NIM: 14010121120023
Jawaban: Maksud dari pernyataan tersebut yaitu Desa mempunyai wewenangnya sendiri dalam
hal mengatur urusannya. Berdasarkan Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
pula, kewenangan desa terbagi menjadi empat jenis yakni kewenangan berdasarkan hak asal
usul, kewenangan lokal berskala desa, kewenangan penugasan, dan kewenangan lain yang
ditugaskan. (Binapemdes.kemendagri, 2019) Kewenangan berdasarkan hak asal usul adalah
hak yang merupakan warisan yang masih hidup dan prakarsa Desa atau prakarsa masyarakat
Desa sesuai dengan perkembangan kehidupan masyarakat, yang meliputi; Pertama, pembinaan
organisasi masyarakat adat, Kedua, pembinaan kelembagaan masyarakat dan lembaga adat,
Ketiga, pembinaan pranata dan hukum adat, Keempat, pengelolaan tanah kas Desa, Kelima,
pembangunan partisipasi masyarakat Desa, Keenam, pengelolaan sumber daya alam untuk
kepentingan pembangunan jalan Desa, jembatan Desa, dan rumah rakyat Desa, Ketujuh,
penyelesaian sengketa masyarakat Desa di bidang pertanahan, Kedelapan, pemeliharaan
ketentraman dan ketertiban Desa, Kesembilan, pengembangan kondisi kehidupan sosial
masyarakat Desa, Kesepuluh, pengembangan kearifan lokal Desa, Kesebelas, pengelolaan dan
pelestarian hutan Desa, Kedua belas, penataan pengairan Desa, dan Ketiga belas pembinaan
keagamaan. (Pakaya, 2016) Dalam hal ini berarti, Desa mempunyai wewenang untuk
mengurus ursannya tanpa ada campur tangan dari luar.Desa itu sendiri yang akan membangun
mau dijadikan seperti apa. Karena desa tersebut mempunyai sumber daya alam yang melimpah
maka desa tersebut memanfaatkan apa yang ada. Misal dari hal tersebut yaitu desa tersebut
mempunyai SDA berupa bambu. Maka dengan adanya bambu tersebut, masyarakat yang
berasal dari tersebut dapat memanfaatkannya menjadi kerajinan tangan untuk nantinya
dijadikan oleh-oleh oleh masyarakat yang berasal dari luar sehingga nantinya dari hasil tersebut
dapat menyebabkan desa tersebut menjadi terkenal atau bambu tersebut menjadi ciri kas dari
keberadaan adanya desa tersebut.
kewenangan lokal yang berskala Desa adalah kewenangan untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat Desa yang telah dijalankan oleh Desa atau mampu dan
efektif dijalankan oleh Desa atau yang muncul karena perkembangan Desa dan prakarsa
masyarakat Desa, yang meliputi; Pertama, pengelolaan tambatan perahu, Kedua, pengelolaan
pasar Desa, Ketiga pengelolaan tempat pemandian umum, Keempat, pembuatan saluran irigasi
tradisional dalam skala Desa, Kelima, pengelolaan lingkungan pemukiman masyarakat Desa,
Keenam, fasilitasi masyarakat dan penyediaan pos pelayanan terpadu, Ketujuh, pembinaan
sanggar seni dan belajar, Kedelapan, pembinaan perpustakaan Desa, Kesembilan, pemanfaatan
dan pemeliharaan embung Desa, Kesepuluh, pembuatan jalan Desa antar pemukiman ke
wilayah pertanian, Kesebelas, pengembangan kesenian, Kedua belas, memfasiltasi olah raga,
Ketiga belas, memfasilitasi masyarakat hidup sehat dan berolahraga, Keembelas, pendataan
penduduk Desa lanjut usia dan disabilitas, pembinaan kelembagaan petani dan nelayan,
pengelolaan rumah potong hewan skala Desa, pengelolaan tempat pelelangan ikan skala Desa,
pembinaan anggota koperasi dalam rangka wajib menabung, pemberdayaan usaha ekonomi
masyarakat meliputi pengelolaan simpan pinjam dan lumbung Desa, pendataan potensi wajib
belajar dan pelestarian kebudayaan, pengelolaan objek wisata milik Desa, pengadaan air
minum skala Desa, pembinaan bidan Desa dan poliklinik Desa, pencatatan penduduk Desa dan
penduduk miskin; dan/atau pembinan taman bacaan. (Pakaya, 2016) Dalam hal ini berarti desa
mempunyai wewenangnya yang berupa mengurus urusan apa yang dibutuhkan oleh
masyarakat desa tersebut. Misalnya desa tersebut membutuhkan tempat untuk menjadi wadah
bagi masyarakat desa tersebut yang mempunyai minat serta bakat dalam menari. Maka
pemerintah desa tersebut harus menyediakannya selain dijadikan sebagai wadah juga dijadikan
sebagai tempat untuk mengasah kemampuannya.
Contoh kongkrit Kewenangan Desa menurut UU No. 5 Tahun 1979 tentang Desa yaitu
kepala kelurahan. Menurut pasal 25 ayat (1) sebelum memangku jabatannya Kepala Kelurahan
bersumpah menurut agamanya atau berjanji dengan sungguh-sungguh dan dilantik oleh pejabat
yang berwenang mengangkat atas nama Gubernur Kepala Daerah Tingkat I. Tatacara
pengambilan sumpah/janji dan pelantikan Kepala Kelurahan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) diatur dengan Peraturan Daerah sesuai dengan pedoman yang ditetapkan oleh Menteri
Dalam Negeri.
Daftar Pustaka: