PEMBAHASAN
A. Pengertian Surau
Artinya, masjid atau surau menjadi pusat pembinaan umat untuk menjalin
hubungan bermasyarakat yang baik (hablum-minan-naas) dan terjaminnya
pemeliharaan ibadah dengan Khalik (hablum minallah) (Abidin, 2016: 2).
Pertama, surau gadang adalah surau yang menjadi induk dari beberapa
surau kecil di sekitarnya. Di surau gadang dilakukan pengajian rutin oleh
syekh dengan murid-muridnya yang menjadi guru pada surau-surau di daerah
sekitar surau gadang tersebut. Penamaan surau gadang ini biasanya dikaitkan
dengan nama syekh yang mendiami surau itu atau nama daerah tempat surau
itu berdiri. Misalnya Surau gadang Tanjung Medan di Ulakan, Surau Koto
Tuo Ampek Angkek, Surau Inyiak Candung di Bukittingi, Surau Inyiak Jaho
di Padang Panjang, Surau Inyiak Parabek dan lain sebagainya. Surau-surau
3
gadang ini pada akhirnya ada yang memfungsikan diri sebagai masjid,
sebagai madrasah/pesantren dan sebagai tempat pengajian.
Dalam sistem pendidikan surau tidak ada tingkat atau kelas khusus
sebagaimana halnya sekolah formal yang kita kenal saat ini. Para syekh
membagi murid sesuai dengan jurnlah tahun yang telah mereka habiskan di
surau (lamanya mereka belajar di surau). Terkadang pembagian ini dilakukan
berdasarkan tingkat kompetensi murid, namun itu tidak kaku; seorang murid
bisa saja pindah dari satu "tingkat" ke "tingkat" lain yang mereka inginkan.
Kedua, fiqh. Yang muatan isinya dimulai dari paling dasar yaitu dari
thaharah, kemudian pada rukun-rukun Islam, dan diteruskan pada kajian yang
lebih tinggi, yakni tentang rukun-rukun Islam seperti menggunakan Kitab al-
Minhaj, karangan Imam Nawawi.
Tuanku Syekh adalah personifikasi dari surau itu sendiri. Tuanku Syekh
tidak hanya berperan sebagai guru, tetapi juga sekaligus sebagai pemimpin
spiritual mereka yang ingin mengintensifkan ibadah-nya. Ia merupakan
seorang ahli dalam ilmu-ilmu esoterik dan ilahiah, dan menjadi penghubung
antara para penyembah dengan Tuhan. Dalam kata adat disebutkan,
Para syekh mesti dibekali dengan ilmu halal dan haram. Mengaji syariah
(hukum) dan makrifah (aqidah dan tauhid). Sehingga kata yang disampaikan
hanyalah kata hakikat, kebenaran yang datang dari Allah SWT.
Meskipun posisi Tuanku Syekh atau guru surau tidak tercakup dalam
hirarki resmi adat, namun pengaruh mereka tampak jelas terhadap posisi yang
ditentukan adat bagi penghulu. Di nagarinya sendiri, Tuanku Syekh dapat
memerintahkan kepatuhan penduduk di luar sukunya sendiri. Dalam lingkup
supra-nagari, ia berada di luar komunitas adat nagari. Keputusan mereka
mengenai persoalan-persoalan keagamaan secara teoritis mengikat. Para
fungsionaris keagamaan yang disebut dalam sistem adat, seperti imam, khatib
atau malim hanya sekadar pelaksana hukum Islam. Mereka ditugaskan
mengurusi masjid nagari dan melaksanakan ritual-ritual keagamaan, seperti
perkawinan, penguburan, dan peringatan keagamaan; fungsi-fungsi yang
6
terkadang juga dilakukan Tuanku Syekh dan guru-guru surau (Mas’ud, 2011:
30-31).
D. Pengertian Pesantren
Pesantren berasal dari bahasa Tamil, dari kata santri, diimbuhi awalan pe
dan akhiran -an yang berarti para penuntut ilmu. Menurut Abdurrahman
Wahid pesantren adalah Sebuah kompleks dengan lokasi yang umumnya
terpisah dari kehidupan di sekitarnya. Pesantren adalah suatu bentuk
lingkungan masyarakat yang unik dan memiliki tata nilai kehidupan yang
positif yang mempunyai ciri khas tersendiri, sebagai lembaga pendidikan
Islam. Pondok pesantren merupakan suatu komunitas tersendiri, dimana kyai,
7
ustadz dan santri dan pengurua pesantren hidup bersama dalam satu
lingkungan yang berlandaskan nilai-nilai agama Islam lengkap dengan
norma-norma dan kebiasaan – kebiasaannya tersendiri (Zulhimma, 2013:
166-167).
dia ingin menjadi ulama atau tidak. Tingkatan pengajian yang paling rendah
dimulai pada waktu anak-anak berumur sekitar 5 sampai 7 tahun dalam
bentuk membaca atau menghafalkan surat-surat pendek dari Al-Qur’an yang
dikenal dengan nama turutan, yang dilanjutkan, secara bertahap, membaca
seluruh Al-Qur’an sampai lancar sekali, baik dalam pengenalan huruf-huruf
atau tulisan-tulisan Arab maupun pengucapannya. Untuk mencapai taraf ini
biasanya diperlukan waktu sekitar 5 atau 6 tahun. Setelah murid memperoleh
dasar-dasar yang cukup dalam sistem pengajian ini, barulah ia dianggap
qualified untuk meneruskan pelajarannya ke lembaga-lembaga pesantren
yaitu sekitar 15 atau 16 tahun. Lembaga-lembaga pesantren pun mengenalkan
tingkatan-tingkatan, dari yang mengajarkan teks-teks sederhana sampai
kepada pesantren luhur yang mengajarkan teks-teks tingkat tinggi.
H. Kesimpulan
Pesantren berasal dari bahasa Tamil, dari kata santri, diimbuhi awalan pe
dan akhiran -an yang berarti para penuntut ilmu. Pesantren adalah suatu
bentuk lingkungan masyarakat yang unik dan memiliki tata nilai kehidupan
yang positif yang mempunyai ciri khas tersendiri, sebagai lembaga
pendidikan Islam. Pesantren tradisional atau pesantren salafi adalah pesantren
yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab Islam klasik sebagai inti
pendidikan di pesantren. Adapun pesantren modern atau pesantren khalafi
adalah pesantren yang telah memasukkan pelajaran-pelajaran umum dalam
sistem madrasah-madrasah yang dikembangkannya, atau membuka tipe
sekolah umum dalam lingkungan pesantren. Pola pendidikan Islam tradisional
di lembaga-lembaga pesantren umumnya bertingkat-tingkat sesuai dengan
usia. Sistem pengajaran yang dikenalkan di pesantren pada umumnya ada dua
macam, yaitu sistem sorogan, Sistem bandongan merupakan sistem dimana
10