Anda di halaman 1dari 7

PSIKOLOGI ISLAM UNTUK MEMAHAMI MOTIVASI

(Islamic Psychology for Understanding Motivation)

oleh : Wahyono Saputro

Pengantar

Psikologi Islam adalah bidang studi yang mengkaji perilaku manusia dari perspektif

Islam. Salah satu bidang yang diminati dalam psikologi Islam adalah kajian tentang

motivasi. Motivasi sangat penting untuk perilaku manusia dan merupakan komponen

penting dari kesuksesan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk pendidikan, karir,

dan kehidupan pribadi. Dalam esai ini, akan membahas perspektif psikologi Islam

tentang motivasi dan bagaimana hal itu dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku

manusia.

Perspektif Islam tentang Motivasi

Perspektif Islam tentang motivasi didasarkan pada keyakinan bahwa manusia diciptakan

dengan kecenderungan alamiah untuk mencapai potensi maksimalnya. Kecenderungan

alamiah ini disebut sebagai “fitrah” dalam psikologi Islam. Fitrah memotivasi manusia

untuk mencari ilmu, terlibat dalam kegiatan produktif, dan berkontribusi kepada

masyarakat.

Islam mengenal dua jenis motivasi - intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intrinsik

berasal dari dalam diri sendiri, sedangkan motivasi ekstrinsik berasal dari sumber

eksternal, seperti penghargaan dan hukuman. Psikologi Islam menekankan pentingnya

motivasi intrinsik karena lebih efektif dalam jangka panjang. Motivasi intrinsik berasal
1
dari rasa tujuan dan makna. Ketika orang termotivasi oleh rasa tujuan dan makna,

mereka lebih mungkin untuk mencapai tujuan mereka dan menjadi sukses.

Psikologi Islam juga mengakui pentingnya jiwa dan raga yang sehat dalam motivasi.

Pikiran dan tubuh yang sehat sangat penting untuk motivasi yang optimal. Islam

mendorong kebersihan fisik dan mental melalui berbagai praktik seperti sholat, puasa,

dan meditasi. Praktik-praktik ini membantu menjaga kesehatan pikiran dan tubuh, yang

pada gilirannya meningkatkan motivasi.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi

Psikologi Islam mengenal berbagai faktor yang mempengaruhi motivasi. Faktor-faktor

ini dapat secara luas diklasifikasikan menjadi tiga kategori - faktor individu, faktor

sosial, dan faktor lingkungan.

Faktor Individu

Faktor individu yang mempengaruhi motivasi termasuk sifat kepribadian, keterampilan,

dan kemampuan. Individu termotivasi ketika mereka merasa bahwa mereka memiliki

kemampuan untuk mencapai tujuan mereka. Islam mengakui bahwa setiap individu

adalah unik dan memiliki keterampilan dan kemampuan yang berbeda. Oleh karena itu,

individu harus didorong untuk melakukan hal-hal yang selaras dengan keterampilan dan

kemampuannya. Ini meningkatkan motivasi intrinsik, yang lebih efektif dalam jangka

panjang.

Faktor sosial

Faktor sosial yang mempengaruhi motivasi antara lain keluarga, teman, dan masyarakat.
2
Faktor-faktor ini memengaruhi keyakinan, sikap, dan perilaku individu. Islam mengakui

pentingnya dukungan sosial dalam motivasi. Individu yang dikelilingi oleh individu

yang mendukung dan menyemangati lebih cenderung merasa termotivasi untuk

mencapai tujuan mereka.

Faktor lingkungan

Faktor lingkungan yang mempengaruhi motivasi meliputi lingkungan kerja, kondisi

tempat tinggal, dan kondisi ekonomi. Islam mengakui bahwa lingkungan memainkan

peran penting dalam motivasi. Individu yang berada dalam lingkungan yang positif

lebih cenderung merasa termotivasi untuk mencapai tujuan mereka. Islam mendorong

etos kerja yang positif dan menekankan pentingnya menciptakan lingkungan yang positif

bagi diri sendiri dan orang lain. Ini termasuk menjaga kebersihan, menghormati orang

lain, dan menghindari perilaku negatif seperti berbohong, menipu, dan menggunjing.

Teknik untuk Meningkatkan Motivasi

Psikologi Islam menawarkan berbagai teknik untuk meningkatkan motivasi. Teknik-

teknik ini didasarkan pada ajaran dan praktik Islam.

1. Tawakkal (bergantung pada Tuhan)

Islam menekankan pentingnya mengandalkan Tuhan untuk bantuan dan bimbingan.

Tawakkal adalah tindakan mengandalkan Tuhan untuk dukungan dan bimbingan. Ketika

individu memercayai Tuhan dan mengandalkan-Nya, mereka merasa termotivasi dan

berdaya untuk mencapai tujuan mereka. Ini meningkatkan motivasi intrinsik, yang lebih

efektif dalam jangka panjang.

2. Menetapkan tujuan

3
Islam mendorong individu untuk menetapkan tujuan bagi diri mereka sendiri.

Menetapkan tujuan memberikan arah dan tujuan. Ketika individu memiliki arah yang

jelas, mereka merasa termotivasi untuk bekerja untuk mencapai tujuan mereka. Islam

juga menekankan pentingnya menetapkan tujuan yang realistis yang selaras dengan

keterampilan dan kemampuan seseorang. Ini meningkatkan motivasi intrinsik dan

membantu individu mencapai tujuan mereka.

3. Mencari ilmu

Islam menganjurkan manusia untuk mencari ilmu. Pengetahuan menyediakan individu

dengan keterampilan dan kemampuan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan mereka.

Ketika individu memiliki pengetahuan, mereka merasa diberdayakan dan termotivasi

untuk mencapai tujuan mereka. Islam juga menekankan pentingnya mencari ilmu yang

bermanfaat yang sesuai dengan keterampilan dan kemampuan seseorang.

4. Pembicaraan diri yang positif

Pembicaraan diri yang positif adalah teknik yang efektif untuk meningkatkan motivasi.

Islam mendorong individu untuk terlibat dalam self-talk positif. Ini melibatkan memberi

tahu diri sendiri afirmasi positif seperti "Saya bisa melakukan ini", "Saya mampu

mencapai tujuan saya", dan "Saya percaya pada rencana Allah". Self-talk positif

meningkatkan motivasi intrinsik dan membantu individu mencapai tujuan mereka.

5. Syukur

Syukur adalah komponen penting dari psikologi Islam. Islam menekankan pentingnya

mensyukuri nikmat yang Allah berikan. Ketika individu bersyukur, mereka merasa

termotivasi untuk menggunakan berkat mereka dengan bijak dan memberikan dampak

positif. Syukur meningkatkan motivasi intrinsik dan membantu individu mencapai

tujuan mereka.

4
Kesimpulan

Psikologi Islam menawarkan wawasan yang berharga untuk memahami motivasi. Islam

mengakui pentingnya motivasi intrinsik dan menawarkan berbagai teknik untuk

meningkatkan motivasi, termasuk mengandalkan Tuhan, menetapkan tujuan, mencari

ilmu, pembicaraan diri yang positif, dan rasa syukur. Dengan menerapkan teknik ini,

individu dapat meningkatkan motivasi mereka dan mencapai tujuan mereka.

Psikologi Islam juga mengakui pentingnya jiwa dan raga yang sehat dalam motivasi.

Islam mendorong kebersihan fisik dan mental melalui berbagai praktik seperti sholat,

puasa, dan meditasi.

Sumber :

1. Al-Ghazali, Abu H. The Alchemy of Happiness. Inner Traditions/Bear & Co, 2001.

5
2. Hadithi, Abdul. "The Islamic concept of motivation." Journal of Islamic Management

Studies 5, no. 2 (2020): 1-13.

3. Hashim, Ibrahim Abu, and Fatin Farhana Zahari. "Islamic beliefs and intrinsic

motivation in learning." International Journal of Social, Behavioral, Educational,

Economic, Business and Industrial Engineering 9, no. 11 (2015): 3630-3634.

4. Insan, Nurul, and Heru Santoso Wahito Nugroho. "Islamic values in a motivation

model." Intek (Informasi Teknologi) 5, no. 1 (2019): 76-83.

5. Keshavarzi, Maryam, and Fatemeh Alizadeh-Mosavi. "The role of Islamic spirituality

in employee motivation and job satisfaction." Journal of Applied Environmental and

Biological Sciences 9, no. 1 (2019): 13-19.

6. Othman, Muhammad Redzuan, and Muhammad Mohsin Butt. "An Islamic perspective

on motivation and leadership: a review of literature." International Journal of

Management, Accounting & Economics 5, no. 2 (2018): 144-160.

7. Phillips, S. M. "Islam and the psychology of motivation." The Journal of Psychology

(1975) 90, no. 1 (1975): 19-25.

8. Rasul, Mohd Sufian, and Norizan Ahmad. "The concept of motivation in Islamic

perspective." Procedia-Social and Behavioral Sciences 93 (2013): 1646-1650.

6
9. Wahab, Abdul, and Nursalam. "The concept of motivation in the Islamic perspective

and its implication on nursing education." International Journal of Humanities and Social

Science Invention 8, no. 7 (2019): 53-59.

10. Yusoff, Mohd Yakub, and Abdul Qayyum Jatoi. "Motivation in the Islamic

perspective: a conceptual review." Journal of Islamic Social Sciences and Humanities

Research 1, no. 2 (2020): 28-36.

Anda mungkin juga menyukai