Anda di halaman 1dari 15

TUGAS UJIAN TENGAH SEMESTER

REVIEW JURNAL
Mata Kuliah : Islam dan Psikologi
Dosen Pengampu : Layyinah, M.Si.

Yuliyanti Musfiroh 11180700000120

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2021
JURNAL 1
General Authors: Ilmi Hidayati
Information Title of the article: Metode Dakwah Dalam Menguatkan Resiliensi
Korban Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif
Lainnya (NAPZA)
Title of the journal: Jurnal Ilmu Dakwah
Publication year: 2016
Impact factor: -

1. Latar belakang
Penggunaan NAPZA telah meningkat, diduga hal ini terjadi sebagai salah satu
akibat arus globalisasi. Kondisi ini kemudian semakin meluas dan perlahan
dinormalisasi oleh pola pikir masyarakat bahwa memakai NAPZA merupakan sebuah
gaya hidup ketika menghadapi sebuah masalah atau berada di bawah tekanan. Padahal
sudah jelas bahwa NAPZA memiliki pengaruh yang buruk baik bagi fisik maupun
psikis seseorang, agama pun telah membahas mengenai larangan menggunakan
NAPZA, begitu pun aturan yang dikeluarkan oleh negara. Faktor internal dan eksternal
menjadi pemicu seseorang menggunakan NAPZA, salah satu faktor internalnya yaitu
lemahnya religiusitas seseorang. Religiusitas memiliki korelasi dengan budi pekerti
serta moral dan etika seseorang. Individu dengan tingkat religiusitas yang rendah akan
lebih mudah terpengaruh dalam penyalahgunaan NAPZA.
Berbagai upaya penanggulangan termasuk upaya preventif, represif dan rehabilitatif
pun dilakukan untuk menangani masalah ini. Apabila individu telah terlanjur
menggunakan NAPZA, maka upaya rehabilitatif perlu dilakukan untuk
mengembalikan fungsi individu sebagaimana mestinya sehingga ia dapat berinteraksi
di dalam masyarakat. Namun upaya rehabilitasi saja tidak cukup rupanya karena
banyak kasus mantan pengguna NAPZA kembali lagi kepada kebiasaan buruk
lamanya. Untuk menghindari hal tersebut, maka diperlukan daya resiliensi di dalam
diri individu. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kontribusi dakwah islam sebagai
salah satu metode peningkatan resiliensi korpan penyalahgunaan NAPZA.

2. Kajian teori

2
a. Resiliensi
- Istilah resiliensi berasal dari kata Latin resilire yang berarti melambung
kembali. Secara sederhana resiliensi diartikan sebagai kemampuan seseorang
untuk bangkit dari keterpurukan atau kemalangan.
- Reivich dan Shatte mendefinisikan resiliensi sebagai kemampuan individu
untuk melakukan respon dengan cara yang sehat dan produktif ketika
berhadapan dengan adversity atau trauma, hal tersebut sangat penting untuk
mengendalikan tekanan hidup sehari-hari.
- Reivich dan Shatte mengemukakan tujuh aspek resiliensi, yaitu regulasi emosi,
pengendalian impuls, optimisme, causal analysis, empati, self-efficacy, dan
reaching out.
b. Dakwah
- Dakwah secara bahasa artinya memanggil.
- Arifin mengartikan dakwah sebagai suatu kegiatan ajakan, baik dalam bentuk
lisan, tulisan, tingkah laku dan sebagainya, yang dilakukan secara sadar dan
terencana dalam usaha mempengaruhi orang lain, baik secara individual
maupun secara kelompok, agar timbul dalam dirinya suatu pengertian,
kesadaran, sikap, penghayatan, serta pengamalan terhadap ajaran agama
sebagai message yang disampaikan kepadanya tanpa adanya unsur-unsur
paksaan.
- Amrullah Ahmad mendefinisikan dakwah sebagai usaha dan kegiatan orang
beriman dalam mewujudkan ajaran Islam dengan cara tertentu kedalam hidup
perorangan, kelompok, masyarakat, dan negara sehingga terbentuk komunitas
dan masyarakat muslim serta peradabannya.

3. Metodologi
Berikut adalah beberapa metode dakwah yang digunakan untuk menguatkan resiliensi
korban penyalahgunaan NAPZA :
- Metode Personal Approach; Pendekatan personal terjadi secara individual yaitu
antara da’i dan mad’u langsung bertatap muka sehingga materi yang

3
disampaikan langsung diterima dan biasanya reaksi oleh mad’u akan langsung
diketahui.
- Metode Bi al Hal; merupakan aksi nyata dalam kehidupan masyarakat, atau
metode pemberdayaan masyarakat, yaitu dakwah dengan upaya untuk
membangun daya, dengan cara mendorong, memotivasi, dan membangkitkan
kesadaran akan potensi yang dimiliki serta berupaya untuk mengembangkannya
dengan dilandasi proses kemandirian.
- Metode Konseling; wawancara secara individual dan tatap muka antara
konselor sebagai pendakwah dan klien sebagai mitra dakwah untuk
memecahkan masalah yang dihadapinya. Konselor sebagai pendakwah dalam
hal ini akan membantu mencari pemecahan masalahnya.

4. Hasil temuan
Dakwah dapat berfungsi sebagai salah satu metode penguatan daya resiliensi korban
penyalahgunaan NAPZA. Hal ini membantu mantan pengguna NAPZA untuk tidak
kembali menggunakan obat-obatan terlarang tersebut bahkan setelah masa
rehabilitasinya. (Ilmi Hidayati, 2016)

5. Referensi

Anggraini, F. (2020). Psikologi Perkembangan Akhlak Perspektif Al-Ghazali. Jurnal


Syntax Transformation, 1(7), 12–26.

Bahri, S. (2017). Paradigma Pembelajaran Conditioning dalam Perspektif Pendidikan Islam


Samsul Bahri. Tadris, 12(2), 196–213.

Hamid, A. (2017). Editorial Healthy Tadulako Journal (Abdul Hamid : 1-14) 1. Jurnal
Kesehatan Tadulako, 3(1), 1–14. file:///C:/Users/lenovo/Downloads/34-Article Text-
129-1-10-20201115 (1).pdf

Ilmi Hidayati. (2016). Metode Dakwah dalam Menguatkan Resiliensi Korban


Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif Lainnya (NAPZA). Jurnal

4
Ilmu Dakwah, 36, 170–187.

Muhimmatul Hasanah. (2015). Dinamika Kepribadian Menurut Psikologi Islami. Ummul


Quro, 6(Jurnal Ummul Qura Vol VI, No 2, September 2015), 110–124.
http://ejournal.kopertais4.or.id/index.php/qura/issue/view/531

5
JURNAL 2
General Authors: Muhimmatul Hasanah
Information Title of the article: Dinamika Kepribadian Menurut Psikologi Islami
Title of the journal: Jurnal Ummul Qura
Publication year: 2018
Impact factor: -

1. Latar Belakang
Al-Qur'an menggambarkan kepribadian manusia dan karakteristik umum yang
membedakannya dari makhluk lain. Al-Qur'an juga menyebutkan beberapa pola umum
dan pola kepribadian yang umum di semua masyarakat. Untuk memahami kepribadian
manusia secara memadai dan mendalam, kita harus mempelajari faktor-faktor yang
membatasinya. Psikolog modern mempelajarinya dengan cermat, mengamati berbagai
kebiasaan faktor biologis, sosial dan budaya dalam prosesnya. Namun, mereka
mengabaikan studi tentang pikiran manusia (inti) dan pengaruhnya terhadap
kepribadian. Kita tidak dapat memahami dengan jelas kepribadian manusia tanpa
mengetahui sifat semua faktor pembatas kepribadian, baik material maupun
immaterial.
2. Kajian Teori
a. Kepribadian
- Kepribadian adalah organisasi dinamik dalam sistem psikofisiologik seseorang
dalam menentukan model penyesuaiannya yang unik dengan lingkungannya
(Allport).
- Kepribadian adalah lembaga yang mengatur organ tubuh, yang sejak lahir
sampai mati tidak pernah berhenti terlibat dalam pengubahan kegiatan
fungsional (Murray)
- Struktur kepribadian memiliki arti “ingrasi dari sifat-sifat dan sistem-sistem
yang menyusun kepribadian.8 Atau lebih tepatnya “aspek-aspek kepribadian
yang bersifat relatif stabil, menetap dan abadi serta merupakan unsur-unsur
pokok pembentukan tingkah laku individu”.

6
- Dalam teori Sigmund Freud, elemen pendukung struktur kepribadian manusia
adalah: id, ego, dan superego
b. Dinamika kepribadian dalam perspektif islam
- Kepribadian menurut psikologi islami adalah integrasi sistem kalbu, akal, dan
nafsu manusia yang menimbulkan tingkah laku.
- kalbu memiliki posisi dominan dalam mengendalikan suatu kepribadian.
Prinsip kerjanya cenderung pada fitrah asal manusia, yaitu rindu akan
kehadiran Tuhan dan kesucian jiwa.
- Jenis-jenis kepribadian dalam perspektif islam yaitu : (1) Kepribadian
Ammarah, (2) Kepribadian Lawwamah, dan (3) Kepribadian Muthmainnah.
- Terdapat beberapa faktor pembentuk kepribadian, yang kemudian dibahas
dalam 3 aliran yaitu Empirisme, Nativisme, dan Konvergensi. Akan tetapi
aliran psikologi islam tidak menerima ketiga aliran tersebut.

3. Hasil Temuan
Manusia dalam pandangan psikologi islam telah memiliki seperangkat potensi,
disposisi, dan karakter unik. Potensi itu paling tidak mencakup keimanan, ketauhidan,
keislaman, keselamatan, keikhlasan, kesucian, kecenderungan menerima kebenaran
dan kebaikan, dan sifat baik lainnya. (Muhimmatul Hasanah, 2015).

4. Referensi

Ilmi Hidayati. (2016). Metode Dakwah dalam Menguatkan Resiliensi Korban


Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif Lainnya (NAPZA). Jurnal
Ilmu Dakwah, 36, 170–187.

7
JURNAL 3
General Authors: Abdul Hamid
Information Title of the article: Agama dan Kesehatan Mental dala Perspektif
Psikologi Agama
Title of the journal: Jurnal Kesehatan Tadulako
Publication year: 2017
Impact factor: -

1. Latar Belakang
Seiring perkembangan jaman, masyarakat sudah mulai awas dan sadar tentang
kesehatan mental. Mereka mulai menyadari bahwa adanya korelasi yang kuat antara
penyakit fisik dan psikis. Hal ini mengundang munculnya berbagai teori-teori
mengenai kesehatan mental, seperti cara menjaga kesehatan mental atau bahkan
menangani penyakit mental dengan berbagai metode. Salah satu pembahasan yang
banyak dibicarakan adalah hubungan antara kesehatan mental dengan agama. Oleh
karena itu jurnal ini membahas pengaruh agama dalam kaitannya dengan kesehatan
mental.

2. Kajian Teori
a. Agama
- menurut J.H. Leuba, (dalam Sururin, 2004:4). agama adalah cara bertingkah
laku, sebagai system kepercayaan atau sebagai emosi yang bercorak khusus.
- definisi agama menurut Thouless adalah hubungan praktis yang dirasakan
dengan apa yang dia percayai sebai mahluk atausebagai wujud yang lebih
tinggi dari manusia.
b. Kesehatan Mental
- Kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari keluhan dan gangguan
mental baik berupa neurosis maupun psikosis (penyesuaian diri terhadap
lingkungan sosial).
- Kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari gangguan dan penyakit
jiwa.

8
3. Hasil Temuan
- Sejumlah kasus menunjukkan adanya hubungan antara faktor keyakinan dengan
kesehatan jiwa atau mental tampaknya sudah disadari para ilmuan beberapa
abad yang lalu.
- Mahmud Abd Al-Qadir seorang ulama ahli biokimia, memberikan bukti akan
adanya hubungan antara keyakinan dengan agama dengan kesehatan jiwa.
Pengobatan penyakit batin melalui bantuan agama telah banyak dipraktikan
orang.
- Hubungan antara kejiwaan dan agama dalam kaitannya dengan hubungan
antara agama sebagai keyakinan dan kesehatan jiwa, terletak pada sikap
penyerahan diri seseorang terhadap suatu kekuasaan Yang Maha Tinggi.
(Hamid, 2017)
4. Referensi

Hamid, A. (2017). Editorial Healthy Tadulako Journal (Abdul Hamid : 1-14) 1. Jurnal
Kesehatan Tadulako, 3(1), 1–14. file:///C:/Users/lenovo/Downloads/34-Article Text-
129-1-10-20201115 (1).pdf

9
JURNAL 4
General Authors: Fransiska Anggraini
Information Title of the article: Psikologi Perkembangan Akhlak Perspektif Al-
Ghazali
Title of the journal: Jurnal Syntax Transformation
Publication year: 2020
Impact factor: -

1. Latar Belakang
Penelitian mengenai perkembangan manusia, serta tugas-tugas perkembangannya
baik itu secara fisik maupun psikis telah banyak dibahas oleh beberapa ilmuwan
psikologi. Salah satu topik pembahasan dalam psikologi perkembangan ialah teori
perkembangan moral. Moral adalah aspek yang penting di dalam perkembangan
manusia. salah satu ilmuwan islam, yaitu Al-Ghazali juga sedikit banyak membahas
mengenai moral di dalam kitabnya yang berjudul Ihya’ Ulumuddin. Di dalam
perspektif islam, moral disebut dengan akhlak. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui faktor yang mempengaruhi perkembangan akhlak dan tahapan
perkembangan akhlak dalam perspektif Al-Ghazali.

2. Kajian Teori
a. Teori Moral
- Dalam kajian Psikoanalisis Freud, moral merupakan hasil proses internalisasi
norma, baik norma dari orang tua maupun norma kebudayaan.
- Teori perkembangan yang dikemukakan oleh Kohlberg menunjukan bahwa
sikap moral bukan hasil sosialisasi atau pelajaran yang diperoleh dari kebiasaan
dan hal-hal lain yang berhubungan dengan nilai kebudayaan (Sunarto, 2013).
- Menurut Kohlberg, struktur proses berpikir turut mendasari perkembangan
moral, sehingga moral sendiri memiliki tahapan-tahapan dari tinggi ke rendah.
Tiga level perkembangan moral menurut Kohlberg adalah : Tahap Moral Pre-
Konvensional, Tahap Konvensional, dan Tahap Post-Konvensional.

10
- Dalam sudut pandang Islam moral disebut juga akhlak, meskipun menurut
pandangan beberapa ahli akhlak sering disamakan dengan moral dikarenakan
sama-sama berbicara mengenai perilaku baik dan buruk.

3. Metodologi
Dilakukan analisa teks dari literature agama yaitu dalam kitab Ihya’ Ulumuddin bab
riyadhah an-nafs (pelatihan jiwa) karya Al-Ghazali yang merupakan penelitian
kualitatif dengan menggunakan teknik analisis isi (conten analysis). Sumber data
dalam penelitian ini berupa naskah klasik dalam Bahasa Arab karya Al-Ghazali.

4. Hasil Temuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi
perkembangan akhlak anak, yaitu pola asuh dan lingkungan sosial. Pola asuh yang
didalamnya dijabarkan mengenai niat/motif pengasuhan, mengkonsumsi makanan yang
halal, mendidik dan membiasakan anak dengan etika yang terpuji, mengawasi dan
menasehati anak. Temuan ini memberikan wawasan bahwa manusia memiliki beberapa
tahapan perkembangan akhlak sampai terbentuknya akhlak yang terpuji. Tahapan
Pertama: Lahir sampai 7 tahun, Tahapan Kedua: 7-15 tahun (tamyiz), dan Tahapan
Ketiga: 15 tahun keatas (baligh). (Anggraini, 2020)

5. Referensi

Anggraini, F. (2020). Psikologi Perkembangan Akhlak Perspektif Al-Ghazali. Jurnal


Syntax Transformation, 1(7), 12–26.

11
JURNAL 5
General Authors: Samsul Bahri
Information Title of the article: Paradigma Pembelajaran Conditioning dalam
Perspektif Pendidikan Islam
Title of the journal: Tadris
Publication year: 2017
Impact factor: -

1. Latar Belakang
Belajar secara sederhana dapat diartikan sebagai upaya untuk mempengaruhi emosi,
intelektual, dan spiritual seseorang sedemikian rupa sehingga mereka mau belajar atas
kehendak bebasnya sendiri. Namun, menurut Ahmad Tafsir, dalam pembelajaran, guru
harus mengajarkan bagaimana belajar dan mau belajar, bukan bahan ajar.4 Oleh karena
itu, aturan ini memerlukan pendekatan pembelajaran dari pihak guru. Richard
Anderson, dikutip Sabri, mengemukakan dua pendekatan, yaitu pendekatan yang
berpusat pada guru dan pendekatan yang berpusat pada siswa.
Teori pendekatan pertama disebut transmisi budaya, dimana peran utama guru
adalah menyampaikan informasi atau nilai kepada siswa.6 Namun, di antara sekian
banyak teori berdasarkan hasil eksperimen, secara pragmatis ada tiga jenis yang sangat
menonjol, yaitu 7: Konektivitas, pengkondisian klasik dan pengkondisian operan.
Teori-teori tersebut menjadi inspirasi yang mendorong para ahli untuk melakukan
eksperimen lain guna mengembangkan teori-teori baru. Artikel ini menganalisis
pembelajaran teori conditioning dari perspektif Islam, menggunakan pendekatan
analisis deskriptif dan menggunakan sumber otoritatif.

2. Kajian Teori
a. Teori belajar conditioning
- Teori conditioning yang berpijak pada sebuah asumsi bahwa anak tidak
membawa potensi-potensi apa dari kelahirannya. Perkembangan anak
ditentukan oleh faktor lingkungan sekolah, masyarakat, keluarga dan budaya,
religi dan sebagainya.
b. Classical conditioning – Ivan Pavlov

12
- Pada dasarnya classical conditioning adalah sebuah prosedur penciptaan refleks
baru dengan cara mendatangkan stimulus sebelum terjadinya refleks tersebut.
- teori ini juga disebut respondent conditioning (pembiasaan yang dituntut).
- Teori Watson ini dapat disimpulkan bahwa segala tingkah laku manusia juga
merupakan hasil contiditioning, yaitu hasil latihan atau kebiasaan bereaksi
terhadap syarat atau pransang tertentu yang dialami dalam kehidupannya.
c. Teori Operant Conditioning
- Tema pokok yang mewarnai karya karyanya adalah bahwa tingkah laku itu
terbentuk oleh konsekuensi-konsekuensi yang timbulkan oleh tingka laku itu
sendiri.
- Dalam aplikasinya pada dunia pembelajaran menurut Santrock guru berusaha
untuk memodifikasi perilaku antara lain dengan proses penguatan, yaitu
memberi penghargaan pada perilaku yang diinginkan dan tidak memberi
imbalan apa pun pada perilaku yang tidak tepat.
d. Teori Pembelajaran Conditioning dalam Islam
- Teori belajar conditioning sudah ada dalam Al-qur’an dan dilakukan umat
Islam dan dari konsep inilah kemudian melahirkan rumusan teori pembelajaran
pembiasaan dan pengulangan serta penguatan
- siswa dalam sistem pendidikan Islam harus diberi motivasi sedemikian rupa
dengan ganjaran atau penguatan itu tidak boleh berlebihan, sebab pemberian
penguatan yang berlebihan akan berakibat sampingan yang negatif.
- Islam mengakui adanya fakta eksperimental, juga memberitahukan adanya
aspek metafisika yang bersifat moral, dan memiliki implikasi psikologi dan
sosiologi.

3. Metodologi
Mengkaji tentang paradigma pembelajaran conditioning dalam perspektif pendidikan
Islam. Metode yang digunakan deskriptis analisis.

4. Hasil Temuan

13
- Paradigma teori belajar behavorisme hanya mempelajari psikologi empiris
positif, yang menghilangkan makna jiwa dari tingkah laku. Sementara itu, teori
belajar dalam Islam memandang makna jiwa dan tingkah laku menjadi satu
kesatuan yang tidak bisa dipisahkan
- teori belajar conditioning, teori belajar paling rendah dalam teori Ibn
Miskawaih yakni hanya penguatan daya nafsu albahimiyyat, (jasmani) belum
sampai daya al-ghadabiyyat dan yang tertinggi daya al-nathiqat
- teori belajar conditioning bukan hal yang baru, karena sudah ada Ibnu Sina
menggunakan talqin
- dalam Islam, belajar instrumen (alat) untuk mendapatkan pengalaman atau
pengetahuan baru adalah akal dan hati. Akal (al-aql) berfungsi menjelaskan
sesuatu lebih kepada ranah yang lebih umum dan praktis dan hanya mampu
menjangkau hal-hal empiris, sedangkan hati (qalb) mampu memahami sesuatu
secara lebih mendalam, baik hal-hal yang sifatnya fisik (empiris) maupun
metafisik. akal mengelola informasi yang didapatkan melalui suatu proses,
sedangkan hati menerima ilmu yang melalui suatu proses maupun ladunni.
(Bahri, 2017)

5. Referensi

Anggraini, F. (2020). Psikologi Perkembangan Akhlak Perspektif Al-Ghazali. Jurnal


Syntax Transformation, 1(7), 12–26.

Bahri, S. (2017). Paradigma Pembelajaran Conditioning dalam Perspektif Pendidikan Islam


Samsul Bahri. Tadris, 12(2), 196–213.

Hamid, A. (2017). Editorial Healthy Tadulako Journal (Abdul Hamid : 1-14) 1. Jurnal
Kesehatan Tadulako, 3(1), 1–14. file:///C:/Users/lenovo/Downloads/34-Article Text-
129-1-10-20201115 (1).pdf

Ilmi Hidayati. (2016). Metode Dakwah dalam Menguatkan Resiliensi Korban


Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif Lainnya (NAPZA). Jurnal

14
Ilmu Dakwah, 36, 170–187.

Muhimmatul Hasanah. (2015). Dinamika Kepribadian Menurut Psikologi Islami. Ummul


Quro, 6(Jurnal Ummul Qura Vol VI, No 2, September 2015), 110–124.
http://ejournal.kopertais4.or.id/index.php/qura/issue/view/531

15

Anda mungkin juga menyukai