Mata Kuliah
Enterpreneurship
Dosen Pengampu
Dra. Mulyani, M. Ag
Oleh:
Iqbal Ansori (170104040110)
Noor Kamilah (170104040169)
Bunga Sukma Dewi (170104040162)
2
PEMBAHASAN
A. Definisi Motivasi dan Kewirausahaan
Motivasi merupakan motif seseorang yang ada dalam diri, yang
membangkitkan, mengaktifkan, mengarahkan perilakunya menuju pencapaian
terhadap tujuan (Amirullah, 2005). Baum (2007) mendefinisikan motivasi adalah
penggerak/pendorong dalam diri yang mengarahkan tindakan seseorang terhadap
tujuan tertentu, dan dengan memfokuskan perhatian seseorang dan mendukung
tindakan yang diambil. Sedangkan kewirausahaan adalah berpikir dan bertindak
sesuatu yang baru atau berpikir sesuatu yang lama dengan cara-cara baru.
Menurut Drucker (2002), berwirausaha merupakan kegiatan menghasilkan sesuatu
yang baru, berbeda dengan berpikir secara kreatif dan bertindak inovatif dalam
mencapai suatu peluang yang ada. Berdasarkan pengertian motivasi dan
berwirausaha tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi berwirausaha
merupakan daya penggerak yang ada dalam diri menimbulkan semangat terhadap
penciptaan suatu kegiatan/pekerjaan dengan melihat peluang yang ada disekitar,
bertindak berani dalam mengambil resiko, melakukan kegiatan yang inovatif,
serta memiliki orientasi terhadap laba.1
Motivasi dirumuskan sebagai dorongan, baik diakibatkan faktor dari dalam
maupun luar, untuk mencapai tujuan tertentu guna memenuhi atau memuaskan
suatu kebutuhan untuk lancarnya usaha tersebut.
Peran motivasi dalam berwirausaha dapat dianalogikan sebagai bahan bakar
penggerak mesin. Motivasi berwirausaha yang memadai akan mendorong untuk
berperilaku aktif dalam berwirusaha, tetapi motivasi yang terlalu kuat justru dapat
berpengaruh negatif terhadap keefektifan usaha tersebut. Motivasi juga berfungsi
untuk mempengaruhi minat berwirausaha. Minat seseorang terhadap suatu obyek
diawali dari perhatian seseorang terhadap obyek tersebut. Minat merupakan
sesuatu hal yang sangat menentukan dalam setiap usaha, maka minat perlu
ditumbuhkembangkan pada diri setiap entrepreneur. Minat tidak dibawa sejak
1
Ramadhany Imanda, “MOTIVASI PENGUSAHA DALAM PENGEMBANGAN
INOVASI PRODUK (PENELITIAN DESKRIPTIF TERHADAP PENGUSAHA GARMEN
MUSLIM DI GRESIK)1,” JESTT Vol. 2 No. 5 (2015): 414–415.
3
lahir, melainkan tumbuh dan berkembang sesuai dengan faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
B. Motivasi dalam Berwirausaha
Venesaar et al. (2006:104) menjelaskan bahwa motivasi seseorang menjadi
wirausaha dibagi dalam tiga dimensi, yaitu :
1. Ambition for freedom (aktivitas lebih bebas, memiliki usaha sendiri, menjadi
lebih dihormati, terdepan dalam menerapkan ide baru, mengembangkan hobi
dalam bisnis) ,
2. Self-realisation (Memperoleh posisi yang lebih baik di masyarakat,
Merasakan tantangan, memotivasi dan memimpin orang lain, melanjutkan
tradisi keluarga, mengimplementasikan ide atau berinovasi, mengikuti orang
lain),
3. Pushing factors (Kehilangan pekerjaan, memperoleh pendapatan yang lebih
baik, didak puas dengan pekerjaan).2
Dalam “Entrepreneur Handbook”, dikemukakan beberapa alasan mengapa
seseorang berwirausaha, yaitu (Suryana, 2003):
1. Alasan keuangan, yaitu untuk mencari nafkah, untuk menjadi kaya, untuk
mencari pendapatan kekayaan, sebagai stabilitas keuangan.
2. Alasan sosial, yaitu untuk memperoleh gengsi/ status, untuk dapat dikenal dan
dihormati.
3. Alasan pelayanan, yaitu untuk memberi pekerjaan pada masyarakat, untuk
menatar masyarakat, untuk membantu ekonomi masyarakat, demi masa depan
anak-anak dan keluarga, untuk mendapatkan kesetiaan suami/istri, untuk
membahagiakan orangtua.
4. Alasan pemenuhan diri, yaitu untuk menjadi mandiri, untuk menjadi sesuatu
yang diinginkan, untuk menghindari ketergantungan pada orang lain, untuk
menjadi lebih produktif, dan untuk menggunakan kemampuan pribadi.
Beberapa indikator psikologis ditemukan dalam sejumlah studi sebagai
determinan dari motivasi kewirausahaan seperti: kebutuhan untuk berprestasi/
2
Zuhrina Aidha, “PENGARUH MOTIVASI TERHADAP MINAT BERWIRAUSAHA
MAHASISWA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA,” Jurnal JUMANTI Vol. 1 No.1 (2016): 47.
4
need of achievement, inisiatif dan kreativitas, kecendrungan mengambil resiko,
kepercayaan diri dan locus of control (Buchari Alma, Donni Juni Priansa, 2009).3
C. Motivasi dan Kewirausahaan dalam Pandangan Islam
Bagi seorang Muslim, dalam menjalankan kegiatan kewirausahaan juga perlu
dilandasi dengan nilai-nilai Islam yang bersumber pada Al-Quran dan Hadist agar
bisnisnya dapat berjalan dengan lancar. Kewirausahaan Islam merupakan bisnis
dengan basis syariah yang akan membawa wirausaha muslim kepada
kesejahteraan dunia dan akhirat dengan selalu memenuhi standar etika perilaku
bisnis, yaitu: takwa, kebaikan, ramah dan amanah. Ketaqwaan seorang wirausaha
muslim adalah harus tetap mengingat Allah dalam kegiatan berbisnisnya,
sehingga dalam melakukan kegiatan bisnis seorang wirausahawan akan
menghindari sifat-sifat yang buruk seperti curang, berbohong, dan menipu
pembeli. Seorang yang taqwa akan selalu menjalankan bisnis dengan keyakinan
bahwa Allah selalu ada untuk membantu bisnisnya jika dia berbuat baik dan
sesuai dengan ajaran Islam.4
Islam memberikan pengarahan kepada satu tujuan yang luhur, mulia, ideal,
dan sempurna yaitu untuk berta’abbbud, memperhambakan diri, dan mencari
keridhaan Allah SWT. Semua usaha dan aktivitas seorang mukmin baik urusan
duniawi maupun akhirat pada hakikatnya tertuju pada satu titik yaitu keridhaan
Allah.5
Motivasi berbisnis atau kerjaan apapun, dalam Islam itu adalah untuk mencari
nafkah yang merupakan bagian dari ibadah. Rahmat (2010) mengatakan bahwa
motivasi berbisnis/bekerja dalam Islam bukanlah untuk mengejar hidup hedonis,
bukan juga untuk status, apa lagi untuk mengejar kekayaan dengan segala cara.
Dengan demikian, motivasi bisnis dalam Islam, bukan hanya memenuhi nafkah
semata tetapi sebagai kewajiban beribadah kepada Allah setelah ibadah fardlu
3
Joyo Winoto, “MOTIVASI MAHASISWA MENJADI WIRAUSAHA DI
KABUPATEN KUDUS: STUDI KOMPARATIF STAIN KUDUS DAN UMK,” Equilibrium Vol
2 No. 2 (2014): 277.
4
Ariyadi, “Bisnis Dalam Islam,” Jurnal Hadratul Madaniyah Volume 5 (2018): 14.
5
Hamzah Ya’kub, Etos Kerja Islami : Petunjuk Pekerjaan Yang Halal dan Haram dalam
Syariat Islam (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1992), 13.
5
lainnya. Bekerja untuk mencari nafkah adalah hal yang istimewa dalam
pandangan Islam. 6
D. Motivasi Berwirausaha dalam Islam
Motivasi yang diberikan oleh Islam dalam berwiraswasta berupa motivasi
moralis dan motivasi yuridis. Motivasi moralis adalah motivasi yang menyangkut
nilai moral atau akhlak manusia agar dia mengerjakan dengan senang hati tanpa
harus disuruh. Motivasi yuridis adalah motivasi yang diberikan oleh Islam dalam
bentuk hukum yang harus dilaksanakan.
Ada tiga langkah untuk memotivasi/mengajak, yaitu motivator mengajak
dengan sifat dan cara bijaksana (beretika), memberikan penjelasan yang baik dan
dapat diterima dengan akal sehat (berlogika) dan akhirnya berdiskusi atau
bermusyawarah sehingga terjalin kesamaan pendapat antara motivator dengan
para khalayak yang diajak (berestetika).
Motivasi dari Allah agar manusia berusaha (berwiraswasta), baik di sektor
industri maupun di sektor-sektor produktif lainnya, banyak sekali terdapat di
dalam Al-Quran dan alhadist, diantaranya:
1. Allah tidak merubah nasib manusia, kecuali mereka sendiri.
Usaha untuk merubah suatu keadaan sangat tergantung pada aktivitas
manusia, karena untuk makhluk berlaku hukum sebab akibat (kausalitas) atau
sunnatullah atau hukum alam. Allah telah memberikan berbagai sarana kepada
manusia berupa piranti lunak yang terdiri dari akal pikiran, jiwa/hati yang baik
dan nafsu/semangat yang menggelora. Peranti lunak tersebut disertai dengan
piranti keras yang terdiri dari pancaindra, kaki tangan dan tubuh yang indah,
tegap dan cocok/efisien untuk bekerja. Ditambah lagi dengan peranti dari luar
berupa petunjuk dari Allah dan Rasul (Alquran dan Al Hadits) dan ilmu
pengetahuan. Dengan demikian terserah kepada manusia sendiri untuk
menggunakan semua piranti yang tersedia, baik yang berasal dari dalam (dia
6
Ananto Pramandhika, “MOTIVASI KERJA DALAM ISLAM (Studi Kasus pada Guru
TPQ di Kecamatan Semarang Selatan)” (Skripsi, Program Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas
Diponegoro, 2011), 34.
6
sendiri) maupun dari luar, untuk merubah nasibnya menjadi lebih baik guna
mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat.7
َّللاَ ََل يُغ َِي ُر َما بِقَ ْو ٍم َحت َّ ٰى يُغ َِي ُروا َما بِأ َ ْنفُ ِس ِه ْم
َّ ِإ َّن
“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS. Ar-Rad 11)
7
Ahmad Gazali, Menuju Masyarakat Industri Yang Islami (Jakarta: CV. Dwi Cahya,
1995), 103.
7
maksudnya adalah dengan meningkatkan kebahagiaan di dunia harus selalu
berusaha untuk meningkatkan kebahagiaan di akhirat kelak melalui peningkatan
ibadah kepada Allah habluminallah dan peningkatan berbuat kebaikan kepada
orang lain dan alam sekitarnya atau habluminannas.
ََّللاُ إِلَيْك َ َْصيبَكَ ِمنَ الدُّ ْنيَا ۖ َوأَحْ س ِْن َك َما أَح
َّ َسن َ َّار ْاْل ِخ َرة َ ۖ َو ََل ت َ ْن
ِ سن َّ ََوا ْبت َغِ فِي َما آتَاك
َ َّللاُ الد
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari
(kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana
Allah telah berbuat baik, kepadamu...”(QS. Al-Qashash 77)
5. Berlomba bekerja untuk kepentingan dunia dan akhirat
Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam telah memacu agar selalu sibuk
bekerja untuk kepentingan di dunia dan begitu pula selalu sibuk beribadah untuk
kepentingan bekal di akhirat.
“Kerjakanlah kepentingan duniamu seakan-akan kamu hidup selama-
lamanya, dan kerjakanlah kepentingan akhiratmu seakan-akan kamu akan mati
esok hari.” (HR. Thabrany dan Ibnu Asy Syakir)
6. Allah mewajibkan berusaha
Karena pentingnya dunia sebagai jembatan sarana untuk akhirat Allah
mewajibkan manusia berusaha namun harus selalu diingat bahwa dengan
meningkatkan taraf hidup di dunia sebagai hasil dari usaha maka haruslah pula
digunakan untuk meningkatkan bekal di akhirat kelak.8
“Sesungguhnya Allah telah mewajibkan kamu berusaha, maka oleh sebab itu
hendaklah kamu rajin berusaha.” (HR. Thabrany dari Muhjan bin Al-Ardu’)
8
Gazali, 106.
8
8. Manusia bertugas memakmurkan bumi
Bumi sebagai potensi sumber daya alam dan sumber daya energi diciptakan
oleh Allah untuk manusia manusia sendiri mempunyai sumber daya yang sangat
potensial yang apabila dipergunakan akan menjadi sumber daya yang real yang
bisa merubah sumber daya alam dan sumber daya energi di bumi menjadi sangat
berharga untuk memakmurkan bumi yang berarti memakmurkan manusia secara
keseluruhan dan makhluk lainnya Salah satu usaha yang paling tinggi daya
pemakmuran nya atau paling tinggi nilai tambah nya adalah industri.
ِ ُه َو أ َ ْنشَأ َ ُك ْم ِمنَ ْاْل َ ْر
ٌض َوا ْست َ ْع َم َر ُك ْم ِفي َها فَا ْست َ ْغ ِف ُروهُ ث ُ َّم تُوبُوا ِإلَ ْي ِه ۚ ِإ َّن َر ِبي قَ ِريبٌ ُم ِجيب
“Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu
pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah
kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi
memperkenankan (doa hamba-Nya)". (QS. Hud 61)
9. Teladan para Nabi dalam berwiraswasta
Para Nabi di samping tugas pokok beliau menyampaikan risalah yang
menyangkut keimanan dan ibadah kepada Allah juga telah memberikan contoh
teladan berwiraswasta untuk menunjang kehidupan beliau di dunia. Begitu pula
Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam dan memberikan contoh teladan
yang lengkap dalam berusaha di bidang ekonomi dimulai dari beternak (sektor
pertanian atau sektor primer) membuat pakaian dan sepatu (sektor industri atau
sektor sekunder) dan berdagang sektor jasa (sektor tersier.)
“Bahwa Nabi Daud adalah seorang ahli tenun atau pembuat kain dan baju
besi, Nabi Adam seorang petani, Nabi Nuh seorang ahli pembuat kapal dari
kayu, Nabi Idris seorang tukang jahit, dan Nabi Musa seorang penggembala”
(hadits riwayat Imam Hakim.)
10. Tangan diatas lebih mulia daripada tangan di bawah
Hasil dari seluruh kegiatan manusia baik di bidang ibadah maupun di bidang
muamalah adalah untuk meningkatkan martabat manusia disisi Allah dan di sisi
manusia prestasi semacam ini diibaratkan oleh Nabi Muhammad Shallallahu
9
Alaihi Wasallam sebagai Tangan diatas yang berarti orang yang selalu memberi
karena kelebihannya di bidang material dan spiritual.9
9
Gazali, 107.
10
KESIMPULAN
Motivasi berwirausaha merupakan daya penggerak yang ada dalam diri
menimbulkan semangat terhadap penciptaan suatu kegiatan/pekerjaan dengan
melihat peluang yang ada disekitar, bertindak berani dalam mengambil resiko,
melakukan kegiatan yang inovatif, serta memiliki orientasi terhadap laba.
Bagi seorang Muslim, dalam menjalankan kegiatan kewirausahaan juga perlu
dilandasi dengan nilai-nilai Islam yang bersumber pada Al-Quran dan Hadist agar
bisnisnya dapat berjalan dengan lancar. Kewirausahaan Islam merupakan bisnis
dengan basis syariah yang akan membawa wirausaha muslim kepada
kesejahteraan dunia dan akhirat dengan selalu memenuhi standar etika perilaku
bisnis, yaitu: takwa, kebaikan, ramah dan amanah.
Motivasi berbisnis atau kerjaan apapun, dalam Islam itu adalah untuk mencari
nafkah yang merupakan bagian dari ibadah. Rahmat (2010) mengatakan bahwa
motivasi berbisnis/bekerja dalam Islam bukanlah untuk mengejar hidup hedonis,
bukan juga untuk status, apa lagi untuk mengejar kekayaan dengan segala cara.
Dengan demikian, motivasi bisnis dalam Islam, bukan hanya memenuhi nafkah
semata tetapi sebagai kewajiban beribadah kepada Allah setelah ibadah fardlu
lainnya. Bekerja untuk mencari nafkah adalah hal yang istimewa dalam
pandangan Islam.
11
DAFTAR PUSTAKA
Aidha, Zuhrina. “PENGARUH MOTIVASI TERHADAP MINAT
BERWIRAUSAHA MAHASISWA FAKULTAS KESEHATAN
MASYARAKAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA
UTARA.” Jurnal JUMANTI Vol. 1 No.1 (2016).
Ya’kub, Hamzah. Etos Kerja Islami : Petunjuk Pekerjaan Yang Halal dan Haram
dalam Syariat Islam. Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1992.
12