungan terhadap keberadaan pasar
tradisional adalah dengan melakukan zonasi pasar sebagaimana ditentukan dalam
Perpres No. 112 tahun 2007. Zonasi pasar modern ditentukan dalam Pasal 5 yang
mengatur bahwa perkulakan hanya boleh berlokasi pada atau pada akses sistem
jaringan jalan arteri (jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan
ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi
secara berdaya guna) atau jalan kolektor (jalan umum yang berfungsi melayani
angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan
ratarata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi) primer atau arteri sekunder.
Dimana pasar modern yang berbentuk hypermarket dan pusat perbelanjaan
hanya boleh berlokasi pada atau pada akses sistem jaringan jalan arteri atau kolektor
dan tidak boleh berada pada kawasan pelayanan lokal atau lingkungan di dalam
kota/perkotaan. Sedangkan supermarket dan department store tidak boleh berlokasi
pada sistem jaringan jalan lingkungan (jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah low on
average) dan tidak boleh berada pada kawasan pelayanan lingkungan di dalam
kota/perkotaan.
Sementara itu, untuk minimarket boleh berlokasi pada setiap sistem jaringan
jalan, termasuk sistem jaringan jalan lingkungan pada kawasan pelayanan lingkungan
(perumahan) di dalam kota/perkotaan. Sistem jaringan jalan ada dua macam yaitu
sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder. Sistem jaringan jalan
primer merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang
dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di tingkat nasional, dengan
menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-pusat kegiatan.
Sedangkan sistem jaringan jalan sekunder adalah sistem jaringan jalan dengan
peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan
perkotaan.
Dalam tataran implementatif zonasi pasar dilakukan oleh pemerintah daerah,
oleh karena itu jika pemerintah daerah tidak melakukan fungsi dan tugasnya tersebut,
pemerintah daerah dapat digugat dengan menggunakan mekanisme actio popularis
atau citizen law suite. Pihak penggugat dalam hal ini adalah setiap orang yang
berdomisili di daerah dimana ketentuan atau peraturan yang mengatur tentang zonasi

8
pasar tidak diterbitkan sehingga berakibat pada terdesaknya pasar tradisional oleh
pasar modern.
Disamping melalui zonasi pasar, perlindungan terhadap pasar tradisional dapat
juga dilakukan dengan melakukan penegakan hukum terhadap ketentuan yang
tertuang dalam Perpres No. 112 tahun 2007 dan juga Permendag No.
53/M-DAG/PER/12/2008. Namun, yang menjadi hambatan dalam penegakan hukum
ini adalah sanksi yang diterapkan dalam peraturan tersebut kurang tegas sehingga
belum menjerakan bagi para pelaku usaha. Oleh karenanya diperlukan keberanian
bagi pemerintah untuk segera menerbitkan peraturan perundangan yang memberikan
arahan yang memuat tentang master plan terhadap perlindungan pasar tradisional atau
setidak-tidaknya mensinergikan antara kepentingan pasar tradisional dan pasar
modern.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Keberadaan paasar memiliki pengaruh possitif dan signifikan terhadap
peningkatan perekonomian masyarakat .dapat dilihat dari koefisien regresi memiliki
nilai positif semua dan dilihat dari nilai hitung dengan tingkat keberadaan pasar perlu
memperehatikan hal hal yang bisa meningkat kan kepuasan pelanggan sehingga
keberadaan.pelayan kenyamanan berbelanja dengan manajemen berada pada satu
tengan bermodal kuat dan dilengjapi dengan manjemen berada pada satu tangan
bermodal kuat dan dilengkapi dengan harga yang kuat selain itu dalam pengelolaan
pasar tradisonal perlu mempunyai pengalaman dan pengetahuan di bidang ekonomi
pertumbuhan atau peningkatan ekonomi ialah proses kenaikan output perkapital
dalam jangka Panjang tekanannya dalam 3 aspek yakni proses output perkapita dan
jangka pajang sehingga pertumbuhan ekonomi ialah suatu proses.
B. Saran
1. Kepada pemerintah
Untuk menjamin keberadaan pasar tradisional yang baik kebijakan kebjijakan
yang baik yang akan membantu meningkat kan daya saing pasar trsadisional harus
diciptakan dan dilaksanakan seperti :
- Memperbaiki internal pasar seperti kebersihan kenyamaanan karena pada
konsumen mengklaim enggan berbelanja kepasar tradisional yang tidak
nyaman
- meningkatkan kinerja pengelola pasaar dengan mengadakan seminar atau
pelatihan untuj para pedagang yang tidak pernah mendapatkan pemdidikan
- pemerintah daerah oerlu mengorganisasi para pedagang dengan
menyediakan los atau emperan didalam pasar tradisioanl.
2. Kepada pedagang
a. Para pedagang dipasar tradisional doplang harus lebih memperhatikan kualitas
barang dagangan nya supaaya para konsumen lebih mempercayai untuk
berbelanja dipasar traadisonal dan tidak berealih kepasar modern
b. Bagi para pedagang pasar doplang untuk meningkatkan berbagai upaya ipaya
pengelolaan lebih baik hal ini memberikan lebih banyak strategi yang ada
pedagang pasar desa doplang dalam menghadapi persaingan pasar modern

10
c. Para pedagang supaya lebih memperhatikan nilai ibadah seperti menjaga
sholat sedekah silaturahmi kepedagang lainnya supaya allah swt
mengarurniaai keberkahan rezki kepada semua pedagang

11

Anda mungkin juga menyukai