Dosen Pengampu:
Yulinda Devi Pramita, S.E., M.Sc., Ak.
Disusun Oleh
Kelompok 9:
Intan Ayu Pangestika 16.0102.0083
Srimaya Indah Savitri 16.0102.0087
Maulida Fitriani 16.0102.0091
Edo Anantya Sunarto 16.0102.0105
KELEMBAGAAN DESA
Kelembagaan desa merupakan kelembagaan yang mendukung penyelenggaraan
pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan
pemberdayaan masyarakat desa. Oleh karena itu, kelembagaan desa harus bekerja secara
sinergis dan terpadu untuk mencapai desa yang sejahtera. Oleh karena itu, kelembagaan desa
harus bekerja secara sinergis dan terpadu untuk mencapai desa yang sejahtera. Penjelasan UU
No. 6 Tahun 2014 menyebut kalau kelembagaan desa/desa adat, yaitu lembaga pemerintahan
desa/desa adat yang terdiri atas pemerintah desa/desa adat, dan badan permusyawaratan
desa/desa adat, lembaga kemasyarakatan desa, dan lembaga adat.
Pemerintah Desa/Desa Adat
Pemerintah desa berdasarkan UU No. 6 Tahun 2014 adalah kepala desa atau yang
disebut dengan nama lain dibantu perangkat desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan
desa. Sesuai dengan penjelasan dalam UU No. 6 Tahun 2014, kepala desa/desa adat atau
yang disebut dengan nama lain merupakan kepala pemerintahan desa/desa adat yang
memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa. Kepala desa/desa adat atau yang disebut
dengan nama lain mempunyai peran penting dalam kedudukannya sebagai kepanjangan
tangan negara yang dekat dengan masyarakat dan sebagai pemimpin masyarakat.
Dengan posisi yang demikian itu, prinsip pengaturan tentang kepala desa/desa adat
adalah:
1. Sebutan kepala desa/desa adat disesuaikan dengan sebutan lokal.
2. Kepala desa/desa adat berkedudukan sebagai kepala pemerintah desa/desa adat dan
sebagai pemimpin masyarakat.
3. Kepala desa dipilih secara demokratis dan langsung oleh masyarakat setempat,
kecuali bagi desa adat dapat menggunakan mekanisme lokal.
4. Pencalonan kepala desa dalam pemilihan langsung tidak menggunakan basis partai
politik, sehingga kepala desa dilarang menjadi pengurus partai politik.
UU No. 6 Tahun 2014 menjelaskan kalau kepala desa bertugas menyelenggarakan
pemerintahan desa, melaksanakan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan
pemberdayaan masyarakat desa. Dalam melaksanakan tugas-tugas tersebut, kepala desa
berwenang:
1. Memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa.
2. Mengangkat dan memberhentikan perangkat desa.
3. Memegang kekuasaan pengelolaan keuangan dan aset desa.
4. Menetapkan peraturan desa.
5. Menetapkan anggaran pendapatan dan belanja desa.
6. Membina kehidupan masyarakat desa.g.Membina ketenteraman dan ketertiban
masyarakat desa.
7. Membina dan meningkatkan perekonomian desa, serta mengintegrasikannya agar
mencapai perekonomian skala produktif untuk sebesar-besarnya kemakmuran
masyarakat desa.i. Mengembangkan sumber pendapatan desa.
8. Mengusulkan dan menerima pelimpahan sebagian kekayaan negara guna
meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa.
9. Mengembangkan kehidupan sosial budaya masyarakat desa.
10. Memanfaatkan teknologi tepat guna. m.Mengoordinasikan pembangunan desa secara
partisipatif.
11. Mewakili desa di dalam dan di luar pengadilan atau menunjuk kuasa hukum untuk
mewakilinya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
12. Melaksanakan wewenang lain yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Dikatakan dalam UU No. 6 Tahun 2014 bahwa perangkat desa yang terdiri atas
sekretariat desa, pelaksana kewilayahan, dan pelaksana teknis bertugas membantu kepala
desa dalam melaksanakan tugas dan kewenangannya. Perangkat desa tersebut diangkat oleh
kepala desa setelah dikonsultasikan dengan camat atas nama bupati/walikota. Dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya, perangkat desa bertanggung jawab kepada kepala
desa. PP No. 43 Tahun 2014 mempertegas pernyataan tersebut dengan menjelaskan bahwa
sekretariat desa dipimpin oleh sekretaris desa dibantu oleh unsur staf sekretariat yang
bertugas membantu kepala desa dalam bidang administrasi pemerintahan. Sekretariat desa
paling banyak terdiri atas 3 (tiga) bidang urusan. Pelaksana kewilayahan merupakan unsur
pembantu kepala desa sebagai satuan tugas kewilayahan. Jumlah pelaksana kewilayahan
ditentukan secara proporsional antara pelaksana kewilayahan yang dibutuhkan dan
kemampuan keuangan desa. Pelaksana teknis merupakan unsur pembantu kepala desa
sebagai pelaksana tugas operasional. Pelaksana teknis paling banyak terdiri atas 3 (tiga) seksi.
Permendagri No. 113 Tahun 2014 menyebut kalau sekretaris desa bertindak selaku
koordinator pelaksanaan pengelolaan keuangan desa dan bertanggung jawab kepada kepala
desa, mempunyai tugas:
1. Menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan APBDesa.
2. Menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan barang desa.
3. Menyusun Raperdes APBDesa, perubahan APBDesa, dan pertanggungjawaban
pelaksanaan APBDesa.
4. Menyusun rancangan keputusan kepala desa tentang pelaksanaan peraturan desa
tentang APBDesa dan perubahan APBDesa.
Badan Permusyawaratan Desa
Badan Permusyawaratan Desa atau yang disebut dengan nama lain dalam UU No. 6
Tahun 2014 adalah lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya
merupakan wakil dari penduduk desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan
secara demokratis. UU ini menjelaskan dengan gamblang bahwa badan permusyawaratan
desa merupakan badan permusyawaratan di tingkat desa yang turut membahas dan
menyepakati berbagai kebijakan dalam penyelenggaraan pemerintahan desa. Dalam upaya
meningkatkan kinerja kelembagaan di tingkat desa, memperkuat kebersamaan, serta
meningkatkan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat, pemerintah desa dan/atau badan
permusyawaratan desa, yang memfasilitasi penyelenggaraan musyawarah desa. Musyawarah
desa atau yang disebut dengan nama lain adalah forum musyawarah antara badan
permusyawaratan desa, pemerintah desa, dan unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh
badan permusyawaratan desa untuk memusyawarahkan dan menyepakati hal yang bersifat
strategis dalam penyelenggaraan pemerintahan desa.
Badan permusyawaratan desa menurut UU No. 6 Tahun 2014 mempunyai fungsi:
1. Membahas dan menyepakati rancangan peraturan desa bersama kepala desa.
2. Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat desa.
3. Melakukan pengawasan kinerja kepala desa.
UU ini menjelaskan kalau anggota badan permusyawaratan desa merupakan wakil
dari penduduk desa berdasarkan keterwakilan wilayah yang pengisiannya dilakukan secara
demokratis. Secara demokratis yang dimaksud, diterangkan dalam PP No. 43 Tahun 2014
sebagai proses pemilihan secara langsung atau musyawarah perwakilan dengan menjamin
keterwakilan perempuan. Jumlah anggota badan permusyawaratan desa ditetapkan dengan
jumlah gasal, paling sedikit 5 (lima) orang dan paling banyak 9 (sembilan) orang dengan
memerhatikan wilayah, perempuan, penduduk, dan kemampuan keuangan desa.
Lembaga Kemasyarakatan Desa
Dalam penjelasan UU No. 6 Tahun 2014 dikatakan bahwa di desa dibentuk lembaga
kemasyarakatan desa, seperti rukun tetangga, rukun warga, pembinaan kesejahteraan
keluarga, karangtaruna, dan lembaga pemberdayaan masyarakat atau yang disebut dengan
nama lain. Lembaga kemasyarakatan desa bertugas membantu pemerintah desa dan
merupakan mitra dalam memberdayakan masyarakat desa. Lembaga kemasyarakatan desa
berfungsi sebagai wadah partisipasi masyarakat desa dalam pembangunan, pemerintahan,
kemasyarakatan, dan pemberdayaan yang mengarah terwujudnya demokratisasi dan
transparansi di tingkat masyarakat, serta menciptakan akses agar masyarakat lebih berperan
aktif dalam kegiatan pembangunan.
Lembaga Adat Desa
Dalam penjelasan UU No. 6 Tahun 2014 dikatakan bahwa kesatuan masyarakat
hukum adat yang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip
Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan pusat kehidupan masyarakat yang bersifat
mandiri. Dalam kesatuan masyarakat hukum adat tersebut dikenal adanya lembaga adat yang
telah tumbuh dan berkembang di dalam kehidupan masyarakatnya. Dalam eksistensinya,
masyarakat hukum adat memiliki wilayah hukum adat dan hak atas harta kekayaan di dalam
wilayah hukum adat tersebut, serta berhak dan berwenang untuk mengatur, mengurus, dan
menyelesaikan berbagai permasalahan kehidupan masyarakat desa berkaitan dengan adat
istiadat dan hukum adat yang berlaku. Lembaga adat desa merupakan mitra pemerintah desa
dan lembaga desa lainnya dalam memberdayakan masyarakat desa.
Berikut garis besar struktur kelembagaan desa berdasarkan UU No. 6 Tahun 2014.
SEKDES Koordinator
Kegiatan Keuangan
Dilampiri:
Verifikasi Verifikasi
1 Kuitansi rangkap 3 Dokumen Kelengkapan
2 Gambar Objek
3 RAB yang sudah
Ditandatangani
4 FC Rekening Bank SPP/ SPM SP2D
BANK
Uang Cair
Prosedur Pengeluaran Kas
Dilengkapi RAB
Dokumen
Disahkan
Mengajukan
SPP Bendahara Desa
Penyesuaian Posting ke
Neraca Saldo
Aset Buku Besar
Keterangan :
1. Siklus penatausahaan keuangan desa dimulai dengan ditetapkannya peraturan desa
tentang anggaran pendapatan dan belanja desa (APBDesa).
2. Berdasarkan APBDesa maka pemerintah desa melakukan transaksi keuangan berupa
penerimaan kas sebagai sumber pendapatan desa dan melakukan pengeluaran kas
berupa belanja untuk menjalankan operasional dan program desa.
3. Berdasarkan bukti transaksi keuangan yang sah terutama Surat Permintaan
Pembayaran dan Bukti Penerimaan Kas, bendahara desa mencatatnya dalam buku-
buku kas.
4. Bendahara desa melakukan penutupan pada setiap bulannya terhadap masing-masing
buku kas tersebut dan menjadikannya sebagai laporan ke kepala desa.
5. Bendahara desa memposting setiap transaksi yang dicatat dibuku kas ke masing-
masing akun/rekening yang ada di buku besar.
6. Pada saat akan menyusun laporan keuangan, baik semesteran maupun tahunan,
bendahara desa harus menyusun neraca saldo yang merupakan ringkasan saldo dari
setiap akun/rekening yang ada dibuku besar.
7. Selanjutnya, bendahara desa menghitung dan melakukan penyesuaian terhadap akun-
akun/rekening-rekening yang terkait dengan aset lancar sebagai tahap penyusunan
laporan kekayaan milik desa.
8. Bendahara desa menyusun Laporan Keuangan.
Memposting Dalam Buku Besar
Salah satu tahapan dalam penatausahaan keuangan desa yang cukup menyita waktu dan
tenaga adalah memposting. Memposting adalah proses memindahkan catatan dari buku kas
umum desa dan buku bank desa ke setiap akun/rekening yang ada di buku besar. Jika dalam
buku kas umum desa dan buku kas desa dicatat semua akun/rekening dalam satu buku
catatan, maka dalam setiap akun/rekening yang tercatat dibuku kas umum desa dan buku
bank desa masing-masing akun/rekening yang ada dibuku besar. Posting dilakukan setiap
transaksi keuangan yang tercatat dibuku kas umum desa dan buku bank desa kecuali untuk
transaksi setoran ke bank dan penarikan dana dari rekening bank desa.
Berikut format buku besar untuk setiap akun/rekening yang ada di APBDesa.
Tampilan 18. Format Buku Besar
Nama Rekening : . . . . . . . .
Kode Rekening : . . . . . . . .
Tanggal Uraian Ref Debit (Rp) Kredit (Rp) Saldo (Rp)
1 2 3 4 5
Jumlah
Penyesuaian Laporan
Berdasarkan Permendagri No. 113 tahun 2014, kepala desa menyampaikan laporan realisasi
pelaksanaan APBDesa kepada bupati/walikota melalui camat berupa laporan semester
pertama dan laporan semester akhir tahun. Selain menyampaikan laporan tersebut, kepala
desa menyampaikan laporan pertanggung jawaban realisasi pelaksanaan APBDesa kepada
bupati/walikota melalui camat pada setiap tahun anggaran. Laporan pertanggungjawaban
realisasi pelaksanaan APBDesa disampaikan paling lambat 1(satu) bulan setelah akhir tahun
anggaran yang berkenaan.
Laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa ditetapkan dengan peraturan
desa dengan dilampiri :
1. Format laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa Tahun Anggaran
berkenaan.
2. Format laporan kekayaan milik desa per 31 desember tahun anggaran berkenaan.
3. Format laporan program pemerintah dan pemerintah daerah yang masuk ke desa.
Laporan realisasi dan laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa
diinformasikan kepada masyarakat secara tertulis dan dengan media informasi yang mudah
diakses oleh masyarakat.
Prosedur Penutupan Buku Setiap Akhir Bulan
Berdasarkan Permendagri No. 113 tahun 2014, bendahara desa berkewajiban melakukan
pencatatan setiap penerimaan dan pengeluaran, serta melakukan tutup buku pada setiap akhir
bulan secara tertib. Proses penutupan buku dilakukan dengan cara menjumlahkan setiap
kolom penerimaan dan pengeluaran pada buku kas umum, buku pembantu pajak, dan buku
bank desa, sehingga kita mendapatkan saldo-saldo akhir dari setiap penerimaan dan
pengeluaran pada masing-masing buku tersebut, yang nantinya akan kita gunakan sebagai
dasar pembuatan laporan pertanggungjawaban bendahara desa.
PENYUSUNAN LAPORAN KEKAYAAN MILIK DESA AWAL
Penyusunan dan penyajian laporan kekayaan milik desa itu sendiri harus sesuai dengan
peraturan yang berlaku agar dihasilkan suatu format laporan yang seragam. Saat ini format
Laporan Kekayaan Milik Desa mengacu pada Permendagri No. 113 tahun 2014 tentang
pengelolaan keuangan desa.
Berhubung dengan kondisi pencatatan aset dan kewajiban yang pada umumnya kurang andal,
baik dari aspek kelengkapan, keberadaan, maupun penilaiannya, maka untuk penyusunan
Laporan Kekayaan Milik Desa Awal, pemerintah desa perlu menyusun langkah-langkah
terstruktur sebagai berikut.
1. Menentukan ruang lingkup pekerjaan.
2. Menyiapkan formulir berikut petunjuk pengisiannya.
3. Memberikan penjelasan kepada tim yang akan melakukan penyusunan Laporan
Kekayaan Milik Desa Awal.
4. Melaksanakan kegiatan pengumpulan data serta invetarisasi aset dan kewajiban.
5. Melakukan pengolahan data serta klasifikasi aset dan kewajiban sesuai dengan
Permendagri No.113 Tahun 2014.
6. Melakukan penilaian terhadap aset dan kewajiban.
7. Menyajikan akun-akun aset, kewajiban, dan kekayaan bersih serta jumlahnya dalam
format Laporan Kekayaan Milik Desa seperti yang ada ditampilan 22 bab 4.
DAFTAR PUSTAKA