Anda di halaman 1dari 8

OUTLINE USULAN RENCANA PENELITIAN

[A] Identitas Mahasiswa/I


1 Nama Mahasiswa/I Raudhotul Aini
2 NPM 197310201
3 Program Studi Ilmu Pemerintahan

[B] Rencana Penelitian Yang Diusulkan


1 Judul Fungsi Badan Permusyawaratan Desa Dalam Proses
Legislasi Peraturan Desa Di Desa Rimbo Panjang
Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar.
2 Lokasi Penelitian Kantor Badan Permusyawaratan Desa di Desa Rimbo
Panjang Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar
3 Unit Analisis Anggota BPD, Kepala Desa dan Masyarakat Desa
Rimbo Panjang.
Fungsi Badan Permusyawaratan Desa Dalam Proses Legislasi Peraturan Desa
Di Desa Rimbo Panjang Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar

A. Latar Belakang Masalah


Demokrasi menjadi suatu sistem pemerintahan yang dipakai diberbagai Negara
termasuk Negara Indonesia. Salah satu yang menjadi pilar demokrasi adalah prinsip Trias
Politica yang didalamnya membahas tiga kekuasaan politik dalam sebuah Negara yakni
eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Hal ini bertujuan untuk mewujudkan lembaga Negara
yang independen dan berada dalam tingkatan yang sejajar antara satu sama lainnya.
Kesejajaran dan indepedensi ketiga jenis lembaga Negara ini diperukan agar ketiga lembaga
Negara ini bisa saling mengawasi dan saling mengontrol berdasarkan prinsip Checks and
Balance.
Secara konstitusi sistem Pemerintahan Negara Republik Indonesia yang membagi
daerah Indonesia atas daerah-daerah besar dan daerah kecil dari tingkat Provinsi,
Kabupaten/Kota dan Desa dengan bentuk dan susunan tingkat pemerintahannya ditetapkan
dengan Undang Undang sampai tingkat Pemerintahan Desa. Desa dan kelurahan adalah dua
satuan pemerintahan terendah dengan status yang berbeda, Desa adalah satuan pemerintahan
yang diberikan hak otonomi adat sehingga merupakan badan hukum sedangkan kelurahan
adalah satuan pemerintahan administrasi yang hanya kepanjangan tangan dari pemerintahan
Kota.
Perdesaan adalah Desa dan Desa Adat atau yang disebut dengan nama lain yaitu
desa. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat
setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang
diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Republik Indonesia. Meskipun
disadari bahwa dalam suatu Negara Kesatuan perlu terdapat homogenitas, tetapi Negara
Kesatuan Republik Indonesia memberikan pengakuan dan jaminan terhadap keberadaan
kesatuan masyarakat hukum dan kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak
tradisionalnya.
Otonomi desa merupakan otonomi yang asli, bulat dan utuh serta bukan merupakan
pemberian dari pemerintah. Otonomi desa bukanlah menunjuk pada otonomi pemerintah
desa semata-mata, tetapi juga otonomi masyarkat desa dalam menentukan diri mereka dan
mengelola apa yang mereka miliki untuk kesejahteraan mereka sendiri. Otonomi desa
berarti juga memberi ruang yang luas bagi inisiatif dari desa. Kebebasan untuk
menentukan dirinya sendiri dan keterlibatan masyarakat dalam semua proses baik dalam
pengambilan keputusan berskala desa, perencanaan dan pelaksanaan pembangunan maupun
kegiatan-kegiatan lain yang dampaknya akan dirasakan oleh masyarakat desa sendiri.
Dalam penyelenggaraan pemerintahan desa, ada dua unsur pemerintahan penting
yang berperan di dalamnya, yaitu Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa.
Pemerintah desa adalah kegiatan pemerintahan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Desa
dan Badan Permusyawaratan Desa. Pemerintah desa merupakan lembaga eksekutif desa
dan BPD sebagai lembaga legeslatif desa. Pemerintah desa terdiri kepala desa dan
perangkat desa. Perangkat desa bertugas membantu kinerja kepala desa dalam melaksanakan
tugas-tugas dan fungsi-fungsi pemerintah desa. Perangkat desa terdiri dari sekretaris desa
dan perangkat desa lainnya. Bersama perangkat desa, kepala desa sebagai pimpinan struktur
pemerintah desa memiliki peranan yang signifikan dalam pengelolaan proses sosial
dalam masyarakat.
Kehadiran BPD telah memberikan harapan dengan keberlangsungan demokrasi
desa. BPD berperan bukan sebagai tangan panjang dari pemerintah, tetapi lebih
merupakan tangan panjang dari masyarakat sekaligus perantara antara masyarakat
dengan pemerintah desa. Pada pasal 209 tercantum fungsi BPD, yakni menetapkan
Peraturan Desa (PERDES) bersama Kepala Desa (Kades), serta menampung
dan menyalurkan aspirasi masyarakat. UU Nomor 6 tahun 2014 tentang desa pada
prosesnya kemudian menyempurnakan kelemahan-kelemahan yang selama ini muncul
dalam pelaksanaan otonomi daerah dan memiliki peluang untuk menciptakan Good
Governance.
Hubungan antara BPD dengan Kepala Desa adalah mitra kerja. Masing-
masing elemen memiliki fungsi yang lebih spesifik dan darisanalah kekuatan itu berasal.
BPD melakukan pengawasan kepada kepala desa agar berjalan sesuai dengan
peraturan. Jika terdapat kekeliruan BPD meluruskan Kepala Desa dan BPD sama-sama
membuat peraturan desa. Pemerintahan Desa dan BPD di Desa Rimbo Panjang Kecamatan
Tambang Kabupaten Kampar dapat berperan dan berfungsi untuk memperjuangkan dan
mengakomodasikan kepentingan masyarakat.
Hal ini pada PemerintahDesa untuk berkolaborasi secara harmonis
mempertanggungjawabkan kinerjanya dan menjawab berbagai keinginan dan aspirasi
masyarakat. Pembentukan BPD di Desa telah memberikan rasa percaya bagi masyarakat
bahwa dalam pemerintahan dan penentuan kebijakan menyangkut permasalahan desa yang
sebelumnya secara umum didominasi oleh Kepala Desa beserta perangkatnya.
Berdasarkan pengamatan awal penelitian dapat dilihat bahwa terkadang apa yang telah
disepakati oleh pemerintah desa dengan BPD tidak sesuai apa yang diinginkan oleh
masyarakat di Desa Rimbo Panjang Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar. Hal tersebut
terjadi dikarenakan permasalahan dalam pembuatan peraturan desa yang sebelumnya
penyusunan dan penetapan peraturan tidak sesuai apa yang diinginkan oleh masyarakat
sehingga banyak yang melanggar peraturan desa tersebut.
Kurangnya sosialisasi pemerintahan Kabupaten Kampar Nomor 6 Tahun 2018
tentang Badan Permusyawaratan Desa (BPD) kepada anggota BPD sewilayah Kabuaten
Kampar, terkhususnya Desa Rimbo Panjang Kecamatan Tambang membawa dampak
belum efektifnya peran dan fungsi BPD dalam membuat suatu produk hukum yang baik
dalam mendukung penyelenggaraan pemerintahan desa. Ditambah lagi masih minimnya
pemahaman serta keterampilan dan kemampuan anggota BPD Desa Rimbo Panjang
Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar terhadap fungsi legislasi tersebut. Atas dasar itu
peneliti merasa tertarik untuk meneliti “Fungsi Badan Permusyawaratan Desa Dalam
Proses Legislasi Peraturan Desa Di Desa Rimbo Panjang Kecamatan Tambang
Kabupaten Kampar”.
B. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan uraian permasalahan tersebut, maka penulis merumuskan permasalahan
dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Jelaskan fungsi Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam melaksanakan proses
legislasi pembentukan peraturan desa di Desa Rimbo Panjang Kecamatan Tambang
Kabupaten Kampar?
2. Apa sajakah faktor yang penghambat kinerja dari fungsi Badan Permusyawaratan Desa
(BPD) dalam menjalankan proses legislasi pembentukan peraturan desa di Desa Rimbo
Panjang Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar?

C. Tujuan dan Kegunan Penelitian


1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat dirumuskan tujuan penelitian ini
adalah :
a) Untuk dapat mengetahui dan menerangkan fungsi Badan Permusyawaratan Desa
(BPD) dalam melaksanakan proses legislasi sebagai pembentuk peraturan desa di
Desa Rimbo Panjang Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar.
b) Untuk dapat mengetahui dan menjabarkan faktor penghambat kinerja dari fungsi
Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam menjalankan proses legislasi
pembentukan peraturan desa di Desa Rimbo Panjang Kecamatan Tambang
Kabupaten Kampar.

2. Kegunaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini diharapkan akan bermanfaat sebagai berikut:
a) Kegunaan Akademis
 Sebagai bahan referensi atau bahan perbandingan bagi para peneliti selanjutnya
yang akan melakukan penelitian yang sama.
 Diharapkan kajian ini dapat memberikan kontribusi baik secara langsung atau
tidak langsung bagi Kepustakaan Program Studi Ilmu Pemerintahan Universitas
Islam Riau.
b) Kegunaan Teoritis
 Penelitian ini berguna untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan
serta wawasan berpikir dalam menerapkan teori dan ilmunya selama masa
perkuliahan.
c) Kegunaan Praktis
 Sebagai bahan masukan bagi instansi badan terkait dalam proses legislasi
kebijakan peraturan desa demi mewujudkan fungsi kinerja pemerintahan desa
yang bersosialisasi tinggi terhadapat aspirasi masyarakat.

D. Theory Montesquieu
Baron de Montesquieu adalah seorang filsuf asal Perancis yang mencetuskan trias
politica pada tahun 1748. Lewat bukunya yang berjudul “De L'esprit des Lois”, Trias
politica menjadi salah satu konsep besar dalam sejarah teori politik yang kemudian
diterapkan oleh banyak negara di dunia.
Terori Trias Politica dari Charles-Louis de Secondat, Baron de La Brete et de atau
lebih dikenal dengan Montesquiei, teori yang mengenai pemisahan kekuasaan Negara
menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Eksekutif (Pelaksana Undang-Undang)
Eksekutif merupakan lembaga yang melaksanakan Undang-Undang. Lembaga
eksekutif dipimpin oleh seorang raja atau presiden beserta kabinetnya. Tidak hanya
melaksanakan Undang-Undang, lembaga ini juga mempunyai beberapa kewenangan.
Menurut Miriam Budiardjo, lembaga eksekutif mempunyai kewenangan diplomatik,
yudikatif, administratif, legislatif, dan militer.
Kewenangan diplomatik yaitu kewenangan menyelenggarakan hubungan diplomatik
dengan negara-negara lain. Kewenangan yudikatif adalah kewenangan memberikan grasi
dan amnesti kepada warga negaranya yang melakukan pelanggaran hukum.Kewenangan
administratif adalah kewenangan melaksanakan peraturan dan perundang-undangan
dalam administrasi negara. Melalui kewenangan legislatifnya, seorang presiden atau
menteri dapat membuat undang-undang bersama dewan perwakilan. Lembaga eksekutif
juga mempunyai kewenangan mengatur angkatan bersenjata, menyatakan perang apabila
dibutuhkan, dan menjaga keamanan negara.
2. Legislatif (Pembuat Undang-Undang)
Legislatif merupakan lembaga yang dibentuk untuk mencegah kesewenang-
wenangan raja atau presiden. Lembaga legislatif yang merupakan wakil dari rakyat ini
diberikan kekuasaan untuk membuat Undang-Undang dan menetapkannya.Tidak hanya
itu, lembaga ini juga diberikan hak untuk meminta keterangan kebijakan lembaga
eksekutif yang akan dilaksanakan maupun yang sedang dilaksanakan.Selain meminta
keterangan kepada lembaga eksekutif, lembaga ini juga mempunyai hak untuk
menyelidiki sendiri dengan membentuk panitia penyelidik. Hak mosi tidak percaya juga
dimiliki oleh lembaga ini. Hak ini merupakan hak yang memiliki potensi besar untuk
menjatuhkan lembaga eksekutif.

3. Yudikatif(Pengawas Pelaksanaan Undang-Undang)


Yudikatif mempunyai kekuasaan untuk mengontrol seluruh lembaga negara yang
menyimpang atas hukum yang berlaku pada negara tersebut. Lembaga yudikatif dibentuk
sebagai alat penegakan hukum, hak penguji material, penyelesaian penyelisihan, hak
mengesahkan peraturan hukum atau membatalkan peraturan apabila bertentangan dengan
dasar negara.

Teori Trias Politica yang digunakan dalam penelitian ini lebih memfokuskan keaspek
legislatifnya sebagai Pembuat Undang-Undang, dimana dalam hal ini pelaksanaan
pembuatan peraturan desa dilakukan oleh Pemerintah desa dan Badan Permusyawaran Desa
dengan melihat fungsi Badan Permusyawaratan Desa dalam Proses Legilasi sebagai aparat
pemerintah yang bertugas sebagai pembuat Undang-Undang Desa.
E. Metode Penelitian
Tipe penelitian yang digunakan adalah tipe penelitian deskriptif yaitu dimaksudkan
untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai suatu fenomena atau kenyataan sosial,
dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan
unit yang diteliti. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambarantentang pelaksanaan
fungsi Legislasi Badan Permusyawaratan Desa Rimbo Panjang Kecamatan Tambang
Kabupaten Kampar.
Metode penelitian yang diangkat demi memudahkan penelitian ini ialah metode
Kualitatatif yang menekankan pada pengamatan fenomena dan lebih meneliti ke subtansi
makna dari fenomena tersebut. Analisis dan ketajaman penelitian kualitatif sangat
terpengaruh pada kekuatan kata dan kalimat yang digunakan Oleh karena itu, fokus dari
penelitian kualitatif adalah pada prosesnya dan pemaknaan hasilnya. Perhatian penelitian
kualitatif lebih tertuju pada elemen manusia, objek, dan institusi, serta hubungan atau
interaksi di antara elemen-elemen tersebut, dalam upaya memahami suatu peristiwa,
perilaku, atau fenomena.
Fokus penelitian merupakan suatu batasan-batasan yang di gunakan dalam sebuah
penelitian yang berfungsi untuk menjaga agar penelitian tetap pada jalur yang telah di
tentukan dan tidak menyimpang dari pokok bahasan yang akan diteliti. Adapun yang
menjadi fokus kajian dalam penelitian ini adalah Implementasi Peraturan Daerah
Kabupaten Kampar Nomor 6 Tahun 2018 tentang Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
dalam mendukung fungsi legislasi pembentukan peraturan desa di Desa Rimbo Panjang
Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar.

Anda mungkin juga menyukai