Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH TAFSIR TARBAWI

“TAFSIR TENTANG ZIKIR DAN NISYAN”

DITULIS OLEH :

KELOMPOK 2

Nama : Maulana Hatika Falma


Salimin
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Dosen Pembimbing : Mukhlis, Lc.M.Pd.I
Semester / Unit : III / 3

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) LANGSA


TAHUN AKADEMIK 2019

i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... iii
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 1
1.3 tujuan makalah .................................................................................................... 1
BAB II ................................................................................................................................ 2
PEMBAHASAN ................................................................................................................ 2
A. Ayat Al Qur’an ...................................................................................................... 2
1. Surah al-A’raf ayat 2-3 ........................................................................................ 2
2. Surah Qaf ayat 45............................................................................................ 3
3. Surah Az-Zariyat ayat 55 .................................................................................... 3
4. Surah al-Kahfi ayat 24......................................................................................... 4
B. Pengertian dzikir ................................................................................................... 5
1. Anggota tubuh dalam berdzikir ........................................................................... 7
2. Manfaat berdzikir ................................................................................................ 7
C. Nisyan (Lupa) ........................................................................................................ 8
1. Makna-makna an-nisyan dalam Alquran ............................................................ 9
2. Faktor-faktor kelupaan ........................................................................................ 9
BAB III ............................................................................................................................. 11
PENUTUP ........................................................................................................................ 11
D. Kesimpulan makalah .......................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 12

ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT yang masih memberikan rahmat, karunia
serta hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga berkat Karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah tafsir tarbawi ini dengan sebaik mungkin. Makalah ini
diajukan guna memenuhi tugas matakuliah dan sebagai bahan pembelajaran bagi
pelajar yang sedang mengikuti studi yang sedang berlangsung. Makalah ini juga
berguna untuk memudahkan bagi yang sedang mengikuti studi sebagai bahan
pembelajaran yang sedang diikuti.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis tidak lupa mengucapkan banyak


terimakasih pada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas
makalah ini sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
dengan semaksimal mungkin. Dan tidak lupa juga penulis mengucapkan
terimakasih kepada dosen pembimbing yang telah membimbing penulis dalam
menyusun makalah ini.

Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharap
kritik dan saran yang bersiifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini penulis berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis sendiri maupun kepada pembaca umumnya.

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diantara masalah yang dihadapi oleh seorang manusia adalah ia mudah
lupa. Lupa merupakan hal yang merugikan seseorang dan banyak mengganggu
pengambilan sikap yang tepat dalam menghadapi berbagai persoalan hidup. Al
Qur’an menyebut kata lupa di berbagai ayat. Adapun orang yang sering lupa
ingatan biasanya juga disebut “amnesia”. Pandangan islam mengenai lupa
merupakan hal yang wajar karena ada hadist yang mengatakan semua penyakit
pasti ada obatnya, kecuali penyakit lupa.
Banyak ayat dalam Al-qur’an yang menyebutkan bahwa Allah SWT
mengutus Nabi Muhammad SAW dan mewahyukan Al-Qur’an kepadanya untuk
mengingatkan manusia akan aqidah tauhid, hari kebangkitan amal, serta
mengingatkan mereka akan ajaran para Nabi dan Rosul sebelumnya yang telah
mereka lalaikan. Banyak ayat yang menjelaskan bahwa ketika manusia mulai
lupa, syetan mendapatkan jalan untuk mempengaruhinya. Selanjutnya
membuatnya sering melalaikan hal-hal yang penting baginya, serta sering juga
menyebabkan manusia lalai mengingat Allah SWT dan tidak menaati perintah-
Nya.
1.2 Rumusan Masalah
A. Ayat Alquran tentang Zikir dan Nisyan (Lupa) ?
B. Apa itu zikir dan apa manfaat nya ?
C. Apa itu lupa dan faktor-faktor apa yang mempengaruhi lupa ?
D. Kesimpulan dari penjelasan zikir dan lupa ?
1.3 tujuan makalah
1. Untuk membuka pikiran kita terhadap Alquran lebih luas
2. Agar mengetahui apa itu zikir dan mengapa zikir ini sangat di anjurkan
3. Agar bisa mengetahui mengapa kita lupa dan apa yang meyebabkan kita
lupa

1
BAB II

PEMBAHASAN
A. Ayat Al Qur’an
1. Surah al-A’raf ayat 2-3

‫) ات َّ ِبعُوا َما أ ُ ْن ِز َل‬2( َ‫صد ِْركَ َح َر ٌج ِم ْنهُ ِلت ُ ْنذ َِر بِ ِه َو ِذ ْك َر ٰى ِل ْل ُمؤْ ِمنِين‬ َ ‫ِكتَابٌ أ ُ ْن ِز َل ِإلَيْكَ فَ ََل يَ ُك ْن فِي‬
)3( َ‫يَل َما ت َذَ َّك ُرون‬ ً ‫ِإلَ ْي ُك ْم ِم ْن َر ِب ُك ْم َو ََل تَت َّ ِبعُوا ِم ْن دُونِ ِه أ َ ْو ِليَا َء ۗ َق ِل‬

Artinya: 2. Ini adalah sebuah kitab yang diturunkan kepadamu, maka janganlah
ada kesempitan di dalam dadamu karenanya, supaya kamu memberi peringatan
dengan kitab itu (kepada orang kafir), dan menjadi pelajaran bagi orang-orang
yang beriman.

3. Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu
mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya. Amat sedikitlah kamu mengambil
pelajaran (daripadanya).

Ayat 2 ini menjelaskan bahwa Nabi muhahammad SAW dilarang membiarkan


berkembangnya sedikitpun kegelisahan dan rasa takut dalam hati beliau akibat
penolakan sebagian orang tehadapnya. Memang tujuan diturunkanya al Qur’an
antara lain supaya beliau mengingatkan atau memberi peringatan dan agar kitab
suci itu menjadi pengajaran berharga bagi orang-orang mukmin.

Ayat 3 berpesan kepada manusia agar tekun dan bersungguh-sungguh


mengikuti tuntunan-tuntunan yang diturunkan oleh Allah SWT, dan jangan
mengikuti ajakan siapapun yang tuntunannya bertentangan dengan tuntunan Allah
SWT. Pesan ini diakhiri dengan menegaskan bahwa amat sedikit yang mengambil
pelajaran dari al Qur’an, atau karena betapapun banyaknya pelajaran yang dipetik
oleh manusia dari al Qur’an, ia pada hakikatnya sedikit, bahkan amat sedikit
dibanding dengan kandungannya.

2
2. Surah Qaf ayat 45

ُ ‫ت عَ ل َ يْ ِه ْم ب ِ َج ب َّ ار ۖ ف َ ذ َ كِ ْر ب ِ الْ ق ُ ْر آ ِن َم ْن ي َ َخ‬
‫اف‬ َ ْ‫ن َ ْح ُن أ َعْ ل َ مُ ب ِ َم ا ي َ ق ُ و ل ُ و َن ۖ َو َم ا أ َن‬
(45) ‫ع ي ِد‬
ِ ‫َو‬

Artinya” Kami lebih mengetahui tentang apa yang mereka katakan, dan kamu
sekali-kali bukanlah seorang pemaksa terhadap mereka. Maka beri peringatanlah
dengan Al Quran orang yang takut dengan ancaman-Ku”.

Ayat ini menjelaskan bahwa Allah SWT lebih mengetahui dari siapapun
tentang apa saja , termasuk apa saja termasuk kebohongan dan makian yang
mereka katakan sekarang dan yang akan datang , sehingga Allah dapat
menghentikan dan menbalas mereka. Engkau hanyalah pemberi peringatan dan
engkau sekali-kali bukanlah seorang pemaksa terhadap mereka. Selanjutnya,
karena tugasmu hanya memberi peringatan, maka peringatkanlah dengan al
Qur’an al Majid ini kepada siapapun yang takut kepada ancaman-Ku.

Sebab turunnya ayat ini dikarenakan ada sebuah hadist yang diriwayatkan
oleh Ibnu Jarir dari jalur Amru bin Qais al Mala’i yang bersumber dari Ibnu
Abbas, dia menuturkan: orang-orang berkata kepada Rasulullah SAW, “wahai
Rasulullah, (alangkah baiknya) sekiranya engkau berkenan memperingatkan
kami.” Maka turunlah ayat yang artinya “....Maka berilah peringatan dengan al
Qur’an kepada siapapun yang takut kepada ancaman-Ku”.(Q.S. Qaf [50]:45)1

3. Surah Az-Zariyat ayat 55

(55) ‫َو ذ َ كِ ْر ف َ إ ِ َّن الذِ كْ َر ٰى ت َنْ ف َ ُع الْ ُم ْؤ ِم ن ِ ين‬

Artinya” Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu


bermanfaat bagi orang-orang yang beriman”.

Ayat ini menjelaskan bahwa meningkatkan peringatan kepada kaum


musyrik dengan lemah lembut. walaupun mereka tidak meraih manfaatnya, maka

1
Iman As-suyuthi tafsir Ath-thabari (11/476) , Asbabun Nuzul, (Solo: Insan Kamil,2016), hal. 580.

3
yang meraihnya adalah orang-orang mukmin. Karena sesungguhnya peringatan
itu bermanfaat bagi orang mukmin, serta orang-orang yang mau menjadi mukmin.

Dalam riwayat Ibnu jarirdisebutkan bahwa Qatadah berkata: Ketika turun


ayat yang artinya “maka berpalinglah engkau dari mereka dan engkau sama sekali
tidak tercela”. (Q.S. Adz- Zariyat [51]:54). dada para sahabat terasa sesak, mereka
mengira bahwa wahyu telah terputus dan akan datang azab kepada mereka, karena
telah ditinggalkan oleh Rasulullah SAW. Selanjutnya Allah SWT menurunkan
kabar gembira melalui firmannya yang artinya, “Dan tetaplah memberi
peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang
mukmin”. (Q.S. Adz Zariyat [51]:55)2

4. Surah al-Kahfi ayat 24

َ ‫ت َو ق ُ ْل عَ سَ ٰى أ َ ْن ي َ ْه ِد ي َ ِن َر ب ِ ي ِِل َقْ َر‬


‫ب ِم ْن‬ َ َّ ‫إ ِ ََّل أ َ ْن ي َ شَا َء َّللاَّ ُ ۚ َو ا ذ ْ كُ ْر َر ب‬
َ ‫ك إ ِ ذ َ ا ن َ ِس ي‬
‫ٰهَ ذ َ ا َر شَ د ًا‬

Artinya” kecuali (dengan menyebut): "Insya Allah". Dan ingatlah kepada


Tuhanmu jika kamu lupa dan katakanlah: "Mudah-mudahan Tuhanku akan
memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya dari pada ini"

Ayat ini menjelaskan bahwa Nabi Mnuhammad SAW pernah menjanjikan


sesuatu tanpa mengucapkan “insyaa Allah”, maka turunlah ayat ini sebagai
pembimbing beliau dan umat islam dengan menegaskan bahwa jangan sekali-kali
engkau wahai Nabi Muhammad dan siapapun yang mengatakan terhadap sesuatu
yang akad dia kerjakan, baik kecil maupun besar, betapapun kuatnya tekadmu dan
besarnya kemampuanmu dengan mengatakan “bahwa sungguh aku akan
mengerjakan pekerjaan yang remeh atau penting itu besok, yakni waktu
mendatang. Jangan mengucapkan demikian kecuali dengan mengaitkan kehendak
dan tekadmu itu dengan kehendak dan izin Allah SWT, yakni dengan perkataan
“itu akan saya kerjakan jika dikehendaki”. karena tidak ada kekuatan untuk

2
Iman As-suyuthi diriwayatkan oleh Adh-dhiya’ dalam Al-Mukhatarah (2/336) , Asbabun Nuzul,
(Solo: Insan Kamil,2016), hal. 582

4
mereih manfaat atau daya untuk menghindar dari mudharat, kecuali yang
bersumber dari Allah SWT.

Karena manusia itu sifatnya adalah pelupa, maka ayat ini lebih jauh
berpesan bahwa tanamkanlah hakikat tersebut dalam hatimu dan ingatlah
Tuhanmu jika engkau lupa mengucapkannya. Ingatlah Dia begitu sadar bahwa
engkau tadi lupa mengaitkan dan mengucapkannya,dan ketika itu segeralah
mengaitkan langkahmu dengan Allah dan katakanlah juga bahwa “mudah-
mudahan Tuhanku memberiku petunjuk kepada yang lebuh dekat kebenarannya
daripada ini”

Ibnu Mardawaih meriwayatkan dari Ibnu Abbas, Ia menuturkan: pada


mulanya Allah berfirman yang artinya “Dan mereka tinngal dalam gua selama tiga
ratus”. Mendengar hal itu, para sahabat bertanya-tanya “wahai Rasulullah, tiga
ratus tahun atau bulan?”, maka Allah melengkapi kelanjutan ayat itu, “......tahun
dan ditambah sembilan tahun lagi”. Ibnu jarir juga meriwayatkan kisah serupa
melalui jalur Adh Dhahak3. Ditempat terpisah Ibnu Mardawaih mencantumkan
periwayatan yang bersumber pada Ibnu Abbas, ia menuturkan: Suatu ketika
Rasulullah mengutarakan sebuah janji, namun hingga berlalu 40 hari, beliau tak
kunjung mampu menepati janjinya. KemudianAllah mengingatkan beliau, “Dan
jangan sekali-kali engkau mengatakan terhadap sesuatu ‘aku pasti melakukan itu
besok pagi’. Kecuali (dengan mengatakan) Insyaa Allah”.

B. Pengertian dzikir

Secara etimologi dzikir berasal dari kata “zakara” berarti


menyebut,mensucikan, menggabungkan, menjaga, mengerti, mempelajari,
memberi dan nasehat. Oleh karena itu dzikir berarti mensucikan dan

3
Iman As-suyuthi tafsir Ath-thabari (5/231) , Asbabun Nuzul, (Solo: Insan Kamil,2016), hal. 391.

5
mengagungkan, juga dapat diartikan menyebut dan mengucapkan nama Allah atau
menjaga dalam ingatan (mengingat).4

Dzikir maknanya secara umum adalah ingat, selanjutnya mempunyai


pengertian untuk memerintahkan kepada akal, pikiran dan hati untuk mengingat
hasil pikir yang di lakukan tadi, jadi saling ketergantungan antara akal, pikiran
dan hati untuk mengingat sesuatu agar dapat lebih baik, tetapi dalam persoalan ini
artinya lebih berat dan condong adalah untuk mengingat tuhan sang maha
pencipta, yaitu Allah Swt.

Pikir dan dzikir adalah satu kesatuan yang tidak bisa di pisahkan satu sama
lainnya dalam kehidupan ini. Seseorang yang belajar sesuatu ilmu bisa di sebut
juga sedang melakukan pikir dan dzikir, dalam hal ini adalah memikirkan dan
mengingat semua pelajaran yang ia terima, sedangkan rangkaiannya dzikir untuk
mendapatkan hidayah dari Allah Swt bagi sesuatu kegiatan tadi, dan dalam saat
bersamaan kitapun di tuntut untuk melakukan dzikir atau mengingat mana yang
harus di lakukan saat itu agar memperoleh keselamatan dan keberhasilan atas
sesuatu perbuatan. Jika seseorang sampai salah dalam cara berpikirnya maka besar
kemungkinan juga akan salah dalam dzikirnya, maka amalnya pun akan sia – sia,
contohnya adalah suatu amal ibadah yang tidak ada dasarnya dari Al-Qur’an dan
Sunnah Rasulullah Saw, maka jika tidak di pikirkan secara jernih atas sesuatu
amalan tersebut apakah sesuai dengan syari’at atau tidak maka tentu akan
terjerumus kepada ibadah yang sesat, ibadah yang sesat adalah tertolak dan tidak
akan di terima oleh Allah SWT.

Dalam hal beragama, sudah tentu berdzikir sering merupakan anjuran


paling utama, sebab maknanya adalah ingat, shalat adalah maknanya juga ingat,
jadi dengan dzikrullah atau mengingat Allah Swt yang di buat lebih secara khusus
dan di terapkan dalam shalat atau bacaan - bacaan seperti tasbih, tahmid, tahlil,
istighfar dan sebagainya, demikianlah sebagaimana yang di atur dalam syari’at
agama. Jika kita kembalikan makna dzikrullah ini pada analogi sebelumnya, maka

4
Hazri Adlany, al-Qur’an Terjemah Indonesia (Jakarta: Sari Agung,2002), hal. 470.

6
dzikrullah pun haruslah di dahului dengan tindakan pikir, yaitu menganalisa apa
saja yang akan di lafadzkan atau di perbuatnya dalam kerangka dzikrullah, dengan
pengertian lebih dalam adalah, bahwa untuk berdzikir kepada Allah Swt juga
memerlukan ilmu atau pengetahuan yang cukup agar dzikir yang di lakukan
menjadi benar dan amalnya tidak sia - sia, sedangkan ilmu pengetahuan
kerangkanya adalah pikir, demikianlah kaitan eratnya antara dzikir dan pikir, ia
tidak berpisah satu sama lain, hanya nama sajalah yang berbeda, tetapi satu dalam
suatu kesatuan pada setiap satu tindakan

1. Anggota tubuh dalam berdzikir

Pada hakikatnya semua anggota tubuh pada manusia dapat digunakan sebagai
dzikir asalkan digunakan untuk bersyukur atau mendekatkan diri kepada Allah.
Seperti shalat, puasa, dan pergi haji. Tetapi para ahli tasauf membagi dzikir itu
dengan dua bagian :

• Dzikir billisan : Berdzikir dengan menggunakan lidah dan menggerakan


kedua bibir. Mu’az bertanya kepada nabi tentang amalan yang palng
utama, nabi menjawab : “sampe mati lidahmu basah dengan berdzikir
kepada Allah”. (HR. Al Baihaqi). Berdzikir dengan lisan ada dua cara,
pertama berdzikir dengan suara perlahan sekiranya hanya terdengar oeh
telinga orang yang berdzikir sebagaimana dalam firman Allah “ Dan
sebutlah nama tuhanmu dalam hati dengan merendahkan diri dan rasa
takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, diwaktu pagi dan petang, dan
janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.” (QS Al Araf : 205),
dan cara kedua berzikir dengan suara keras sekira erdengar telinga orang
yang berdzikir dan orang yag didekatnya.
• Dzikir bilqolbi : berdzikir menggunakan hati dan sama sekali tidak
terdengar oleh telinga.
2. Manfaat berdzikir

 Membuat hati menjadi tenang

7
Allah berfirman : “Ingatlah, hanya mengingat Allah-lah hati menjadi
tentram.” (QS. Ar Ra’d : 28).
 Mendapat pengampunan dan pahala yang besar
Allah berfirman : “laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama)
Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang
besar.”(QS. AL Ahzab : 35).
 Dengan mengingat Allah maka Allah akan ingat kepada kita
Allah berfirmn : “karena itu, ingatlah kamu kepadaku, niscaya aku ingat
(pula) kepadamu.” (QS. Al Baqarah :152).
 Dzikir itu diperintahkan oleh Allah agar kita berziki sebanyak-banyaknya
Allah berfirman : “Hai oarng orang beriman, berdzikirlah dengan menyebut
nama Allah, dzikir yang sebanyak banyaknya. Dan bertasbilah kepadanya
diwaktu pagi dan petang.” (QS. Al Ahzab : 41-42)
 Banyak menyebut nama Allah akan menjadikan kita beruntung
Allah berfirman : “Dan sebutlah (nama) Allah sebanyak banyaknya agar
kamu beruntung.” (QS. Al Anfal : 45)
 Dzikir kepada Allah meruppakan pembeda antara orang mukmin dan
munafik
Allah berfirman : “ Sesungguhnya orang orang munafik itu menipu Allah
dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri utuk
shalat, mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan
shalat)di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali
sedikit sekali.” (QS. An Nisaa : 142)
 Dzikir merupakan amalan ibadah yang paling mudah dilakukan

C. Nisyan (Lupa)

Secara etimologi nisyan bermakna yaitu At-tark yang berarti


(meninggalkan atau tertinggal). Demikian pula menurut imam Al-qurtubi ia
menjelaskan bahwa kata nisyan itu adalah antonimnya dari kata Al-dzikr

8
(mengingat) dan Al-hifdz (menjaga)5. Ibnu asyur menjelaskan bahwa An-nisyan
adalah (hilangnya perkara yang sudah diketahui dalam ingatannya seseorang
sebab lemahnya hati atau karna lalai). Dalam Alquran an-nisyan di ulang
sebanyak 45 kali.

1. Makna-makna an-nisyan dalam Alquran

Dari banyak nya pengulangan kata nisyan di dalam Alquran apabila dilihat dari
macam macam maknanya dapat di klasifikasikan menjadi 2 bagian:

Pertama, bermakna At-tark (meninggalkan) misalnya yang terdapat di dalam surat


Thaha Ayat 115 ( dan kami sesungguhnya telah perintahkan kepada Adam, dahulu
maka ia lupa (akan perintah itu), dan tidak kami dapati kepadanya kemuan yang
kuat) pada ayat itu , kata nasiya bermakna taraka (meninggalkan).

Kedua, bermakna Al-ladzi la-yuhfadhz (sesuatu yang tidk dijaga atau di ingat)
misalnya, yang terdapat di dalam surat Al-a’la ayat 6 (kami akan membacakan
(Alquran) kepadamu (Muhammad) maka kamu tidak akan lupa). Kata tansa pada
ayat tersebut bermakna (tidak ingat).

Dua macam makna nasiya dari ayat tersebut apabila di lihat dari segi syiqaq
kalammnya akan tampak perbedaan yang sangat jelas, yaitu pada ayat yang
pertama kata nasiya terlihat adanya kesengajaan dari pihak yang lupa, sedangkan
pada ayat kedua merupakan sifat manusia yang memang pada dasarnya pasti akan
mengalami lupa.

2. Faktor-faktor kelupaan
a) Tidak ada keseriusan dalam menjaga apa yang harus dijaga hal ini seperti
kita kaitkan kedalam surat thaha ayat 115 yang sudah di bahas tadi yaitu
menjelaskan tentang perintah Allah kepada Adam kemudian karena tidak
ada kesungguhan untuk menjaganya sehingga lupalah adam. Dalam hal
ini, makna lupa bisa disebut dengan istilah lalai.

5
Muhammad Az-zamkhsyari, al-kasysyaf’an haqaiqi’ Awaridh at-tanzil wa’ituniaqawi fi wujuh
at-ta’wil (bairut: dar al-kutub al ilmiyah 1995), vol 1, hal. 136.

9
b) Natural (thabi’i) misalnya terdapat dalam surat Alkahfi ayat 61 yang
dimana ayat itu menjelaskan sebuah peristiwa dimana musa ingin bertemu
dengan nabi khidir. Di dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwa musa lupa
terhadap ikan yang dibawa tersebut.

10
BAB III

PENUTUP
D. Kesimpulan makalah
I. Zikir (ingat) adalah sesuatu yang Allah sangat cintai dari hambanya karena
senantiasa mengingatnya di kala sedih maupun susah nabi tidak pernah
meninggalkan zikir kepada Allah dan nabi sangat menganjurkan menerapkan
zikir ini kepada keluarga,sahabat bahkan ummatnya. Jadi zikir ini adalah
segala sesuatu untuk mengingat Allah apapun perbuatan selagi perbuatan itu
membuatmu ingat kepadanya maka itulah yang dinamakan zikir atau
zikrullah.
II. Nisyan (lupa) adalah bagian terpenting dalam diri manusia karena dengan
adanya sifat lupa manusia bisa melangkah maju. Karena setiap di dalam diri
manusia mempunyai masa masa yang kelam yang dimana itu harus dilupakan
apabila Allah membuat kita tidak memiliki sifat lupa maka manusia akan
stuck atau tersangkut pada satu kejadian yang membuat dia takut,menyerah
dan lain sebagainya. Perlu kita tau bahwa sifat lupa adalah sifat alami dari
manusia karena lupa ini adalah pelengkap dari sifat ingat.

11
DAFTAR PUSTAKA

As-suyuthi thahqiq : syaikh syi’isya hafizh, Asbabun Nuzul,2016(Solo: Insan


Kamil)

Hazri Adlany, al-Qur’an Terjemah Indonesia ,2002(Jakarta: Sari Agung)

Muhammad Az-zamkhsyari, al-kasysyaf’an haqaiqi’ Awaridh at-tanzil


wa’ituniaqawi fi wujuh at-ta’wil, 1995 (bairut: dar al-kutub al ilmiyah)

12

Anda mungkin juga menyukai