Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

INTEGRASI ISLAM DENGAN PSIKOLOGI DAN ILMU

KEDOKTERAN

DOSEN PEMBIMBING :
Masruhan M.Pdi

DISUSUN OLEH :
Ahmad Zainul Khuzaini
Amar Salim
Azmil Muftakhar
Laili Khumaidah
Cintantya Ina Qotrunnada

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH NU AL HIKMAH

MOJOKERTO

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-

Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul " Integrasi Islam

Dengan Psikologi Dan Ilmu Kedokteran " dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Pelajaran Integrasi. Selain

itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang Integrasi bagi para

pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu,

saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Mojokerto, 28 September 2021

Penulis
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................2

C. Tujuan Masalah.............................................................................................2

BAB II......................................................................................................................3

PEMBAHASAN......................................................................................................3

A. Integrasi Islam Dengan Psikologi.................................................................3

B. Integrasi Islam Dengan Ilmu Kesehatan.......................................................5

C. Integrasi Islam dengan Ilmu Kedokteran......................................................9

BAB III..................................................................................................................12

PENUTUP..............................................................................................................12

A. Kesimpulan.................................................................................................12

B. Saran............................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................13
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menyaksikan pergumulan pemikiran tentang pembaharuan Islam,

nampaknya ada keinginan yang kuat dari para pakar Islam, agar Islam tetap

aktif memberikan warna dalam kemodernan. Usaha ini nampak ketika Islam

merespon ilmu pengetahuan modern dengan ide islamisasi ilmu pengetahuan.

Salah satunya adalah perbincangan dalam bidang Psikilogi, Kedokteran dan

Ilmu Kesehetan.

Dalam lintasan sejarah, psikologi merupakan sebuah disiplin ilmu

yang lahir dan berkembang dari peradaban Barat yang berlandasan ilmiah

empiris-sekuler yang tak berjiwa. Ketika menelaah dimensi relegius dan

spiritual, ia hanya menghasilkan interpretasi yang mengandung kekosongan.

Untuk mengisi kekosongan itu, kemunculan dan sekaligus pengembangan

Psikologi Islam yang koheren dengan nilai-nilai ajaran Islam menjadi

semacam kebutuhan. Islamisasi psikologi ini mengharuskan landasan, tujuan,

ruang lingkup, metode dan fungsinya harus relevan dengan kebenaran yang

bersumber pada wahyu Allah.

Begitupun masalah kesehatan masih menjadi topik yang tak akan

pernah habis dibahas, sebagaimana perubahan perilaku kesehatan di

masyarakat juga masih menjadi tantangan bagi semua pihak. Islam

merupakan agama yang sangat menganjurkan manusia untuk hidup bersih,

1
sehat dan bersahabat dengan lingkungan. Terdapat bannyak ayat dalam Al-

Qur’an dan Hadits yang berisi pesan-pesan seputar kebersihan dan kesehatan.

Kesehatan dengan paradigmanya menjelaskan makna ajaran Islam begitupun

sebaliknya, sehingga tidak terjadi kesenjangan antara keagungan ajaran Islam

dengan perilaku kesehatan didalam kehidupan sehari-hari.

Urgensi Integrasi pendidikan Kedokteran Islam terhadap kedokteran

modern, telah memetakan beberapa kajian awal bahwa ilmu kedokteran Islam

dulu pernah menjadi rujukan dunia dalam dasar ilmu kedokteran modern

yang dimulai abad pertengahan. Meskipun di satu sisi, faktanya, saat ini

hampir seluruh inovasi dan teknologi dalam ilmu kedokteran modern adalah

hasil dari pengembangan kedokteran Barat. Masih minimnya inovasi dalam

teknologi ilmu kedokteran Islam ini, menjadi agenda besar para dokter

Muslim seluruh dunia. Khususnya, pengembangan inovasi dan teknologi

kedokteran dari pakar dan profesional medis Muslim di seluruh dunia.

B. Rumusan Masalah

1. Apa maksud integrasi islam dengan psikologi ?

2. Apa maksud integrasi islam dengan ilmu kesehatan ?

3. Apa maksud integrasi islam dengan ilmu kedokteran ?

C. Tujuan Masalah

1. Memahami maksud integrasi islam dengan psikologi.

2. Memahami maksud integrasi islam dengan ilmu kesehatan.

3. Memahami maksud integrasi islam dengan ilmu kedokteran.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Integrasi Islam Dengan Psikologi

Kata Psikologi berasal dari kata yunani psyces dan logos. Psyces

berarti nafas, karena itu hidup (dikaitkan atau dicirikan dengan nafas), asas

yang menghidupkan dalam diri manusia serta makhluk hidup lainnya, sumber

segala aktifitas yang hidup, jiwa atau ruh atau asas yang menghidupkan

dalam keseluruhan alam semesta. Sedangkan logos berarti kata atau bentuk

yang menampakkan asas itu. Dalam teologi, logos bermakna Firman Tuhan.

Jadi, Psikologi mulanya berarti kata atau bentuk yang mengungkapkan asas

kehidupan, jiwa atau ruh.

Menurut Farank J. Bruno dalam Dictionary of Key Word in

Psychology membagi pengertian psikologi dalam tiga bagian yang pada

prinsipnya saling berhubungan. Pertama, psikologi adalah studi

(penyelidikan) mengenai ruh. Kedua, psikologi adalah ilmu pengetahuan

mengenai kehidupan mental. Ketiga, psikologi adalah ilmu pengetahuan

mengenai tingkah laku organisme.

Perlu diingat bahwa Psikologi Islam adalah ilmu yang terintegrasi

dengan pola pendekatan disiplin ilmu keislaman lainnya, ia memiliki

kekhasan tersendiri secara paradigma maupun epistemologinya.

Ketidaksamaannya dengan metodologi ilmiah secara umum tidaklah

mengurangi keilmiahannya bila kita mengkritisinya dengan berpedoman

kepada paradigma dan epistemologi sendiri.

3
Adapun ontologi berfungsi menetapkan substansi yang ingin dicapai

yaitu memahami manusia sesuai dengan sunnatullahnya. Mengingat al-Quran

sebagai sumber ilmu pengetahuan yang paling dapat diandalkan, maka ayat-

ayat yang membicarakan terma-terma seperti insan, basyar, nafs, aql, ruh,

qalb dapat dijadikan rujukan. Dengan patokan, sejauh mana metodologi itu

dapat mengejar makna dan esensi, bukan hanya gejala. Dengan alasan itu

Noeng Muhajir menyatakan bahwa Psikologi Islam bermakna sebagai

Psikologi yang menemukan landasan filsafat ilmunya pada nilai-nilai Islam.

Para psikolog memandang kepribadian sebagai struktur dan proses

psikologis yang tetap, yang menyusun pengalaman-pengalaman individu serta

membentuk berbagai tindakan dan respons individu terhadap lingkungan

tempat hidup. Dalam masa pertumbuhannya, kepribadian bersifat dinamis,

berubah-ubah dikarenakan pengaruh lingkungan, pengalaman hidup, ataupun

pendidikan. Kepribadian tidak terjadi secara serta merta, tetapi terbentuk

melalui proses kehidupan yang panjang. Dengan demikian, apakah

kepribadian seseorang itu baik atau buruk, kuat atau lemah, beradab atau

biadab sepenuhnya ditentukan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi dalam

perjalanan kehidupan seseorang tersebut.

Kepribadian merupakan “keniscayaan”, suatu bagian dalam (interior)

dari diri kita yang masih perlu digali dan ditemukan agar sampai kepada

keyakinan siapakah diri kita yang sesungguhnya. Dalam Al-Qur’an Allah

telah menerangkan model kepribadian manusia yang memiliki keistimewaan

dibanding model kepribadian lainnya. Di antaranya adalah Surah al-Baqarah

4
[2] ayat 1-20. Rangkaian ayat ini menggambarkan tiga model kepribadian

manusia, yakni kepribadian orang beriman, kepribadian orang kafir, dan

kepribadian orang munafik.

B. Integrasi Islam Dengan Ilmu Kesehatan

Islam adalah agama yang sangat menganjurkan manusia untuk hidup

bersih, sehat dan bersahabat dengan lingkungan. Cukup banyak ayat ayat

Alqur’an maupun Hadist Nabi yang berisi berbagai pesan terkait dengan

anjuran tersebut. Mulai dari anjuran membersihkan badan, bersuci, memakan

makanan yang halal dan baik sampai dengan larangan merusak alam dan

lingkungan hidup.

Kesehatan dengan paradigma sehatnya dapat digunakan dalam

memberikan berbagai informasi terkait aplikasi nilai keislaman ataupun

sebaliknya, sehingga tidak ada kesenjangan antara kemuliaan ajaran Islam

dengan prilaku kehidupan sehari-hari dari sudut kesehatan.

Salah satu konsep islam yang berintegrasi dengan kesehetan adalah

rukun islam, penjelasannya seperti ini :

Rukun pertama adalah “Mengucapkan dua kalimat Syahadat” sebagai

suatu kesaksian umat Islam terhadap keesaan Allah SWT dan mengakui Nabi

Muhammad SAW sebagai utusan-NYA. Hal inilah yang dikenal

sebagai Syahadat, dan gagasan mengenai pengakuan dan kesaksianterhadap

satu tuhan dikenal sebagai Tauhid. Dapat dikatakan bahwa meyakini dan

menjalankan Rukun pertama ini merupakan pembeda awal atas seorang

5
Muslim terhadap non-muslim. Kaitannya dengan kesehatan, fakta bahwa

seorang muslim meyakini dan mengakui serta bersaksi terhadap satu Tuhan

adalah sebuah permulaan dalam langkah pertama dari “Rangkaian Kesehatan

Islami” melalui mekanisme salutogenik (berupaya memelihara dan

memperkuat sumber-sumber kekuatan hidup)dengan membuat sebuah

komitmen religius kepada dirinya sendiri dahulu dan kemudian kepada

komunitas dimana ia berada.

Rukun Islam ke dua “Melaksanakan shalat lima waktu”, adalah salah

satu tindakan didalam Islam yang menuntun kaum Muslim untuk

mempraktikkan kedisplinan. Shalat telah diatur dalam jangka waktu mulai

dari sebelum matahari terbit hingga matahari telah terbenam. Rukun ini

menawarkan beberapa kaitan terhadap konsep Rangkain Kesehatan Islami.

Dari tahap tidak langsung, unsur psikodinamis dari ritual, dalam pelaksanaan

sholat menawarkan “meditasi” rutin, yang mana menghasilkan rasa tenang,

penuh harapan, kepuasan hati dan emosi positif yang kesemuanya dianggap

sebagai pembentuk “sense of coherence”. Kaitan yang lebih langsung

terhadap kesehatan dapat dilihat pada langkah-langkah yang dilakukan oleh

kaum Muslim sebelum melaksanakan Shalat. Salah satunya langkah

mensucikan diri atau yang dikenal dengan istilah Wudhu, dimana melibatkan

aktifitas mencuci wajah, mencuci tangan sampai dengan siku, membasuh

kepala dengan air dan mencuci kaki sampai ke mata kaki yang dilakukan

secara berurutan . Dalam hal ini, kaum Muslim terikat oleh kewajiban untuk

membersihkan diri mereka sendiri sedikitnya paling tidak lima kali dalam

6
sehari, menandakan secara jelas tentang pentingnya higienitas atau kebersihan

didalam Islam.

Melaksanakan kewajiban berderma “Zakat” bagi mereka yang mampu

merupakan rukun Islam yang ketiga dari konsep Rukun Islam. Dalam

meletakkan rukun Islam ke tiga ini dalam rangkaian kesehatan akan lebih

cocok sebagai pusat, sebagaimana dampaknya terhadap kesehatan lebih

dirasakan pada level komunitas jika kita melihat dari sisi pemberian zakat itu

sendiri. Kaitannya terletak pada ketetapan terhadap faktor pemungkin

(enabling factors) melalui pengaturan mekanisme kewajiban untuk semua

Muslim untuk menyisihkan harta kekayaannya. Mekanisme berbagi ini sangat

jelas menyediakan sebuah lingkungan, dimana mendorong pendistribusian

kekayaan dan dengan begitu membantu mengurangi ketimpangan yang pasti

terjadi didalam masyarakat. Anjuran ini telah memungkinkan lahirnya

konsep Waqaf dan Shodaqoh antara umat Muslim, dimana berbentuk

sumbangan finansial dan material dari Muslim yang mampu yang ditujukan

untuk kebaikan bagi mereka yang membutuhkan atau untuk kebaikan

masyarakat secara umum. Ke dua konsep ini (Waqaf dan Shodaqoh) bukanlah

sebuah kewajiban tetapi secara luas di Al-Qur‟an sangat dianjurkan.

Rukun Islam ke empat, “Berpuasa selama bulan Ramadhan”

menegaskan para muslim tentang pentingnya membatasi makan makanan,

sebagai sebuah upaya diet untuk keseimbangan. Beberapa penelitian telah

menunjukkan manfaat dari berpuasa terhadap kesehatan klinis. Berpuasa

diwajibkan agar setiap Muslim dapat belajar tentang pengendalian diri.

7
Selama periode berpuasa, seorang Muslim melakukan pantangan untuk

makan dan minum dalam periode waktu tertentu (dari sebelum matahari terbit

sampai matahari terbenam). Dengan mematuhi hal ini, Muslim sekali lagi

dituntut untuk berdisiplin, dan dengan begitu mampu untuk mengalahkan

kebiasaan tidak sehat semisal merokok, makan berlebihan dalam periode

tertentu dalam sehari. Menempatkan Rukun Islam ke empat ini dalam

Rangkaian Kesehatan Islami, rukun ini juga mengambil posisi inti. Aspek

perilaku dapat lebih terkait secara tidak langsung dengan membangun

kedisiplinan melalui pengendalian diri sementara manfaat medis yang

diperkuat oleh bukti empiris akan menempatkan Rukun Islam ke empat ini

kepada keterkaitan langsung (direct link) dengan kesehatan. Fokus terhadap

pengendalian diri yang sejenis juga dapat dilihat gagasan promosi kesehatan

saat ini.

Rukun Islam yang ke lima, berhaji diwajibkan hanya untuk mereka

yang mampu, baik secara finasial maupun fisik, untuk melakukannya sekali

seumur hidup. Dalam pelaksanaan Haji, kaum Muslim akan melakukan

kontak rutin dengan sesamanya baik di Mesjid, Bukit Arafah dan di hotel atau

area penginapannya. Perjalanan spritual ini mendorong kaum Muslim untuk

saling berbagi pengalaman dan pengetahuan satu sama lainnya melalui

nasihat-nasihat dari pemimpin grup atau yang lainnya. Kaitannya dengan

kesehatan, pada titik secara tidak langsung dari rangkaian konsep kesehatan

Islami, hal ini dapat dikatakan sebagai unsur psikodinamis dari ibadah,

keyakinan dan shalat, yang mana memainkan peranan yang besar dalam

8
membangun sebuah rasa keterhubungan (sense of coherence) dari individu

tidak hanya melalui mekanisme salutogenesis tapi juga melalui faktor penguat

(reinforcing) dalam proses berbagi pengetahuan, keyakinan dan nilai. Di

waktu yang bersamaan merupakan usaha menguatkan tingkah laku positif

sembari memupuk rasa keyakinan diri terhadap pengetahuan, keyakinan dan

nilai itu sendiri. Hal-hal tersebut dicapai melalui serangkaian ibadah yang

dituntut saat pelaksanaan ibadah Haji. Perjalanan spiritual ini (Haji) juga

memberikan pada kaum Muslim apa yang mungkin dipertimbangkan sebagai

efek samping, dimana dapat dianggap sebagai sebuah hubungan yang lebih

langsung kepada kesehatan di dalam rangkaian kesehatan Islami. Sebagai

bagian dari ibadah seorang Muslim, Haji melibatkan sebuah aktifitas fisik

yang relatif cukup berat yang dilakukan dalam prosesi Tawaf atau

mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali, dan juga dalam prosesi Sa’i atau

berlari kecil dari Safa dan Marwah sebanyak tujuh kali, maka sudah

sepantasnya haji bisa menjadikan jiwa, raga, dan rohani menjadi sehat.

C. Integrasi Islam dengan Ilmu Kedokteran

Ilmu kedokteran dapat diartikan sebagai ilmu yang membicarakan

cara-cara pemeliharaan mahlik hidup khususnya manusia agar tetap sehat dan

dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Selain itu, juga membahas tentang

cara-cara penanggulangan atau penyembuhan tubuh yang terkena penyakit

dengan cara mendiagnosis (menentukan) penyakitnya, kemudian

mengobatinya (terapi). Dengan demikian, ilmu kedokteran meliputi unsur

9
tindakan penjagaan tubuh dan penyakit (preventif) dan pengobatan ketika

kena penyakit (kuratif).

Pengobatan adalah suatu cara untuk melakukan penyembuhan, tanpa

didasari adanya pendidikan secara husus dan semua orang dapat

mempelajarinya, perbedaan antara pengobatan dengan kedokteran adalah jika

kedokteran merupakan penerapan dari suatu ilmu kedokteran dan harus

memiliki keunggulan dalam bidang tersebut serta harus melalui pendidikan

khusus dalam bidang tersebut, akan tetapi pengobatan merupakan suatu ilmu

yang dipelajari tanpa membutuhkan pendidikan husus. Ajaran Islam sangat

menganjurkan agar setiap orang menjaga kesehatannya, yaitu diantaranya

dengan makan dan minum yang halal dan baik. Berolahraga, berpakaian

bersih, mengatur lingkungan sehingga rapi, bersih serta dianjurkan berobat

jika terkena penyakit.

Dalam Islam ilmu kedokteran (‘ilm al-Țibb) adalah suatu keahlian

yang mempelajari tentang tubuh manusia dari segi sakit dan sehat, dan hal-hal

yang berkaitan dengan keduanya. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa

ilmu kedokteran adalah ilmu yang memelihara kesehatan orang yang sehat,

dan menghilangkan atau menolak penyakit pada orang sakit. Menurut Ibnu

Sina, dalam kitabnya Al-Qānūn fi al- Țibb (The Canon of Medicine)

menyakatan bahwa ilmu kedokteran adalah ilmu pengetahuan yang

mempelajari berbagai keadaan tubuh, baik dalam keadaan sehat maupun

tidak. Artinya kesehatan bisa hilang, dan jika hilang, perlu diperbaiki. Dengan

kata lain, seni yang berkaitan dengan kesehatan, dan akan diperbaiki setelah

10
kesehatan tersebut hilang. Kedokteran Islam biasannya identik dengan istilah

kedokteran nabi (Țibb al- nabawi). Secara sederhana kedokteran islam

diartikan sebagai kumpulan ucapan nabi yang disusun oleh para penulis

muslim secara sistematis. Namun, secara kompleks kedokteran nabi diartikan

sebagai teori dan praktik yang dilakukan nabi, kemudian dilakukan penelitian

dan pemikiran dalam kurun waktu yang lama dengan menggabungkan antara

ilmu yang berasal dari Alquran dengan teori-teori lain yang berasal dari luar

Islam, khususnya dari Yunani.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pengalaman hidup yang mencakup pendidikan tidak terjadi secara

serta merta, tetapi terbentuk melalui proses kehidupan yang sangat panjang.

Dengan demikian integrasi islam sangatlah berkesinambungan dengan

psikologi dan ilmu kedokteran, baik atau buruknya suatu hasil serta kuat atau

lemahnya niat yang diwujudkan sepenuhnya ditentukan oleh Alloh SWT

karena kita hanya sebagai mahluk Alloh yg hanya bisa merencanakan dan

berikhtiar merealisasikan. sebagaimana dampaknya terhadap kesehatan lebih

dirasakan pada level melihat dari sisi Kaitannya dimana suatu permasalahan

itu terletak. menjadikan ketetapan suatu faktor-faktor menjadi alasan yang

kongkrit dan realistis.

B. Saran

Dari pemaparan pembahasan dan kesimpulan, maka saya

menyarankan, kita sebagai umat Islam, harus bisa untuk terus berusaha

mengembangkan ilmu kita, karena kita sudah mempunyai pedoman

sumber dari segala ilmu yaitu Al Qur’an, jangan sampai kita tertinggal

dari orang barat, yang hanya mengcopy sumber ilmu kita, tapi bisa

mengembangkan ilmunya lebih jauh, untuk itu marilah kita bersama-

12
sama terus belajar, berproses dan berusaha mengembangkan ilmu hingga

dapat merealisasikan dan bermanfaat untuk banyak orang.

DAFTAR PUSTAKA

makalahhukumislam.blogspot.com/2017/05/filsafat-ilmu-integrasi-

agama-dan.html

Muhamad Ratodi Integrasi Konsep Islam Dalam Konteks Promosi

Kesehatan,

https://ejournal.iaingawi.ac.id/index.php/almabsut/article/view/72/54

http://digilib.uinsby.ac.id/5127/5/Bab%202.pdf Perkembangan Awal

Kedokteran Di Dunia Islam

13

Anda mungkin juga menyukai