Anda di halaman 1dari 7

Pasar Tradisional VS Pasar Modern

Sinaga (2006) mengatakan bahwa pasar modern adalah pasar yang dikelola dengan manajemen
modern, umumnya terdapat di kawasan perkotaan, sebagai penyedia barang dan jasa dengan mutu dan
pelayanan yang baik kepada konsumen (umumnya anggota masyarakat kelas menengah ke atas).
Pasar modern antara lain mall, supermarket, departement store, shopping centre, waralaba, toko mini
swalayan, pasar serba ada, toko serba ada dan sebagainya. Secara kuantitas, pasar modern umumnya
mempunyai persediaan barang di gudang yang terukur. Dari segi harga, pasar modern memiliki label
harga yang pasti (tercantum harga sebelum dan setelah dikenakan pajak).

Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya
transaksi penjual pembeli secara langsung dan biasanya ada proses tawar-menawar, bangunan
biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun
suatu pengelola pasar. Kebanyakan menjual kebutuhan sehari-hari seperti bahan-bahan makanan
berupa ikan, buah, sayur-sayuran, telur, daging, kain, pakaian barang elektronik, jasa dan lain-lain.

Dari sisi kelembagaan, perbedaan karakteristik pengelolaan pasar modern dan pasar tradisional
nampak dari lembaga pengelolanya. Pada pasar tradisional, kelembagaan pengelola umumnya
ditangani oleh Dinas Pasar yang merupakan bagian dari sistem birokrasi. Sementara pasar modern,
umumnya dikelola oleh profesional dengan pendekatan bisnis. Selain itu, sistem pengelolaan pasar
tradisional umumnya terdesentralisasi dimana setiap pedagang mengatur sistem bisnisnya masing-
masing. Sedangkan pada pasar modern, system pengelolaan lebih terpusat yang memungkinkan
pengelola induk dapat mengatur standar pengelolaan bisnisnya.

Pasar tradisional ternyata masih mampu untuk bertahan dan bersaing di tengah serbuan pasar modern
dalam berbagai bentuknya. Kenyataan ini dipengaruhi oleh beberapa sebab:

Karakter/Budaya Konsumen.

Terdapat perbedaan yang sangat mendasar antara pasar tradisional dan pasar modern. Perbedaan
itulah adalah di pasar tradisional masih terjadi proses tawar-menawar harga, sedangkan di pasar
modern harga sudah pasti ditandai dengan label harga. Dalam proses tawar-menawar terjalin
kedekatan personal dan emosional antara penjual dan pembeli yang tidak mungkin didapatkan ketika
berbelanja di pasar modern.

Revitalisasi Pasar Tradisional.

Pemerintah menyadari bahwa keberadaan pasar tradisional sebagai pusat kegiatan ekonomi masih
sangat dibutuhkan oleh masyarakat luas. Perhatian pemerintah tersebut dibuktikan dengan melakukan
revitalisasi pasar tradisional di berbagai tempat. Selama ini pasar tradisional selalu identik dengan
tempat belanja yang kumuh, becek serta bau, dan karenanya hanya didatangi oleh kelompok
masyarakat kelas bawah. Gambaran pasar seperti di atas harus diubah menjadi tempat yang bersih dan
nyaman bagi pengunjung. Dengan demikian masyarakat dari semua kalangan akan tertarik untuk
datang dan melakukan transaksi di pasar tradisional.

Regulasi.

Pemerintah memang mempunyai hak untuk mengatur keberadaan pasar tradisional dan pasar modern.
Tetapi aturan yang dibuat pemerintah itu tidak boleh diskriminatif dan seharusnya justru tidak
membuat dunia usaha mandek. Pedagang kecil, menengah, besar, bahkan perantara ataupun pedagang
toko harus mempunyai kesempatan yang sama dalam berusaha.

Sumber:
Sinaga, Pariaman. 2004. Makalah Pasar Modern VS Pasar Tradisional. Kementerian Koperasi dan
UKM. Jakarta:Tidak Diterbitkan(online) dalam
http://www.smecda.com/kajian/files/jurnal/Hal_85.pdf diunduh tanggal 22 Januari 2011
http://hilmiarifin.com/pasar-tradisional-vs-pasar-modern/ diunduh tanggal 22 January 2011
https://perespersik.wordpress.com/pasar-tradisional-vs-pasar-modern/

Sebagaimana kita ketahui sudah banyak pasar-pasar modern yang bermunculan saat ini, tidak sulit
untuk mencari swalayan2, toserba,dan lain-lain yang semakin menjamur akhir-akhir ini. Namun
demikian bukan berarti dengan menjamurnya pasar modern ini pasar tradisional akan merosot begitu
saja sehingga para konsumen beralih ke pasar modern, sebenarnya ada beberapa permasalahan umum
pasar tradisional yang di hadapi yaitu diantaranya :

Permasalahan umum yang dihadapi Pasar Tradisional

Banyak nya pedagang yang tidak tertampung.


Pasar tradisional mempunyai kesan kumuh.
Dagangan yang bersifat makanan siap saji mempunyai kesan kurang higienis.
Pasar modern yang banyak tumbuh dan berkembang merupakan pesaing serius pasar tradisional.
Rendahnya kesadaran pedagang untuk mengembangkan usahanya dan menempati tempat dasaran
yang sudah ditentukan.
Banyaknya pasar yang berstatus sebagian tanah milik Pemerintah Daerah dan sebagian milik
Pemerintah Desa.
Banyaknya pasar yang sampai saat ini tidak beroperasi secara maksimal, karena adanya pesaing
pasar lain sehingga perlu pemanfaatan lokasi secara efektif.
Masih rendahnya kesadaran pedagang dalam membayar retribusi
Masih adanya pasar yang kegiatan ya hanya pada hari pasaran

Pasar Tradisional Diyakini Tetap Eksis di Era MEA


Senin, 11 April 2016 | 23:00 WIB

Pasar Tradisional. TEMPO/Eko Siswono Toyudho

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra) yakin keberadaan pasar
tradisional di kota itu akan tetap eksis di era pasar bebas Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
"Pasar tradisional ini sudah memiliki segmen pasar tersendiri sehingga akan tetap eksis meskipun
berada di tengah pasar bebas MEA," kata Kepala Disperindagkop dan UMKM Kendari, Syam Alam
di Kendari, Minggu (10 April 2016).
Ia mengatakan, dengan basis segmen pasar yang jelas maka pasar tradisional tetap bisa bertahan dan
mampu bersaing dengan menjamurnya pasar modern di kota itu.
"Apapun alasannya, keberadaan pasar tradisional tidak mungkin ditiadakan. Sebab, sebagian besar
masyarakat masih berada dalam kondisi menengah ke bawah yang tidak memiliki daya beli di pasar-
pasar modern," ujarnya.
Dia mengatakan, Pemkot Kendari akan terus mempertahankan keberadaan pasar tradisional bahkan
akan memperbanyak penyebaran pasar tradisional di kota itu.
"Kota Kendari dalam mencari pendapatan asli daerah mengandalkan sektor jasa sehingga kehadiran
pasar tradisional akan mendukung sektor tersebut," katanya.
Menurut dia, kehadiran dan keberadaan pasar tradisional juga untuk membendung pertumbuhan pasar
moderen yang sudah mulai menjamur di Kota Kendari.

https://bisnis.tempo.co/read/news/2016/04/11/090761688/pasar-tradisional-diyakini-tetap-eksis-di-
era-mea Diakses tanggal 6 Mei 2016
EKSISTENSI PASAR TRADISIONAL DITENGAH PESONA PASAR MODERN

Di Indonesia, supermarket lokal telah ada sejak 1970-an, meskipun masih terkonsentrasi di
kota-kota besar. Supermarket bermerek asing mulai masuk ke Indonesia pada akhir 1990-an semenjak
kebijakan investasi asing langsung dalam sektor usaha ritel dibuka pada 1998. Meningkatnya
persaingan telah mendorong kemunculan supermarket di kota-kota kecil dalam rangka mencari
pelanggan baru dan terjadi perang harga. Akibatnya, bila supermarket Indonesia hanya melayani
masyarakat kelas menengah-atas pada era 1980-an sampai awal 1990-an (CPIS 1994), penjamuran
supermarket hingga ke kota-kota kecil dan adanya praktik pemangsaan melalui strategi pemangkasan
harga memungkinkan konsumen kelas menengah-bawah untuk mengakses supermarket (Suryadarma,
2007).

PASAR TRADISIONAL
Pasar tradisonal adalah pasar yang dikelola secara sederhana dengan bentuk fisik tradisional yang
menerapkan system transaksi tawar menawar secara langsung dimana fungsi utamanya adalah untuk
melayani kebutuhan masyarakat baik di desa, kecamatan, dan lainnya (Sinaga,2008). Harga dipasar
tradisional ini mempunyai sifat yang tidak pasti , oleh karena itu bisa dilakukan tawar menawar. Bila
dilihat dari tingkat kenyamanan, pasar tradisional selama ini cenderung kumuh dengan lokasi yang
tidak tertata rapi. Pembeli di Pasar tradisional (biasanya kaum ibu) mempunyai perilaku yang senang
bertransaksi dengan berkomunikasi/berdialog dalam hal penetapan harga, mencari kualitas barang,
memesan barang yang diinginkan, dan perkembangan harga-harga lainnya.
Barang yang dijual dipasar tradisional umumnya barang-barang lokal dan ditinjau dari segi kualitas
dan kuantitas, barang yang dijual di pasar tradisional dapat terjadi tanpa melalui penyortiran yang
kurang ketat. Dari segi kuantitas, jumlah barang yang disediakan tidak terlalu banyak sehingga
apabila ada barang yang dicari tidak ditemukan di satu kios tertentu, maka dapat dicari ke kios lain.
Rantai distribusi pada pasar tradisional terdiri dari produsen, distributor, sub distributor, pengecer,
konsumen. Kendala yang dihadapi pada pasar tradisional antara lain sistem pembayaran ke distributor
atau sub distributor dilakukan dengan tunai, penjual tidak dapat melakukan promosi atau memberikan
discount komoditas. Mereka hanya bisa menurunkan harga barang yang kurang diminati konsumen.
Selain itu, dapat mengalami kesulitan dalam memenuhi kontinuitas barang, lemah dalam penguasaan
teknologi dan menejemen sehingga melemahkan daya saing.
Pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah. Daerah, Swasta, Badan
Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah, termasuk kerjasama swasta dengan tempat
usaha berupa toko, kios, los dan tenda yang dimiliki/ dikelola oleh pedagang kecil, menengah,
swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli
barang dagangan melalui tawar-menawar (Pepres RI No. 112, 2007). Sebagian konsumen pasar
tradisional adalah masyarakat kelas menengah kebawah yang memiliki karakteristik sangat sensitive
terhadap harga. Ketika faktor harga rendah yang sebelumnya menjadi keunggulan pasar tradisional
mampu diruntuhkan oleh pasar modern, secara relative tidak ada alasan konsumen dari kalangan
menengah kebawah untuk tidak turut berbelanja ke pasar modern dan meninggalkan pasar tradisional
(Wildan, 2007).
Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya
transaksi penjual dan pembeli secara langsung. Dalam pasar tradisional terjadi proses tawar menawar,
bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual
maupun suatu pengelola pasar. Kebanyakan menjual kebutuhan sehari-sehari seperti bahan bahan
makanan berupa ikan, buah, sayur-sayuran, telur, daging, kain, pakaian, barang elektronik, jasa dan
lain-lain. Selain itu ada juga yang menjual kue-kue dan barang-barang lainnya. Pasar seperti ini masih
banyak di temukan di Indonesia, dan umumnya terletak dekat kawasan perumahan agar memudahkan
pembeli untuk mencapai pasar (Wikipedia, 2007)
PASAR MODERN
Pasar Modern adalah pasar yang dikelola dengan manajemen modern, umumnya terdapat diperkotaan,
sebagai penyedia barang dan jasa dengan mutu dan pelayanan yang baik kepada konsumen yang pada
umumnya anggota masyarakat kelas menengah keatas. Pasar modern antara lain mall, supermarket,
department store, shopping centre, waralaba, toko mini swalayan, pasar serba ada, toko serba ada dan
sebagainya (Sinaga, 2008).
Barang yang dijual disini memiliki variasi jenis yang beragam. Selain menyediakan barang lokal,
pasar modern juga menyediakan barang impor. Barang yang dijual mempunyai kualitas yang relatif
lebih terjamin karena melalui penyeleksian yang ketat sehingga barang yang tidak memenuhi
persyaratan klasifikasi akan di tolak. Dari segi kuantitas, pasar modern umumnya mempunyai
persediaan barang di gudang yang terukur. Dari segi harga, pasar modern memiliki label harga yang
pasti. Pasar modern juga mmberikan pelayanan yang baik dengan adanya pendingin udara yang sejuk,
suasana nyaman dan bersih, display barang perkategori mudah dicapai dan relatif lengkap, informasi
produk tersedia melalui mesin pembaca, adanya keranjang belanja atau keranjang dorong serta
ditunjang adanya kasir dan pramuniaga yang bekerja secara profesional. Rantai distribusi pada pasar
ini adalah produsen distributor pengecer/konsumen.
Dalam pasar modern penjual dan pembeli tidak bertransaksi secara langsung. Pembeli melihat label
harga yang tercantum dalam bar code, berada dalam bangunan dan pelayanannya dilakukan secara
mandiri (swalayan) atau dilayani oleh pramuniaga. Barang- barang yang dijual, selain bahan makanan
seperti: buah, sayuran, daging, sebagian besar barang lainnya yang dijual adalah barang yang dapat
bertahan lama. Contoh dari pasar modern adalah pasar swalayan, Hypermart, Supermarket, dan
Minimarket (Wikipedia, 2007).
EKSISTENSI PASAR TRADISIONAL DENGAN MODERN
Di Indonesia pangsa pasar dan kinerja usaha pasar tradisional menurun, sementara pada saat yang
sama pasar modern mengalami peningkatan setiap tahunnya. Kontribusi pasar tradisional sekitar
69,9% pada tahun 2004, menurun dari tahun sebelumnya (2003) sekitar 73,7%. Kondisi sebaliknya
terjadi pada Supermarket dan Hypermarket, kontribusi mereka kian hari kian besar. Pada tahun 2003
kontribusi pasar modern sebesar 26,3 % mengalami kenaikan pada tahun berikutnya, 2004 menjadi
30,1% (Anonimous, 2007).
Tabel: Kontribusi pasar tradisional dan pasar modern dalam memenuhi kebutuhan pasar :
Tahun Pasar Tradisional (%) Pasar Modern (%) Permintaan Pasar

2000 78,1 21,9 100


2001 75,2 24,8 100
2002 74,8 25,2 100
2003 73,7 26,3 100
2004 69,9 30,1 100

Sumber: Penelitian Lembaga AC.Nielsen (2007)


Menurunnya kinerja pasar tradisional selain disebabkan oleh adanya pasar modern, penurunannya
justru lebih disebabkan oleh lemahnya daya saing para peritel tradisional (Harmanto, 2007). Kondisi
pasar tradisional pada umumnya memprihatinkan.Banyak pasar tradisional yang tidak terawat
sehingga dengan berbagai kelebihan yang ditawarkan oleh pasar modern kini pasar tradisional
terancam oleh keberadaan pasar modern. Ekapribadi (2007) menambahkan bahwa mengenai
kelemahan yang dimiliki pasar tradisional. Kelemahan tersebut telah menjadi karakter dasar yang
sangat sulit di ubah. Faktor desain dan tampilan pasar, atmosfir, tata ruang, tata letak, keragaman dan
kualitas barang, promosi pengeluaran, jam operasional pasar yang terbatas, serta optimalisasi
pemanfaatan ruang jual merupakan kelemahan terbesar pasar tradisional dalam menghadapi
persaingan dengan pasar modern.
Faktor lain yang juga menjadi penyebab kurang berkembangnya pasar tradisional adalah minimnya
daya dukung karakteristik pedagang tradisional, yakni strategi perencanaan yang kurang baik,
terbatasnya akses permodalan yang disebabkan jaminan (collateral) yang tidak mencukupi, tidak
adanya skala ekonomi (economies of scale), tidak ada jalinan kerja sama dengan pemasok besar,
buruknya manajemen pengadaan, dan ketidakmampuan untuk menyesuaikan dengan keinginan
konsumen (Wiboonpongse dan Sriboonchitta 2006). Hal ini diperkuat dengan temuan penelitian yang
dilakukan oleh Paesoro (2007) menunjukkan bahwa penyebab utama kalah bersaingnya pasar
tradisional dengan supermarket adalah lemahnya manajemen dan buruknya infrastruktur pasar
tradisional, bukan semata-mata karena keberadaan supermarket. Supermarket sebenarnya mengambil
keuntungan dari kondisi buruk yang ada di pasar tradisional.
Diantara berbagai kelemahan yang telah disebutkaan diatas, pasar tradisional juga memiliki beberapa
potensi kekuatan, terutama kekuatan sosio emosional yang tidak dimiliki oleh pasar Modern.
Kekuatan pasar tradisional dapat dilihat dari beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut diantaranya
harganya yang relatif lebih murah dan bisa ditawar, dekat dengan pemukiman, dan memberikan
banyak pilihan produk segar. Kelebihan lainnya adalah pengalaman berbelanja memegang langsung
produk yang umumnya masih sangat segar. Akan tetapi dengan adanya hal tersebut bukan berarti
pasar tradisional bukan tanpa kelemahan. Selama ini justru pasar tradisional lebih dikenal memiliki
banyak kelemahan, antara lain kesan bahwa pasar terlihat becek, kotor, bau, dan terlalu padat lalu
lintas pembelinya. Ditambah lagi ancaman bahwa keadaan sosial masyarakat yang berubah, dimana
wanita diperkotaan umumnya berkarier sehingga hampir tidak mempunyai waktu untuk berbelanja ke
pasar tradisional (Esther dan Dikdik, 2003).
Perubahan gaya hidup konsumen dalam perilaku membeli barang ritel diantaranya dipengaruhi oleh
kemudahan dan penjaminan mutu dari pasar modern, diantaranya: Pertama melalui skala
ekonominya, pasar modern dapat menjual lebih banyak produk yang lebih berkualitas dengan harga
yang lebih murah. Kedua,informasi daftar harga setiap barang tersedia dan dengan mudah diakses
publik. Ketiga, pasar modern menyediakan lingkungan berbelanja yang lebih nyaman dan bersih,
dengan jam buka yang lebih panjang, dan menawarkan aneka pilihan pembayaran seperti kartu kredit
untuk peralatan rumah tangga berukuran besar.Keempat, produk yang di jual dipasar modern, seperti
bahan pangan, telah melalui pengawasan mutu dan tidak akan dijual bila telah kadaluwarsa (Setiadi
N, 2003).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh SMERU (Suryadarma et al, 2007), mereka melakukan
berbagai strategi harga seperti strategi limit harga, strategi pemangsaan lewat pemangkasan harga
(predatory pricing),dan diskriminasi harga antar waktu (inter-temporal price discrimination).
Misalnya memberikan diskon harga pada akhir minggu dan pada waktu tertentu. Sedangkan strategi
nonharga antara lain dalam bentuk iklan, membuka gerai lebih lama, khususnya pada akhir
minggu, bundling/tying (pembelian secara gabungan), dan parkir gratis.
ANTISIPASI MEMPERTAHANKAN PASAR TRADISIONAL
Pasar tradisional selalu menjadi indikator nasional dalam stabilitas pangan seperti beras, gula, dan
sembilan kebutuhan pokok lainnya. Kelangkaan beras di pasar misalnya, menyebabkan pemerintah
kalang-kabut dan dapat menjadi ukuran kinerja para menteri bidang ekonomi. Bahkan pada masa-
masa Pemilihan Umum maupun Pemilihan Kepala Daerah, pasar tradisional selalu menjadi target
tempat kampanye para calon Presiden maupun Calon Kepala Daerah.

Pasar tradisional di seluruh Indonesia masih merupakan wadah utama penjualan produk-produk
berskala ekonomi rakyat seperti: petani, nelayan, pengrajin dan home industri (industri rakyat).
Puluhan juta orang menyandarkan hidupnya kepada pasar tradisional. Interaksi sosial sangat kental
didalam pasar, mulai dari tata cara penjualan (sistem tawar menawar) sampai dengan ragam latar
belakang suku dan ras didalamnya (komunitas mana yang selengkap di pasar tradisional ?; mulai dari
Keturunan Arab, Cina, Batak, Padang, Sunda, Jawa, Madura, semua ada).
http://appsijatim.multiply.com/reviews/item/3

Pemerintah harus lebih serius dalam menata dan mempertahankan eksistensi pasar tradisional.
Bagaimanapun, keberadaan pasar tradisional merupakan pusat kegiatan ekonomi masih sangat
dibutuhkan oleh masyarakat luas. Atribut pasar tradisional yang terkenal dengan kekumuhannya harus
segera dihilangkan. Agar semua kalangan tidak malas pergi ke pasar tradisional, kenyamanan pembeli
harus diprioritaskan. Jangan sampai pasar tradisional tergerus dengan perkembangan pasar modern.
Karena arus globalisasi mendorong modernisasi di segala dimensi kehidupan. Hal ini dimaksudkan
agar pasar tradisional menjadi penyeimbang pasar modern. Sebab, pasar tradisional bisa dijangkau
oleh semua kalangan masyarakat, mulai dari orang kaya hingga orang miskin.

Beberapa pasar yang letaknya di pinggir jalan sering menyebabkan kemacetan. Hal ini disebabkan
karena berjubelnya penjual dan pembeli, sehingga banyak pihak yang dirugikan terutama para
pengguna jalan. Pasar tradisional juga sering disandingkan dengan ketidakmampuan, kemelaratan,
atau kemiskinan. Pergi ke pasar modern lebih bergengsi daripada ke pasar tradisional (Rohim, 2009).

Selama ini pasar tradisional selalu identik dengan tempat belanja yang kumuh, becek, serta bau, dan
karenanya hanya didatangi oleh kelompok masyarakat kelas bawah. Asumsi seperti itu juga telah
melekat dalam benak mayoritas masyarakat. Gambaran pasar seperti diatas harus dirubah menjadi
tempat yang bersih dan nyaman bagi pengunjung. Dengan demikian masyarakat dari semua kalangan
akan tertarik untuk datang dan melakukan transaksi di pasar tradisional. Peraturan yang dikeluarkan
oleh pemerintah mengenai keberlangsungan dunia usaha harus memberikan kesempatan yang sama
terhadap pedagang kecil, menengah maupun pedangang besar (Kompas, 2007).

Masalah infrastruktur yang hingga kini masih menjadi masalah serius di pasar tradisional adalah
kebersihan dan tempat pembuangan sampah yang kurang terpelihara, kurangnya lahan parkir, dan
buruknya sirkulasi udara. Belum lagi ditambah semakin menjamurnya PKL yang otomatis merugikan
pedagang yang berjualan di dalam lingkungan pasar yang harus membayar penuh sewa dan retribusi.
PKL menjual barang dagangan yang hampir sama dengan seluruh produk yang dijual di dalam pasar.
Hanya daging segar saja yang tidak dijual oleh PKL. Dengan demikian, kebanyakan pembeli tidak
perlu masuk ke dalam pasar untuk berbelanja karena mereka bisa membeli dari PKL di luar pasar.

Para pedagang , pengelola pasar, dan perwakilan Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI)
menyatakan bahwa hal penting yang harus dilakukan untuk menjamin keberadaan pasar ini adalah
dengan memperbaiki infrastuktur pasar tradisional, penataan ulang para PKL, dan penciptaan praktik
pengelolaan pasar yang lebih baik. Kebanyakan para pedagang secara terbuka mengatakan keyakinan
mereka bahwa kehadiran supermarket tidak akan menyingkirkan kegiatan bisnis mereka bila
persyaratan diatas terpenuhi (Harmanto, 2007)

Kondisi tersebut diatas membutuhkan adanya langkah nyata dari pedagang pasar agar dapat
mempertahankan pelanggan dan keberadaan usahanya. Para pedagang di pasar tradisional harus
mengembangkan strategi dan membangun rencana yang mampu memenuhi kebutuhan dan tuntutan
konsumen sebagaimana yang dilakukan pasar modern. Jika tidak, maka mayoritas pasar tradisional di
Indonesia beserta penghuninya hanya akan menjadi sejarah yang tersimpan dalam album kenangan
industri ritel di Indonesia dalam waktu yang relatif singkat.

Pertarungan sengit antara pedagang tradisional dengan peritel raksasa merupakan fenomena umum era
globalisasi. Jika Pemerintah tak hati-hati, dengan membina keduanya supaya sinergis, Perpres Pasar
Modern justru akan membuat semua pedagang tradisional mati secara sistematis. Hanya tinggal
menunggu waktu pasar tradisional akan mati oleh pasar modern. Setelah tertunda 2,5 tahun,
Peraturan Presiden (Perpres) No 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional,
Pusat Perbelanjaan, serta Toko Modern (biasa disebut Perpres Pasar Modern), akhirnya
ditandatangani oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 27 Desember 2007 lalu. Terdapat
enam pokok masalah diatur dalam Perpres yaitu definisi, zonasi, kemitraan, perizinan, syarat
perdagangan (trading term), kelembagaan pengawas, dan sanksi. Soal zonasi atau tata letak pasar
tradisional dan pasar modern (hypermart), menurut Perpres, disusun oleh Pemerintah Daerah
(Parman, 2009).

Sudah saatnya Pemerintah Pusat mempunyai peraturan atau kebijakan yang secara khusus mengatur
pasar modern. Seiring dengan meningkatnya persaingan di bisnis ritel, ada beberapa hal yang harus
menjadi landasan bagi pembuat kebijakan untuk menjaga kelangsungan hidup pasar
tradisional. Pertama, memperbaiki sarana dan prasarana pasar tradisional. Masalah keterbatasan dana
seyogianya dapat diatasi dengan melakukan kerja sama dengan pihak swasta. Konsep bangunan pasar
pun ketika renovasi harus diperhatikan sehingga permasalahan seperti konsep bangunan yang tidak
sesuai dengan keinginan penjual dan pembeli serta kurangnya sirkulasi udara tidak terulang
kembali. Kedua, melakukan pembenahan total pada manajemen pasar. Sepatutnya, kepala pasar yang
ditunjuk memiliki kemampuan dan kepandaian manajerial. Ketiga,mencari solusi jangka panjang
mengenai PKL yang salah satunya adalah menyediakan tempat bagi PKL di dalam lingkungan pasar.
Pedagang tradisional selama ini selalu dihadapkan pada masalah permodalan dan jaminan/asuransi
atas barang dagangannya. Oleh sebab itu, sudah saatnya pemda dan lembaga keuangan setempat
memerhatikan hal ini. Strategi pengadaan barang yang kerap menjadi strategi utama pedagang
tradisional adalah membeli barang dagangan dalam bentuk tunai dengan menggunakan dana
pribadinya. Kondisi ini berdampak negatif terhadap usaha. Mereka menjadi sangat rentan terhadap
kerugian yang disebabkan oleh rusaknya barang dagangan dan fluktuasi harga. Untuk menghindari
tenggelamnya pasar tradisional akibat kehadiran pasar modern, diperlukan pendekatan yang terpadu
bagi ketiga permasalahan di atas, yakni adanya regulasi untuk melindungi pasar tradisional, dukungan
perbaikan infrastruktur, penguatan manajemen dan modal pedagang di pasar tradisional (Paesoro,
2007).
KESIMPULAN
1. Perkembangan Pasar Modern sudah berlangsung sejak tahun 1970-an. Awalnya pasar modern
hanya sebagai pasar alternatif akan tetapi dalam perkembangannya, saat ini keberadaan pasar
modern cukup mengancam keberadaan pasar tradisional;
2. Pasar tradisonal adalah pasar yang dikelola secara sederhana dengan bentuk fisik tradisional
yang menerapkan system transaksi tawar menawar secara langsung dimana fungsi utamanya
adalah untuk melayani kebutuhan masyarakat baik di desa, kecamatan, dan lainnya;
3. Pasar modern adalah pasar yang dikelola dengan manajemen modern, umumnya terdapat
diperkotaan, sebagai penyedia barang dan jasa dengan mutu dan pelayanan yang baik kepada
konsumen yang pada umumnya anggota masyarakat kelas menengah keatas. Pasar modern antara
lain mall, supermarket, department store, shopping centre, waralaba, toko mini swalayan, pasar
serba ada, toko serba ada dan sebagainya;
4. Eksistensi Pasar Tradisional mengalami penurunan seiring dengan semakin besarnya daya tarik
pasar modern. Penurunan kinerja pasar modern selain di sebabkan oleh maraknya pasar modern,
juga disebabkan karena kelemahan manajemen pasar tradisional, masalah infrastruktur, dan
lemahnya kerjasama, daya dukung permodalan dan ketidakmampuan untuk menyesuaikan dengan
keinginan konsumen;
5. Di tengah kondisi yang kurang menguntungkan, dengan segala kelebihan yang ditawarkan dan
kekurangan yang dimiliki oleh pasar tradisional di Pati masih banyak yang bertahan terutama
pasar-pasar tradisional utama yang terletak di tingkat kecamatan dan tingkat kota;
6. Diperlukan upaya untuk mempertahankan pasar tradisional yang merupakan salah satu pusat
ekonomi yang berbasis rakyat kecil,.langkah-langkah tersebut antara lain:
a. Daya dukung peraturan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;
b. Perbaikan infrastruktur, sarana dan prasana;
c. Penguatan menejemen pasar;
d. Dukungan permodalan

Sumber:
HTTP://LITBANG.PATIKAB.GO.ID/INDEX.PHP/2016-02-07-13-44-28/ARTIKEL/ITEM/108-EKSISTENSI-
PASAR-TRADISIONAL-DITENGAH-PESONA-PASAR-MODERN

Anda mungkin juga menyukai