Anda di halaman 1dari 7

PSIKOLOGI ISLAM UNTUK KESINAMBUNGAN

oleh : Wahyono Saputro

Pengantar

Keberlanjutan adalah masalah kritis yang perlu ditangani oleh masyarakat modern.

Dalam banyak kasus, upaya untuk mempromosikan keberlanjutan terbatas pada

pelestarian lingkungan, namun pembangunan berkelanjutan juga harus mencakup faktor

sosial, ekonomi, dan budaya. Psikologi Islam menyajikan perspektif unik tentang

keberlanjutan, menekankan pentingnya keseimbangan, harmoni, dan moderasi dalam

semua aspek kehidupan. Dalam esai ini, akan dieksplorasi prinsip-prinsip psikologi

Islam dan relevansinya dengan keberlanjutan, membahas bagaimana psikologi Islam

dapat berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan di berbagai bidang.

Bagian 1: Tinjauan Psikologi Islam

Psikologi Islam didasarkan pada prinsip-prinsip Islam, yang memberikan kerangka

komprehensif bagi kehidupan manusia yang mencakup kesejahteraan fisik, emosional,

spiritual, dan sosial. Psikologi Islam mencari keseimbangan dan keharmonisan dalam

semua aspek kehidupan manusia, menekankan bahwa individu hanya dapat mencapai

kebahagiaan dan kesejahteraan sejati ketika mereka menyelaraskan tindakan dan

keyakinan mereka dengan prinsip-prinsip Islam. Psikologi Islam dapat ditelusuri

kembali ke masa Nabi Muhammad (SAW), yang menekankan pentingnya

1
mengembangkan karakter moral yang sehat, melakukan refleksi diri, dan mencari ilmu

sebagai sarana untuk mencapai pertumbuhan spiritual dan kesejahteraan.

Bagian 2: Prinsip Psikologi Islam

Ada beberapa prinsip psikologi Islam yang relevan dengan keberlanjutan. Pertama,

psikologi Islam menekankan pentingnya moderasi dalam segala aspek kehidupan. Al-

Qur'an menyatakan, "Makan dan minum, tetapi jangan berlebihan, karena Allah tidak

menyukai pemboros" (Surah Al-A'raf, ayat 31). Prinsip ini menekankan perlunya

memperhatikan pola konsumsi kita, mengurangi limbah, dan melestarikan sumber daya

untuk mendorong keberlanjutan.

Kedua, psikologi Islam menekankan pentingnya tanggung jawab sosial dan

keterlibatan masyarakat. Dalam Islam, konsep Ummah (komunitas) adalah sentral,

menyoroti bahwa individu memiliki tanggung jawab kolektif untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Prinsip ini relevan dengan keberlanjutan,

menekankan bahwa individu dan masyarakat harus bekerja sama untuk mengatasi

tantangan sosial dan lingkungan.

Ketiga, psikologi Islam menekankan pentingnya kesejahteraan spiritual sebagai

sarana untuk mencapai pembangunan berkelanjutan. Dalam Islam, kesejahteraan

spiritual terkait erat dengan kesehatan fisik dan mental, menekankan bahwa individu

harus melakukan refleksi diri, melakukan ibadah, dan mencari ilmu sebagai sarana untuk

mencapai pertumbuhan dan keseimbangan spiritual. Prinsip ini menyoroti pentingnya

mengintegrasikan praktik spiritual ke dalam program pembangunan berkelanjutan,

mengakui bahwa kesejahteraan spiritual merupakan aspek penting dari kesejahteraan

manusia.

2
Bagian 3: Psikologi Islam dan Pembangunan Berkelanjutan

Psikologi Islam menawarkan beberapa kontribusi untuk pembangunan berkelanjutan.

Pertama, psikologi Islam menekankan pentingnya pendidikan sebagai sarana untuk

berpromosi secara berkelanjutan.

Pendidikan adalah komponen penting dari pembangunan berkelanjutan, memberikan

individu dengan pengetahuan dan keterampilan untuk mengatasi tantangan sosial dan

lingkungan. Dalam Islam, pendidikan tidak terbatas pada pengetahuan akademik tetapi

juga mencakup pendidikan spiritual dan moral, menekankan pentingnya

mengembangkan karakter yang sehat dan nilai-nilai etika. Pendekatan pendidikan ini

relevan dengan pembangunan berkelanjutan, mempromosikan pendekatan holistik yang

mengintegrasikan pertimbangan sosial, ekonomi, dan lingkungan.

Kedua, psikologi Islam menekankan pentingnya tanggung jawab sosial dan

keterlibatan masyarakat sebagai sarana untuk mencapai pembangunan berkelanjutan.

Ajaran Islam menekankan pentingnya memberi kembali kepada masyarakat dan

melayani kebutuhan orang lain, menyoroti peran penting keterlibatan masyarakat dalam

mempromosikan pembangunan berkelanjutan. Prinsip ini relevan dengan pembangunan

berkelanjutan, mengakui bahwa individu dan masyarakat harus bekerja sama untuk

mengatasi tantangan lingkungan dan sosial.

Ketiga, psikologi Islam menekankan pentingnya keseimbangan dan keselarasan

dalam segala aspek kehidupan. Prinsip ini relevan dengan pembangunan berkelanjutan,

mempromosikan pendekatan seimbang yang mempertimbangkan pertimbangan sosial,

ekonomi, dan lingkungan. Al-Qur'an menyatakan, "Dan Kami telah menempatkan di

bumi gunung-gunung yang kokoh, agar tidak bergeser bersamanya, dan Kami jadikan di

dalamnya [gunung] jalan [sebagai] jalan agar mereka dapat dipandu" (Surah Al-Anbiya,

ayat 31) . Ayat ini menyoroti pentingnya menjaga keseimbangan dan stabilitas di alam,
3
menekankan perlunya melestarikan lingkungan sebagai sarana untuk mempromosikan

pembangunan berkelanjutan.

Keempat, psikologi Islam menekankan pentingnya nilai etika dan prinsip moral

dalam mendorong pembangunan berkelanjutan. Islam memberikan kerangka nilai etika

yang komprehensif, menekankan prinsip keadilan, kasih sayang, dan penatalayanan.

Prinsip-prinsip ini relevan dengan pembangunan berkelanjutan, mempromosikan

pendekatan berbasis nilai yang memprioritaskan tanggung jawab sosial dan lingkungan.

Kelima, psikologi Islam menekankan pentingnya kesejahteraan spiritual sebagai

sarana untuk mencapai pembangunan berkelanjutan. Kesejahteraan spiritual terkait erat

dengan kesehatan fisik dan mental, menekankan pentingnya terlibat dalam praktik

spiritual seperti doa, meditasi, dan refleksi diri. Praktik-praktik ini mempromosikan rasa

kedamaian dan kesejahteraan batin, yang sangat penting untuk mempromosikan

pembangunan berkelanjutan.

Kesimpulan

Psikologi Islam menawarkan perspektif unik tentang keberlanjutan, menekankan

pentingnya keseimbangan, harmoni, dan moderasi dalam semua aspek kehidupan.

Prinsip-prinsip psikologi Islam relevan dengan pembangunan berkelanjutan,

mempromosikan pendekatan holistik yang mempertimbangkan pertimbangan sosial,

ekonomi, dan lingkungan. Pendidikan, tanggung jawab sosial, keseimbangan, nilai-nilai

etika, dan kesejahteraan spiritual merupakan komponen penting dari psikologi Islam

yang dapat berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan. Dengan mengintegrasikan

prinsip-prinsip psikologi Islam ke dalam program pembangunan berkelanjutan, individu

4
dan komunitas dapat mempromosikan masa depan yang lebih berkelanjutan dan adil.

Sumber

1. slam's Perspective on Environmental Sustainability: A Conceptual Framework."

5
Journal of Environmental Science and Engineering, vol. 5, no. 9, Sept. 2011, pp. 1152-

1162.

2. Siddiqi, Abdul Hamid. "Islamic Ethics and the Environment." The Islamic Quarterly,

vol. 56, no. 4, Dec. 2012, pp. 253-267.

3. Al-Munajjed, Mona. "Environmental Sustainability in Islamic Perspective."

International Journal of Environmental Sciences and Natural Resources, vol. 3, no. 5,

September 2017, pp. 1-7.

4. Ahmed, A.K.M. Nazir. "Islamic Psychology: Understanding the Mind from an Islamic

Perspective." The Islamic Bulletin, no. 15, January-February 2001, pp. 26-27.

5. Al-Sarraf, Abdullah. "The Role of Islamic Psychology in Promoting Sustainable

Development." International Journal of Advanced Research in Islamic and Humanities,

vol. 1, no. 1, August 2018, pp. 1-12.

6. Alam, Md. Israfil, et al. "Islamic Environmentalism and Sustainable Development: A

Review." Renewable and Sustainable Energy Reviews, vol. 78, May 2017, pp. 889-896.

7. Fakhry, Majid. "Islamic Ethics and the Environment: An Introduction." Environmental

Ethics, vol. 24, no. 2, Summer 2002, pp. 135-146.

8. Al-Zahrani, Mohammed Abdullah. "Islamic Ethics and the Environment: An

Overview." Journal of Business Ethics, vol. 125, no. 2, January 2014, pp. 283-300.
6
9. Azimi, Negisa. "Islamic Eco-Psychology: The Case of Iran." Journal of Islamic

Studies and Culture, vol. 4, no. 2, October 2016, pp. 32-44.

10. Al-Attas, Syed Muhammad Naquib. "Islamic Environmental Law and Sustainable

Development." Journal of Islamic Law and Culture, vol. 8, no. 1, January 2006, pp. 3-19.

Anda mungkin juga menyukai