Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PEDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejarah ialah sebuah fenomena yang terjadi di masa lampau disertai

bukti atau fakta kejadian.1 Sejarah terdapat dua macam berupa kisah sejarah

yang menceritakan tentang pengetahuan manusia di masa yang lalu.

Sedangkan sejarah sesuatu hal yang berkaitan dengan kenyataan di luar

pengetahuannya manusia.

Menurut Kuntowijoyo, ilmu sejarah adalah sebuah aktivitas manusia

yang memperhatikan bagaimana proses yang terjadi di waktu yang berbeda.

Demikian, sejarah dipandang sebagai rangkaian fenomena yang dialami


2
oleh manusia atas kejadian yang terjadi. Proses sejarah ini harus

ditunjukkan dengan jelas berdasarkan struktur ekonomi, sosial, maupun

politik yang dapat mencapai perkembangaan hingga saat ini.

Dalam sejarah, Nagari memiliki perkembangan yang dapat

memberikan pengaruh terhadap masyarakat di daerah. Perubahan ini dapat

dilihat dari perilaku di dalam kelompok ataupun individu. Setiap kejadian

yang terjadi di dalam kehidupan sosial dikenal dengan sejarah sosial yang

sangat beragam seperti gaya hidup, bentuk rekreasinya seperti pakaian,

1
Dudung Abdurahman. Metodologi Penelitian Sejarah. ( Yogyakarta: Ar-Auzz
Media,2007). hlm. 13-15
2
Kuntowijoyo. Metodologi Sejarah: Edisi kedua. (Yogyakarta: Universitas Gajah
Mada,2003). hlm. 34.
1
kesehatan, upacara, permainan, makanan dan lainnya. Sehingga, dilakukan

penyusunan tentang fenomena sejarah yang lengkap agar dapat mengetahui

bagaimana proses yang terjadi. Nagari bagian dari adat yang mempunyai

struktur politik dan hukum di dalamnya.3 Di Minangkabau, Nagari ini salah

satu kawasan terkecil dalam pemerintahan untuk mengurusnya.4

Nagari merupakan bentuk kesatuan hukum adat di Minangkabau.

Suku di tiap wilayahnya memiliki batasan tertentu seperti halnya adanya

kekayaan tersendiri, berhaknya mengatur maupun memilih pimpinan dalam

pemerintahannya.5 Pemerintah Nagari ini terdapat pada Perda Kabupaten

Pesisir Selatan No. 8 Th. 2007 dimana tujuannya adanya pemerintahan ialah

dapat memberdayakan hasil pelayanan untuk masyarakatnya.6

Nagari Koto Berapak merupakan 1 (satu) dari 17 (tujuh belas)

Nagari yang ada di Kecamatan Bayang, Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi

Sumatera Barat yang berjarak 30 km dari Kota Kabupaten. Nagari

Kapelgam Koto Berapak terdapat 3 (tiga) Kampung yaitu Kampung Koto

Berapak, Kampung Buah Tarok dan Kampung Rumah Panjang. Nagari

Koto Berapak dahulunya sebelum terjadinya Pemekaran tahun 2011 terdiri

dari 6 (enam) Jorong atau Kampung dan termasuk 17 Nagari yang ada di

Kecamatan Bayang Kabupaten Pesisir Selatan yang dipimpin Oleh seorang

3
Musyair Zairuddin. Membangkit Batang Tarandam: Adat Salingka Nagari di
Minangkabau. (Yogyakarta: Ombak, 2011). hlm.55.
4
Chairul Anwar. Hukum Adat Indonesia Meninjau Adat Minangkabau.
(Jakarta: PT. Rhineka Cipta,1997). hlm. 24.
5
Lia Safitri, dkk. ’’Nagari Sebagai Pranata Penyelesaian Konflik: Suatu Kajian Tentang
Kerapatan Adat Nagari (KAN) Di Nagari Ketaping”. (Pariaman, Sumatra Barat. Jurnal Pertahanan
& Bela Negara. 2018), Volume 8 Nomor 1.hlm.148.
6
Peraturan Daerah Pesisir Selatan No 8 Tahun 2007.
2
Wali Nagari. Enam jorong atau Kampung yang ada di Nagari Koto Berapak

yaitu antara lain, Koto Berapak, Kapencong, Lubuk Gambir, Koto Baru

,Kubang, dan Kapujan. Setelah terjadi pemekaran pada 2011 Nagari Koto

Berapak Induk menjadi 3 (tiga) Kampung yaitu Koto Berapak, Buah Tarok,

Rumah Panjang, Yang mana Kampung-kampung terdahulu berubah

menjadi Nagari yaitu Kapelgam (Kapencong – Lubuk gambir), Koto Baru,

Kubang, Kapujan.7

Pada tanggal 14 bulan februari tahun 1915 atas perintah kepala

pemerintah Di Painan, Asisten Residen kepala Demang painan Musa

Ibrahim, seluruh ninik mamak dan penghulu cadiak pandai mengadakan

rapat di bawah batang baringin nan Tigo, di bawah batang baringin nan tigo

tersebut ninik mamak dan cadiak pandai barapek (Musyawarah) untuk

bersidang dan mengambil keputusan Masalah-masalah.8 Dari nama daerah

tempat barapek (Musyawarah/ berkumpul) tersebut nagari Koto Berapak

berasal. Koto Berapak pusek jalo pumpunan ikan Bayang Nan Tujuah,

menjadi induk atau Ibu Nagari, tempat Baropok Mencari Permufakatan

untuk berbagai keputusan adat yang akan di teruskan sebagai tauladan bagi

generasi yang akan datang. Koto Berapak sebagai pusat jalo, bukan hanya

ibu Nagari, tetapi juga merupakan pusat kegiatan utama yang

mengkoordinir sebagai kegiatan Pembangunan, Ekonomi, sosial dan

Budaya masyarakat Nagari Bayang Nan Tujuah. Pada zamannya ditandai

7
Profil Nagari Koto Berapak Tahun 2020-2024.
8
Muchtar Taher, Tambo adat bayang nan VII, Koto Berapak, 1915 H.
3
dengan Baringin Nan Tigo Batang, setelah kesepakatan niniak mamak dan

cadiak pandai, tempat yang biasanya dijadikan tempat baropok/rapat di

bawah batang baringin nan tigo itu tanahnya dijadikan sebuah balai/pasar. 9

Pasar bagian dari lembaga ekonomi yang perlu diberikan apresiasi.

Keberadaan pasar ini guna dapat mempenuhi kebutuhan hidup sehingga

mampu meningkatkannya produksi pertanian yang kemudian hasilnya dapat

dilakukannya penjualan.10 Pasar merupakan proses jual beli barang ataupun

jasa yang dilakukan di lokasi strategis.11 Pada abad 19 di Minangkabau,

pasar ini telah didirikan oleh perkumpulana Nagari yang mengikuti

kebijakan dari pendirinya.12 Pasar ini disebut dengan Balai atau Pakan yang

aktivitasnya dilaksanakan seminggu sekali. Suku Minangkabau memiliki

jiwa dagang yang telah melekat di kehidupan sosialnya.13 Pasar ini didirikan

dan diawasi oleh ninik mamak yang ada di Nagari tersebut.14

Balai Rabaa adalah satu-satunya pasar yang menjadi pusat ekonomi

masyarakat di Bayang nan tujuh pada saat itu, yang menjual berbagai

macam hasil kebun dan berbagai macam dagangan lainnya, bukan hanya

masyarakat koto Berapak saja yang datang untuk berdagang di Balai Rabaa

9
Ibid.
10
A. Latif. Monografi Daerah Tk.II Kabupaten Padang Pariaman. (Padang: Fakultas
Pertanian Universitas Andalas, 1977). Hal. 237-240.
11
Sri Adiningsih. Ekonomi Mikro. (Yogyakarta: BMFE, 1999). Hal. 67.
12
Dobbin Christine. Gejolak Ekonomi, Kebangkitan Islam dan Gerakan Padri
Minangkabau 1784-1847. (Depok: Komunitas Bambu, 2008). Hlm. 79.
13
Budi Setiawan, “ Pasar Tradisional di Provinsi Sumatera Barat Tahun 2015”,
Artikel,Padang : Dinas Perindustrian dan Perdagangan. 2016. (Diakses tanggal 25 desember 2022
pukul14:20WIB)
14
Ardi Abbas, “Kerjasama Pengelolaan Pasar Nagari yang Saling Menguntungkan (win-
win solution) di Kabupaten Padang Pariaman”. (Jurnal sosiologi Padang: Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Andalas, 2006). hlm. 3.
4
tersebut akan tetapi Masyarakat luar pun ikut berdagang disana dan

dikarenakan pasar itu ada pada setiap hari Rabu maka masyarakat mengenal

atau memberi nama pasar itu dengan nama Balai Rabaa.

Pada tahun 2018 Balai Rabaa dipindahkan ke tanah milik Nagari

Koto Berapak yang terletak di sebelah lapangan sepak bola nagari koto

berapak, dengan alasan dipindahkan karena letak Balai Rabaa di tepi jalan

raya yang menyebabkan kemacetan. Dari permasalahan yang telah

digambarkan, Penelitian ini terfokus pada Sejarah dan Perkembangan Balai

Rabaa Nagari Koto Berapak. Sehingga penulis tertarik menjadikan Balai

Rabaa sebagai Objek penelitian. Untuk menegetahui Sejarah dan

Perkembangan Balai Rabaa, maka skripsi ini diberi judul “Sejarah dan

Perkembangan Balai Rabaa Nagari Koto Berapak”.

B. Rumusan dan Batasan Masalah

1. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dipaparkan

sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

bagaimana sejarah dan Perkembangan balai rabaa nagari koto berapak.

Selanjutnya fokus penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Bagaimana Sejarah Balai Rabaa Nagari Koto Berapak

b. Bagaimana Perkembangan Balai Rabaa Nagari Koto Berapak

c. Bagaimana Peran Balai Rabaa Nagari Koto Berapak Sebagai Sentral

Perekonomian Masyarakat

5
d. Bagaimana Pengelolaan Balai Rabaa Oleh Pemerintah Kabupaten

Pesisir Selatan

e. Bagaimana Kebijakan Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan

Terhadap Balai Rabaa

2. Batasan masalah

Agar pembahasan yang terdapat dalam latar belakang masalah dan

tempat penelitian yang penulis maksud tidak mengembang, maka

penulis membatasi masalah ini sebagai berikut:

a. Batasan spasial

Adapun yang menjadi ruang lingkup penulis tempat penulisan ini

adalah di nagari Koto Berapak, Kecamatan Bayang.

b. Batasan temporal

Batasan temporal pada penelitian ini dari tahun 1915 hingga 2018,

karena pada tahun inilah awal mulanya para ninik mamak dan

penghulu cadiak pandai bermusyawarah untuk membangun sebuah

balai/pasar yang saat ini dinamakan Balai rabaa. Sedangkan pada

tahun 2018 dimulainya perkembangan Balai Rabaa Nagari Koto

Berapak yaitu dengan berpindah nya lokasi Balai Rabaa ke tempat

yang sangat strategis.

c. Batasan tematis

Batasan tematis pada penelitian ini yaitu Sejarah berdiri dan

berkembangnya Balai Rabaa Nagari Koto Berapak serta peran Balai

6
Rabaa sebagai sentral perekonomian masyarakat Nagari Koto

Berapak dan pengelolaan serta kebijakan pemerintah Kabupaten

Pesisir Selatan terhadap Balai R

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian


Tujuan Penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui Bagaimana Sejarah Balai Rabaa Nagari Koto

Berapak

2. Untuk mengetahui Bagaimana Perkembangan Balai Rabaa Nagari Koto

Berapak

3. Untuk mengetahui Bagaimana Peran Balai Rabaa Nagari Koto Berapak

Sebagai Sentral Perekonomian Masyarakat

4. Untuk mengetahui Bagaimana Pengelolaan Balai Rabaa Oleh

Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan

5. Untuk mengetahui Bagaimana Kebijakan Pemerintah Kabupaten Pesisir

Selatan Terhadap Balai Rabaa

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah:

1. Secara teoritis

Adapun kegunaan akademik penelitian ini dapat digunakan sebagai

penunjang dalam penelian selanjutnya yang berkaitan dengan sejarah

dan berkembangnya suatu Balai yang ada di Kenagarian Koto Bertapak.

2. Secara praktis

Adapun kegunaan praktis penelitian ini untuk Menyelesaikan atau

Menuntaskan Tugas Akhir dari perkuliahan peneliti.

7
D. Penjelasan Judul

Untuk menghindari kesalahpahaman pengertian dalam memahami

judul, maka perlu dijelaskan beberapa kata sehingga dapat di pahami

maksud judul itu dengan jelas, yaitu:

Sejarah : Sebuah kejadian ataupun gambaran yang

terjadi di masa lalu sesuai dengan faktanya.15

Perkembangan : Sebuah kondisi bagaimana adanya

perubahan yang terjadi secara relevan sesuai

dengan kondisi kehidupan zaman

Pasar : Sebuah tempat adanya proses jual beli

barang ataupun jasa yang dilakukan di lokasi

strategis sesuai dengan kesepakatan bersama

antara pembeli maupun penjual. Dengan

adanya pasar dapat menumbuhkan ekonomi,

budaya ataupun sosial.16

Balai rabaa : Balai Rabaa adalah Pasar Nagari yang ada

di Nagari Koto Berapak Kecamatan Bayang.

Dinamai Balai Rabaa karena Hari pasar nya

di adakan satu kali dalam seminggu, yaitu

Hari Rabu.

15
Irhas A. Shamad. Ilmu sejarah persepektif Metodologis dan Acuan Penelitian.
(Jakarta:Hayfa press, 2003), h. 7-38
16
Gerardo P. SIcat, dan H. W. Arndt, Ilmu Ekonomi Untuk Konteks Indonesia, (Jakarta:
P3ES, 1991), hal 37.
8
Koto Berapak : Sebuah Nama Nagari yang Ada di

Kecamatan Bayang Kabupaten Pesisir

Selatan.

Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan di atas, maka judul

tentang “Sejarah dan Perkembangan Balai Rabaa Nagari Koto

Berapak” membahas bagaimana asal-usul sejarah serta perkembangan

yang ada di Balai Rabaa Nagari Koto Berapak dimulai dengan tempat yang

dulunya tidak dapat dihuni menjadi layak huni.

E. Tinjauan pustaka

Berdasarkan paparan yang telah dilakukan dengan rumusan

masalah, kajian ini berfokus pada sejarah dan perkembangan Balai Rabaa

Nagari Koto Bertapak. Dapat dilihat dari penelitian sebelumnya yang

berkaitan dengan pasar menurut Nusyirwan Effendi tentang “Masyarakat

Ekonomi Minangkabau” yang membahas bahwasannya pasar bagian dari

perekonomian masyarakat dimana memiliki hubungan terhadap jiwa

dagang dari suku Minangkabau tersebut. Pasar bagian aktivitas ekonomi

yang mempunyai peran terhadap menciptakannya hubungan secara sosial

ataupun budaya Minangkabau.

Selain itu, terdapatnya penelitian lain yang berkaitan dengan

“Sejarah Pasar Tradisional Ombilin dan Perdagangan Ikan Bilih Th 1989-

2015” yang dilakukan oleh David Hidayat. Penelitian ini membahas pasar

tradisional ombilin di Nagari Simawang yang dibentuk dikarenakan adanya

9
pemberhentian rel kereta api di daerah tersebut sehingga dengan adanya ini

dapat meningkatkannya ekonomi masyarakat.

Selanjutnya, penulis menemukan skripsi yang dilakukan oleh

Syaidiman Usman yang berjudul “Perkembangan Pasar Lubuk Buaya

Padang Th 1980-2013” dimana hasil penelitiannya membahas pemekaran

yang dilakukan oleh pemerintah Kota Padang yang dulunya Pasar Lubuk

Buaya bagian dari Kabupaten Padang Pariaman. Sehingga, pasar dapat

beroperasi dua minggu sekali dengan bangunan semi permanen yang

dikelola oleh Dinas Pasar Kota Padang dibawah Unit Pengelola Teknis

Daerah (UPTD).

Perkembangan yang terjadi pada pasar Lubuk Buaya ini juga

dipengaruhi oleh kebijakan bangunan pemerintah Kota Padang. Perubahan

ini mengalami peningkatan jumlah pedagang ataupun pengunjungnya serta

dapat dirasakan oleh masyarakat dari segi ekonomi, budaya maupun sosial.

Berdasarkan karya yang dilakukan oleh Herman Malano di dalam

bukunya “Selamatkan Pasar Tradisional: Potret Ekonomi Rakyat Kecil”

dimana sebuah pasar memiliki kerapatan terhadapat adat Nagari setempat

untuk pertumbuhan ekonomi maupun memenuhi kebutuhan.

F. Metode Penelitian

Pada penelitian ini menggunakan metode sejarah dengan beberapa

tahapan. Kenneth D. Bailey mengungkapkan bahwasannya metode ini salah

satu riset untuk pengumpulan sebuah data dengan kebenaran maupun

analisis yaitu:

10
1. Heuristik

Sebuah tahapan pengumpulan datanya dilakukan dengan cara

melihat sumber sejarah yang berkaitan dengan Balai Rabaa Nagari Koto

Bertapak.

Heuristik memiliki dua sumber yaitu sumber primer dan sumber sekunder.

1. Sumber primer

Adalah sebuah sumber data yang telah terkumpul kemudian diolah

dan di analisis yang kemudian dijadikan kesimpulan. Data primer ini

dapat berupa observasi, wawancara ataupun dokumentasi yang

dilakukan secara langsung di lapangan melalui lembaga ada, tokoh

agama ataupun kepala desa dan masyarakat setempat.

2. Sumber sekunder

Ialah sebagai data penunjang dari sumber primer yang didapatkan

melalui jurnal, skripsi, buku dan lainnya yang berkaitan dengan

penelitian yang dilakukan oleh penulis. Selain itu, sumber data yang

telah didapatkan kemudian di olah dan dianalisis secara mendalam

sesuai dengan penelitian.

Dalam pengumpulan sumber penelitian teknik yang digunakan

penulis antara lain:

a. Studi Kepustakaan (Library Reseach)

Pengumpulan data dengan cara melihat literature yang

berkaitan dengan penelitian.

b. Riset Lapangan (Field Reseach)

11
1. Wawancara

Melakukan wawancara langsung kepada informan seperti

bapak Lazuardi ( Wali Nagari Koto Berapak), Bapak Batri Bustami

dengan Gala Rajo Bungsu Gamunyang( KAN tahun 1995-1996),

bapak Sukardi (wali nagari koto baru), bapak Darusman( niniak

mamak nagari koto berapak) serta Ibu Nurnas, yang dianggap tahu

dan memahami pokok persoalan, misalnya sejarah awal mula

terbentuknya Nagari Koto Berapak dan sejarah awal adanya Balai

Rabaa serta Perkembangan Balai hingga saat ini

2. Observasi

langsung mengamati perkembangan Balai Rabaa yang terletak

di Nagari Koto Berapak Kecamatan Bayang.

2. Kritik Sumber

Tahapan ini merupakan kumpulan data berdasarkan buku

relevan atau temuan di lapangan tentang topik yang dibahas yang

dilakukan penyeleksian sebelum diolah. Hal ini dilakukan agar data

yang telah terkumpulkan benar adanya.

a. Kritik ekternal

Kritik eksternal dilakukan untuk pengujian material

sumber.Material sumber adalah segala bentuk sarana seperti cara

yang dapat menyampaikan informasi kepada sejarawan

berkaitan dengan objek penelitiannya. Semua material sumber

yang berasal dari masa yang diteliti disebut material sezaman.

12
Sedangkan sumber informasi masa lalu yang diperoleh dari

buku-buku atau melalui orang yang tidak menyaksikan langsung

kejadian peristiwa disebut material tidak sezaman. Tahapan

kritik sumber ini dilakukan pada saat mewawancarai orang yang

pern ah hidup pada masa peristiwa, maka harus dipastikan orang

itu bener-bener hadirdan menyaksikan peristiwa tersebut.

Penulis juga melakukan penelusuran segala aspek terkait dengan

kopetensi materialnya. Selain itu, penulis juga melakukan

integritas (keutuhan) terhadap tulisan, pelaku, dan pengarang.

b. Kritik internal

Merupakan uji kandungan isi informasi yang didapatkan

sebagai kebenaran penelitian. Dengan demikian, aspek ini

menekankan pada isi dari sumbernya. Sehingga, data yang

diperoleh dapat dikembangkan lebih mendalam.

3. Sintesis

Data yang diperoleh kemudian dihubungkan satu

sama lain untuk menjelaskan fakta dari peristiwa yang

diteliti untuk kemudian dianalisis dengan menemukan kaitan

antara satu fakta dengan fakta lainnya. Pada peneliatian ini,

penulis pertama melakukan analisis peristiwa yang terjadi.

Selanjutnya mengelompokan, menyatukan untuk

dijadikannya bahan sejarah.

4. Penulisan

13
Berkaitan dengan hasil penelitian yang adanya

perangkaian karya ilmiah.

G. Sistematika penulisan

Untuk memudahkan pemahaman terhadap isi skripsi ini secara

menyeluruh, penulis membagi penulisan ini ke dalam empat bab yaitu:

Bab I : PENDAHULUAN

Merupakan bab pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang,

Rumusan dan Batasan Masalah, Tujuan dan Kegunaan

Penelitian, Penjelasan Judul, Metode Penelitian, Tinjauan

Pustaka, dan Sistematika Penulisan.

Bab II :MONOGRAFI NAGARI KOTO BERAPAK

KECAMATAN BAYANG KABUPATEN PESISIR

SELATAN

Menjelaskan kondisi dan gambaran umum Nagari Koto Berapak

dan membahas tentang Sejarah, ekonomi, agama, serta sosial

budaya masyarakat Nagari Koto berapak.

Bab III. :BALAI RABAA NAGARI KOTO BERAPAK

Menjelaskan Sejarah dan Perkembangan Balai Rabaa Nagari

Koto Berapak.

Bab IV :PENUTUP

Penutup yang terdiri dari yaitu Kesimpulan, Saran, Daftar


Pustaka, Serta Lampiran-lampiran.

14

Anda mungkin juga menyukai