Anda di halaman 1dari 7

1

MAKALAH PENDIDIKAN SOSIAL DAN BUDAYA ALAM


MINANGKABAU
“NAGARI SEBAGAI KONSEP ADAT BUDAYA DAN POLITIK
PEMERINTAHAN”

Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Pendidikan Alam
Minangkabau

OLEH
KELOMPOK 6 :
RAHMI DIAN PUTRI 1830111049
RANI MARDELA 18301110
RISVIANY 1830111058
SURYANI AUSTIN 18301110

DOSEN PEMBIMBING:

SUSI RATNA SARI, M. Pd

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
BATUSANGKAR
2020 M
2

PEMBAHASAN
NAGARI SEBAGAI KONSEP ADAT BUDAYA DAN POLITIK
PEMERINTAHAN

A. Pengertian Nagari
Nagari berasal dari pagar, kemudian mendapat akhiran-i menjadi
pagari. Artinya setelah berteratak, bersusun, dan bersekato dipagari dengan
adat, undang-undang dan hukum. Dalam ungkapan Minangkabau
ditemukan, “bungo padi ka ditampi, lakek uman dalam nyiru, mulo nagari
ka dihuni, sapakek dulu sakalian pangulu”.
Selanjutnya berbunyi fatwa adat, inggiri bakarek kuku, dikarek jo
pisau sirauik, ka parauik batuang tuo, batang tuo elok ka lantai. Nagari
ba kaampek suku, suku babuah paruik, kampuang ba nan tuo, rumah
batungganai (Dt. Rajo Penghulu, M.S, 2006: 9).
Jadi dapat disimpulkan bahwa Nagari adalah satu kesatuan wilayah
yang ada di Minangkabau yang dihuni oleh masyarakat yang terikat oleh
adat atau peraturan.

B. Syarat Terbentuknya Nagari


Suatu nagari terdiri dari satu kesatuan wilayah, satu kesatuan
masyarakat, dan satu kesatuan adat. Oleh karena itu nagari harus memiliki
syarat-syarat tertentu, jika syarat sudah terpenuhi barulah sebuah nagari
dapat didirikan. Diungkapkan di dalam undang nagari sebagai berikut :
Babalai-Bamusajik
Basuku-Banagari
Bakorong-Bakampuang
Balabuah-Batapian
Basawah-Baladang
Bagalanggang-Pamedanan
Bapandam-Bapakuburan
Babalai artinya memiliki balai. Balai adalah tempat
bermusyawarah bagi Niniak Mamak, Pangulu, Nan Gadang Basa Batuah.
Sedangkan bamusajik artinya bermesjid, masjid adalah lambang kuatnya
agama islam di dalam nagari.
3

Basuku artinya memiliki suku, sekurang-kurangnya di sebuah


nagari terdapat empat suku atau empat sako. Setiap suku dipimpin oleh
seorang penghulu. Sedangkan banagari adalah memiliki nagari atau
wilayah di dalam suatu daerah tertentu untuk suku itu bermukim.
Bakorong-bakampuang artinya memiliki korong dan
perkampungan. Setiap nagari memiliki batas tertentu, yang dibatasi
dengan parit atau pagar. Wilayah yang terletak di lingkungan pusat
dinamakan korong dan yang berada di luar lingkungan itu dinamakan
taratak, dusun, koto, yang ketiganya disebut kampuang.
Balabuah artinya ada jalan di sebuah nagari, kemudian batapian
artinya bertempat mandi dan bersumbernya air. Basawah-baladang artinya
memiliki sawah dan ladang sebagai sumber kehidupan. Bagalanggang-
bapamedanan artinya memiliki gelanggang dan lapangan tempat anak
nagari dan anak-anak muda bermain. Bapandam-bapakuburan adalah
adanya tempat untuk menguburkan orang nagari yang meninggal dunia
(Zulkarnaini, 1995: 91).
C. Perubahan Pemerintahan Nagari dari Masa Kolonial-Otonomi
Daerah
Sistem kanagarian telah ada sebelum kemerdekaan Indonesia.
Kerajaan Pagaruyung pada dasarnya merupakan konfederasi nagari-nagari
yang berada di Minangkabau. Kemungkinan besar sistem nagari juga
sudah ada sebelum Adityawarman mendirikan kerajaan tersebut.
Dalam pembentukan suatu nagari sejak dahulunya telah dikenal
dalam istilah pepatah yang ada pada masyarakat adat Minang itu sendiri
yaitu Dari Taratak manjadi Dusun, dari Dusun manjadi Koto, dari Koto
manjadi Nagari, Nagari ba Panghulu. Jadi dalam sistem administrasi
pemerintahan di kawasan Minang dimulai dari struktur terendah disebut
dengan Taratak, kemudian berkembang menjadi Dusun, kemudian
berkembang menjadi Koto dan kemudian berkembang menjadi Nagari,
yang dipimpin secara bersama oleh para penghulu atau datuk setempat.
4

Dan biasanya disetiap nagari yang dibentuk itu minimal telah terdiri dari 4
suku yang mendomisili kawasan tersebut. (A. Dt. Batuah, 1959 )
Setelah keluarnya Perda No. 50 tahun 1950 tentang pembentukan
wilayah otonom, maka sejak itu pemerintahan nagari hampir tidak
berperan lagi. Dan kemudian ditambah sewaktu Kabinet Mohammad
Natsir tahun 1951 membekukan Dewan Perwakilan Rakyat di Provinsi
Sumatra Tengah yang juga mencakup wilayah Sumatra Barat, Riau,
Kepulauan Riau, dan Jambi sekarang. Maka dengan demikian dewan
perwakilan tingkat nagari pun statusnya menjadi tidak jelas juga.
Kemudian pasca Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia, hampir
keseluruhan aparat nagari diganti oleh pemerintah pusat yang sekaligus
mengubah pemerintahan nagari. Meskipun demikian nagari masih
dipertahankan sebagai lembaga tradisional. Peraturan daerah No. 13 tahun
1983 mengatur tentang pendirian Kerapatan Adat Nagari (KAN) di tiap-
tiap nagari yang lama. Namun KAN sendiri tidak memiliki kekuasaan
formal. (A. Dt. Batuah, 1959 )
Perubahan peta politik nasional yang terjadi, membangkitkan
kembali semangat masyarakat Sumatra Barat untuk kembali menjalankan
sistem pemerintahan nagari. Dengan berlakunya otonomi daerah pada
tahun 2001, istilah pemerintahan nagari kembali digunakan untuk
menganti istilah pemerintahan desa yang digunakan sebelumnya dalam
sistem pemerintahan kabupaten, sedangkan nagari yang berada dalam
sistem pemerintahan kota masih seperti sebelumnya yaitu bukan sebagai
bagian dari pemerintah daerah.

D. Pemerintahan Nagari dalam Mengatasi Kemiskinan


Pemerintahan nagari harus mendukung program yang dibuat oleh
masyarakat, yang berkaitan dengan nilai yang menunjang peningkatan
hasil pangan yaitu masyarakat menjadikan ketersediaan pangan pada
perioritas utama, dimana ketika masyarakat diajak berdiskusi tentang
ketersediaan pangan akan mendapatkan respon posistif. Ketersediaan
5

pangan bagi masyarakat adalah suatu yang mutlak disbanding dengan


kebutuhan lain seperti papan dan sandang. ( Irwan, 2016)
Kebiasan masyarakat bekerjasama dalam kelompok juga sebuah
potensi besar untuk program nagari mandiri pangan. Untuk beraktivitas
bagi masyarakat secara berkelompok yang merupakan salah satu kekuatan
mewujudkan program pertanian tidak asing bagi masyaraka. (Irwan, 2016)

E. Kebijakan Pemerintahan Nagari dalam Mengelola Kekayaan


Pengelolaan dan pemanfaatan harta kekayaan nagari telah diatur
dalam Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2007 tentang Ketentuan Pokok
Pemerintahan Nagari. Hal ini dijelaskan dalam Pasal 17 ayat (1) yang
menyatakan bahwa pemenfaatan dan penegelolaan harta kekayaan nagari
dilaksanakan oleh Pemerintah Nagari Berdasarkan Peraturan Nagari.
Pengelolaan dan pemanfaatan tersebut bertujuan untuk menambah
pemasukan bagi nagari dalam membiayai penyelenggaraan pemerintahan
dan pembangunan di nagari, dimana selama ini pembiayaan pemerintahan
nagari hanya bersumber dari APBD pemerintahan kabupaten nagari yang
bersangkutan. ( hariogi Yudhi, 2015)
Dewasa ini mungkin ada juga beberapa nagari yang sudah
memanfaatkan harta kekayaan nagarinya untuk meningkatkan
pembangunan dan kesejahteraan masyarakat di nagari. Didalam Peraturan
Daerah Nomor 2 Tahun 2007 tentang Ketentuan Pokok Pemerintahan
Nagari, harta kekayaan nagari meliputi :
a. Pasar Nagari.
b. Tanah lapang atau tempat rekreasi.
c. Balai masjid dan atau Surau Nagari.
d. Tanah, hutan, sungai, kolam, dan atau laut yang menjadi ulayat
Nagari.
e. Bangunan yang dibuat oleh Pemerintahan Nagari dan atau
anak Nagari untuk kepentingan umum.
f. Harta benda dan kekayaan lainnya.
6

F. Kesimpulan
Nagari berasal dari pagar, kemudian mendapat akhiran-i menjadi
pagari. Artinya setelah berteratak, bersusun, dan bersekato dipagari dengan
adat, undang-undang dan hukum. Dalam ungkapan Minangkabau
ditemukan, “bungo padi ka ditampi, lakek uman dalam nyiru, mulo nagari
ka dihuni, sapakek dulu sakalian pangulu”.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Nagari adalah satu kesatuan wilayah
yang ada di Minangkabau yang dihuni oleh masyarakat yang terikat oleh
adat atau peraturan.
7

DAFTAR PUSTAKA
Batuah, A. Dt. 1959. Tambo Minangkabau dan Adatnya. Jakarta: Balai Pustaka
Dt. Rajo Penghulu, M.S. 2006. Tau Jo Nan Ampek. Mega Sari Kerjasama Sako
Batuah.
Irwan. 2016. Srategi dan Perubahan Sosial. Yogyakarta : Cv. Budi Utama
Zulkarnaini. 1995. Budaya Alam Minangkabau. Bukittinggi: Grafika (Usaha
Ikhlas).
Yudhi, Hariogi. 2015. Pengelolaan Kekayaan Nagari Dalam Penyelenggaraan
Pemerintahan Nagari Di Nagari Malai V Suku Kabupaten Padang
Pariaman. Diploma thesis, UPT. Perpustakaan.

Anda mungkin juga menyukai