OLEH
KELOMPOK 6 :
RAHMI DIAN PUTRI 1830111049
RANI MARDELA 18301110
RISVIANY 1830111058
SURYANI AUSTIN 18301110
DOSEN PEMBIMBING:
PEMBAHASAN
NAGARI SEBAGAI KONSEP ADAT BUDAYA DAN POLITIK
PEMERINTAHAN
A. Pengertian Nagari
Nagari berasal dari pagar, kemudian mendapat akhiran-i menjadi
pagari. Artinya setelah berteratak, bersusun, dan bersekato dipagari dengan
adat, undang-undang dan hukum. Dalam ungkapan Minangkabau
ditemukan, “bungo padi ka ditampi, lakek uman dalam nyiru, mulo nagari
ka dihuni, sapakek dulu sakalian pangulu”.
Selanjutnya berbunyi fatwa adat, inggiri bakarek kuku, dikarek jo
pisau sirauik, ka parauik batuang tuo, batang tuo elok ka lantai. Nagari
ba kaampek suku, suku babuah paruik, kampuang ba nan tuo, rumah
batungganai (Dt. Rajo Penghulu, M.S, 2006: 9).
Jadi dapat disimpulkan bahwa Nagari adalah satu kesatuan wilayah
yang ada di Minangkabau yang dihuni oleh masyarakat yang terikat oleh
adat atau peraturan.
Dan biasanya disetiap nagari yang dibentuk itu minimal telah terdiri dari 4
suku yang mendomisili kawasan tersebut. (A. Dt. Batuah, 1959 )
Setelah keluarnya Perda No. 50 tahun 1950 tentang pembentukan
wilayah otonom, maka sejak itu pemerintahan nagari hampir tidak
berperan lagi. Dan kemudian ditambah sewaktu Kabinet Mohammad
Natsir tahun 1951 membekukan Dewan Perwakilan Rakyat di Provinsi
Sumatra Tengah yang juga mencakup wilayah Sumatra Barat, Riau,
Kepulauan Riau, dan Jambi sekarang. Maka dengan demikian dewan
perwakilan tingkat nagari pun statusnya menjadi tidak jelas juga.
Kemudian pasca Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia, hampir
keseluruhan aparat nagari diganti oleh pemerintah pusat yang sekaligus
mengubah pemerintahan nagari. Meskipun demikian nagari masih
dipertahankan sebagai lembaga tradisional. Peraturan daerah No. 13 tahun
1983 mengatur tentang pendirian Kerapatan Adat Nagari (KAN) di tiap-
tiap nagari yang lama. Namun KAN sendiri tidak memiliki kekuasaan
formal. (A. Dt. Batuah, 1959 )
Perubahan peta politik nasional yang terjadi, membangkitkan
kembali semangat masyarakat Sumatra Barat untuk kembali menjalankan
sistem pemerintahan nagari. Dengan berlakunya otonomi daerah pada
tahun 2001, istilah pemerintahan nagari kembali digunakan untuk
menganti istilah pemerintahan desa yang digunakan sebelumnya dalam
sistem pemerintahan kabupaten, sedangkan nagari yang berada dalam
sistem pemerintahan kota masih seperti sebelumnya yaitu bukan sebagai
bagian dari pemerintah daerah.
F. Kesimpulan
Nagari berasal dari pagar, kemudian mendapat akhiran-i menjadi
pagari. Artinya setelah berteratak, bersusun, dan bersekato dipagari dengan
adat, undang-undang dan hukum. Dalam ungkapan Minangkabau
ditemukan, “bungo padi ka ditampi, lakek uman dalam nyiru, mulo nagari
ka dihuni, sapakek dulu sakalian pangulu”.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Nagari adalah satu kesatuan wilayah
yang ada di Minangkabau yang dihuni oleh masyarakat yang terikat oleh
adat atau peraturan.
7
DAFTAR PUSTAKA
Batuah, A. Dt. 1959. Tambo Minangkabau dan Adatnya. Jakarta: Balai Pustaka
Dt. Rajo Penghulu, M.S. 2006. Tau Jo Nan Ampek. Mega Sari Kerjasama Sako
Batuah.
Irwan. 2016. Srategi dan Perubahan Sosial. Yogyakarta : Cv. Budi Utama
Zulkarnaini. 1995. Budaya Alam Minangkabau. Bukittinggi: Grafika (Usaha
Ikhlas).
Yudhi, Hariogi. 2015. Pengelolaan Kekayaan Nagari Dalam Penyelenggaraan
Pemerintahan Nagari Di Nagari Malai V Suku Kabupaten Padang
Pariaman. Diploma thesis, UPT. Perpustakaan.