Anda di halaman 1dari 55

ARTIKEL

Menghadapi Persaingan Supermarket


Strategi Pasar Tradisional Untuk Bertahan
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

EKONOMI INDUSTRI

Dosen Pengampu :

Erly Juliyani. SE., MM.

Disusun Oleh :

Akbar Aldiansyah (09)

KELAS III A

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

PRODI EKONOMI SYARIAH

INSTITUT PESANTREN SUNAN DRAJAT LAMONGAN 2023


MENGHADAPI PERSAINGAN SUPERMARKET:
STRATEGI PASAR TRADISIONAL UNTUK BERTAHAN
Akbar Aldiansyah
Institut Pesantrean Sunan Drajat Lamongan, Indonesia
AkbarAldiansyah456@gmail.com
Abstrak

Perkembangan pasar modern yang begitu pesat hingga pelosok daerah menjadi penanda
bahwa era modernisasi telah merambah di sektor perdagangan. Pasar modern dari yang
berbentuk ritel hingga Hipermarket berkembang layaknya jamur dimusim hujan. Hal itu pula
terjadi di Kota lamongan. Kota yang mendapat gelar Kota Soto sedikit banyak berpengaruh
terhadap meningkatnya kepadatan penduduk di kota ini. Penduduk yang semakin padat menarik
para investor gerai pasar modern untuk melakukan ekspansi dagang di Kota Lamongan. Hal ini
menjadi ancaman bagi eksistensi pasar tradisional. Konsekuensi persaingan usaha harus dihadapi
oleh para pedagang pasar tradisional. Salah satunya pasar tradisional Kranji. Pasar Kranji telah
lama berdiri di pesisir Kota Lamongan. Pasar ini menjadi salah satu penopang ekonomi rakyat di
Desa Kranji. Namun semakin berkembangnya zaman, tantangan yang dihadapi Pasar Kranji
semakin banyak salah satunya pasar modern yang ada disekitarnya. Tercatat 3 pasar modern
yang cukup dekat dengan Pasar Kranji. Satu pasar modern yang berbentuk ritel, kemudian dua
pasar modern yang berbentuk Supermarket. Keberdaanya cukup memberikan pengaruh terhadap
Pasar Kranji. Khusunya di aspek sosial dan ekonomi para pedagang Pasar Kranji. Penelitian ini
dilakukan di Pasar Kranji. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kulitatif. Alasan
menggunakan metode penelitian kualitaitif karena metode ini dinilai dapat membedah fenomena
secara lebih mendalam, disadari bahwa pesoalan yang diangkat cukup kompleks. Pengambilan
sampel secara purposive dengan alasan informan yang ditemui mampu memberikan jawaban
yang sesuai pertanyaan penelitian. Informan yang diambil berjumlah 16 orang. Terdiri dari 9
orang pedagang, 4 pembeli, 1 pengurus Koperasi, 1 Ketua paguyuban pedagang, 1 pengelola
pasar. Hasil penelitian yang diperoleh yaitu, dampak perkembangan pasar modern cukup
dirasakan oleh sebagian para pedagang. Dampak yang dialami para pedagang dikategorikan
menjadi dua dampak yaitu dampak sosial dan dampak ekonomi. Berdasarkan hasil penelitian
dampak sosial yang dialami para pedagang yaitu perbedaan respon terhadap kehadiran pasar
modern, interaksi antar pedagang dan pembeli menurun, solidaritas antar pedagang serta minat
berkomunitas. Kemudian dampak ekonomi yang dialami para pedagang, yaitu menurunya
pendapatan serta beralih komoditi. Dampak-dampak yang dialami para pedagang tersebut
memunculkan sikap strategi para pedagang agar mampu mempertahankan usaha daganganya
secara khusus, serta keberlangsungan eksistensi Pasar Kranggan secara umum. Strategi yang
dilakukan yaitu, Pertama meningkatkan keramahan pelayanan serta kebersihan, kedua penguatan
solidaritas pedagang, ketiga pengelolaan paguyuban pedagang dan keempat pengembangan
jejaring permodalan.

Kata Kunci : Pedagang Pasar Kranggan, Pasar Modern, Pasar Tradisional, Strategi

Abstract

The rapid development of modern markets in remote areas is a sign that the era of
modernization has penetrated the trade sector. Modern markets, from retail to hypermarkets, are
growing like mushrooms in the rainy season. This also happened in Lamongan City. The city
that received the title Soto City has more or less influenced the increase in population density in
this city. The increasingly dense population attracts investors in modern market outlets to expand
their trade in Lamongan City. This poses a threat to the existence of traditional markets. The
consequences of business competition must be faced by traditional market traders. One of them
is the Kranji traditional market. Kranji Market has long been established on the coast of
Lamongan City. This market is one of the pillars of the people's economy in Kranji Village.
However, as time progresses, the challenges faced by Kranji Market are increasing, one of which
is the modern market around it. There are 3 modern markets which are quite close to Kranji
Market. One modern market in the form of retail, then two modern markets in the form of
supermarkets. Its existence has quite an influence on the Kranji Market. Especially in the social
and economic aspects of Kranji Market traders. This research was conducted at Kranji Market.
This research uses qualitative research methods. The reason for using qualitative research
methods is because this method is considered to be able to dissect phenomena in more depth,
realizing that the issues raised are quite complex. Purposive sampling was taken on the grounds
that the informants found were able to provide answers that matched the research questions. The
number of informants taken was 16 people. Consisting of 9 traders, 4 buyers, 1 cooperative
administrator, 1 chairman of the traders' association, 1 market manager. The research results
obtained are that the impact of the development of the modern market is quite felt by some
traders. The impacts experienced by traders are categorized into two impacts, namely social
impacts and economic impacts. Based on research results, the social impacts experienced by
traders are differences in response to the presence of modern markets, decreased interaction
between traders and buyers, solidarity between traders and interest in community. Then the
economic impact experienced by traders, namely decreased income and switching commodities.
The impacts experienced by these traders gave rise to strategic attitudes of traders to be able to
maintain their trading businesses in particular, as well as the continued existence of Kranggan
Market in general. The strategies implemented are, firstly improving service friendliness and
cleanliness, secondly strengthening trader solidarity, thirdly managing traders' associations and
fourthly developing capital networks.

Keywords: Kranggan Market Traders, Modern Market, Traditional Market, Strategy


A.Pendahuluan
Pasar merupakan tempat bertransaksi jual beli antara penjual dan pembeli. Pasar
eksistensinya sudah terdapat sejak lama hingga sekarang tidak pernah pudar. Pasar secara umum
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pasar tradisional dan pasar modern. Pasar tradisional ditandai
dengan transaksi langsung antara pembeli dan penjual dan biasanya proses tawar-menawar. Pasar
tradisional sampai saat ini masih sangat diminati oleh masyarakat untuk berkunjung meskipun
sudah banyak beredar berdirinya pasar modern atau yang disebut juga dengan ritel modern
berjaringan. Menurut Sinaga pasar tradisional adalah pasar yang sangat berperan penting dalam
hal memajukan tingkat perekonomian. Banyak aktifitas yang bisa dilakukan dipasar tradisional,
seperti pedagang dan petani yang sangat menggantungkan hidupnya dipasar tradisional.
Keberadaan pasar tradisional juga memberikan dampak tidak hanya pada daerah, namun juga
pada pemerintahan pusat 1.

Selain menambah pemasukan daerah oleh actor-aktor didalamnya, banyak masyarakat


seperti tukang angkut, dan masih banyak lagi pekerjaan yang menggunakan jasa bergantung
kepada keberadaan pasar tradisional. Pasar tradisional juga menyumbang pendapatan untuk
daerah dengan diberlakukannya kebijakan retribusi pasar. Pedagang yang berjualan atau para
pengguna jasa di pasar tradisional tersebut akan diwajbkan untuk membayar biaya 2 ke pada
pemerintah daerah yang telah menyediakan layanan publik kepada pedagang di pasar tersebut.

B. Meningkatkan kualitas barang dan pelayanan


semakin maraknya usaha sejenis apabila para pedagang tersebut tidak meningkatkan dan
mempertahankan mutu pelayanan dan tampilan fisik, maka usaha tersebut akan direbut
oleh pedagang yang lain yang menawarkan dengan harga yang sama dengan kualitas mutu
dan pelayanan yang lebih baik. Penggunaan status jejaring sosial tersebut memberikan
rangsangan kepada konsumen untuk melakukan pembelian karena hal tersebut digunakan
dalam hal menarik pelanggan yang baru dan lama, apabila para pedagang tidak melakukan hal
yang sama, maka konsumen akan lari dan berpindah ke pedagang yang lain. Dan sebagian dalam
permasalahan disini pedagang empek-empek jarang melakukan bahkan tidak pernah sama
sekali menggunakan status jejaring sosial mereka untuk menampilkan / mengupload barang
dagangan mereka, sehingga disini menjadikan kendala bagi mereka untuk meningkatkan
penjualan secara langsung. Mutu pelayanan dan tampilan fisik merupakan prioritas yang
paling diperhatikan bagi para penjual makanan, oleh karena itu mereka harus mampu
menampilkan barang dagangan mereka agar terlihat menarik dan cantik pada saat ditawarkan
kepada pelanggan. Peningkatan mutu pelayanan merupakan upaya yang harus mereka
. (Sinaga, 2012 : 1)
lakukan dengan cara menjaga kualitas bahan baku, kebersihan, serta pelayanan yang ramah
kepada pelanggan sehingga hal tersebut merupakan kunci utama para pedagang untuk
menarik dan mempertahankan pelanggan yang baru maupun lama, sehingga segala upaya
yang dilakukan dengan cara memperbaiki tampilan produk dan mempromosikan produk
yang mereka tawarkan agar terlihat menarik di status jejaring sosial, sehingga merangsang
bagi para pelanggan untuk mereka melakukan pembelian kepada para pedagang tersebut.
METODOLOGI Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan maka kegiatan pengabdian
kepada masyarakat ini dilakukan dengan 3 tahapan metode sebagai berikut : 1. Ceramah Metode
ini dilakukan dengan menyampaikan materi cara meningkatkan mutu pelayanan melalui
tampilan produk dan status jejaring sosial dalam rangka menarik dan mempertahankan
pelanggan yang sebaiknya dilakukan oleh para pelaku usaha / pedagang tersebut dengan
melakukan beberapa perubahan dalam hal mutu pelayanan di 2 titik lokasi yang berbeda.
Santi, Rina, Yulianti, Zulfikar 28 2. Disuksi Aktif Mitra dapat langsung bertanya dan
berdiskusi kepada tim pengabdian kepada masyarakat selama kegiatan berlangsung dan
memberikan solusi bagi permasalahan yang mereka hadapi mulai dari memproduksi produk
sampai dengan memasarkannya. 3. Praktek Metode ini diadakan setelah mitra menerima
teori dari metode ceramah dan penyuluhan, para mitra bisa langsung mempraktekan dari
ilmu yang mereka dapatkan dengan dibimbing langsung oleh tim pengabdian kepada masyarakat
mulai dari memproduksi produk, sampai dengan memasarkannya sehingga mereka dapat
menarik dan mempertahankan pelanggan yang baru dan lama. Dimana dalam teknik
pengumpulan mitra adalah dengan cara setiap mitra diberikan penyuluhan di 4 titik lokasi yang
berbeda bersama dengan tim pengabdian kepada masyarakat dan mahasiswa yang terlibat
untuk memberikan masukan masukan yang bermanfaat kepada para pelaku usaha tersebut.

C. Menjalin hubungan yang baik dengan pembeli

Modal sosial PKL di


belakang UNS
dibangun dengan hubungan
yang dijalin
antara pedagang dengan aktor
lain yang
saling berkepentingan. Seperti
hubungan
yang dijalin antar pedagang.
Diungkapkan
oleh pedagang aneka
masakan, kegiatan
kerjasama antar pedagang
diwujudkan dalam
kegiatan saling bertukar uang
ketika satu
pedagang tidak memiliki uang
pecahan kecil
untuk uang kembalian. Hal lain
diungkapkan
oleh pedagang makaroni dan
pedagang
batagor, kerjasama yang
mereka lakukan
adalah kegiatan saling
membantu
menjagakan lapak antar
pedagang ketika
ditinggal untuk melakukan
kegiatan individu
masing-masing, seperti
beribadah, makan
siang, ke kamar kecil atau
mengantar
pesanan pelanggan. Pedagang
akan
menitipkankan lapaknya
kepada pedagang
lain, dan pedagang yang
dipercayai untuk
menjaga lapak akan dengan
sukarela
membantu menjualkan
dagangan ketika ada
pelanggan yang datang.
(Wawancara, 09
Oktober 2020)
Kepercayaan pedagang juga
dibangun
dalam hubungan dengan
pemasok barang
dagangan. Seorang informan
yang
merupakan pedagang aneka
makanan
mengungkapkan bahwa ia
percaya
sepenuhnya kepada pemasok
dalam hal
menghitung jumlah pasokan
dagangan,
sehingga pedagang tidak perlu
repot-repot
menghitung ulang barang
pasokan. Pedagang
tersebut menambahkan bahwa
ia tinggal
memberikan sejumlah uang
sesuai dengan
jumlah yang diberikan oleh
pemasok. Selain
itu untuk pedagang yang
merupakan
karyawan dari seorang
bos/juragan seperti,
kepercayaan dapat dilihat dari
kegiatan
pencatatan laporan hasil
penjualan oleh
pedagang yang kemudian
diberikan kepada
juragan. Hal itu tentu
dibutuhkan nilai
kejujuran agar kepercayaan
semakin
meningkat. (Wawancara
dengan pedagang
batagor, pedagang makaroni,
dan pedagang
aneka makanan, 09 Oktober
2020)
Jaringan sosial yang dimiliki
oleh
PKL memudahkan pertukaran
informasi
mengenai kesempatan kerja,
dilihat dari
proses rekruitmen PKL yang
dipekerjakan
sebagai karyawan untuk
menjual barang
dagangan oleh seorang
bos/juragan. Hal ini
diungkapkan oleh pedagang
batagor dan
pedagang makaroni. Proses
rekruitmen ini
dilakukan melalui perantara
orang ketiga
yaitu anggota keluarga atau
teman dekat
yang mengenal dan dipercaya
baik oleh bos
maupun oleh pencari kerja.
Pertukaran
informasi dalam jaringan sosial
yang dimiliki
oleh PKL juga mempermudah
pedagang
Tri Uswatun Hasanah, Nurhadi, Abdul
Rahman | Modal Sosial dan Strategi
Kelangsungan…..

SOCIA: Jurnal Ilmu-ilmu Sosial | 63


untuk mendapatkan informasi
mengenai
tempat berdagang. Melalui
jaringan yang
dimiliki antar pedagang,
mereka dapat
melakukan komunikasi dalam
menetapkan
harga untuk barang dagangan
yang sama agar
terjadi persaingan yang sehat
dan tidak
mematikan harga pasar.
Hubungan baik antar
pedagang yang dilandasi oleh
rasa
kepercayaan yang kuat
memungkinkan
mereka untuk melakukan
kegiatan tersebut.
(Wawancara dengan pedagang
batagor dan
pedagang makaroni, 09 Oktober
2020)
Penguatan jaringan dengan
warga
sekitar dilakukan melalui
keikutsertaan
dalam jaringan kelompok RT
(Rukun
Tetangga) dan PKK (Program
Kesejahteraan
Keluarga). Keikutsertaan
dalam jaringan ini
memberi manfaat positif
untuk mempererat
tali persaudaraan dan
memperluas hubungan
pertemanan. Kegiatan dalam
kelompok RT
yang dilakukan adalah gotong
royong
memperbaiki trotoar jalan,
dimana kegiatan
tersebut memberikan
keuntungan bagi PKL
karena tempat berdagang
menjadi lebih
nyaman digunakan. Sementara
itu kegiatan
PKK yang berjalan secara rutin
adalah arisan.
(Wawancara dengan pedagang
HIK, 04
Oktober 2020)
Bagi beberapa PKL di
belakang
kampus UNS jaringan dengan
keluarga
memiliki faktor penting bagi
produktivitas
PKL yaitu sebagai penyedia
tenaga kerja.
Proses produksi dan
pemasaran menjadi
lebih efektif dengan
pembagian kerja antar
anggota keluarga, seperti yang
diungkapkan
oleh penjual masakan nasi
sayur, istri
bertugas untuk memasak dan
suami bertugas
untuk mengantar pesanan
kepada pembeli,
dan pedagang lain yang
mempekerjakan
saudaranya untuk kegiatan
pemasaran.
Keluarga juga merupakan
sumber awal
modal dalam memulai usaha,
karena usaha
mereka tidak membutuhkan
modal besar
sehingga mereka lebih
memilih untuk
menggunakan modal milik
pribadi atau dari
keluarga. (Wawancara dengan
pedagang
aneka masakan dan pedagang
jus buah, 09
Oktober 2020)
Hubungan yang terjalin
dengan baik
akan mencegah terjadinya
konflik dan
pertentangan, bukan hanya
antar pedagang
tetapi juga dengan warga,
pemilik toko atau
rumah, dan petugas parkir.
Aturan-aturan
yang mengatur hubungan PKL
dengan warga
berupa kesadaran pedagang
untuk menjaga
kebersihan dan ketertiban
tempat berdagang,
keikutsertaan dalam kegiatan
gotong royong,
serta pembayaran retribusi
yang berupa uang
parkir, jimpitan, atau iuran
pengelolaan
sampah. Sedangkan norma-
norma sosial
yang berlaku bagi sesama
PKL terkait
dengan lokasi berdagang.
Bagi PKL yang
membayar biaya sewa
halaman kepada
pemilik toko atau rumah,
maka mereka
memiliki jaminan keamanan
lokasi serta
mendapat fasilitas-fasilitas lain
seperti listrik,
air, dan kamar kecil.
Informan yang
merupakan pedagang jus
mengungkapkan
bahwa ia tidak perlu
membayar biaya sewa
halaman karena mengenal dan
berhubungan
baik dengan pemilik
rumah/toko, sehingga ia
tinggal meminta izin saja.
(Wawancara
pedagang batagor, pedagang
jus buah, dan
pedagang makaroni, 09 Oktober
2020)
PKL lain yang memanfaatkan
badan
jalan, seperti pedagang
keliling yang
menggunakan kendaraan
bermotor atau
gerobak dorong, mereka
memiliki
kesepakatan bahwa tempat
yang sudah biasa
ditempati untuk berdagang
oleh salah
seorang PKL tidak dapat
ditempati oleh
pedagang lain. Sanksi yang
diberlakukan
berupa teguran secara baik-baik
dan terbukti
efektif dalam pelaksanaannya.
(Wawancara
dengan pedagang pisang
karamel, 24
Oktober 2020)
Modal sosial PKL di
belakang UNS
dibangun dengan hubungan
yang dijalin
antara pedagang dengan aktor
lain yang
saling berkepentingan. Seperti
hubungan
yang dijalin antar pedagang.
Diungkapkan
oleh pedagang aneka
masakan, kegiatan
kerjasama antar pedagang
diwujudkan dalam
kegiatan saling bertukar uang
ketika satu
pedagang tidak memiliki uang
pecahan kecil
untuk uang kembalian. Hal lain
diungkapkan
oleh pedagang makaroni dan
pedagang
batagor, kerjasama yang
mereka lakukan
adalah kegiatan saling
membantu
menjagakan lapak antar
pedagang ketika
ditinggal untuk melakukan
kegiatan individu
masing-masing, seperti
beribadah, makan
siang, ke kamar kecil atau
mengantar
pesanan pelanggan. Pedagang
akan
menitipkankan lapaknya
kepada pedagang
lain, dan pedagang yang
dipercayai untuk
menjaga lapak akan dengan
sukarela
membantu menjualkan
dagangan ketika ada
pelanggan yang datang.
(Wawancara, 09
Oktober 2020)
Kepercayaan pedagang juga
dibangun
dalam hubungan dengan
pemasok barang
dagangan. Seorang informan
yang
merupakan pedagang aneka
makanan
mengungkapkan bahwa ia
percaya
sepenuhnya kepada pemasok
dalam hal
menghitung jumlah pasokan
dagangan,
sehingga pedagang tidak perlu
repot-repot
menghitung ulang barang
pasokan. Pedagang
tersebut menambahkan bahwa
ia tinggal
memberikan sejumlah uang
sesuai dengan
jumlah yang diberikan oleh
pemasok. Selain
itu untuk pedagang yang
merupakan
karyawan dari seorang
bos/juragan seperti,
kepercayaan dapat dilihat dari
kegiatan
pencatatan laporan hasil
penjualan oleh
pedagang yang kemudian
diberikan kepada
juragan. Hal itu tentu
dibutuhkan nilai
kejujuran agar kepercayaan
semakin
meningkat. (Wawancara
dengan pedagang
batagor, pedagang makaroni,
dan pedagang
aneka makanan, 09 Oktober
2020)
Jaringan sosial yang dimiliki
oleh
PKL memudahkan pertukaran
informasi
mengenai kesempatan kerja,
dilihat dari
proses rekruitmen PKL yang
dipekerjakan
sebagai karyawan untuk
menjual barang
dagangan oleh seorang
bos/juragan. Hal ini
diungkapkan oleh pedagang
batagor dan
pedagang makaroni. Proses
rekruitmen ini
dilakukan melalui perantara
orang ketiga
yaitu anggota keluarga atau
teman dekat
yang mengenal dan dipercaya
baik oleh bos
maupun oleh pencari kerja.
Pertukaran
informasi dalam jaringan sosial
yang dimiliki
oleh PKL juga mempermudah
pedagang
Tri Uswatun Hasanah, Nurhadi, Abdul
Rahman | Modal Sosial dan Strategi
Kelangsungan…..
SOCIA: Jurnal Ilmu-ilmu Sosial | 63
untuk mendapatkan informasi
mengenai
tempat berdagang. Melalui
jaringan yang
dimiliki antar pedagang,
mereka dapat
melakukan komunikasi dalam
menetapkan
harga untuk barang dagangan
yang sama agar
terjadi persaingan yang sehat
dan tidak
mematikan harga pasar.
Hubungan baik antar
pedagang yang dilandasi oleh
rasa
kepercayaan yang kuat
memungkinkan
mereka untuk melakukan
kegiatan tersebut.
(Wawancara dengan pedagang
batagor dan
pedagang makaroni, 09 Oktober
2020)
Penguatan jaringan dengan
warga
sekitar dilakukan melalui
keikutsertaan
dalam jaringan kelompok RT
(Rukun
Tetangga) dan PKK (Program
Kesejahteraan
Keluarga). Keikutsertaan
dalam jaringan ini
memberi manfaat positif
untuk mempererat
tali persaudaraan dan
memperluas hubungan
pertemanan. Kegiatan dalam
kelompok RT
yang dilakukan adalah gotong
royong
memperbaiki trotoar jalan,
dimana kegiatan
tersebut memberikan
keuntungan bagi PKL
karena tempat berdagang
menjadi lebih
nyaman digunakan. Sementara
itu kegiatan
PKK yang berjalan secara rutin
adalah arisan.
(Wawancara dengan pedagang
HIK, 04
Oktober 2020)
Bagi beberapa PKL di
belakang
kampus UNS jaringan dengan
keluarga
memiliki faktor penting bagi
produktivitas
PKL yaitu sebagai penyedia
tenaga kerja.
Proses produksi dan
pemasaran menjadi
lebih efektif dengan
pembagian kerja antar
anggota keluarga, seperti yang
diungkapkan
oleh penjual masakan nasi
sayur, istri
bertugas untuk memasak dan
suami bertugas
untuk mengantar pesanan
kepada pembeli,
dan pedagang lain yang
mempekerjakan
saudaranya untuk kegiatan
pemasaran.
Keluarga juga merupakan
sumber awal
modal dalam memulai usaha,
karena usaha
mereka tidak membutuhkan
modal besar
sehingga mereka lebih
memilih untuk
menggunakan modal milik
pribadi atau dari
keluarga. (Wawancara dengan
pedagang
aneka masakan dan pedagang
jus buah, 09
Oktober 2020)
Hubungan yang terjalin
dengan baik
akan mencegah terjadinya
konflik dan
pertentangan, bukan hanya
antar pedagang
tetapi juga dengan warga,
pemilik toko atau
rumah, dan petugas parkir.
Aturan-aturan
yang mengatur hubungan PKL
dengan warga
berupa kesadaran pedagang
untuk menjaga
kebersihan dan ketertiban
tempat berdagang,
keikutsertaan dalam kegiatan
gotong royong,
serta pembayaran retribusi
yang berupa uang
parkir, jimpitan, atau iuran
pengelolaan
sampah. Sedangkan norma-
norma sosial
yang berlaku bagi sesama
PKL terkait
dengan lokasi berdagang.
Bagi PKL yang
membayar biaya sewa
halaman kepada
pemilik toko atau rumah,
maka mereka
memiliki jaminan keamanan
lokasi serta
mendapat fasilitas-fasilitas lain
seperti listrik,
air, dan kamar kecil.
Informan yang
merupakan pedagang jus
mengungkapkan
bahwa ia tidak perlu
membayar biaya sewa
halaman karena mengenal dan
berhubungan
baik dengan pemilik
rumah/toko, sehingga ia
tinggal meminta izin saja.
(Wawancara
pedagang batagor, pedagang
jus buah, dan
pedagang makaroni, 09 Oktober
2020)
PKL lain yang memanfaatkan
badan
jalan, seperti pedagang
keliling yang
menggunakan kendaraan
bermotor atau
gerobak dorong, mereka
memiliki
kesepakatan bahwa tempat
yang sudah biasa
ditempati untuk berdagang
oleh salah
seorang PKL tidak dapat
ditempati oleh
pedagang lain. Sanksi yang
diberlakukan
berupa teguran secara baik-baik
dan terbukti
efektif dalam pelaksanaannya.
(Wawancara
dengan pedagang pisang
karamel, 24
Oktober 2020)
Modal sosial PKL di belakang UNS dibangun dengan hubungan yang dijalin antara
pedagang dengan aktor lain yang saling berkepentingan. Seperti hubungan yang dijalin
antar pedagang. Diungkapkan oleh pedagang aneka masakan, kegiatan kerjasama antar
pedagang diwujudkan dalam kegiatan saling bertukar uang ketika satu pedagang tidak
memiliki uang pecahan kecil untuk uang kembalian. Hal lain diungkapkan oleh pedagang
makaroni dan pedagang batagor, kerjasama yang mereka lakukan adalah kegiatan saling
membantu menjagakan lapak antar pedagang ketika ditinggal untuk melakukan kegiatan
individu masing-masing, seperti beribadah, makan siang, ke kamar kecil atau mengantar
pesanan pelanggan. Pedagang akan menitipkankan lapaknya kepada pedagang lain, dan
pedagang yang dipercayai untuk menjaga lapak akan dengan sukarela membantu
menjualkan dagangan ketika ada pelanggan yang datang. (Wawancara, 09 Oktober 2020)
Kepercayaan pedagang juga dibangun dalam hubungan dengan pemasok barang dagangan.
Seorang informan yang merupakan pedagang aneka makanan mengungkapkan bahwa ia
percaya sepenuhnya kepada pemasok dalam hal menghitung jumlah pasokan dagangan,
sehingga pedagang tidak perlu repot-repot menghitung ulang barang pasokan. Pedagang
tersebut menambahkan bahwa ia tinggal memberikan sejumlah uang sesuai dengan jumlah
yang diberikan oleh pemasok. Selain itu untuk pedagang yang merupakan karyawan dari
seorang bos/juragan seperti, kepercayaan dapat dilihat dari kegiatan pencatatan laporan
hasil penjualan oleh pedagang yang kemudian diberikan kepada juragan. Hal itu tentu
dibutuhkan nilai kejujuran agar kepercayaan semakin meningkat. (Wawancara dengan
pedagang batagor, pedagang makaroni, dan pedagang aneka makanan, 09 Oktober 2020)
Jaringan sosial yang dimiliki oleh PKL memudahkan pertukaran informasi mengenai
kesempatan kerja, dilihat dari proses rekruitmen PKL yang dipekerjakan sebagai karyawan
untuk menjual barang dagangan oleh seorang bos/juragan. Hal ini diungkapkan oleh
pedagang batagor dan pedagang makaroni. Proses rekruitmen ini dilakukan melalui
perantara orang ketiga yaitu anggota keluarga atau teman dekat yang mengenal dan
dipercaya baik oleh bos maupun oleh pencari kerja. Pertukaran informasi dalam jaringan
sosial yang dimiliki oleh PKL juga mempermudah pedagang
Tri Uswatun Hasanah, Nurhadi, Abdul Rahman | Modal Sosial dan Strategi Kelangsungan…..
SOCIA: Jurnal Ilmu-ilmu Sosial | 63 untuk mendapatkan informasi mengenai tempat
berdagang. Melalui jaringan yang dimiliki antar pedagang, mereka dapat melakukan
komunikasi dalam menetapkan harga untuk barang dagangan yang sama agar terjadi
persaingan yang sehat dan tidak mematikan harga pasar. Hubungan baik antar pedagang yang
dilandasi oleh rasa kepercayaan yang kuat memungkinkan mereka untuk melakukan
kegiatan tersebut. (Wawancara dengan pedagang batagor dan pedagang makaroni, 09 Oktober
2020) Penguatan jaringan dengan warga sekitar dilakukan melalui keikutsertaan dalam
jaringan kelompok RT (Rukun Tetangga) dan PKK (Program Kesejahteraan Keluarga).
Keikutsertaan dalam jaringan ini memberi manfaat positif untuk mempererat tali
persaudaraan dan memperluas hubungan pertemanan. Kegiatan dalam kelompok RT yang
dilakukan adalah gotong royong memperbaiki trotoar jalan, dimana kegiatan tersebut
memberikan keuntungan bagi PKL karena tempat berdagang menjadi lebih nyaman
digunakan. Sementara itu kegiatan PKK yang berjalan secara rutin adalah arisan. (Wawancara
dengan pedagang HIK, 04 Oktober 2020) Bagi beberapa PKL di belakang kampus UNS
jaringan dengan keluarga memiliki faktor penting bagi produktivitas PKL yaitu sebagai
penyedia tenaga kerja. Proses produksi dan pemasaran menjadi lebih efektif dengan
pembagian kerja antar anggota keluarga, seperti yang diungkapkan oleh penjual masakan
nasi sayur, istri bertugas untuk memasak dan suami bertugas untuk mengantar pesanan
kepada pembeli, dan pedagang lain yang mempekerjakan saudaranya untuk kegiatan
pemasaran. Keluarga juga merupakan sumber awal modal dalam memulai usaha, karena
usaha mereka tidak membutuhkan modal besar sehingga mereka lebih memilih untuk
menggunakan modal milik pribadi atau dari keluarga. (Wawancara dengan pedagang aneka
masakan dan pedagang jus buah, 09 Oktober 2020) Hubungan yang terjalin dengan baik
akan mencegah terjadinya konflik dan pertentangan, bukan hanya antar pedagang tetapi
juga dengan warga, pemilik toko atau rumah, dan petugas parkir. Aturan-aturan yang
mengatur hubungan PKL dengan warga berupa kesadaran pedagang untuk menjaga kebersihan
dan ketertiban tempat berdagang, keikutsertaan dalam kegiatan gotong royong, serta
pembayaran retribusi yang berupa uang parkir, jimpitan, atau iuran pengelolaan sampah.
Sedangkan norma-norma sosial yang berlaku bagi sesama PKL terkait dengan lokasi
berdagang. Bagi PKL yang membayar biaya sewa halaman kepada pemilik toko atau
rumah, maka mereka memiliki jaminan keamanan lokasi serta mendapat fasilitas-fasilitas
lain seperti listrik, air, dan kamar kecil. Informan yang merupakan pedagang jus
mengungkapkan bahwa ia tidak perlu membayar biaya sewa halaman karena mengenal dan
berhubungan baik dengan pemilik rumah/toko, sehingga ia tinggal meminta izin saja.
(Wawancara pedagang batagor, pedagang jus buah, dan pedagang makaroni, 09 Oktober
2020) PKL lain yang memanfaatkan badan jalan, seperti pedagang keliling yang
menggunakan kendaraan bermotor atau gerobak dorong, mereka memiliki kesepakatan
bahwa tempat yang sudah biasa ditempati untuk berdagang oleh salah seorang PKL tidak
dapat ditempati oleh pedagang lain. Sanksi yang diberlakukan berupa teguran secara baik-
baik dan terbukti efektif dalam pelaksanaannya. (Wawancara dengan pedagang pisang
karamel, 24 Oktober 2020)

D. Menjaga harga yang kompetitif


Perilaku Konsumen (y1) Menurut Griffin dalam (Hanum & Hidayat, 2017), perilaku konsumen
adalah seluruh kegiatan, tindakan, serta proses psikologi yang mendorong tindakan tersebut pada
saat sebelum membeli, ketika membeli, menggunakan, menghabiskan produk dan jasa setelah
melakukan hal-hal diatas atau kegiatan mengevaluasi. Menurut Sangadji et al., dalam
(Muntazia & Prihandini, 2021) perilaku konsumen dapat disimpulkan sebagai berikut: a)
Disiplin ilmu yang mempelajari perilaku individu, kelompok atau organisasi dan proses-proses
yang digunakan konsumen untuk menyeleksi, menggunakan produk, pelayanan, pengalaman
(ide) untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen, dan dampak dari proses-proses
tersebut pada konsumen dan masyarakat. b) Tindakan yang dilakukan oleh konsumen guna
mencapai dan memenuhi kebutuhannya baik dalam penggunaan, pengonsumsian, dan
penghabisan barang dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan yang menyusul.
c) Tindakan atau perilaku yang dilakukan konsumen yang dimulai dengan merasakan adanya
kebutuhan dan keinginan, kemudian berusaha mendapatkan produk yang diinginkan,
mengonsumsi produk tersebut, dan berakhir dengan tindakan-tindakan pasca pembelian, yaitu
perasaan puas atau tidak puas.
Perilaku kosumen berkaitan dengan tindakan suatu individu terkait pengambilan keputusan
dalam membelanjakan sumber daya yang dimilikinya untuk mendapatkan barang dan jasa yang
akan dikonsumsi nantinya. Dalam menganalisis perilaku konsumen tidak hanya menyangkut
faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan konsumen dalam berbelanja tetapi
proses pengambilan keputusan yang disertai dengan kegiatan pembelian suatu barang atau jasa.
Menurut Kotler & Keller, (2009), perilaku konsumen merupakan studi mengenai individu,
kelompok, dan organisasi memilih, membeli, menggunakan, dan bagaimana barang, jasa, ide,
atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka. Menurut Kotler & Keller,
(2009), terdapat beberapa model perilaku konsumen yaitu:
a) Pemasaran Stimul (marketing Stimul)
b) Stimuli lainnya (Other Stimuli)
c) Consumer Psychology (psikologi konsumen)
d) Proses keputusan pembelian (Buying Decision process)
https://greenpub.org/JIM, Vol. 1, No. 1, April
2022 176 | P a g e

Keputusan pembelian merupakan solusi untuk memecahkan masalah dalam aktivitas


manusia untuk membeli barang atau jasa dalam memenuhi keinginan dan kebutuhannya,
yang terdiri dari mengidentifikasi kebutuhan dan keinginan, mencari informasi, mengevaluasi
alternatif pembelian, keputusan pembelian dan perilaku setelah membeli. Proses pengambilan
keputusan merupakan kegiatan individu yang terlibat langsung dalam memperoleh dan
menggunakan barang yang ditawarkan. (Kotler, 2009). Komponen-komponen Keputusan
pembelian adalah adalah:
a) Keputusan tentang jenis produk.
b) Keputusan tentang bentuk produk.
c) Keputusan tentang merek.
d) Keputusan tentang penjualnya.
e) Keputusan tentang jumlah produk.
f) Keputusan tentang waktu pembelian.
g) Keputusan tentang cara pembayaran.
Perilaku konsumen telah banyak di teliti oleh peneliti sebelumnya dengan menggunakan
model Purchase decision (keputusan pembelian) diantaranya oleh (Hadi Brata et al., 2017; Nizar
Ganim et al., 2021; Purnama et al., 2021; Wahyuni & Ginting, 2017). Kualitas Produk (x1)
Menurut Kotler dan Keller dalam (Hadi Brata et al., 2017), kualitas produk adalah kemampuan
suatu produk untuk memberikan hasil kinerja yang sesuai atau bahkan melebihi apa yang
pelanggan harapkan. Kemampuan termasuk daya tahan, keandalan, akurasi yang dihasilkan,
mudah dioperasikan, dan perbaikan serta atribut berharga lainnya untuk semua produk.
Menurut Kotler dan Keller (2009), ada sembilan dimensi kualitas produk seperti berikut ini:
a) Bentuk (form), meliputi ukuran, bentuk, atau struktur fisik produk.
b) Fitur (feature), karakteristik produk yang menjadi pelengkap fungsi dasar produk.
c) Kualitas kinerja (performance quality), adalah tingkat dimana karakteristik utama produk
beroperasi.
d) Kesan kualitas (perceived quality) sering dibilang merupakan hasil dari penggunaan
pengukuran yang dilakukan secara tidak langsung karena terdapat kemungkinan bahwa
konsumen tidak mengerti atau kekurangan informasi atas produk yang bersangkutan.
e) Ketahanan (durability), ukuran umur operasi harapan produk dalam kondisi biasa atau
penuh tekanan, merupakan atribut berharga untuk produk–produk tertentu.
f) Keandalan (reliability), adalah ukuran probabilitas bahwa produk tidak akan mengalami
malfungsi atau gagal dalam waktu tertentu.
g) Kemudahan perbaikan (repairability), adalah ukuran kemudahan perbaikan produk ketika
produk itu tak berfungsi atau gagal.
h) Gaya (style), menggambarkan penampilan dan rasa produk kepada pembeli.
i) Desain (design), adalah totalitas fitur yang mempengaruhi tampilan, rasa, dan fungsi
produk berdasarkan kebutuhan pelanggan.
Kualitas produk mencerminkan semua dimensi penawaran produk yang menghasilkan manfaat
(benefits) bagi pelanggan. Kualitas produk berupa barang atau jasa ditentukan oleh dimensi,
Tjiptono dalam (Putra et al., 2017). Dimensi kualitas produk menurut Tjiptono dalam (Putra et
al., 2017) adalah kinerja (performance), daya tahan (durability), kesesuaian dengan spesifikasi
(conformity to spesifikasi), fitur (features), keyakinan (reliability), estetika (esthetic), kesan
kualitas (kualitas yang dirasakan), kemudahan servis. Kualitas produk telah diteliti banyak
peneliti sebelumnya diantaranya (Hadi Brata et al., 2017; Massie et al., 2014; Nizar Ganim et al.,
2021; Nurmalasari & Istiyanto, 2021; Riduansah, 2020; Wirawan & Khasanah, 2016). Harga
(x2) Harga adalah jumlah yang dipertukarkan untuk suatu produk atau jasa. Selain itu, harga
adalah jumlah nilai yang ditebus konsumen untuk sejumlah manfaat dengan memiliki atau
menggunakan barang atau jasa. Harga merupakan hal yang menjadi perhatian konsumen dalam
melakukan pembelian. Harga sebuah produk dan jasa merupakan faktor keberhasilan sebuah
perusahaan karena harga menentukan berapa banyak keuntungan yang diperoleh perusahaan dari
penjualan. Menurut Elliot dalam (Imaningsih & Rohman, 2018) harga dalam kerangka pemikiran
di atas diukur dengan tiga dimensi, yaitu: a) Price Estimate, yaitu penilaian pelanggan terhadap
kisaran harga suatu produk dengan melihat kualitas suatu produk, serta kesesuaiannya dengan
harga. keinginan pelanggan. b) Kesesuaian pembuatan, yaitu penilaian pelanggan terhadap harga
produk yang dilihat dari aspek manfaat yang akan diperoleh. c) Price fairness, yaitu penilaian
pelanggan terhadap harga produk dengan keterjangkauan harga dan kewajaran harga jika
dibandingkan dengan produk sejenis dan produsen yang berbeda. Harga merupakan salah satu
penentu keberhasilan suatu perusahaan karena harga menentukan seberapa besar
keuntungan yang akan diperoleh perusahaan dari menjual produknya baik berupa barang
maupun jasa. Menetapkan harga yang terlalu tinggi akan menyebabkan penjualan menurun,
tetapi jika harga terlalu rendah akan mengurangi keuntungan yang akan diperoleh organisasi
(Hadi Brata et al., 2017). Menurut (Anwar & Satrio, 2015), harga sebuah produk atau jasa
merupakan faktor penentu dalam permintaan pasar. Harga menjadi hal yang sangat penting yang
diperhatikan oleh konsumen dalam membeli produk atau jasa. Jika konsumen merasa cocok
dengan harga yang ditawarkan, maka mereka akan cenderung melakukan pembelian ulang
untuk produk yang sama. Dalam teori ekonomi disebutkan bahwa harga suatu barang atau jasa
yang pasarnya kompetitif, maka tinggi rendahnya harga ditentukan oleh permintaan dan
penawaran pasar. Muanas & Suhermin dalam (Purnama et al., 2021) menyatakan bahwa
indikator harga merupakan salah satu dasar acuan dalam menilai minat konsumen terhadap suatu
produk atau jasa yang ditawarkan oleh suatu perusahaan. yaitu harga moneter objektif,
harga yang dirasakan, harga pengorbanan, harga diskon.
Variabel harga telah di teliti pada penelitian sebelumnya diantaranya (Damayanti, 2019;
Fernando & Aksari, 2018; Garib et al., 2019; Hadi Brata et al., 2017; Istanti, 2019; Jiwandono et
al., 2016; Kurnadi & Hadibrata, 2017; Nizar Ganim et al., 2021). Promosi (x3) Menurut
Tjiptono dalam (Putra et al., 2017), promosi merupakan suatu bentuk komunikasi
pemasaran, komunikasi pemasaran adalah kegiatan pemasaran yang berusaha menyebarkan
informasi, mempengaruhi/membujuk atau mengingatkan pasar sasaran agar perusahaan dan
produknya bersedia menerima, membeli, dan loyal kepada produk yang ditawarkan oleh
perusahaan yang bersangkutan. Dimensi kualitas produk dalam penelitian ini mengacu pada
Kotler, dimana menurut Kotler (2008) dimensi bauran promosi adalah sebagai berikut: a)
Periklanan, b) Promosi Penjualan, c) Humas dan Publisitas (Humas dan Publisitas), d) Penjualan
Pribadi (Penjualan pribadi), e) Pemasaran Langsung. Variabel promosi telah diteliti pada
penelitian sebelumnya diantaranya(Bella Ayu Eyda Putri, 2021; Cardia et al., 2019; Damayanti,
2019; Fernando & Aksari, 2018; Garib et al., 2019; Hadi Brata et al., 2017; Istanti, 2019; Massie
et al., 2014; Nizar Ganim et al., 2021; Nurmalasari & Istiyanto, 2021).

E. Meningkatkan efisiensi dan produktivitas


1.Perkembangan Pasar Tradisional
Dinamika pasar tradisional akan selalu menarik, di mana di dalam pasar tradisional terdapat
unsur-unsur yang dapat diperoleh misalnya, perilaku konsumen maupun perilaku pedagang
didalam pasar. Menurut Belshaw (dalam Sadilah dkk, 2011:1) mengatakan bahwa pasar tidak
hanya merupakan lembaga tukar-menukar, tetapi pasar berfungsi sebagai tempat penyebaran dan
penyimpanan barang, serta tempat berpindahnya komoditas dari satu orang ke orang lain, atau
dari satu tempat ke tempat lain, dan dari peranan satu keperanan lain. Jadi pasar adalah tempat
yang mempunyai unsur-unsur soaial, ekonomis, kebudayaan, politis yang juga dipergunakan
sebagai sarana pembeli dan penjual untuk saling bertemu dan melakukan kegiatan tukar-
menukar.

2. Perbedaan Antara Pasar Tradisional dan Retail Modern


Perkembangan ekonomi yang terjadi menyebabkan adanya persaingan yang terjadi antara
kegiatan ekonomi yang bersifat tradisional dengan kegiatan-kegiatan ekonomi yang sudah
modern. Kedua hal ini tidak bisa dipisahkan selalu berjalan berdampingan. Seperti yang terjadi
pada pasar tradisional menghadapi persaingan retail modern. Fenomena seperti ini dipertegas
dengan teori Dualisme yang dicetuskan pertama kali oleh J.H Boeke dalam bukunya yang
berjudul Economics and economic Policy in Dual Societies, 1953. Menurut Boeke (dalam
Sukirno, 2005:162) mengatakan bahwa di dalam suatu masyarakat mungkin terdapat terdapat
dua sistem yang berbeda. Kedua-duanya wujud berdampingan di mana yang satu tidak dapat
sepenuhnya menguasai yang lainnya.
2. Persaingan Antara Pasar Tradisional dan Retail Modern
Menurut Samuelson (1996:214) dengan kondisi yang terjadi di pasar jika banyak perusahaan
menjual produk-produk yang serupa tapi tak sama hal ini termasuk ke dalam struktur pasar yang
dikenal dengan persaingan monopolistik. Persaingan monopolistik menyerupai persaingan
sempurna dalam tiga hal : terdapat banyak penjual dan pembeli, mudah keluar masuk industri,
dan perusahaan-perusahaan menganggap harga perusahaan lain tetap. Adapun perbedaan antar
persaaingan sempurna dengan monopolistik adalah pada produknya. Jika pada persaingan
sempurna produknya identik tetapi pada monopolistik produknya lebih didiferensiasikan.
Diasumsikan jadi produk yang dijual tidak homogen akan tetapi sengaja dibedakan melalui
berbagai macam program promosi penjualan sehingga meskipun barang yang diperdagangkan
sebenarnya dapat saling menggantikan, konsumen mempunyai preferensi untuk memilih produk
dari pasar tradisional maupun retail modern. Kemudian menurut Salvatore (1993:283)
persaingan monopolistik mengacu pada organisasi pasar di mana terdapat banyak perusahaan
yang menjual komoditi yang hampir serupa tetapi tidak sama. Karena adanya diferensiasi produk
konsumen sendiri yang menentukan pilihan. Dengan semakin pesatnya pertumbuhan jumlah
retail modern maka persaingan di bidang perdagangan semakin ketat. Bagi para pedagang yang
tidak siap menghadapi gencaran masuknya pedagang baru yang lebih menarik dengan
menggunakan berbagai strategi pemasaran yang menarik dan disertai dengan teknologi yang
modern dibarengi dengan manajemen yang lebih baik maka persaingan akan semakin ketat.
Siapa saja yang tidak bisa membaca peluang bisnis yang terjadi maka akan menjadi ancaman
tertindas atau kalah dalam persaingan. West (dalam Suryani,2010:17) mengatakan bahwa dengan
berlanjutnya pertumbuhan ekonomi dan meningkatnya ratarata pendapatan yang dapat
dibelanjakan, akan bertambah beasar pula permintaan akan pasar yang lebih khusus dan spesifik.
Sehingga dapat dikatakan bahwa pasar yang berhasil adalah yang paling dapat menyesuaikan
barang dan jasanya dengan permintaan pasar. Hal ini dipertegas oleh pernyataan Smith (dalam
Rahardja, 2010:19) bahwa memandang perekonomian sebagai sebuah sistem seperti halnya
semesta. Sebagai sistem, perekonomian memiliki kemampuan untuk menjaga keseimbangannya.
Dalam sistem ekonomi pasar, aktivitas produsen dan konsumen tidak direncanakan oleh sebuah
lembaga sentral, melainkan secara individual oleh para pelaku ekonomi. Dan persainganlah yang
bertindak sebagai tangan-tangan tidak terlihat yang mengkoordinasi rencana masing-masing.
Sistem persaingan yang terbentuk dapat membuat produksi serta konsumsi dan alokasi sumber
daya alam, sumber daya manusia, dan modal menjadi efisien.

3.Strategi Dalam Persaingan Usaha


Dalam sebuah persaingan usaha sangat diperlukan adanya strategi. Strategi merupakan modal
utama untuk bertahan. Menurut Swastha (2002: 193) bagi perusahaan kecil maupun perusahaan
yang ingin meningkatkan efisiensinya, dapat mengadakan segmentasi pasar. Mereka dapat
memusatkan kegiatan pemasaran pada segmen-segmen pasar yang dipilih. Jika sasaran pasarnya
sudah ditentukan melalui riset pemasaran, maka perusahaan harus membuat suatu rencana yang
baik untuk memasuki segmen pasar yang dipilih. Keputusan-keputusan dalam pemasaran dapat
dikelompokkan ke dalam empat strategi, yaitu : strategi produk, strategi harga, dan strategi
promosi, strategi distribusi. Kombinasi dari keempat strategi tersebut akan membentuk
marketing mix.
4. Konsistensi Preferensi Konsumen
Menurut Rahardja (2010:79) konsep preferensi berkaitan dengan kemampuan konsumen
menyususn prioritas pilihan agar dapat mengambil keputusan. Perilaku konsumen dengan
sejumlah permintaan dapat diasumsikan bahwa seorang konsumen akan mengalokasikan
pendapatannya berupa uang yang terbatas terhadap barang dan jasa yang tersedia untuk
memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Dalam mengalokasikan pendapatannya tersebut seorang
konsumen akan memaksimalkan agar mendapatkan kepuasanya. Sehingga dapat dikatakan
seorang konsumen akan mengatur pembeliannya sesuai dengan pendapatan yang dimilikinya
dengan memilih berbelanja di pasar tradisional atau di retail modern. Jika seorang konsumen
ingin mendapatkan harga yang lebih murah mereka rela berdesak-desakan di dalam pasar
tradisional dengan suasana yang kumuh, kotor, dan bau. Lain halnya dengan seorang konsumen
yang berpendapatan tinggi menengah ke atas pasti lebih senang belanja ke supermarket atau
minimarket dengan pertimbangan tempat yang nyaman, bersih, serta pelayanan prima. Kepuasan
mereka ketika suasana berbelanja terasa nyaman harga tidak menjadi permasalahan yang utama.
Setelah preferensi konsumen sudah ditetapkan maka akan muncul utilitas (utility). Menurut
Rahardja (2010:78) utilitas (utility) adalah manfaat yang diperoleh karena mengkonsumsi barang
dan utilitas merupakan ukuran manfaat suatu barang dibanding dengan alternatif penggunaannya.

F.kesimpulan
Untuk bertahan dalam persaingan supermarket, strategi pasar tradisional dapat melibatkan
peningkatan kualitas layanan, diferensiasi produk, promosi ocal, dan membangun hubungan
yang kuat dengan pelanggan setempat. Fokus pada pengalaman pelanggan dan pemahaman
mendalam terhadap kebutuhan pasar ocal dapat menjadi kunci kesuksesan dalam menghadapi
persaingan.

DAFTAR PUSTAKA
Admin, Master. 2011. Eksistensi Pasar Tradisional ditengah Pesona Pasar Modern. sumber
Artikel . Selasa, 14 Juni 2011 04:32 .
Hadiwiyono.2011. Analisis Kinerja pasar Tradisional di Era Persaingan global di Kota Bogor.
Skripsi. Bogor. Fakultas Ekonomi: Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Hardjanto, Amirullah Imam. 2005. Pengantar Bisnis. Yogyakarta: Graha Ilmu. Joesron, Tati
Suhartati. 2003. Teori Ekonomi Mikro. Jakarta: Salemba Empat.
Kholis, Noor dkk. 2011. Pengembangan pasar Traisional Berbasis Perilaku Konsumen. Jurnal
Riset Dosen FE Unissula Semarang.
KPPU.2004. Kajian Persaingan dalam Industri Retail. Levy, Michael, dan Barton. 1995.
Retailing Management, 2nd edition. Richard D.Irwin, Inc.
Lembaga Penelitian SMERU No.22: Apr-Jun/2007, Kondisi Pasar Tradisional di Indonesia,
Pasar Tradisional Di Era Persaingan Global
Lembaga Penelitian SMERU No.22: Apr-Jun/2007, Dampak Pasar Modern Terhadap Pasar
Tradisional, Pasar Tradisional Di Era Persaingan Global
Lembaga Penelitian SMERU No.22: Apr-Jun/2007, Kondisi Persaingan di Pasar Tradisional,
Mengukur Dampak Keberadaan Supermarket Terhadap Pasar Tradisional
Lembaga Penelitian SMERU No.22: Apr-Jun/2007, Perkembangan Pesat Industri Ritel di
Indononesia, Regulasi Persaingan Usaha di Industri Ritel
Pemkot Depok Diminta Perhatikan Pasar Tradisional, 2009.
http://www.pikiranrakyat.com/node/103984
Kotler, Philip, 2000. Manajemen Pemasaran, Analisis Perencanaan Implikasi dan Kontrol,
Alih Bahasa Hendra Teguh dan Romly Rusli Jilid I, Prehalindo Jakarta.m. Liputan 6.Com
Kotler, Philip, 2000. Manajemen Pemasaran, Analisis Perencanaan Implikasi dan Kontrol,
Alih Bahasa Hendra Teguh dan Romly Rusli Jilid I, Prehalindo Jakarta.m. Liputan 6.Com
Rambat Lupiyoadi, 2004.Manajemen Pemasaran Jasa Teori Dan Praktek, Salemba Empat,
Jakarta. Simamora Bilson, 2004. Riset Pemasaran , Falsafah, Teori dan Aplikasi, PT. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta,.
Suryana, Dr. M. Si. 2009. Kewirausahaan Pedoman Praktis. Salemba Empat Jakarta. Tjiptono
Fandy, 2004. Strategi Pemasaran, Edisi ke 2, Yogyakarta www. Indonesia. Investments.com
Hanum, Z., & Hidayat, S. (2017). FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU
KONSUMEN DALAM KEPUTUSAN PEMBELIAN SEPATU MEREK NIKE DI KOTA
MEDAN. Jurnal Bisnis Administrasi, 6(1), 37–43.
Imaningsih, E. S., & Rohman, S. (2018). Imaningsih dan Rohman: The Model of Product
Quality, Promotion, Price and Purchase… THE MODEL OF PRODUCT QUALITY,
PROMOTION, PRICE, AND PURCHASE DECISIONS. Jurnal Ekonomi, XXIII(02), 260–271.
Istanti, E. (2019). Pengaruh Harga, Promosi dan Produk Terhadap Keputusan Pembelian Di
Restoran Burger King Kawasan Surabaya Plaza Surabaya. 1–7.

Anda mungkin juga menyukai