2013
Ahmad Kosasih
Abstract
Minangkabau nagari (local state resembling village) serve as the lowest level of
administration in the Indonesian government as well as the basis for the implementation
and preservation of traditional values based on Islamic sharia. Nagari is not only led by
Wali Nagari as the formal leader but also balanced by Tungku Tigo Sajarangan—a term
for three leaders in the society; Niniak Mamak, Alim Ulama, and Cadiak Pandai—and
Bundo Kanduang as the social leader. Each element has to cooperate and contribute
according to their tasks to achieve the goal of wealthy, prosperous, secure, and peaceful
Nagari community. Those functions will work well if each leader understands,
comprehends, and implements the cultural and religious values as mentioned in
Minangkabau catchphrase “Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah.”
Key words: Nagari, Tungku Tigo Sajarangan, Bundo Kanduang, culture, Syarak
Abstrak
Nagari di Minangkabau selain berfungsi sebagai pusat pemerintahan terendah
dalam wilayah Republik Idonesia juga merupakan basis penanaman dan pelestarian
nilai-nilai adat dan syarak. Kepemimpinan Nagari tidak hanya dilaksanakan oleh Wali
Nagari dan perangkat-peangkatnya sebagai pimpinan formal tapi juga oleh forum Tigo
Tungku Sajarangan (Niniak Mamak, Alim Ulama dan Cadiak Pandai) ditambah dengan
unsur-unsur Bundo Kanduang sebagai pimpinan sosial. Masing-masing unsur harus
saling bekerjasama dan bahu membahu sesuai fungsinya untuk mewujudkan cita-cita
menuju kehidupan masyarakat Nagari yang makmur, sejahtera, aman, damai dan
sentosa. Fungsi-fungsi tersebut akan dapat berjalan dengan baik dan lancar apabila
masing-masing unsur memahami, menghayati dan mengamalkan nilai-nilai adat dan
syari’at Islam seperti tertuang dalam ungkapan “Adat Basandi Syarak- Syarak Basandi
Kitabullah.
Kata kunci: Nagari, Tungku Tigo Sajarangan, Bundo Kanduang, Adat, Syarak
107
Upaya Penerapan Nilai-Nilai …
penyeragaman melalui konsep pemerintahan hukum adat yang memilki batas-batas wilayah
desa, eksistensi Nagari sebagai pemerintahan tertentu dan berwenang untuk mengatur dan
terendah praktis sudah hilang. Pemerintahan mengurus rumah tangganya sendiri dan
terendah dalam wilayah RI yang diakui oleh mengurus kepentingan mayarakatnya sesuai
konstitusi adalah desa, yang sudah barang tentu dengan filosofi ABS-SBK, (2) Setiap Nagari
tidak akan dapat menggantikan sistim peme- dibuatkan peta desa/nagari, (3) Penduduk nagari
rintahan Nagari pada masa-masa sebelumnya. adalah yang bertempat tinggal di nagari dan
Rupanya aspirasi dan keinginan masyarakat mempunyai KTP, (4) Anak nagari adalah putra-
Sumbar untuk kembali kepada sistim putri yang dilahirkan menurut garis keturunan
pemerintahan Nagari mendapat respon positif ibu, dan orang yang diakui dan diterima
dari pemerintahan pusat. Ibarat “kato bajawek sepanjang adat dalam suatu nagari, (5) Nagari
gayuang basambuik” pemerintah menerbitkan berkembang dari taratak, dusun/jorong/Korong,
UU No. 22 tahun 1999 jo UU No. 32 Tahun koto (Gebu Minang, 2011:162-163).
2004. Kemudian Pemda Propinsi Sumatera Sementara itu, Herman Sihombing
Barat segera mengeluarkan Perda No. 9 tahun (1975) mengungkapkan “bahwa Nagari adalah
2000 tentang sistem pemerintahan Nagari, Pemerintahan Desa terrendah di bawah
dimana penyelenggaraan pemerintahan nagari kecamatan dan juga merupakan wilayah,
meliputi supra struktur politik, yaitu Wali kesatuan adat, serta sekaligus merupakan
Nagari (sebagai eksekutif) dan Dewan kesatuan administrasi pemerintahan”. Hal
Perwakilan Anak Nagari atau BPRN (sebagai senada juga diungkapkan Tsyuyoshi Kato
legislatif). Sedangkan Tigo Tungki Sajarangan (1982) “bahwa semasa Adityawarman berkuasa
berfungsi sebagai lembaga infra struktur politik di Minangkabau, nagari itu merupakan daerah
yang se-level dengan kelompok-kelompok otonom dalam lingkungan konfederasi kerajaan
masyarakat. Makalah ini akan mencoba me- Minangkabau dan berhak mengurus diri sendiri.
maparkan bagaimana kedudukan adat dan Struktur pemerintahannya berada di bawah
syarak dalam penyelenggaraan pemerintahan Kerapatan Nagari yang diorganisasi secara
Nagari yang menjadi ciri khas masyarakat musyawarah mufakat oleh para Penghulu, Alim
Minangkabau. Ulama, Cerdik Pandai, dan lembaga tersebut
Permasalahan yang dihadapi ialah belum berfungsi sebagai legislatif. Sedangkan Wali
siapnya perangkat-perangkat pemerintahan Nagari diberi mandat oleh Kerapatan Nagari
Nagari memahami dan mengimplementasikan untuk menjalankan kekuasaan, yang berfungsi
sistim pemerintahan Nagari yang berbasis pada sebagai lembaga eksekutif. Wali Nagari dalam
nilai-nilai “Adat Basandi Syarak – Syarak menjalankan tugasnya dibantu oleh Juru Tulis
Basandi Kitabullah”. Makalah ini mencoba Nagari dan segenap Wali Jorong” (Departemen
menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: P dan K, 1983).
1. Apakah yang dimaksud dengan adat dan Kemudian melalui UU No. 5 Tahun 1979
bagaimana konsep adat Minangkabau itu? terjadi penyeragaman dengan konsep pemerin-
2. Bagaimana keterkaitan antara adat Minang tahan desa. Setelah keluar UU No. 22 tahun
dengan ajaran Islam? 1999 jo UU No.32 Tahun 2004 Pemda Propinsi
3. Bagaimana upaya penerapan nilai-nilai Sumatera Barat mengeluarkan Perda No.9 tahun
“Adat Basandi Syarak-Syarak Basandi 2000, dengan sistem pemerintahan Nagari,
Kitabullah” dalam masyarakat dimana penyelenggaraan pemerintahan nagari
Minangkabau? meliputi supra struktur politik, yaitu Wali
Nagari (sebagai eksekutif) dan Dewan Per-
Pembahasan wakilan Anak Nagari atau BPRN (sebagai
1. Sekilas tentang Pengertian Nagari legislatif). Sedangkan Tigo Tungku Sajarangan
Nagari adalah wilayah geografis berfungsi sebagai lembaga infra struktur politik
Minangkabau, yang merupakan himpunan dari yang selevel dengan kelompok-kelompok
paling sedikit empat suku, mempunyai batas- masyarakat. Menurut A.A Navis (1984),
batas yang jelas, mempunyai pemerintahan se “Nagari sebagai satu kesatuan hukum adat
sendiri dalam pengertian adat, serta mempunyai yang otonom dalam struktur masyarakat
tanah ulayat nagari” (Gebu Minang, 2011:99). Minangkabau minimal memenuhi persyaratan
Selanjutnya, dijelaskan tentang Nagari sebagai fisik: (1) Babalai bamusajik, maksudnya mem-
berikut: (1) Nagari adalah kesatuan masyarakat punyai balai (balairung), tempat roda pe-
108
Vol. XII No.2 Th. 2013
merintahan Nagari diselenggarakan dan mem- Basandi Kitabullah, (4) Menilai dan membahas
punyai mesjid, yang merupakan pusat per- kecenderungan perkembangan dan perubahan
ibadatan seluruh penduduk Nagari itu, (2) social masyarakat Minangkabau, (5) Menyam-
Basuku banagari, maksudnya setiap penduduk paikan petunjuk dan nasihat kepada masyarakat
terbagi dalam kelompok masyarakat yang ber- Minangkabau dalam menanggapi perkembang-
nama suku. Setiap Nagari minimal mempunyai an perubahan social, (6) Memberikan saran
4 (empat) buah suku di bawah pimpinan terpadu kepada pejabat pemerintah mengenai
Penghulunya masing-masing. Banagari mak- masalah yang terkait dengan adat istiadat dan
sudnya ialah setiap penduduk harus jelas asal kebudayaan Minang, (7) Dalam melaksanakan
usulnya, (3) Bakorong Bakampuang, maksud- kegiatannya, Forum Tigo Tungku Sajarangan
nya setiap nagari mempunyai wilayah ke- bekerjasama erat dengan Pemerintah Daerah
diaman. Sedangkan bakampuang artinya mem- dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Gebu
punyai wilayah perkampungan dilingkaran Minang, 2011:109-110).
pusat disebut Korong atau Jorong. Wilayah
perkampungan dinamakan dengan berbagai 2. Pengertian dan Konsep Adat
nama sesuai urutannya, yakni: Koto, Dusun, Kata adat berasal dari bahasa Sanskerta,
dan Taratak yang semuanya disebut Kampuang, yaitu dari “a” = tidak dan “dato”=sesuatu yang
(4) Bahuma babendang, maksudnya ialah pe- bersifat kebendaan. Jadi adat pada hakikatnya
ngaturan keamanan dari gangguan yang datang adalah sesuatu yang bukan bersifat kebendaan
dari luar serta pengaturan informasi resmi (Salmadanis dan Duski Samad, 2003:25). Bila
tentang berbagai hal yang perlu diketahui, (5) kata adat diasumsikan kepada kata ‘adah dalam
Balabuah batapian, maksudnya ialah pengatur- bahasa Arab mengandung makna “kebiasaan
an perhubungan dan lalu lintas serta per- atau tradisi”. Seperti disebutkan dalam pepatah
dagangan. Disamping itu Basawah Baladang, Arab: “tarkul ‘adah ‘adawah” (meninggalkan
maksudnya pengaturan sistem usaha pertanian kebiasaan itu adalah musuh). Sementara itu,
dan harta benda yang menjadi sumber menurut Amir M.S, adat dalam bahasa Minang
kehidupan dan hukum pewarisnya. adalah “peraturan hidup sehari-hari”. Karena
Jadi, Nagari di Minangkabau memiliki itu, bagi orang Minang duduk tegak beradat,
kepemimpinan sosial yang disebut dengan berbicara beradat, berjalan beradat…. (Amir
TigoTungku Sajarangan yaitu ninik mamak, MS, 1987:18). Dari beberapa pendapat seperti
alim ulama, cadiak pandai. Di dalam buku yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan
Pedoman Pengamalan Adat Basandi Syarak… bahwa adat dalam pengertian orang Minang-
ditambahkan dengan kata “dan lain-lain yang kabau adalah norma-norma hidup yang di-
dianggap perlu”. Hal ini mungkin karena adat sepakati dan ditaati bersama dalam rangka
Minang itu sangat terbuka menerima perubahan menciptakan keselarasan, keserasian dan ke-
sepanjang tidak menyalahi ketentuan dan nilai- harmonisan hidup bermasyarakat. Para pencetus
nilai yang terkandung di dalam Adat nan adat Minangkabau dulu banyak berpedoman
Sabana Adat. Forum Tigo Tungku Sajarangan kepada fenomena alam lalu dijadikan sebagai
ini adalah forum musyawarah kepemimpinan aturan hidup. Aturan-aturan tersebut tertuang
social terpadu yang ditambah dengan unsur dalam pepatah-petitih. Mamang, bidal serta
bundo kanduang dan kaum muda, yang di- pantun. Misalnya:
bentuk berdasar kesepakatan. “Panakiek pisau sirawik
Tugas pokok dan fungsi forum Tigo Ambiak galah batang lintabuang
Tungku Sajarangan ini adalah: (1) Memberikan Silodang ambiak ka niru
pelayanan kelembagaan secara terpadu untuk Nan satitiek jadikan lawik
pelaksanaan dan peningkatan fungsi ninik Nan sakapa jadikan gunuang
mamak, alim ulama, cerdik pandai, sebagai Alam takamabang jadi guru”
sekretariat bersama dari “Tungku nan Tigo Pepatah ini mengandung pesan agar kita
Sajarangan” di tingkat nagari, (2) Melaksana- menjadikan alam sebagai bahan penyelidikan
kan pengkajian berlanjut tentang kandungan dan renungan yang kemudian dapat dijadikan
isi/rumusan dan penjabaran Adat Basandi sebagai pedoman dalam mengarungi kehidupan.
Syarak Syarak Basandi Kitabullah di tingkat Karena hokum alam itu sebenarnya adalah
nagari, (3) Memprakarsai dan mendorong hukum yang diciptakan oleh Tuhan Yang
kompilasi kaidah Adat Basandi Syarak Syarak Mahakuasa. Misalnya, adaik api mahanguih-
109
Upaya Penerapan Nilai-Nilai …
kan, adaik aie mambasahi. Dengan demikian aturan tersebut dapat pula diubah berdasarkan
kita sebagai manusia bisa beradaptasi, kesepakatan pihak-pihak yang terkait. Sebagai-
menguasai dan memanfaatkan benda-benda mana tertuang dalam pepatah: “Nan elok di-
tersebut untuk memenuhi hajat kebutuhan ambiak jo mupakaik, Nan buruak dubuang jo
hidup. Firman Allah dalam surat Ali Imran 190: etongan, adat abih jo bakarelaan”. Adat ini
hanya boleh diberlakukan dalam nagari yang
bersangkutan dan tidak boleh dipaksakan
kepada Nagari lainnya. Misalnya, upacara
pengangkatan penghulu, upacara perkawinan
(Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan dsb. Seperti tertuang dalam pepatah: “Adaik
bumi, dan silih bergantinya malam dan siang Salingka Nagari”.
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang c. Adat nan teradat
berakal). Adat nan teradat adalah peraturan-
peraturan yang dibuat dengan kata mufakat oleh
Kategori Adat Minangkabau ninik mamak Pemangku Adat dalam satu
Terdapat empat kategori adat dalam Nagari untuk merealisasikan peraturan pokok
pandangan masyarakat Minangkabau yaitu: dari adat Minangkabau yang disesuaikan situasi
(1) Adat nan sabana adat, (2) Adat nan diadat- dan kondisi setempat. Peraturan ini dapat
kan, (3) Adat nan teradat, dan (4) Adat istiadat. berbeda-beda pada tiap-tiap Nagari. Termasuk
Yang dimaksud dengan Adat nan sabana adat juga ke dalam pengertian adat yang teradat ini
ialah “aturan pokok dan falsafah yang men- menyangkut kebiasaan perorangan atau ke-
dasari kehidupan suku Minang yang berlaku lompok orang dalam kehidupan sehari-hari
turun temurun tanpa terpengaruh oleh tempat, yang boleh ditambah atau dihilangkan se-
waktu dan keadaan sebagaimana tersirat dalam panjang tidak menyalahi alua jo patuik, raso jo
pepatah adat: Nan indak lakang dek paneh, Nan pareso dan agama, yakni agama Islam, yang
indak lapuak dek hujan, Paliang balumuik dek menjadi landasan filosofi hidup orang Minang.
cindawan. Misalnya dalam tata cara atau model ber-
a. Adat nan Sabana Adat pakaian. Dulu anak-anak muda Minang biasa
Adat nan sabana adat ini pada dasarnya memakai sarung bagi laki-laki dan baju kuruang
berlaku umum di seluruh wilayah adat bagi wanita, sedangkan sekarang mungkin
Minangkabau, baik di Luhak nan Tigo maupun sudah berganti dengan memakai celana
di rantau. Adat nan sabana adat itu meliputi panjang. Sebagaimana tertuang dalam pepatah:
silsilah keturunan menurut garis keturunan ibu Lain padang, lain belalang. Lain lubuak lain
(matrilineal), pewarisan harta pusaka secara ikan. Lain Nagari lain adatnyo.
turun temurun menurut garis keturunan ibu, d. Adat Istiadat
perkawinan dengan pihak luar persukuan, dan Yang dimaksud dengan Adat Istiadat
falsafah “alam takambang jadi guru”. Semen- ialah peraturan yang dibuat oleh ninik mamak
tara itu Idrus Hakimi (1978:104) menegaskan pemangku Adat, merupakan suatu wadah untuk
bahwa yang dimaksud dengan adat nan sabana menampung setiap kesukaan atau penyaluran
adat ialah sesuatu hendaklah menurut ketentuan aspirasi masyarakat sepanjang tidak bertentang-
alam takambang jadi guru, dan seharusnya an dengan jiwa Adat Minang yang menjunjung
menurut alur dan patut, menurut agama Islam tinggi budi luhur (akhlak). Atau aneka kelazim-
(syarak), menurut perikemanusiaan, yang se- an dalam satu Nagari yang mengikuti pasang
nantiasa menghayati budhi luhur dan tingg. naik dan pasang surut dalam suatu masyarakat.
Seperti tertuang dalam pepatah: Misalnya dalam berkesenian, olah raga, tata
Api mambaka, aie mambasahi, tajam cara penyambutan tamu, upacara perkawinan
malukoi, runciang mancucuak, gunuang dsb. Adat ini termasuk dalam pepatah: adat nan
bakabuik, lurah baraie, lawik barombak, babuhu sentak atau peraturan yang lentur dan
bukik barangin. dapat diubah dengan kesepakatan. Seperti
b. Adat nan Diadatkan tertuang dalam pepatah:
Yang dimaksud dengan adat nan diadat- “Masaklah padi rang Singkarak, Masak-
kan ialah peraturan yang disepakati oleh nyo batangkai-tangkai
masing-masing Nagari yang dapat berbeda-beda Jarang bana buah nan mudo, Kabek
antara satu Nagari dan Nagari lainnya. Per- sabalik buhua sentak
110
Vol. XII No.2 Th. 2013
Jaranglah urang kamaungkai, Datang dengan istilah “Kato nan Ampek”. Yakni: Kato
nan punyo tangga sajo” Mandaki kepada yang lebih tua, Kato Mandata
kepada teman sama besar, Kata Manurun
Kategori yang terakhir ini memilki daya kepada yang lebih muda/kecil, dan Kata
lentur yang paling tinggi maksudnya paling Malereng yaitu kata berkias misalnya antara
mudah untuk berubah sesuai dengan situasi dan mamak rumah dengan urang sumando atau
kondisi yang ada. Sedangkan yang paling antara mintuo jo minantu.
rendah daya lenturnya adalah tingkat paling atas Pertanyaan yang sering dikemukakan
yaitu Adat nan Sabana Adat. Seperti tertuang oleh anak-anak muda Minang, terutama yang
dalam pepatah: “Indak lakang dek paneh, indak lahir di perantauan ialah: Bisakah sendi
lapuak dek ujan”. dipasangkan kemudian, sedangkan sendi itu
adalah fondasi? Jawabannya, bisa! Jika kita
3. ABS-SBK Sebagai Landasan Filosofi melihat sedikit ke belakang yakni sejarah
Masyarakat Minangkabau orang-orang Minang dalam mendirikan rumah
“Adat Basandi Syarak Syarak Basandi di zaman dulu ternyata sandi (sendi) itu
Kitabullah” adalah sebuah adagium yang di- memang dipasang kemudian setelah rumah
jadikan sebagai landasan filosofi hidup ke- tersebut berdiri. Dengan terpasangnya sendi
masyarakatan orang Minangkabau sejak ber- tersebut rumah akan semakin kokoh. Demikian
abad-abad yang lalu. Yang dimaksud dengan pula kedatangan ajaran Islam ke Minangkabau
syarak disini adalah syari’at atau agama Islam telah memperkokoh esensi dan kedudukan adat
yang datang menyusul setelah orang Minang- itu sendiri sebagai landasan sekaligus pedoman
kabau memiliki adat, sedangkan yang dimaksud hidup untuk tercapainya keserasian dan
dengan Kitabullah disini ialah Al-Qur`an yang keselarasan hubungan antara manusia dengan
menjadi sumber pokok utama ajaran Islam. Sang Pencipta, manusia dengan sesama
Sebelumnya konon orang Minangkabau me- manusia, dan manusia dengan alam. Seperti
miliki landasan falsafah hidupnya: “Adat tertuang dalam pepatah:
basandi Alua jo Patuik”. Alua adalah alur atau “Si Muncak mati tarambau,
aturan-aturan yang lazim sedangkan patuik Kaladang mambao ladiang
adalah sesuatu yang pantas sesuai dengan akal Lukolah paho kaduonyo
sehat dan kehalusan budi. Maksudnya, orang Adaik jo syarak di Minangkabau
Minang harus dapat meletakkan sesuatu pada Bak aua jo tabiang
tempatnya yang tujuannya adalah untuk men- Sanda manyanda kaduonya”.
ciptakan keadilan dan sekaligus menghindari Sanda manyanda mengandung makna
persengketaan antara sesama warga masyarakat saling memperkuat dan memperkokoh ibarat
sehingga tercipta kehidupan yang rukun dan pohon bambu dengan tebing tempat ia berpijak.
damai. Dengan kedatangan agama Islam ke
Minangkabau dan setelah menempuh proses 4. Nilai-Nilai Adat dan Keislaman Sebagai
serta perjuangan yang sangat panjang didapati- Pedoman Hidup Orang Minang
lah sebuah kesepakatan antara tokoh-tokoh adat Kata nilai merupakan terjemahan dari
dan kaum ulama dalam sebuah keputusan yang kata value dalam bahasa Inggris (John M.
dikenal dengan “Kesepakatan Bukit Marapalam Echols dan Hassan Shadily, 1993:626). Kata ini
” sehingga lahir ungkapan: “Adat Basandi lazim digunakan di dalam bahasa Indonesia
Syarak-Syarak Basandi Kitabullah” (ABS- untuk menunjuk beberapa pengertian, antara
SBK). Kemudian diteruskan dengan ungkapan: lain; harga (taksiran harga), angka kepandaian,
“Syarak Mangato, Adat Mamakai” seperti ponten, sifat-sifat, dan hal-hal yang penting atau
tertuang dalam pepatah: Gantang di bodi berguna bagi kemanusiaan misalnya, “nilai-
Caniago, Cupak dijadikan ka sukatan, Adat nilai agama yang perlu kita indahkan” (W.J.S.
mamakai syarak mangato, Ujuik satu balain Poerwadarminta, 2002:677). Adapun yang di-
jalan. Maksudnya, apa yang dititahkan oleh maksud dengan nilai-nilai sehubungan dengan
syarak diterapkan melalui adat. Misalnya, Islam adat Minangkabau ialah “hal-hal yang penting
mengajarkan umatnya agar berkata atau atau berguna” sehingga dijadikan panutan dan
berbicara dengan sopan dan arif bijaksana pedoman yang amat dihargai, dijunjung tinggi
sesuai dengan situasi dan kondisi lawan bicara, serta dipelihara dalam kehidupan sehari-hari
lalu diterjemahkan ke dalam pepatah adat sebagai orang Minang. Nilai-nilai itu bersifat
111
Upaya Penerapan Nilai-Nilai …
abstrak, tertuang dalam ungkapan-ungkapan dengan urat yang kuat, batangnya berdiri
pepatah-petitih, pantun, mamang dan bidal yang kokoh, daunnya rindang sehingga dapat dijadi-
dijadikan sebagai pedoman dalam mengarungi kan sebagai tempat berlindung. Maksudnya,
kehidupan baik individu, keluarga maupun seorang pemimpin/penghulu haruslah memiliki
masyarakat. Nilai-nilai tersebut menjadi landas- kewibawaan serta keperibadian yang kuat
an, alur dan pedoman dalam melaksankan sehingga disegani oleh masyarakat atau anak
berbagai aktivitas hidup. Berikut ini adalah kemenakannya baik di waktu senang maupun
contoh nilai-nilai luhur adat dalam kehidupan susah. Namun di sisi lain ia hanya sebagai
masyarakat Minangkabau. orang yang didahulukan selangkah, ditinggikan
seranting karena itu ia tidak boleh merasa besar
a. Tentang Pemimpin dan Kepemimpinan dan benar sendiri, gadangnyo indah malendo
Suatu masyarakat memerlukan seorang (besarnya tidak meremahkan orang lain).
pemimpin yang dipilih secara musyawarah dan Karena itu, seorang pemimpin/penghulu harus
mufakat. Masyarakat Minang terkenal dengan memiliki tingkat kesabaran yang tinggi seperti
masyarakat yang egaliter yaitu menjunjung tertuang dalam ungkapan “ba alam leba”
nilai-nilai kesetaraan antara sesama warga maksudnya berjiwa besar, lapang dada (sabar)
masyarakat, berbeda dengan budaya Jawa yang dan harus tahan kritik. Hal itu tertuang dalam
terkenal dengan feodalismenya. Masyarakat pantun berikut:
Minang juga terkenal dengan masyarakat yang “Guntiang nan dari Ampek Angkek
suka bermusyawarah untuk mengambil Dibao anak Mandiangin
kemufakatan serta suka bergotong-royong. Hal Bao manurun ka Saruaso
ini sesuai dengan prinsip ajaran Islam Kok datang gunjiang jo upek
sebagaimana firman Allah dalam surat Ali- Sangko sitawa jo sidingin
Imran ayat 159: Baitu pamimpin sabananyo”.
(Dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak- keluarga bapaknya ia hanya dianggap anak
anak Adam, Kami angkut mereka di daratan pisang maksudnya anak dari saudara-saudara-
dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari nya yang laki-laki yang tinggalnya biasanya di
yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka rumah dalam kaum ibunya. Karena posisi dan
dengan kelebihan yang sempurna atas fungsi wanita (ibu) dalam struktur kekerabatan
kebanyakan makhluk yang telah Kami orang Minang, maka wanita sangat dihargai,
ciptakan). nasibnya amat diperhatikan melebihi anak laki-
laki. Misalnya dalam pemanfaatan harta pusaka
Karena manusia punya saling keter- kaum seperti rumah, sawah ladang dan ladang
gantungan satu sama lain, orang Minang sangat akan diperuntukkan buat anak perempuan.
menghargai kebersamaan. Seperti tertuang Sedangkan anak laki-laki di dalam kaumnya
dalam pepatah: “Duduak surang ba sampik- kalau sudah dewasa akan berperan sebagai
sampik, Duduak basamo balapang-lapang, “mamak” yang diberi kekuasaan untuk meme-
Kato surang dibulati, Kato basamo di- lihara harta pusaka kaumnya. Dia boleh me-
musyawarahkan”. Untuk menjaga kebersamaan ngambil manfaat namun ia akan merasa malu
hendaklah sesuai kata dengan perbuatan seperti memiliki sebagai peruntukan selagi masih ada
dalam pepatah: “Kamudiek saantak galah, “dunsanak padusi” (saudara perempuannya),
Kahilie sarangkuah dayuang, Saciok baayam, apalagi menjualnya. Karena itu, seorang wanita
Sadanciang bak basi, Sakato lahie dengan dalam kaumnya dalam pandangan adat Minang
batin” Sasuai muluik dengan hati”. Sehubung- disebut Bundo Kanduang. Sehubungan dengan
an dengan ini ajaran Islam memesankan hal tersebut pepatah adat mengatakan:
sebagaimana firman Allah dalam Surat Ali “Bundo kanduang, Limpapeh rumah
Imran ayat 103: nan gadang, Umbun puro pegangan
kunci, Hiayasan di dalam kampuang,
Sumarak dalam nagari, Kok iduik
katampek banasa, Kalau mati katampek
baniaik, Ka unduang-unduang ka
Madinah, Ka payuang panji ka sarugo”.
Di dalam adat Minang nasib wanita
sangat terjamin karena ia memiliki rumah,
sawah dan ladang sebagai sumber mata
pencaharian. Karena itu, tidak ada istilah hidup
(Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali terlantar bagi wanita Minang, meskipun ia tidak
(agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai punya suami atau diceraikan oleh suaminya.
berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepada- Hubungan antara suami dan istrinya ibarat sigai
mu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) ber- (tangga) dengan anau (pohon aren). Wlaupun
musuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan anau dan sigai saling membutuhkan, namun bila
hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat terjadi perceraian yang tak bisa dielakkan,
Allah, orang-orang yang bersaudara; dan pohon anau akan tetap pada tempatnya, hanya
kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu sigai yang pergi. Maksudnya, bila terjadi
Allah menyelamatkan kamu dari padanya. perceraian antara suami dan istri dalam sebuah
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya rumah tangga, si istri akan tetap tinggal di
kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk). dalam rumahnya bersama anak-anaknya,
sedangkan suami akan pergi ke tempat lain.
f. Pandangan terhadap wanita dan Suami tidak akan menuntut harta dan rumah
kedudukannya tersebut, dia rela memberikan kepada mantan
Karena Minangkabau menganut asas istrinya dan anak-anaknya.
garis keturunan matrilinial, persukuan orang Di dalam ajaran Islam kedudukan se-
Minang adalah mengikuti suku ibunya. Misal- orang perempuan/Ibu sangat mulia dan di-
nya, jika ayahnya berasal dari suku Malayu dan hormati. Disebutkan dalam hadis Nabi bahwa
ibunya dari suku Tanjuang, maka anak-anaknya ketika seorang laki-laki bertanya kepada
akan mengakui sukunya adalah Tanjuang. Rasulullah tentang siapakah orang yang patut
Tidak mungkin ia akan mengakui bersuku didahulukan untuk berbakti ya Rasulullah?
Malayu (suku bapaknya) sebab di kalangan Rasul berkata: “Ibumu”. Kemudia beliau di-
115
Upaya Penerapan Nilai-Nilai …
tanya lagi, siapa lagi ya Rasulullah? beliau disusun secara bertingkat berasaskan “bajanjang
berkata: “Ibumu”. Kemudian beliau ditanya naiak batanggo turun”. Seorang Pangulu atau
lagi, siapakah lagi ya Rasulullah? Beliau Datuak harus terlahir dari seorang Ibu yang
bekata: “Ibumu”. Kemudian beliau ditanya lagi, saudaranya menyandang gelar Datuak. Istilah-
siapakah lagi ya Rasulullah? Beliau menjawab: nya “karambie tumbuah di mato”, “patah
“Bapakmu” (H.R.Muslim). tumbauh”. Sistim Lareh Bodi Caniago yang
Ini menunjukkan betapa tinggi dan berasal dari pemikiran Dt. Parpatih Nan
mulianya kedudukan seorang Ibu dalam ajaran Sabatang, disusun secara mendatar berasaskan
Islam. “duduak samo randah, tagak samo tinggi”.
Suku dipimpin oleh seorang Pangulu Andiko,
g. Tentang Susunan Masyarakat yang dipilih secara demokrasi dari suku yang
Di dalam struktur kemasyarakatan bersangkutan dengan melibatkan urang nan
Minangkabau terdapat fungsi-fungsi yang ampek jinih. Istilahnya, “ilang baganti” dan
sudah ditetapkan secara adat dan secara turun penggantinya tidak mesti berasal dari orang
temurun yang disimbulkan melalui gala (gelar yang memilki hubungan darah dengan Sang
atau sebutan). Misalnya orang nan Ampek Jinih Datuak, tapi bisa dari anak laki-laki yang lain
yaitu: Niniak mamak, Cadiak pandai, Alim dalam suku tersebut yang dipandang cakap dan
ulama, dan Bundo kanduang. Masing- pantas menyandang jabatan sebagai Datuak (St.
masingnya akan memainkan peranannya sesuai Mahmoed dan A.Manan Rj. Pangulu, 1978:71).
dengan fungsinya untuk kemajuan suatu Sedangkan sistim Lareh Nan Panjang memuat
masyarakat. Apabila salah satunya mandeg atau unsur-unsur dari kedua sistim tersebut, memilih
tidak berfungsi menurut semestinya akan lemah mana yang dipandang baik dari keduanya sesuai
dan rusaklah masyarkat tersebut. Fungsi-fungsi tuntutan situasi dan kondisi yang ada. Biasanya
tersebut seperti digambarkan dalam pepatah: berlaku pada derah-daerah yang jauh dari
Tentang Niniak Mamak/pangulu pengaruh kekuasaan keudua sistim tersebut.
“Niniek Mamak, Nan Gadang basa Untuk melakukan tindakan antisipasi
batuah, Nan dianjuang tinggi atau preventif pangulu harus tanggap dengan
Mambalah maampalau, Mampek man- situasi yang terjadi serta bahaya yang akan
datakan dihadapi. Karena itu ia harus melakukan upaya-
Mamacik naraco adie, Mamagang upaya seperti tertuang dalam pepatah: Malantai
bungka nan piawai” sabalun lapuak, Maminteh sabalun anyuik.
Maksudnya, seorang pangulu atau niniak
Tugas pangulu yang begitu besar dan mamak harus tanggap terhadap persoalan-
berat itu disebutkan dalam pepatah: persoalan yang akan membahayakan anak
“Pangulu lantai Nagari, Kamalantai kemenakannya, kaum keluarganya serta Korong
dusun jo taratak, Kamalantai koto jo kampuangnya dan segera melakukan tindakan-
Nagari, Malantai Korong jo kampuang, tindakan antisipasi sebelum yang dikhawatirkan
Malantai surau jo musajik, Malantai itu terjadi.
labuah jot apian, Malantai anak
kamanakan”. h. Tentang Cadiak pandai
Kaum cadiak pandai juga disebut dengan
Istilah pangulu dalam struktur adat jabatan manti. Peran mereka sangat besar dalam
Minangkabau digunakan untuk pemimpin kaum membantu terciptanya suasana masyarakat yang
atau suku yang diberi gelar dengan datuk. rukun, damai dan berkemajuan. Istilah yang
Pangulu harus tumbuh atau dipilih dari seorang lebih popular sekarang untuk cadiak pandai itu
laki-laki yang berasal dari suku menurut garis ialah para cedekiawan, yaitu orang-orang
kekerabatan matrilineal. Sehubungan dengan ini terpelajar dan terdidik, memilki ilmu dan
ada tiga sistim yang berlaku di Minangkabau pengalaman yang luas terutama di bidangnya.
yang disebut dengan istilah: Lareh Koto Mereka digambarkan dalam pepatah sbb:
Piliang, Larah Bodi Caniago, dan Lareh Nan “Urang nan cadiek candokio, surato arih
Panjang (Gebu Minang, 2011:96-97). Sistim bijaksano, Nan tau diunak
Lareh Koto Piliang konon menurut tambo me- kamanyangkuik, Tau dirantiang ka
rupakan hasil pemikiran Dt. Katumanggungan, mancucuak, Tau diombak nan
basabuang, Tau diangin nan basuruik,
116
Vol. XII No.2 Th. 2013
Tau dialamat kato sampai, Alun bakilek Sehubungan dengan ini Rasulullah bersabda:
lah bakalam, Takilek ikan dalam aie lah “Sesungguhnya Allah tidak akan men-
tanto jantan jo batinonyo, Ikan takilok cabut ilmu itu sekali gus dari dada umat
jalo tibo”. tetapi akan mencabutnya dengan men-
cabut para ulama. Sehingga apabila
i. Tentang Alim Ulama tidak tersisa lagi orang alim, maka umat
Ulama juga memiliki posisi sentral dalam akan menjadikan orang-orang bodoh
Nagari di Minangkabau sesuai dengan pepatah (juhala`) sebagai mam (pemimpinnya).
“adaek basandi syarak-syarak basandi Mereka (ulama) akan ditanya (tentang
kitabullah”. Keberadaan ulama sangat dibutuh- berbagai persoalan), maka ia akan
kan oleh masyarakat sebagai tempat bertanya berfatwa tanpa didasari oleh ilmu, maka
persoalan-persoalan keagamaan, kedudukan ia telah sesat dan menyesatkan”
hukum sesuatu. Di samping itu ia harus dapat (H.R. Bukhari).
menjadi suri tauladan dalam segala kebaikan
dan pengayom serta pembimbing umat kepada j. Tentang Bundo Kanduang
jalan keselamatan hidup dari dunia sampai ke Istilah bundo merupakan terjemahan dari
akhirat. Sehubungan dengan hal itu pepatah kata bunda yang berarti ibu. Sedangkan kata
menyebutkan: kanduang adalah terjemahan dari kata kandung
“Alim ulama suluah bendang dalam atau kandungan/peranakan, maksudnya ialah
Nagari, Nan tau di hala (halal) dengan ibu yang mengandung dan melahirkan anak-
haram, Tau disyah dengan bata (batal), anak. Di dalam buku Pedoman Adat Basandi
Nan tau syari’at jo hakikat”. Syarak- Syarak Basandi Kitabullah…, disebut-
Sesuai fungsinya sebagai pengayom dan kan bahwa bundo kanduang dalam arti yang
pembimbing, seorang ulama harus selalu luas “adalah seluruh perempuan Minangkabau
menambah ilmu dan pengalamanya. Dia tidak yang sudah berumah tangga, dan penerus garis
boleh berhenti belajar karena masyarakat selalu keturunan menurut adat, yang silsilah ke-
berkembang dan maju dan persoalan-pesoalan turunannya diuraikan dalam ranji”. Sedangkan
baru akan muncul, dan masyarakat akan budo kanduang dalam arti luas adalah adalah
menanyakan kepadanya. Alim Ulama juga “seluruh perempuan Minangkabau yang sudah
disebut dalam pepatah: “Palito nan tak namuah berumah tangga, dan selain memegang peranan
padam, duduaknyo bacamin kitab, tagak nan dalam melanjutkan keturunan….. juga me-
rintang jo pituah”. Selain itu mereka harus ngemban peran sebagai pemelihara nilai-nilai
dapat menampilkan dirinya sebagai contoh moral dan akhlak di dalam masyarakat” (Gebu
teladan yang baik bagi masyarakat dalam Minang Pusat, 2011:106). Di dalam adat
akhlak dan ketaatannya kepada Allah. Sebagai- Minang, posisi dan peran seorang ibu atau
mana firman Nya dalam Surat Fathir ayat 28: perempuan dalam kaumnya sangat kuat dan
kokoh. Di dalam masyarakat Minang yang
menganut garis kekerabatan matrilineal, peng-
hargaan serta penghormatan terhadap wanita
sangat tinggi. Hal ini tergambar dalam pepatah:
“Bundo kanduang, Limpapeh rumah nan
(Sesungguhnya yang takut kepada Allah di gadang, Umbun puro pegangan kunci,
antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Hiayasan di dalam kampuang, Sumarak
Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha dalam nagari, Kok iduik katampek
Pengampun). banasa, Kalau mati katampek baniaik,
Sebaliknya, dari pihak umat/masyarakat Ka unduang-unduang ka Madinah, Ka
harus pula pandai menempatkan ulama pada payuang panji ka sarugo”.
posisinya, hormatilah mereka, dengarlah pituah Di dalam ajaran Islam kedudukan se-
dan nasehatnya, sebab kaum ulama termasuk orang perempuan/Ibu sangat mulia dan di-
makhluk langka di dalam masyarakat. Pada hormati. Allah berfirman:
saatnya, Allah akan memanggil mereka ke
hadirat-Nya, maka sebelum mereka dipanggil
Yang Mahakuasa ambillah segera ilmunya.
117
Upaya Penerapan Nilai-Nilai …
Simpulan Ekonisia.
Nagari di Minangkabau selain berfungsi Gebu Minang. 2011. Pedoman Pengamalan
sebagai pusat pemerintahan terendah dalam Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi
wilayah Republik Idonesia juga merupakan Kitabullah Syarak Mangato Adat
basis penanaman dan pelestarian nilai-nilai adat Mamakai, Alam Takambang Jadi
syarak. Kepemimpinan Nagari tidak hanya Guru. Jakarta: Penerbit Gebu Minang.
dilaksanakan oleh Wali Nagari dan perangkat-
Hakimi, Idrus. 1978. Rangkaian Mustika
peangkatnya sebagai pimpinan formal tapi juga
Adat Basandi Syarak di Minangkabau.
oleh forum Tigo Tungku Sajarangan (Niniak
Bandung: CV. Rosdakarya.
Mamak, Alim Ulama dan Cadiak Pandai)
ditambah dengan unsur-unsur Bundo Kanduang Khaidir, Afriva. 2013. Pendidikan Karakter
sebagai pimpinan sosial. Masing-masing unsur Sebuah Refleksi Pendekatan dalam
harus saling bekerjasama dan bahu membahu Ilmu Humaniora. Padang: Sukabina
sesuai fungsinya untuk mewujudkan cita-cita Press.
menuju kehidupan masyarakat Nagari yang Kosasih, Ahmad. 2011. Peranan Lembaga
makmur, sejahtera, aman, damai dan sentosa. Pendidikan Tinggi Dalam Pendidikan
Fungsi-fungsi tersebut akan dapat berjalan Politik dan Kebangsaan Bagi
dengan baik dan lancer apabila masing-masing Masyarakat Daerah. Makalah Seminar
unsur dapat memahami, menghayati dan Pendidikan Politik bagi Masyarakat
mengamalkan nilai-nilai adat dan syari’at Islam Daerah yang diselenggarakan atas
seperti yang tersimpul dalam ungkapan “Adaek kerjasama Lembaga Centra Parlementaria
Basandi Syarak- Syarak Basandi Kitabullah, (LPC) Jakarta dengan Kesbangpol
Syarak Mangato Adaek Mamakai, Alam Kemendagri RI, tanggal 16 Mei 2011 di
Takambang Jadi Guru”. Untuk itu semua, baik Pasar Baru Bayang.
pemimpin formal maupun pemimpin social ……………..., 2003. HAM Dalam Perspektif
Nagari dan semua unsur pemangku adat harus Islam: Menyingkap Persamaan dan
dibekali sedini mungkin dengan pengetahuan Perbedaan Antara Islam dan Barat.
yang memadai tetang adat dan Syari’at Islam. Jakarta: Salemba Diniyah.
Mahmud, St dan A. Manan Rajo Pangulu. 1978.
Daftar Rujukan Himpunan Tambo Minangkabau dan
Adat Basandi Syarak Nilai dan Aplikasinya Bukti Sejarah. T.K.P: T.T.P.
Menuju Kembali ke Nagari dan Surau.
Jakarta: P.T.Kartika Insan Lestari Press. Panuh, Helmi. 2012. Pengelolaan Tanah
Ulayat Nagari Pada Era Disentralisasi
Ali, Maulana Muhammad. 1980. Islamologi Pemerintahan di Sumatera Barat.
(Dinul Islam). Jakarta: P.T.Ichtiar Baru- Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Van Hoeve.
Piliang, Edison dan Nasrun Dt. Marajo Sungut.
Amir M.S. 1987. Tonggak Tuo Budaya 2013. Tambo Minangkabau Budaya
Minang. T.K.P: C.V. Karya Indah. dan Hukum Adat Minangkabau.
……………., 2011. Adat Minangkabau Pola Bukittinggi: Kristal Multimedia.
dan Tujuan Hidup Orang Minang. Sabiq, Sayyid. 1987. Fikih Sunnah (terj.) Jld.
Jakarta: Citra Harta Prima. 14. Bandung: P.T. Al-Ma’arif.
Anshori, Abdul Ghofur. 2002. Hukum Ke-
warisan Islam di Indonesia Eksistensi
dan Adabtabilitas. Yogyakarta:
119