Anda di halaman 1dari 43

A.

Judul : “Peran Lembaga Adat Dalam Penyenggaraan Pemerintahan Desa

di Desa Lendang Nangka Kecamatan Masbagik”

B. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara yang menganut asas desentralisasi

dalam pemerintahan dan memberikan kesempatan ke daerah untuk

melaksanakan otonomi daerah. Seperti yang dinyatakan dalam pasal 18

Undang-Undang Dasasr 1945 yang menyatakan bahwa Negara Kesatuan

Republik Indonesia dibagi menjadi provinsi-provinsi dan provinsi-provinsi

dibagi atas kabupaten dan kota, memiliki sendiri pemerintah daerah yang

diatur dengan undang-undang. Pasal 6 PP No. 7 tahun 2008 menyatakan,

(1) pemerintah dapat menugaskan ke pemerintahan desa untuk

menyelenggrakan urusan pemerintahan tertentu. (2) dalam kementrian atau

lembaga penugasan wajib memperoleh persetujuan dari presiden. (3)

Presiden memberi persetujuan tugas setelah mendapat pertimbangan dari

Menteri Dalam Negeri, Menteri Keuangan, dan Menteri penanggung

jawab perencanaan pembangunan nasional.1

Dalam suatu daerah atau desa akan ada pemerintahan bersama

pertimbangan. Pelaksanaan otonomi daerah dengan menggunakan asas

desentralisasi, memposisikan pemerintah daerah untuk membuat kebijakan

yang tepat situasi dan kondisi, masing-masing daerah yang memberikan

peluang bagi pemerintah daerah untuk beradaptasi dengan sistem

pemerintahan. Berdasarkan Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang

1
Sarman, Mohammad taufik Makarao, Hukum Pemerintahan Daerah Di Indonesia,
(Jakarta: Rineka Cipta 2011), H. 82

1
Desa dalam Bab I ayat (1) Desa adalah desa adat yang disebut dengan

nama lain yang selanjutnya disebut dengan desa merupakan kesatuan

masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah untuk mengatur dan

mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat

berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, atau hak tradisional yang

diakui dan dalam sistem pemerintahan Republik Indonesia.2

Pemerintahan desa merupakan pemerintahan yang paling rendah

karena Desa adalah pemerintahan di bawah kabupaten dan kota, desa

memiliki otonomi yang sejati dan utuh, pemerintah juga berkewajiban

menghormati yang dimiliki oleh desa yaitu otonomi yang memiliki adat.

Penyelenggaraan pemerintahan desa merupakan subsistem dari sistem

pemerintahan, sehinnga desa memiliki kewenangan untuk mengatur dan

mengurus kepentingan warganya, sehingga semua program kerja untuk

mewujudkan hal tersebut perlu adanya perangkat desa dengan masyarakat

setempat. Di Indonesia khususnya di provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB)

yang terdiri dari beberapa suku dan berbagai adat istiadat, dari keragaman

tersebut sering kita jumpai adat dan tradisi yang berlaku dalam suatu

masyarakat tertentu, oleh karena itu dengan adanya lembaga adat dalam

suatu pemerintahan desa sangat penting membantu dalam penyelenggaraan

pemerintahan untuk membentuk kebiasaan masyarakat agar lebih terarah.

Lembaga adat adalah lembaga sosial yang dibentuk di suatu

masyarakat hukum adat tertentu, dengan yurisdiksi dan atas aset kekayaan

dalam wilayah hukum adat. Lembaga adat memiliki hak dan kewenangan
2
Ibid, Hlm. 16

2
dalam mengelola, mengatur, dan bahkan memecahkan berbagai masalah

masyarakat terkait dengan adat dan hukum adat yang berlaku di daerah,

bahkan tingkat kepatuhan masyarakat terhadap setiap kebijakan atau

keputusan dewan adat masih cukup tinggi, meskipun ada adat dan lembaga

adat dan keanekaragamannya sangat bergantung pada faktor geografis, di

mana semakin besar wilayah maka semakin komplit perbedaan antara adat

yang satu dengan yang lainya.3

Lembaga adat sebagai wadah organisasi musyawarah untuk

menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat kepada pemerintah,

menyelesaikan berbagai permasalahan yang ada di masyarakat yang

berkaitan denagn hukum adat, kebaradaan lembaga adat untuk

menciptakan hubungan yang demokratis, harmonis, dan memberdayakan

masyarakat dalam rangka mendukung peningkatan penyelenggaraan

pemerintahan, dan kesejahteraan masyarakat pedesaan. Lembaga adat

adalah lembaga yang menjalankan fungsi adat.4 Pendapat lain

menyebutkan bahwa lembaga adat desa adalah lembaga sosial yang

terbentuk dalam suatu masyarakat hukum adat tertentu yang memiliki

wilayah hukum dan hak atas harta kekayaan dalam wilayah hukum adat,

serta berhak dan berwenang untuk mengatur, mengurus, dan

3
Munir salim, Adat Sebagai Wadah Perekat Untuk Mempertahankan Persatuan Ri,
Jurnal Jurisprudentie, Volume 3 nomor 1 (Desember, 2016), Hlm. 3.
4
Sigit Sapto Nugroho & Sarjiyati, Masyarakat Hukum Adat (Mha): Studi Penguatan
Kapasitaas Lembaga Adat Desa Melalui Pembentukan Peraturan Desa, Jurnal Fundemental Vol.
10 No. 2 Juli-Desember 2021, Hlm. 118

3
menyelesaikan berbagai persoalan kehidupan masyarakat desa yang

berkaitan dengan adat dan hukum adat yang berlaku.5

Pada umumnya yang membedakan desa dengan desa adat hanya

pelaksanaan peraturan tentang pelestarian masyarakat hukum

adat,perdamaian, kesejahtraan dan peraturan penyelenggaraan

pemerintahan berdasarkan tatanan semula. Pada saat ini desa dengan desa

adat mendaptkan perlakuan yang sama dari pemerintah dalam

menjalankan tugas pemerintahan desa dalam rangka memajukan desa,

melakukan perubahan desa dan melaksanakan peraturan pemerintah desa

yang efektif dalam melaksanakan pembangunan desa dan memberikan

pembinaan kepada masyarakat setempat. Dengan adanya lembaga adat

yang berlaku disuatu desa dalam menjalankan sistem pemerintahan di

desa, dimana lahir hukum adat yang keputusannya berasal dari pemimpin

adat dalam meyelesaikan berbagai sengketa di desa, yang tidak

bertentangan dengan kepercayaan masyarakat dan hukum yang berlaku.6

Bedasarkan hasil observasi awal peneliti di Desa Lendang Nangka,

peneliti menemukan bahwa lembaga adat di Desa Lendang Nangka adalah

lembaga yang berperan penting dalam urusan adat istiadat, pembangunan

dan penyelenggaraan pemerintahan desa, dimana lembaga adat yang ada di

desa Lendang Nangka berperan penting dan turut andil dalam

pelaksanaannya pemerintah. Membentuk Desa Lendang Nangka yang

5
Firman Sujadi. Dkk. (2016). Pedoman Umum Penyelenggaraan Pemerintahan Desa
Landasan Hukum Dan Kelembagaan Pemerintahan Desa, Jakarta: Bee Media Pustaka, Jakarta.
Hal. 309
6
Laksanto Utomo.(2016). Hukum Adat. Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada. Hal. 1

4
maju. Adanya lembaga adat di Desa Lendang Nangka, Kecamatan

Masbagik Kabupaten Lombok Timur, memiliki pengaruh yang sangat kuat

dalam kehidupan masyarakat, ditaati dan dituruti masyarakat dilihat dari

kemampuan mengatur dan melaksanakan kebiasaan dan mengurus

masalah-masalah sosial di masyarakat menurut adat, untuk itu para

pemimpin dan lembaga adat harus memahami hal ini dan memaksimalkan

perannya di Desa Lendang Nangka Kecamatan Masbagik Kabupaten

Lombok Timur.7

Oleh karena itu, peneliti sangat tertarik untuk melakukan penelitian

tesis dengan judul : “Peran Lembaga Adat dalam Penyelenggaraan

Pemerintahan Desa di Desa Lendang Nangka Kecamatan Masbagik”

Penelitian ini sangat penting, hal ini dilakukan karena peneliti ingin

mengetahui bagaimana Peran Lembaga Adat dalam Penyelenggaraan

Pemerintahan Desa Lendang Nangka.

C. Rumusan Masalah

1. Apakah Peran Lembaga Adat dalam Penyelenggaraan Pemerinthan

Desa di Desa Lendang Nangka?

2. Bagaimana Tinjauan Hukum Tentang Peran Lembaga Adat dalam

Peyelenggaraan Pemerintahan Desa di Desa Lendang Nangka?

D. Tujuan dan Manfaat

1. Tujuan

1) Untuk mengetahui bagaimana Peran Lembaga Adat dalam

Penyelenggaraan Pemerintahan Desa di Desa Lendang Nangka


7
Observasi Awal, Desa Lendang Nangka, Tanggal 24 Februari 2022

5
2) Untuk mengetahui Tinjauaan Hukum Tentang Peran Lembaga

Adat dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Desa di Desa Lendang

Nangka

2. Manfaat

a. Manfaat Teoritis

Sebagai informasi tambahan dalam mengembangkan

pengetahuan-pengetahuan tentang Peran Lembaga Adat dalam

Penyelenggaraan Pemerintahan Desa di Desa Lendang Nangka.

b. Manfaat Praktis

1. Bagi penulis, memberikan wawasan dan pengetahuan tentang

Peran Lembaga Adat dalam Penyelenggaraan Pemerintahan

Desa di Desa Lendang Nangka.

2. Bagi masyarakat, sebagai bahan bacaan yang diharapkan

tambahan pengetahuan tentang lembaga adat.

E. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian

1. Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti membuat batasan-batasan peneliti

yang akan dilakukan untuk mempermudah pembahasan dan

mempermudah proses manajemen dan agar fokus peneliti dapat terarah.

Ruang lingkup yang diambil dalam penelitian ini adalah Peran Lembaga

Adat dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Desa di Desa Lendang

Nangka.

2. Setting Penelitian

6
Setting penelitian ini adalah tempat dimana peneliti melakuan

penelitian yaitu di Desa Lendang Nangka, Kecamatan Masbagik,

Kabupaten Lombok Timur. Desa Lendang Nangka ini dipilih dengan

alasan, sebuah lokasi desa yang sangat kental dengan adat dan memiliki

lembaga adat yang berperan dalam penyelenggaraan pemerintahan desa.

F. Kajian Teori

1. Lembaga Adat

a) Pengertian Lembaga Adat

Dari segi budaya, lembaga adat diartikan sebagai bentuk

organisasi adat yang terdiri dari pola prilaku, peran, dan hubungan

yang relatif tetap diarahkan dan mengikat individu, memiliki

kewenangan formal dan sanksi hukum adat dalam rangka pemenuhan

kebutuhan dasar.8 Adapun arti lain dari lembaga adat merupakan

pranata sosial yang terbentuk dalam suatu masyarakat hukum adat

tertentu, dengan yuridiksi dan atas aset wilayah hukum adat. 9 Selain

itu, pendapat lain menyatakan bahwa lembaga adat desa adalah

lembaga sosial yang terbentuk dalam suatu masyarakat hukum adat

tertentu yang memiliki wilayah hukum dan hak atas harta kekayaan

dalam wilayah hukum adat, serta mempunyai hak dan wewenang

untuk mengatur, mengurus , dan menyelesaikan berbagai masalah dari

8
Mukhtomi Dkk. Sinergi Pemerintah Daerah Dan Lembaga Adat Dalam
Melaksanakan Pelestarian Kebudayaan (Studi Pada Budaya Suku Tengger Bromo
Sabrang Kulon Des Tosari Kecamatan Tosari Kabupaten Pasuruan. (Jurnal Administrasi
Publik (Jap) Vol l, No. 2,) H. 33
9
Munir Salim, Adat Sebagai Wadah Perekat Untuk Mempertahankan Persatuan
Ri, Jurnal Jurisprudentie, Vol 3 No 1 (Desember, 2016), Hlm. 3.

7
kehidupan masyarakat desa, terkait dengan adat dan hukum adat yang

berlaku.10

Menurut Hilman Hadikusuma, lembaga adat adalah tempat atau

organisasi dimana saat menyelesaikan masalah atau konflik

musyawarah antar perangkat adat yang dapat disebut musyawarah

adat. Dimana musyawarah adat dilakukan dalam masyarakat untuk

mewujudkan tujuan hidup bersama menurut hukum adat.11 Dalam

peraturan Menteri Dalam Negeri No. 23 Tahun 1997 menjelaskan:

Lembaga adat sebagai organisasi masyarakat baik yang sengaja

dibentuk maupun yang tumbuh dan berkembang secara alami dalam

masyarakat yang bersangkutan atau dalam masyarakat hukum adat

yuridiksi tertentu dan hak milik dalam yuridiksi tersebut, hukum adat

yang mempunyai hak dan wewenang untuk mengatur, mengurus dan

menyelesaikan berbagai masalah kehidupan yang berkaitan dengan

adat dan hukum adat setempat.12

Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kedudukan

lembaga adat sangat strategis dalam menampung aspirasi masyarakat

adat dan proses penyelesaian sengketa antar anggota masyarakat

hukum adat dan antar wilayah adat, serta antara masyarakat hukum

adat dengan pemerintah secara arif dan bijaksana dengan berpegang

10
Firman Sujadi. Dkk. (2016). Pedoman Umum Penyelenggaraan Pemerintahan
Desa Landasan Hukum Dan Kelembagaan Pemerintahan Desa, Jakarta. Hal. 309
11
Hilman Hadikusuma, 1981, Hukum Ketatanegaraan Adat, Alumni Bandung,
Hal. 8 94
12
Syafudinddin Iskandar, Eksistensi Lembaga Adat Sebagai Mitra Kerja Pemerintahan
Daerah,(Jakarta Pustaka Setia, 2013), H. 5

8
pada norma-norma adat berdasarkan syariah dan kitab Allah, serta

aturan adat yang mengatur segala aspek kehidupan bermasyarakat,

baik dalam manajemen pemerintah.13

b) Funsi Lembaga Adat

Keberadaan lembaga adat pada dasarnya tidak dapat dipisahkan

dari budaya suatu masyarakat, dan fungsinya adalah memelihara,

melaksanakan, dan melestarikan adat istiadat yang berlaku pada

masyarakat secara turun-temurun. Peran lembaga adat desa dalam

pewaris budaya adalah untuk mensosialisasikan norma dan adat

istiadat yang terjadi di masyarakat. Hal ini karena lembaga adat

memiliki fungsi yang sangat penting dan strategis sebagai sebuah

organisasi masyarakat, yaitu sebagai mediator dalam penyelesaian

konflik dan memiliki tugas dan tanggung jawab dalam mengatur

pelaksanaan adat sebagai warisan dari generasi sebelumnya, dan akan

memberikan hukuman atau sanksi bagi warga yang melanggar adat itu

sendiri.14

Dalam permendagri Nomor 18 Tahun 2018 tentang

kelembagaan kemasyarakatan desa dan lembaga adat desa menjelaskan

bahwa fungsi lembaga adat desa untuk membantu pemerintahan desa

dan sebagai mitra dalam memberdayakan,melestarikan dan

13
Supian, Selfi Mahat Putri, Dan Fatonah, Peranan Lembaga Adat Dalam Melestarikan
Budaya Melayu Jambi, Urnal Titian: Vol. 1, No. 2, Desember 2017, Hlm. 192
14
Surojo Wignjodipuro, Pengantar Dan Asas-Asas Hukum Adat, (Gunung Agung: Jakarta,
1983), Hal. 38

9
mengembangkan adat istiadat sebagai bentuk pengakuan adat istiadat

penduduk desa. Fungsi lain dari lembaga adat desa adalah:

1. Melindungi identitas budaya dan hak tradisional masyarakat hukum

adat termasuk kelahiran, kematian, perkawinan, dan unsur

kekerabatan lainnya .

2. Melestarikan hak ulayat tanah adat, hutan adat, dan aset dan/atau

aset adat lainnya untuk penghidupan penduduk, melestarikan

lingkungan, dan mengatasi kemiskinan di desa.

3. Mengembangkan musyawarah mufakat untuk pengambilan

keputusan dalam musyawarah desa.

4. Mengembangkan nilai-nilai tradisional dalam penyelesainya

sengketa warisan, tanah dan konflik dalam interaksi manusia.

5. Pengembangan nilai-nilai tradisional ketentraman dan ketertiban

dalam masyarakat desa.

6. Mengembangkan nilai adat untuk kesehatan, pendidikan

masyarakat, kegiatan seni budaya, lingkungan hidup dan lain-lain.

7. Mengembangkan kerja sama dengan lembaga adat desa lainya.15

Dengan demikian, lembaga adat desa sebagai mediator dalam

penyelesaian konflik keluarga memiliki banyak fungsi seperti

menampung dan menyalurkan pendapat masyarakat ke pemerintah

serta menyelesaikan perselisihan yang menyangkut hukum adat dan

15
Permendagri Nomor 18 Tahun 2018 Tentang Lembaga Kemasyarakatan Desa Dan
Lembaga Adat Desa, Bab lii Pasal 10

10
kebiasaan masyarakat setempat. Memberdayakan dan melestarikan

adat istiadat atau kebiasaan masyarakat yang positif.

Dalam tatanan suatu pemerintahan desa merupakan tempat

dibentuknya kelompok dalam rangka mencapai visi dan misi bersama,

di dalam suatu desa terdapat berbagai macam lembaga dimana setiap

desa mempunyai peran dan fungsinya masing-masing dalam

memajukan pembangunan desa, adanya lembaga adat yang ada di desa

sangat membantu aparatur desa dalam menyelesaikan berbagai

permasalahan yang ada di desa, karena pemerintah telah menyerahkan

urusan desa kepada perangkat desa sesuai dengan visi dan misi yang

ada.

Berdasarkan kajian dalam mata kuliah hukum adat universal

memiliki prinsip-prinsip hukum adat sendiri yang memiliki nilai-nilai

antara lain:

1) Prinsip gotong royong yang telah tertanam dalam jiwa masyarakat

yang menimbulkan jiwa sosial yang sangat tinggi dan eksistensi

kehidupan dalam masyarakat, yang dalam perkembangannya

membawa dampak perubahan dari internal maupun eksternal.

2) Asas kedua hukum adat yang memiliki nilai universal adalah asas

fungsi dan rasa memiliki masyarakat, sebagai awal dari kehidupan

tradisional masyarakat adat, asas ini memiliki 2 unsur, yaitu: asas

fungsi sosial dan asas milik internal publik.

11
3) Asas persetujuan sebagai dasar kekuasaan umum, asas ini

hakikatnya merupakan satu unsur demokrasi Indonesia asli yang

senantiasa tercermin implementasinya dalam tata kehidupan

masyarakat tradisional.

4) Asas perwakilan dan permusyawaratan dalam sistem

pemerintahan. Asas ini merupakan ciri-ciri khas demokrasi asli

yang telah ada dan dibina dalam kehidupan dan penghidupan

bangsa Indonesia sejak dahulu kala.16

c) Dasar Hukum Lembaga Adat

Dalam suatu pemerintahan desa atau daerah, adanya

lembaga penyelengaraan pemerintahan desa merupakan suatu

struktur yang telah diatur dalam Undang-Undang termasuk tentang

lembaga adat desa, yang mana lembaga adat desa memiliki

wewenang untuk mengatur, mengurus dan menyelenggarakan

pemerintahan desa, agar tercapainya visi misi dan berkembangnya

suatu desa yang berkaitan dengan adat istiadat dan hukum adat

yang berlaku. Sebagaimana tertuang dalam pasal 95 Undang-

Undang Desa No 6 Tahun 2014, pemerintah desa dan masyarakat

desa dapat membentuk lembaga adat desa. Lembaga adat desa

merupakan suatu lembaga yang tetap melestarikan adat istiadat dan

hukum adat yang berlaku dan menyelenggarakan fungsi adat

istiadat yang menjadi tatanan asli desa.

16
R. Soerojo Wignojodipiro, Kedudukan Serta Perkembangan Hukum Adat Setelah
Kemerdekaan, (Jakarta: Gunung Agung, 1983), H. 61-79.

12
Selain adanya peraturan yang mengatur tentang lembaga

adat, ada juga peraturan yang mengatur tentang desa adat yang

diatur dalam permendagri No. 111 Tahun 2014 yang mengatur

mengenai peraturan desa adat. Peraturan desa adat diatur dalam

ketentuan lain-lain pada pasal 30 ayat (1) dimana disebutkan

bahwa peraturan desa adat disesuaikan dengan hukum adat dan

norma adat istiadat yang berlaku di desa adat sepanjang tidak

bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.17

d) Peran Lembaga Adat dengan Pemerintah Desa

Dalam sebuah keorganisasian lembaga adat mempunyai

peran, fungsi, tugas, wewenang dan tugas masing-masing, dan

tugas lembaga adat dalam peraturan Lembaga Adat Besar Republik

Indonesia Nomor: 1 Tahun 2009 pasal 3 yaitu:

1. Menampung dan menyalurkan opini masyarakat kepada

pemerintah dan perselisihan tentang hukum adat dan adat

istiadat masyarakat lokal.

2. Memberdayakan dan melestarikan adat atau kebiasaan

masyarakat positif dalam upaya memperkaya dan

memberdayakan budaya lokal masyarakat dalam

penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan

pengembangan masyarakat.

17
Firman Sujadi, Dkk, Pedoman Umum Penyelenggaraan Pemerintahan Desa Landasan
Hukum Dan Kelembagaan Pemerintahan Desa, H. 347

13
3. Menciptakan hubungan yang demokratis dan harmonis serta

objektif antara kepala adat dengan pejabat pemerintah.

4. Untuk melaksanakan tugas yang dimaksud, lembaga adat

mempunyai: fungsi melaksanakan kegiatan pendataan dalam

rangka perumusan kebijakan untuk mendukung kelancara

penyelenggaraan pemerintahan, kesinambungan pengembangan

dan pengembangan masyarakat.18

Dalam tatanan pemerintahan desa, lembaga adat berperan

menjalankan pemerintahan desa, sebagaimana dijelaskan dalam

Peraturan Lembaga Adat Rpublik Indonesia Nomor : 1 Tahun 2009

Pasal 3 diatas, dimana lembaga adat dan pemerintah desa berperan

masing-masing di desa untuk menjalankan tugasnya masing-

masing demi mencapai tujuan desa. Dimana lembaga adat turut

serta membantu kelancaran pemerintahan, pembangunan

masuarakat khususnya dalam menjaga adat istiadat setempat, demi

menjaga keragaman. Dalam menjalankan perannya, pemerintah

desa dalam menjalankan tugasnya memerlukan kerja sama dengan

lembaga adat, dimana pemerintah desa memiliki kewenangan

untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat, dalam

masyarakat terdapat campur tangan lembaga adat.

Dalam sebuah lembaga desa, seorang kepala adat memiliki

peran penting di dalamnya, sebagai program biasa akan berjalan


18
Sigit Sapto Nugroho Dan Sarjiyati, Masyarakat Hukum Adat: Studi Penguatan Kapasitas
Lembaga Adat Desa Melalui Pembentukan Peraturan Desa Jurnal Fundamental volume. 10
Nomor. 2. Juli-Desember 2021 H. 121

14
jika kepala aktif menjalankan fungsi lembaga adat itu sendiri dan

adapun kewenangan kepala adat itu sendiri, antara lain:

1. Mengintervensi transaksi penjualan tanah

2. Pengambilan tanah di wilayah desa untuk waktu tertentu untuk

kepentingan desa.

3. Untuk menunjukan tanah yang kembali dikuasai oleh hak

ketuhanan untuk penduduk desa lainya sebagai penduduk desa

baru.

4. Untuk ikut campur dalam perbuatan hukum yang paling

penting seperti: jemput anak, asuh anak dibawah umur

(perwalian), pertunangan/perkawinan/perceraian dan

pembagian harta.19

Kewenangan kepala adat di atas dalam adat berarti:

tertentu, yaitu tidak hanya melakukan perbuatan yang bersangkutan

hanya tindakan yang jelas, tetapi juga terkait erat kesejahteraan

spritual masyarakat pedesaan.

2. Pemerintah Desa

a) Pengertian Pemerintahan Desa

Desa adalah suatu tempat dimana masyarakatnya tinggal

bersama-sama,memiliki kebiasaan, norma dan prosedur yang sama

dalam mengatur kehidupan sosial. Dalam ilmu sosiologi, desa

dalam pengertian komunitas diartikan sebagai gemeinschaft yang


19
Sigit Sapto Nugroho Dan Sarjiyati, Masyarakat Hukum Adat: Studi Penguatan Kapasitas
Lembaga Adat Desa Melalui Pembentukan Peraturan Desa Jurnal Fundamental volume. 10
Nomor. 2. Juli-Desember 2021 H. 122

15
berarti suatu kehidupan bersama dalam suatu wilayah tertentu,

dimana anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni,

bersifat alamiah dan kekal. Biasanya sistem sosial seperti ini dapat

dijumpai dalam kehidupan keluarga dan kelompok kekerabatan

yang hidup di pedesaan atau organisasi pedagang, petani, nelayan

atau kelompok masyarakat yang tinggal di perkotaan.20

Dalam penyelenggaraan desa diperlukan organisasi dan

pemimpin yang bisa menggerakkan masyarakat untuk

berpartisipasi dalam melaksanakan pembangunan desa dan

melaksanakan administrasi desa. Desa memiliki pemerintahan

sendiri yang disebut pemerintah desa, yang artinya menurut

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Pasal 1 Tentang Desa

“Pemerintahan Desa adalah penyelenggara urusan” pemerintahan

dan kepentigan masyarakat lokal dalam sistem pemerintahan

Negara Kesatuan Republik Indonesia”. Unsur penyelenggaraan

pemerintahan desa yaitu kepala desa atau yang disebut dengan

nama lain dibantu oleh perangkat desa.

Pemerintahan desa adalah penyelenggara urusan

pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem

pemerintahan Negara Republik Indonesia. Pemerintah Desa

merupakan organisasi pemerintah desa yang memiliki struktur

pemerintahan yang dipimpin oleh seorang kepala desa dan dibantu

20
Arief Semeru, Kedudukan Pejabat Kepala Desa Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan
Desa, Jkmp, Volume 4, Nomor 1, Maret 2016 H. 49

16
prangkat desa. Pemerintah desa sebenarnya adalah pemerintah

terdekat dengan masyarakat pada tingkat yang paling rendah (level

terendah dalam hirarki sistem ketatanegaraan Indonesia). Sehingga

sekecil apapun pemerintahan desa tetap memiliki peran dan posisi

yang strategis dalam pelayanan publik dan pemberdayaan

masyarakat. Karna itu untuk dapat memberdayakan masyarakat

dan menjalankan funsi pelayanan, desa harus diberdayakan di

sektor apapun.21

Dalam kehidupan bernegara diperlukan pemerintah untuk

mengatur rakyat, melindungi rakyat, dan memenuhi kebutuhan

rakyat karena sifat negara memiliki sifat pemaksaan, monopoli,

dan mencakup keduanya, semua wilayah dan batas dapat dikuasai

dan diawasi serta dapat dikelola dengan mudah. Setiap daerah

memiliki pemerintah dan aparatur pemerintahannya sendiri, mulai

dari desa, kelurahan, kecamatan, kabupaten, povinsi, dan

pemerintah pusat.22

b) Tugas dan Fungsi Pemerintahan Desa

Kepala desa adalah kepala pemerintahan desa yang

memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa. Kepala desa

bertugas menyelenggarakan pemerintahan desa, melaksanakan

pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan

masyarakat. Merujuk pada permendagri Nomor 84 Tahun 2015


21
Sugiman, Pemerintahan Desa, Jurnal Binamulia Hukum, volume. 7 No. 1, Juli 2018, H.
83
22
Ibid, H. 84

17
tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja (SOT) Pemerintahan

Desa, untuk melaksanakan tugasnya, kepala desa mempunyai

fungsi sebagai beriku:

a) Menyelenggarakan pemerintahan desa,seperti administrasi

pemerintahan, menetapkan peraturan di desa, membina

masalah pertahanan, membangun ketentraman dan ketertiban,

melakukan upaya perlindungan masyarakat, administrasi

kependudukan, penataan, dan pengelolaan wilayah.

b) Melaksanakan pembangunan, seperti pembangunan

infrastruktur pedesaan dan pembangunan di bidang pendidikan

kesehatan

c) Pengembangan masyarakat, seperti pelaksanaan hak dan

kewajiban masyarakat, partisipasi masyarakat, sosial budaya,

agama, dan pekerjaan.

d) Pemberdayaan masyarakat, seperti tugas sosialisasi dan

motivasi masyarakat di bidang budaya, ekonomi, politik,

lingkungan, pemberdayaan keluarga, pemuda, olahraga dan

kelompok pemuda; dan

e) Memelihara hubungan kemitraan dengan lembaga dan lembaga

masyarakat lainnya.23

c) Tujuan Pemerintah Desa


23
Ibid, H. 85

18
Pemerintah desa memiliki tujuan untuk mencapai tujuan

desa itu sendiri, dan tujuan tersebut diantaranya:

1) Dari sudut pandang politik, bertujuan untuk menjaga

negara tetap tegak dan utuh Kesatuan Republik

Indonesia berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945

yang dituangakan dalam perturan pemerintah yang

memberikan kesempatan partisipasi masyarakat dalam

mekanisme pelaksanaan pemerintahan dan

pembangunan.

2) Dari perspektif formal dan konstitusional, yang

bertujuan untuk melaksanakan ketentuan dan amanat

Undang-Undang Dasar 1945 dan undang-undang lainya

untuk mengelola desa.

3) Dari sudut pandang oprasional, yang bertujuan untuk

meningkatkan kegunaan dan hasil penyelenggaraan

pemerintahan di desa khususnya dalam

penyelenggaraan pembangunan dan pengabdian kepada

masyarakat.

4) Dalam hal penyelenggaraan pemerintahan, yang

bertujuan untuk lebih memudahkan dan mengatur

penyelenggaraan pemerintahan agar dapat dilaksanakan

19
secara efektif, efisien dan produktif dengan menerapkan

prinsip rule of law dan demokrasi.24

Dalam pemerintahan desa terdapat tatanan desa

yang mendukung program pemerintahan desa demi

terwujudnya visi dan misi desa dalam mensejahtrakan

masyarakat. Dimana tujuan dari peraturan desa adalah:

1) Memberikan pengakuan dan penghormatan terhadap

desa yang ada dengan keanekaragamannya sebelum

dan sesudah terbentuknya Negara Kesatuan

Republik Indonesia.

2) Memberikan kejelasan status dan kepastian hukum

desa dalam sistem ketatanegaraan Negara Kesatuan

Republik Indonesia guna mewujudkan keadilan bagi

seluruh rakyat Indonesia.

3) Melestarikan dan memajukan adat, tradisi dan

budaya masyarakat desa.

4) Mendorong prakarsa, gerakan, dan partisipasi

masyarakat desa untuk mengembangkan potensi dan

aset desa untuk kesejahtraan bersama.

5) Membentuk pemerintahan desa yang profesional,

efisien, terbuka, dan bertanggung jawab.

24
Khairuddin Tahmid, Demokrasi Dan Otonomi Penyelenggara Pemerintahan Desa,
Bandar Lampung, Penerbitan Fakultas Syari’ah Raden Intan Lampung, 2004, H. 20

20
6) Meningkatkan pelayanan publik bagi masyarakat

desa dalam rangka percepatan terwujudnya

kesejahtraan umum.

7) Meningkatkan ketahanan sosial budaya masyarakat

pedesaan dalam rangka mewujudkan masyarakat

desa yang mampu menjaga kesatuan sosial sebagai

bagian dari ketahanan nasional.

8) Memajukan perekonomian masyarakat pedesaan

dan mengatasi kesenjangan pembangunan nasional.

9) Penguatan masyarakat pedesaan sebagai subyek

pembangunan.25

d) Hubungan Pemerintah dengan Lembaga Adat

Penyelenggaraan pemerintahan desa merupakan subsistem

penyelenggaraan pemerintahan, sehingga desa mempunyai

kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan

masyarakat, penyelenggaraan ini adalah kepala desa yang

bertanggung jawab kepada badan permusyarawatan desa dan

menyampaikan laporan penyelenggaraan pemerintahan kepada

bupati. Keberadaan desa merupakan cermin utama berhasil atau

tidaknya penyelenggaraan pemerintahan suatu negara dan

terselenggaranya kehidupan demokrasi di daerah.26 Asas-asas

pemerintahan menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999,


25
Laksanto Utomo. 2016. Hukum Adat, H. 201
26
Fikri Jamal, Netralitas Perangkat Desa Dalam Penyelenggaraan Pemilihan Kepala Desa,
Jurnal Ilmu Hukum Volume 4, Nomor. 1 Agustus 2021, H. 109

21
asas-asas umum penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia

meliputi:

1) Asas kepastian hukum adalah asas dalam suatu negara

hukum yang mengutamakan dasar peraturan perundang-

undangan, kepatutan, dan keadilan dalam setiap

kebijakan penyelenggara negara.

2) Asas tertib penyelenggaraan negara adalah asas yang

menjadi dasar ketertiban, keserasian, dan keseimbangan

dalam penguasaan dan penyelenggaraan negara.

3) Asas keterbukaan adalah asas yang membuka diri

terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi

yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang

penyelenggaraan negara dengan tetap memperhatikan

perlindungan rahasia pribadi, golongan, dan negara.

4) Asas proporsionalitas adalah asas yang mengutamakan

keseimbangan antara hak dan kewajiban penyelenggara

negara.

5) Asas profesionalisme adalah asas yang mengutamakan

keahlian berdasarkan kode etik dan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

6) Asas akuntabilitas asas yang menentukan bahwa setiap

kegiatan dan hasil akhir kegiatan penyelenggara negara

harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat

22
atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan negara yang

tinggi, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.27

Penggunaan asas yang berlaku dalam sistem pemerintahan

Indonesia harus seimbang dalam penggunaannya, asas

desentralisasi dilaksanakan bersama-sama dengan tugas

dekontruksi dan pembantuan dalam penyelenggaraan pemerintahan

di daerah. Dalam menjalankan tugas pemerintahan desa tidak

hanya menjalankan tugasnya sendiri, tetapi dibantu oleh aparatur

lain yang salah satunya adalah lembaga adat, disinilah terdapat

keterkaitan antara pemerintahan desa dengan lembaga adat,

sebagaimana tertuang dalam peraturan Lembaga Besar Adat

Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009 tentang Pemberdayaan,

pelestarian, perlindungan, dan pengembangan adat dan lembaga

adat dalam wilayah Kesatuan Republik Indonesia dalam BAB IX

pasal 14 angka 1 yang menyatakan: Hubungan lembaga adat

dengan pemerintahan desa bersifat kemitraan, musyawarah, dan

koordinatif.

Dari peryataan diatas dapat disimpulkan bahwa lembaga

adat dan pemerintah desa memiliki keterikatan karena untuk

mencapai tujuan desa dan lembaga adat dalam menjalankan sistem

pemerintahan desa, terkadang memiliki berbagai tugas, dimana

27
Siswanto Sunarno, Hukum Pemerintah Daerah di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2008, H. 33-
34

23
pemerintahan desa fokus pada pengembangan anggran desa dan

seterusnya, sedangkan lembaga adat lebih fokus pada pemeliharaan

adat, masyarakat adat dan masalah adat.

G. Telaah Pustaka

Telaah pustaka adalah pengembangan dari penelitian sebelumnya

atau karya terkait untuk menghindari duplikasi dan memastikan keaslian

dan validitas penelitian yang dilakukan. Berdasarkan hal terebut di atas

dalam upaya pencarian yang dilakukan peneliti saat ini, guna mendapatkan

hasil penelitian sebelumnya sebagai bahan pembanding objek kajian yang

penting dalam penelitian ini.

Karya ilmiah sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian penulis

adalah sebagai berikut:

1) Skripsi ditulis oleh Rifan Darmawan dengan judul “Peran

Lembaga Adat dalam Mewujudkan Kerukunan Umat

Beragama di Desa Siompin Kecamatan Suro Kabupaten Aceh

Singkil”. Dari fakultas Ushuluddin dan filsafat Ushuluddin

Islam Negeri Ar-Raniry BandaAceh, 2018.28

Fokus penelitian diatas adalah pada Lembaga Adat

dalam Mewujudkan Umat Beragama. Metode yang digunakan

dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan

pendekatan kualitatif. Hasil penelitian ini adalah lembaga adat

desa Siompin menyelesaikan konflik antar umat beragama, dan


28
Rifan Ridwan, “Peran Lembaga Adat Dalam Mewujudkan Kerukunan Umat Beragama
Di Desa Siompin Kecamatan Suro Kabupaten Aceh Singkil”, ( Skripsi, Universitas Islam Negeri Ar-
Ranniry Banda Aceh,2019).

24
mendamaikan kedua belah pihak, dengan melakukan

musyawarah dengan menghadirkan pejabat tinggi dari kalangan

muslim maupun non muslim serta menghadirkan beberapa

pihak pemerintah, sehingga dapat mengambil keputusan.

Adapun persamaan penelitian ini, keduanya membahas

tentang peran lembaga adat. Sedangkan perbedaan dalam

penelitian ini, peneliti sekarang membahas tentang peran

lembaga adat dalam penyelenggaraan pemerintahan desa di

desa Lendang Nangka. Sedangkan penelitian yang dilakukan

oleh Rifan Darmawan ini membahas tentang peranan lembaga

adat dalam mewujudkan kerukunan umat beragama di desa

Siompin Kecamatan Suro Kabupaten Aceh Singkil.

2) Skripsi yang ditulis oleh Muvita Ayu Anjassari berjudul

“Peranan Lembaga Adat dalam Penyelenggaraan Pemerintahan

Desa Dalam Perspektif Hukum Islam”. Fakultas Syariah,

Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, 2019.29

Fokus penelitian di atas adalah pada “ Peranan

Lembaga Adat Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Desa

Dalam Perspektif Hukum Islam”. Metode yang digunakan

dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan

pendekatan kualitatif. Adapun hasil penelitiannya, bahwa pada

menjalankan peran dan tugasnya, berdasarkan peraturan Daerah


29
Muvita Ayu Anjassari,”Peran Lembaga Adat Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan
Desa Prespektif Hukum Islam” ( Skripsi Fakultas Syari’ah Universitas Islam Negeri Raden Intan
Lampung, 2019).

25
Provinsi Lampung Nomor 2 Tahun 2008 tentang Lembaga

Adat yang telah tertuang di dalamnya, meskipun lembaga adat

tidak selalu mengambil bagian dalam penyelenggaraan desa,

karena antara lembaga adat dan pemerintahan desa memiliki

kontrol masing-masing, dimana dalam menjalankan program

pemerintahan desa, kepala desa selalu berkoordinasi dengan

kepala adat desa kesugihan, sehingga meminimalisir konflik

atau perbedaan pemahaman antara lembaga adat dan aparat

pemerintahan, dan menghindari hambatan yang mungkin

terjadi dalam menjalankan program penyelenggaraan

pemerintahan desa. Sehingga dapat dikatakan lembaga adat

yang ada di desa kesugihan telah berperan dalam

penyelenggaraan pemerintahan desa sesuai dengan peraturan

Lembaga Besar Adat Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009

pasal 3 tentang peranan adat atau institusi.

Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Muvita Ayu

Anjassari dengan penelitian saat ini adalah sama-sama

membahas tentang peran lembaga adat. Sedangkan perbedaan

dalam penelitian ini, peneliti sekarang membahas tentang

“peran lembaga adat dalam penyelenggaraan pemerintahan

desa di desa Lendang Nangka. Sedangkan penelitian yang

dilakukan oleh Muvita Ayu Anjassari, membahas tentang peran

26
lembaga adat dalam penyelenggaraan pemerintahan desa dari

perspektif Hukum Islam”.

3) Skripsi yang ditulis oleh Muhammad Amrullah dengan judul

Fungsi Lembaga Adat dalam Pelestarian Nilai-Nilai Budaya

Pemuda di Desa Pandang Tambak Kecamatan Way Tenong

Lampung Barat. Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi,

Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, 2021.30

Fokus penelitian di atas adalah pada fungsi lembaga

adat dalam melestarikan nilai-nilai budaya generasi muda di

desa Pandang Tambak Kecamatan Way Tenong Lampung

Barat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode penelitian kuantitatif. Hasil penelitian ini menemukan

bahwa lembaga adat dalam menjalankan fungsinya dalam

melestarikan nilai-nilai budaya generasi muda di Desa Padang

Tambak dilakukan dengan cara meningkatkan kesadaran

masyarakat akan pentingnya budaya sebagai identitas bangsa,

melestarikan budaya dengan berpartisipasi dalam pelestarian

dan implementasinya,mempelajarinya secara dalam, kemudian

mensosialisasikannya kepada masyarakat agar mereka tertarik

untuk turut serta menjaga dan melestarikan serta

memeliharanya.

30
Muhammad Amrullah, Fungsi Lembaga Adat Dalam Melestarikan Nilai-Nilai Budaya
Pemuda-Pemudi Di Desa Padang Tambak Kecamatan Way Tenong Lampung Barat, ( skeripsi,
Universitas Islam Negeri Raden Lampung, 2021).

27
Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Muhammad

Amrullah dengan penulis membahas tentang fungsi lembaga

adat. Sedangkan perbedaan penelitian ini, penelitian yang

dilakukan oleh Muhammad Amrullah lebih fokus membahas

fungsi lembaga adat dalam melestarikan nilai-nilai budaya

generasi muda. Sementara itu, peneliti kini fokus membahas “

Peran Lembaga Adat dalam Penyelenggaraan Pemerintahan

Desa di Desa Lendang Nangka.

H. Metode Penelitian

1. Pendekatan Peneliti

Dalam melaksanakan penelitian, peneliti menggunakan jenis

penelitian dengan pendekatan kualitatif. Metode kualitatif sering

disebut sebagai metode penelitian naturalistik karena penelitiannya

dilakukan dalam kondisi alami.31 Penelitian kualitatif ini disebut juga

penelitian dengan metode interpretif karena data penelitian lebih

banyak berkaitan dengan interpretasi terhadap data yang ditemukan di

lapangan, jadi pendekatan ini lebih ditunjukan untuk menemukan

jawaban yang valid atas masalah yang akan diselidiki secara alami.32

Pendekatan kualitatif ini bertujuan untuk mengungkapkan fakta

atau peristiwa yang terjadi sebagaimana adanya berdasarkan kondisi

dan kondisi yang sebenarnya tanpa rekayasa apapun, dalam hal ini

berkaitan dengan, untuk menjelaskan, peranan lembaga adat dalam

31
Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta, 2009, Hal. 13
32
Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Pt Raja Grofindo Persada, 2009, Hal. 350

28
penyelenggaraan pemerintahan desa di desa Lendang Nangka.33

Metode kualitatif sering disebut sebagai metode naturalistik karena

penelitian dilakukan dalam kondisi alamiah.

2. Kehadiran Peneliti

Untuk memperoleh informasi mengenai data yang valid,

peneliti harus datang langsung ke lokasi dimana penelitian itu berada,

dengan demikian, mereka dapat mengetahui lebih dekat dengan subjek,

dengan demikian peneliti dengan subjek akan lebih terbuka dalam

menyampaikan beberapa hal yang berkaitan dengan data yang diteliti.

Sebelum peneliti berada di lokasi penelitian, peneliti harus mendapat

rekomendasi dari desa yang bersangkutan, agar dapat hadir langsung di

lokasi penelitian, dengan adanya peneliti di lokasi, sangat berpengaruh

dalam mengumpulkan data dan informasi yang dibutuhkan sebenarnya

dalam memperoleh (murni) hasil penelitian ilmiah.

Kehadiran peneliti di lokasi penelitian secara langsung sebagai

penanya atau bisa disebut pewawancara. Dalam penelitian kualitatif,

teknik pengumpulan data yang utama adalah observasi dan wawancara

yang dilakukan secara bersama-sama, artinya dalam melakukan

wawancara peneliti juga dapat melakukan observasi.34 Peneliti dapat

berhubungan langsung dengan peran lembaga adat di desa Lendang

Nangka yang menjadi objek penelitian dalam memperoleh data yang

diinginkan.
33
Husein Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis, Cet. 11, Jakarta: Pt
Raja Grafindo Persada, 2011, H. 42
34
Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta, 2009, Hal. 332

29
3. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di desa Lendang Nangka. Penulis

memilih lokasi ini sebagai tempat penelitian karena didasari oleh

beberapa pertimbangan yaitu karena Desa Lendang Nangka merupakan

desa yang sangat kental dengan adat istiadatnya, selain itu lembaga

adat yang ada di Desa Lendang Nangka memiliki daya tarik tersendiri

dalam pemerintahan Desa Lendang Nangka.

4. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data itu

diperoleh. Sumber data dalam melakukan penelitian kualitatif adalah

kata-kata, tindakan, dan selebihnya merupakan data tambahan seperti

dokumentasi dan lain-lain.35 Sumber data dalam penelitian ini

dibedakan dari sumber fata primer dan sumber data sekunder. Untuk

lebih jelasnya akan dijelaskan sebagai berikut:

a. Sumber data primer

Sumber data primer adalah sumber data yang diperoleh

secara langsung dari orang atau lembaga yang memiliki

wewenang dan tanggung jawab untuk pengumpulan atau

penyimpanan dokumen atau sumber data primer yang

dikumpulkan secara langsung dari objek penelitian.36

35
Ibid, H. 193
36
Suharsimi Arikunto, Prosedur Peneliian, Jakarta: Rineka Cipta, 1998, H. 114

30
b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah dokumen atau literatur

dari internet, buku jurnal dan sebagainya. Pengumpulan data

sekunder dilakukan dengan mengambil atau menggunakan

sebagian atau seluruh kumpulan data yang telah dicatat atau

dilaporkan.37 Sumber data sekunder dalam penelitian ini

diperoleh dari hasil dokumentasi tertulis atau berupa poto-poto

terkait peran lembaga adat dalam penyelenggaraan

pemerintahan desa di desa Lendang Nangka.

Adapun penelitian yang di jadikan sasaran sumber data

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kepala Desa Lendang Nangka

2. Kepala adat Desa Lendang Nangka

5. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa teknik

dalam pengumpulan data, yaitu sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi adalah suatu proses mengamati, merekam,

dan memusatkan perhatian dengan menggunakan seluruh panca

indera terhadap suatu kegiatan yang tersusun secara sistematis

baik langsung pada objek penelitian.38 Tenik observasi

dibedakan dari observasi partisipan dan observasi non

37
Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta, 2009, Hal. 72
38
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, H. 203

31
partisipan. Untuk lebih jelasnya akan dijelaskan sebagai

berikut:

1. Pengamat Observasi ( Participating Observation)

Dalam observasi ini, teknik pengumpulan data

diperoleh dengan cara peneliti terlibat langsung dengan

kegiatan yang akan dilakukan. Dengan melakukan

observasi partisipan, peneliti akan dapat memperoleh data

yang lebih lengkap dan mendalam.39

2. Observasi Non Partisipan

Observasi non partisipan ini merupkan suatu bentuk

observasi dimana peneliti tidak terlibat langsung dalam

melaksanakan kegiatan tersebut dari subjek yang akan

diteliti dan hanya sebagai pengamat.40

Jenis observasi yang digunakan dalam penelitian ini

adalah observasi non partisipan, dimana dalam observasi ini

tidak berpartisipasi secara langsug dalam kehidupan sehari-

hari, informan yang diamati dan merupakan pengamat dan

penulis fakta-fakta yang ditemukan dilapangan terkait

dengan masalah yang diteliti, sehingga dapat disesuaikan,

antara informansi yang diperoleh dari sumber data. Melalui

observasi non partisipan ini, peneliti akan memperoleh data

yang lebih lengkap mengenai peran adat dalam

39
Ibid, H. 203
40
Ibid, H. 203

32
penyelenggaraan pemerintahan desa di desa Lendang

Nangka.41

Data yang diperoleh dari penggunaan metode observasi ini

adalah:

1. Peran Lembaga Adat dalam Penyelenggaraan

Pemerintahan Desa di Desa Lendang Nangka.

2. Tinjauan Hukum Tentang Peran Lembaga Adat

dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Desa di

Desa Lengdang Nangka.

b. Wawancara

Teknik wawancara merupakan suatu bentuk percakapan

yang bertujuan untuk memperoleh informasi tentang data yang

valid. Dalam teknik wawancara, ada pertanyaan dan jawaban

yang diberikan secara lisan, biasanya komunikasi ini dilakukan

dalam situasi tatap muka.42 Teknik wawancara dibagi menjadi

wawancara terstruktur dan tidak tertstruktur. Untuk lebih

jelasnya akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik

pengumpulan data, jika peneliti mengetahui secara pasti

tentang informasi yang akan diperoleh. Oleh karena itu,

dalam melakukan wawancara ini, peneliti menyiapkan

41
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, H. 203
42
Nasution, Metode Research, Jakarta: Bumi Aksara 2016, Hal. 113

33
istrumen peneliti berupa alternatif pertanyaan tertulis

dan jawabannya telah disiapkan.

2. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara bebas

dimana peneliti tidak menggunakan pedoman

wawancara yang telah disusun secara sistematis dan

lengkap untuk pengumpulan data.43

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik

wawancara terstruktur agar data yang belum jelas dapat

ditanyakan kembali kepada informan sehingga diperoleh

data yang valid.

Adapun informan yang akan di wawancarai terdiri

dari.

1. Kepala Desa Lemdang Nangka

2. Kepala Adat Desa Lendang Nangka

Penggunaan metode wawancara ini membantu peneliti

mendapatkan data yang berkaitan dengan fokus penelitian yaitu

tentang :

1. Peran Lembaga Adat dalam Menjalankan

Penyelenggaraan Pemerintahan Desa di Desa

Lendang Nangka.

2. Tinjauan Hukum Tentang Peran Lembaga Adat

dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Desa di

Desa Lendang Nangka.


43
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, H. 320

34
c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah instrumen yang menjadi alat yang

digunakan dalam penelitian untuk memperkuat bukti hasil

penelitian jika didukung oleh foto, karya tulis, biografi yang

sudah ada. Teknik dokumentasi digunakan untuk melengkapi

data yang terkumpul berupa catatan, buku agenda tentang data

yang dibutuhkan untuk penelitian ini.44

Dokumentasi yang peneliti gunakan adalah gambar atau

foto lembaga adat yang ada di Desa Lendang Nangka. Metode

ini digunakan sebagai bahan yang akan mendukung analisis

tema yang diangkat. Adapun langkah-langkah yang dapat

dilakukan adalah peneliti akan hadir secara langsung untuk

memperoleh data yang diperlukan mengenai Peran Adat dalam

Penyelenggaraan Pemerintahan Desa di Desa Lendang Nangka.

Tujuan peneliti menggunakan metode dokumentasi ini

adalah untuk memperoleh data tentang:

1. Sejarah berdirinya struktur organisasi, dan keadaan

sarana dan perasarana di Desa Lendang Nangka.

2. Peran Lembaga Adat dalam Penyelenggaraan

Pemerintahan Desa di Desa Lendang Nangka.

6. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses penelusuran dan pengorganisasian

secara sistematis data yang diperoleh dari wawancara, catatan


44
Ibid, H. 308-328

35
lapangan, dan dokumentasi, dengan membuat kesimpulan sehingga

mudah dipahami oleh diri sendiri dan orang lain.45 Dalam penelitian

ini, peneliti menggunakan analisis data induktif, yaitu analisis yang

melihat semua masalah secara khusus dan kemudian menyimpulkan

secara umum.

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan

beberapa teknik analisis data, yaitu:

a. Reduksi data, yaitu peneliti merangkum beberapa data dan

informasi yang dianggap penting yang menjadi hal utama

untuk dianalisis dan membuang hal-hal yang tidak perlu,

kemudian dimasukkan dalam pembahasan ini, artinya tidak

semua data dan informasi yang diperoleh masuk dalam

kategori pembahasan ini. Dengan demikian data yang telah

direduksiakan memberikan gambaran yang lenih jelas, dan

memudahkan peneliti untuk melakukan pengumpulan data

selanjutnya.

b. Penyajian data, yaitu peneliti memperoleh data dan

informasi dari subjek yang bersangkutan, kemudian

menyajikannya untuk didiskusikan guna menemukan

kebenaran yang hakiki. Dalam penelitian kulitatif penyajian

data dapat berupa deskripsi singkat, bagan, hubungan antar

kategori dan yang paling sering digunakan untuk

menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah teks


45
Nurul Zuriah, Metode Penelitian Sosial, H. 217

36
naratif. Dengan menyajikan data akan lebih mudah untuk

memahami apa yang terjadi.

c. Verifikasi data, yang merupakan langkah ketiga ini menurut

miles dan huberman adalah penarikan kesimpulan atau

peneliti membuktikan kebenaran data, tujuan dari verifikasi

data ini adalah untuk menghindari unsur subjektifitas yang

dapat menurunkan kualitas tesis ini. Artinya data dan

informasi yang diperoleh dapat diukur melalui responden

yang benar-benar pelaku atau paling tidak memahami

masalah yang diajukan. Dengan demikian kesimpulan

dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab

masalah yang dirumuskan sejak awal.46

7. Pengecekan Keabsahan Data/Validasi Data

Setelah data dianalisis kemudian dilakukan pengecekan

keabsahan data atau validasi data. Validasi data merupakan derajat

keakuratan antara data yang terjadi pada objek penelitian dan kekuatan

yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Jadi, data yang valid adalah data

yang tidak berbeda antara data yang dilaporkan oleh peneliti dengan

data yang sebenarnya terjadi pada objek penelitian. Keabsahan data

disini bertujuan untuk membuktikan bahwa apa yang diamati oleh

peneliti sesuai dengan apa yang diamati.47

46
Ibid, H. 338-245
47
Ibid, H 363

37
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang juga harus

memenuhi syarat sebagai disiplin penyelidikan. Seperti halnya

penelitian kualitatif pada umumnya, setiap kegiatan penelitian

kualitatif harus dilakukan untuk menjawab permasalahan yang

signifikan; nilai temuannya memang penting atau cukup berarti. Selain

itu, penelitian kualitatif sebagai alat penelitian, harus digunakan untuk

menjawab permasalahan yang memang tepat untuk dipecahkan oleh

penelitian kualitatif itu sendiri, perlu disesuaikan dengan tanda-tanda

yang telah disebutkan sebelumnya. Kriteria yang digunakan dalam

penelitian kualitatif adalah hasil penelitian yang dilakukan harus

memenuhi empat kriteria, yaitu:

(1) Kredibilitas;

(2) Kemampuan tranfer;

(3) Ketergantungan; dan

(4) Kepastian

Empat kriteria yang digunakan oleh peneliti yang menganut

pradigma kualitatif seperti tersebut di atas dapat diuraikan sebagai

berikut:

1. Tes kredibilitas

Kredibilitas ini untuk memenuhi data dan informasi

yang dikumpulkan harus mengandung nilai kebenaran, yang

berarti bahwa hasil penelitian kualitatif harus dipercaya oleh

pembaca yang kritis dan dapat diterima oleh orang-orang

38
(responden) yang memberikan informasi yang dikumpulkan

selama berlangsungnya informasi tersebut. Uji kredibilitas data

dapat dilakukan dengan cara:

a. Ekstensi observasi

ketekunan atau perluas pengamatan dalam

pengamatan bertujuan untuk menemukan ciri-ciri dan

unsur-unsur yang sangat relevan dengan situasi dan kondisi

masalah atau persoalan yang akan dicari dan kemudian

dirumuskan secara rinci guna memperoleh data yang

diperlukan.48 Untuk mendapatkan data yang keabsahannya

terjamin, salah satu cara yang digunakan peneliti adalah

dengan meningkatkan ketekunannya, artinya melakukan

pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan

dengan cara memperluas kehadiran peneliti di lokasi

penelitian. selain memperluas kehadiran peneliti di tempat

penelitian, lapanagan juga bisa memberikan banyak

pelajaran dan ilmu yang baik. Yaitu tentang subjek atau

objek penelitian serta mampu membuktikan kebenaran

informasi yang diperoleh.

b. Triangulasi

Triangulasi diartikan sebagai pengecekan data dari

berbagai sumber dengan berbagai cara dan waktu.

c. Kecukupan refrensi
48
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabet, 2017, Hal. 170

39
Kecukupan refrensi memang merupakan suatu yang

harus dipenuhi dalam sebuah karya ilmiah, kecukupan

refrensi sangat dibutuhkan untuk menjadi penunjang fokus

peneliti. Refrensi yang dibutuhkan oleh peneliti harus

sesuai dengan fokus yang akan diteliti.

2. Keteralihan

Keteralihan adalah memenuhi kriteria bahwa hasil

penelitian yang dilakukan dalam konteks tertentu di mana

penelitian dilakukan dapat diterapkan atau ditransfer ke konteks

atau pengaturan lain untuk membangun keteralihan dalam

penelitian ini dilakukan dengan cara deksripsi rinci.

Dengan teknik ini, peneliti akan memperoleh hasil penelitian

seakurat dan seakurat mungkin yang menggambarkan konteks

di mana penelitian dilakukan dengan mengacu pada fokus

penelitian. Uraian rinci ini mengungkapkan segala sesuatu yang

dibutuhkan pembaca untuk memahami temuan yang diperoleh

peneliti.

3. Keteguhan

Keandalan ini dapat digunakan untuk menilai apakah

proses kualitas penelitian kualitatif atau tidak. Untuk

memeriksa apakah hasil penelitian kualitatif atau tidak, harus

dilihat apakah peneliti telah berhati-hati atau bahkan tidak

melakukan kesalahan dalam. (1) Membuat konsep rencana

40
penelitian.(2) Mengumpulkan data, dan (3) Menafsirkan data,

atau informasi yang telah dikumpulkan.

Cara terbaik untuk menemukan bahwa hasil

penelitian dapat diandalkan adalah dengan menggunakan

teknik audit keandalan. Yaitu dengan meminta auditor

independen untuk mereview kegiatan yang dilakukan oleh

peneliti berupa catatan yang disebut audit trails, disamping

data atau catatan informasi dari lapangan, arsip dan laporan

penelitian yang dibuat oleh peneliti.

4. Kepastian

Pengujian konfirmabilitas dalam penelitian kualitatif

disebut dengan uji objektivitas peneliti. Penelitian dikatakan

objektif jika hasil penelitian telah disepakati oleh banyak orang.

Dalam penelitian kualitatif, uji konfirmabilitas mirip dengan uji

ketergantungan, sehingga pengujian dapat dilakukan secara

bersamaan. Menguji konfimabilitas berarti menguji hasil

penelitian yang berkaitan dengan proses yang dilakukan,

khususnya yang berkaitan dengan uraian hasil penelitian dan

pembahasan hasil penelitian. Jika hasil penelitian merupakan

fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian

tersebut telah memenuhi standar konfirmabilitas.49

I. Sistematika Pembahasan

49
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabet, 2017, Hal. 173

41
Sistematika pembahasan merupakan penyusunan garis besar tugas

proposl skripsi. Pada bagian ini terdapat uraian tentang hubungan antar

bab dan rasionalitas isi. Pada bagian ini akan disajikan isi dari setiap bab

yang meliputi:

1. Bab I Pendahuluan, bagian ini membahas tentang latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat, ruang lingkup dan

setting penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori dan metode

penelitian

2. Bab II menyajikan data dan temuan, pada bagian ini diungkapkan

semua data dan temuan penelitian. Dalam hal ini, peneliti berusaha

untuk menjaga jarak sejauh mungkin dan menahan diri untuk tidak

mencampuri fakta terlebih dahulu. Untuk jadul dan penyajian data dan

temuan dibuat judul bab tersendiri yang mencerminkan isi bab dan

tidak harus mengurangi kata paparan data dan temuan sebagai judul

bab.

3. Bab III pembahasan, bab ini menjelaskan tentang proses menganalisis

temuan penelitian sebagaimana diuraikan dalam bab II didasarkan

pada perspektif penelitian atau kerangka teoritis seperti yang

dijelaskan dalam pendahuluan. Jadi, peneliti tidak menulis ulang data

atau temuan yang telah diungkapkan pada bab II. Untuk judul bab

pembahasan dibuat bab tersendiri yang mencerminkan isi bab dan

tidak mengangkat kata diskusi sebagai judul bab.

42
4. Bab IV, penutup, membaha tentang kesimpulan yang merupakan

jawaban dari rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian seperti

yang tertuang dalam bab pendahuluan. Dan saran yang dibuat

berdasarkan hasil penelitian, baik teoritis maupun praktis.

5. Daftar pustaka, berisi daftar refrensi yang digunakan dalam penulisan

proposal skripsi, baik berupa buku, jurnal, majalah, surat kabar atau

lainya.

J. Jadwal Kegiatan Penelitian

Bulan Ke
No Kegiatan
12 1 2 3 4 5
1 Observasi Awal √
2 Pengajuan Judul √
3 Penyusunan Proposal √
4 Seminar Proposal √
5 Memasuki Lapangan/Penelitian √ √
6 Penyusunan Skripsi √ √
7 Ujian Skripsi √

43

Anda mungkin juga menyukai