Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

AKHLAK TASAWUH
Disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Akhlak tasawuf
Dosen Pengampu : Nashrul Haqqi Firmansyah,M.Pd.

Disusun Oleh : Kelompok 6


Siti masruroh:63040220092
Irnanda Agustin:63040220093
Annisah hajar sulistiyo rini:6304022009

PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SALATIGA
2022/2023
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang memberikan rahmat dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Maqamat dalam
Tasawuf Fakir dan Zuhud” ini tepat waktu.Tidak lupa salawat serta salam semoga
tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah mengarahkan kepada
kita satu -satunya agama yang diridhai Allah SWT,yakni agama islam.Tidak lupa kami
mengucapkan banyak terima kasih kepada bapak Nashrul Haqqi Firmansyah M.Pd selaku
dosen mata kuliah akhlak tasawuf.
Alhamdulillah makalah ini dapat terselesikan,walauoun kemungkinan dalam penulisannya
masih terdapat banyak kekurangan,baik dalam Bahasa maupun teknik pengetikan
makalah.kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari makalah ini dan masih jauh dari
kata sempurna.oleh karena itu,kami sebagai pemakalah sangat berharap adanya kritik dan
saran ynag membangun agar dapat memotivasi kami dalam pembuatan makalah dimasa yang
akan datang.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Salatiga,21 september 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
BAB I........................................................................................................................................iv
PENDAHULUAN....................................................................................................................iv
1.Latar Belakang...................................................................................................................iv
2.Rumusan Masalah..............................................................................................................iv
3. Tujuan................................................................................................................................iv
BAB II........................................................................................................................................1
PEMBAHASAN........................................................................................................................1
A.Pengertian Faqr...................................................................................................................1
Klasifikasi Faqr......................................................................................................................2
1.Pengertian Zuhud.................................................................................................................2
2. Macam-macam zuhud dan Tingkatannya...........................................................................5
Tujuan Zuhud.........................................................................................................................7
Contoh perilaku zuhud...........................................................................................................8
PENUTUP..................................................................................................................................8
KESIMPULAN......................................................................................................................9
SARAN...................................................................................................................................9
DAFTAR
PUSTAKA……………………………………………………………………….......................
..............10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.Latar Belakang
Tasawuf merupakan cara menyucikan diri, meningkatkan akhlak dan membangun kehidupan
jasmani dan rohani untuk mencapai kehidupan abadi. Unsur utama tasawuf adalah penyucian
diri dan tujuan akhirnya adalah kebahagiaan dan keselamatan.
Tasawuf merupakan visi langsung terhadap sesuatu, bukan dalil. Para sufi mengatakan hal itu
seseuai dengan pengalaman mereka masing-masing. Apalagi pengalaman tasawuf ini juga
merupakkan karunia dari tuhan setalah seseorang menempuh penyucian rohani itu melalui
latihan fisik-psikis yang berat.
Tasawuf juga mempunyai maqam. Maqamat dalam bahasa berasal dari bahasa arab yang
berarti tempat orang berdiri atau pangkal mulia. Selanjutnya, arti ini dipakai untuk arti jalan
panjang secara berjenjang yang harus ditempuh oleh seorang sufi untuk berada dekat dengan
Allah. Sebenarnya ada banyak maqamat tasawuf, namaun kali ini saya akana memaparkan
mengenai Zuhud, dan Faqr.
2.Rumusan Masalah
1.Apakah definisi fakir dan zuhud
2.Jelaskan dalil al quran dan hadist tentang fakir dan zuhud
3.Berikan contoh perilaku fakir dan zuhud

3. Tujuan
1.Menegetahui definisi tentang fakir dan zuhud
2.Menegeahui dalil al quran dan hadist tentang fakir dan zuhud
3.Menetahui contoh contoh fakir dan zuhud

iv
BAB II

PEMBAHASAN

A.Pengertian Faqr
Secara literal, faqr (selanjutnya ditulis fakir) berarti butuh. Menurut terminologi
tasawuf, faqir adalah suatu keadaan dimana hati tidak butuh kecuali kepada Allah.1
Makna fakir tersirat dalam Al-Qur’an surat Fatir ayat 15:

‫َأيُّهَا ٱلنَّاسُ َأنتُ ُم ۡٱلفُقَ َرٓا ُء ِإلَى ٱهَّلل ۖ ِ َوٱهَّلل ُ هُ َو ۡٱل َغنِ ُّي ۡٱل َح ِمي ُد‬
Artinya: “Hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah dan Allah Dialah
Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji.”

Maqam ini sangat mulia. Rasulullah sendiri lebih memilih hidup fakir daripada
hidup bergelimangan harta meskipun telah ditawarkan pada beliau tahta dan
kehidupan mewah sebagaimana Nabi Sulaiman. Diantara hadits yang menjelaskan
keutamaan faqr adalah hadist yang merupakan doa Rasulullah ini:
ّ .‫ الله ّم أحيني مسكينا وتوفّني مسكينا واحشرني في زمرت المساكين‬:‫عن أبي سعيد‬
‫وإن أشقى أألشقياء من اجتمع‬
(‫عليه فقرالدنيا وعذاب اآلخرة )رواه حاكم‬

Artinya:“Ya Allah, berilah aku hidup dalam keadaan miskin. Berilah aku mati dalam
keadaan miskin. Dan kumpulkanlah aku dalam golongan orang-orang miskin. Secelaka-
celakanya orang yang celaka adalah yang terkumpul padanya faqr dunia, dan azab akhirat.”
(H.R. Al-Hakim).
Mayoritas para nabi yang mendapat sifat khususiyah (ketertentuan) berupa karamah
dan keunggulan yang diberikan Allah mengalahkan semua mahkluk yang ada pada
fuqara (orang-orang yang fakir). Sampai merekapun tidak menemukan bekal hidup
dan tidak menguasai atas sesuatu dari harta dunia. Mereka merupakan teladan bagi
umatnya dalam sifat fakir,

1
 Jurnal Al -Hikmah Vol nomor 1/2011

1
Klasifikasi Faqr
Selanjutnya menurut Abi Nasr As-sarraj Ath-thusiy derajat fuqara
diklasifikasikan menjadi 32:
a. Golongan yang tidak memiliki sesutau, dan secara lahir batin memang tidak
meminta dan menanti apapun dari orang lain. Ketika ia diberi, ia tidak mau
mengambil. Stara ini adalah maqam muqarrabin.
b. Golongan yang tidak memilik suatu, tidak meminta, menginginkan, atau memohon
pada siapapun. Ketika diberi tanpa meminta, ia menerima. Ini adalah maqam Al-
shiddiqin.
c. Golongan yang tidak memilik sesuatu dan ketika membutuhkan ia mengutarakan
keinginanya pada sebagiana saudaranya yang ia ketahui bahwa saudaranya akan
senang dengan ungkapan pengaduannya tersebut. Maka, seseungguhnya
memecahkan permasalahnnya merupakan nilai shadaqah.

contoh sikap kepedulian kita terhadap orang fakir dan miskin di dalam kehidupan sehari hari
yaitu:
1. Memberikan makanan dan minuman.
2. Memberikan bantuan berupa uang untuk menutupi keperluan hidupnya
sehari hari.
3. Jika kita ada acara maka kita turut serta mengundangnya tanpa membeda
bedakan status sosialnya.
1.Pengertian Zuhud

Zuhud secara bahasa artinya meninggalkan, tidak menyukai, atau menjauhkan


diri. Sedangkan zuhud secara istilah berarti tidak mementingkan hal - hal yang bersifat
keduniawian, atau meninggalkan gemerlap kehidupan yang bersifat material dalam
mengabdikan diri kepada Allah subhanahu wa ta'ala. Zuhud termasuk salah satu ajaran
agama islam yang sangat penting dalam rangka mengendalikan diri dari pengaruh negatif
kehidupan dunia. Orang zuhud lebih mengutamakan atau mengejar kebahagiaan hidup di
akhirat yang abadi daripada mengejar kehidupan dunia yang fana. Hal ini dapat dipahami
dari isyarat ayat - ayat berikut.

2
Ibid hlm.76-77

2
Artinya : "Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang dikatakan kepada mereka:
"Tahanlah tanganmu (dari berperang), dirikanlah sembahyang dan tunaikanlah zakat!"
Setelah diwajibkan kepada mereka berperang, tiba-tiba sebahagian dari mereka
(golongan munafik) takut kepada manusia (musuh), seperti takutnya kepada Allah,
bahkan lebih sangat dari itu takutnya. Mereka berkata: "Ya Tuhan kami, mengapa
Engkau wajibkan berperang kepada kami? Mengapa tidak Engkau tangguhkan
(kewajiban berperang) kepada kami sampai kepada beberapa waktu lagi?" Katakanlah:
"Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih 3baik untuk orang-orang
yang bertakwa, dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun." (Q.S An - Nisa ayat 77 )

Artinya : "Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau
belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa.
Maka tidakkah kamu memahaminya?" (Q.S Al -an'am ayat 32)

Ayat - ayat diatas memberi petunjuk bahwa kehidupan dunia yang sekejap ini sungguh
tidak sebanding bila dibandingkan dengan kehidupan akhirat yang kekal dan abadi.
Kehidupan akhirat lebih baik dari kehidupan dunia.

Allah subhanahu wata'ala berfirman :

Artinya : "Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal." (Q.S Al - A'la
ayat 17)

Walaupun demikian, orang zuhud bukan berarti meninggalkan dunia secara total.
Mereka justru menjadikan kekayaan dunia sebagai sarana untuk beribadah kepada
Allah subhanahu wata'ala. Inilah hakikat zuhud.

3
Amin Syukur,Zuhud Di Era Modern,hlm 12

3
Selain pengertian diatas, pengertian zuhud ini ada beberapa macam :
1) Meninggalkan sesuatu karena mengiginkan sesuatu yang lebih baik
daripadanya.
2) Meninggalkan keduniaan karena mengharapkan sesuatu yang bersifat
keakhiratan, dan
3) Meninggalkan segala sesuatu selain Allah karena mencintaiNya.
4) Ada beberapa pendapat dari para ulama yaitu dari  Syaikhul-islam ibnu
taimiyah berkata, “zuhud artinya meninggalkan apa-apa yang tidak bermanfaat
untuk kepentingan akhirat”. Sedangkan menurut sufyan Ats-Tsaury, zuhud di
dunia artinya tidak mengumbar harapan,bukannya makan sesuatu yang kering
dan mengenakan pakaian yang tidak bagus. Al-junaid berkata, “Aku pernah
mendengar sary mengatakan, bahwa Allah merampas keduniaan dari para
waliNya, menjaga agar tidak 4melalaikan hamba-hambaNya yang suci dan
menggeluarkanya dari hati orang-orang layak bersanding dengan-Nya. Sebab
Allah tidak meridhainya bagi mereka.Dia juga berkata, “orang yang zuhud
tidak gembira karena mendapatkan dunia dan tidak sedih karaena kehilanggan
dunia.
5) Menurut Yahya bin Mu’adz, zuhud itu menimbulkan kedermawanan dalam
masalah hak milik, sedangkan cinta menimbulkan kedermawanan dalam
masalah ruh. Menurut ibnu-jala’,zuhud itu memandang dunia dengan
pandangan yang meremehkan, sehingga mudah bagimu untuk berpaling
darinya. Menurut ibnu khafif, zuhud artinya merasa senang jika dapat keluar
dari kepemilikan dunia. Menurut Al-imam Ahmad, zuhud di dunia artinya
tidak mengumbar harapan di dunia. Ada pula salah satu riwayat dariNya,
bahwa zuhud itu tidak gembira mendapatkan keduniaan dan tidak sedih
kehilangan keduniaanya.
6) Menurut abdulah bin Al-Mubarak, zuhud artinya percaya kepada Allah dengan
disertai kecintaan kepada kemiskinan. Pendapat yang sama juga dinyatakan
syaqiq dan Yusuf bin Asbath.Menurut Al-Imam Ahmad, zuhud didasarkan
kepada tiga perkara meninggalkan yang haram, ini merupakan zuhudnya
orang-orang awam, meninggalkan berlebih-lebihan dalam hal yang halal, ini
merupakan zuhudnya orang-orang yang khusus, dan meninggalkan kesibukan
selain dari Allah, dan ini zuhudnya orang-orang yang ma’rifat. yang pasti para
ulama sudah bersepakat bahwa zuhud itu  merupakan perjalanan hati dari
kampung dunia dan menempatkannya di akhirat. Kaitanzuhud ini ada enam
macam yaitu Harta, rupa ,kekuasaan, manusia, nafsu, dan hal-hal selain Allah.
Dan seseorang itu tidak layak mendapat sebuah zuhud kecuali menghindari
enam macam tersebut. Yang paling baik dari pengertian zuhud dan yang
paling menyeluruh adalah seperti yang dikatakan Al-hasan,”zuhud di dunia
bukan berarti mengharamkan yang halal dan menyia-nyiakan harta, tetapi jika
engkau lebih meyakini apa yang ada di tangan Allah dari pada apa yang ada di
tanganmu, dan jika ada

4
Widyananda,Rakha Fahreza (2020)Pengertian Zuhud menurut Para Ahli,JATIM,Merdeka.com

4
7) musibah yang menimpamu, maka pahala atas musibah itu lebih engkau sukai
daripada engkau tidak di timpa musibah sama sekali.Orang-orang saling
berbeda pendapat, apakah zuhud ini masih memungkinkan pada zaman
sekarang ini ataukah tidak? Dan menurut Abu hafsh, zuhud tidak berlaku
kecuali dalam hal-hal yang halal. Sementara di dunia saat ini sudah tidak ada
yang halal, yang berarti tidak ada lagi zuhud.

2. Macam-macam zuhud dan Tingkatannya

Ibnul Qayyim –rahimahullah– berkata, “Zuhud ada beberapa macam: Zuhud


terhadap perkara yang haram, maka ini adalah kewajiban atas setiap individu. Zuhud
terhadap berbagai syubhat, maka ini sesuai dengan tingkatan syubhat itu. Jika
syubhat itu semakin kuat maka zuhud terhadapnya tergolong perkara yang wajib,
namun jika lemah maka zuhud terhadapnya tergolong mustahab (sunah, disukai).
Zuhud terhadap perkara mubah yang berlebihan. Zuhud terhadap perkara yang tidak
bermanfaat dari perkataan, penglihatan, pertanyaan, pertemuan dan yang lainnya.
Zuhud terhadap manusia. Zuhud terhadap diri sendiri, dimana dia merasakan jiwanya
menjadi remeh karena Allah. Dan zuhud yang mencakup semua itu adalah
zuhudterhadap segala sesuatu selain Allah dan zuhud terhadap segala sesuatu yang
menyibukkanmu dari-Nya.

Ahmad ibnu Qudamah al-Maqdisi –rahimahullah– berkata:

>Tingkatan pertama, Di antara manusia ada yang zuhud terhadap dunia sedangkan dia
menyenangi dan menginginkan dunia itu. Hanya saja dia berusaha melawan jiwanya. Maka
orang yang semacam ini disebut mutazahhid (orang yang berusaha zuhud). Inilah
permulaan zuhud.

>Tingkatan kedua, orang yang zuhud terhadap dunia secara sukarela. Jiwanya tidak merasa
berat untuk zuhud. Akan tetapi dia masih memandang dan melirik kepada sikap zuhudnya.
Hampir-hampir dia merasa takjub terhadap dirinya. Diamemandang dirinya telah
meninggalkan sesuatu yang bernilai (maksudnya adalah dunia -pen) untuk mencari sesuatu
yang lebih besar nilainya (yakni akhirat). Seperti orang yang meninggalkan uang satu dirham
untuk mendapatkan dua dirham. Maka zuhud semacam ini masih ada kekurangan.

>Tingkatan ketiga, yaitu tingkatan tertinggi. Orang yang zuhud secara sukarela, dan lebih
dari itu dia juga zuhud terhadap 5sikap zuhudnya. Maksudnya, dia tidak memandang bahwa
dirinya telah meninggalkan sesuatu. Karena dia mengetahui bahwa dunia bukanlah sesuatu
yang bernilai. Maka dia seperti orang yang meninggalkan selembar kain untuk mendapatkan
permata. Dia tidak menganggapnya sebagai pertukaran. Karena dunia dibandingkan dengan
kenikmatan akhirat, lebih baik daripada secarik kain dibandingkan dengan permata. Maka
inilah kesempurnaan dalam zuhud. Adapun tingkatan yang lain yaitu:

- Orang yang merasa berat untuk bersikap zuhud terhadap dunia. Ia berjuang untuk
meninggalkannya, pada hal ia sangat mengiginkannya. Orang seperti ini disebut mutazahhid
5
Widyananda,Rakha Fahreza (2020)Pengertian Zuhud menurut Para Ahli,JATIM,Merdeka.com

5
(orang yang masih belajar untuk berzuhud), dan ini adalah langkah awal untuk menuju
zuhud. Semoga saja ia menjadi orang zuhud di kemudian hari.

- Orang yang meninggalkan dunia (berzuhud) dengan suka rela karena ia menggangapnya
hina, namun ia masih punya hasrat terhadap dunia, Ia seperti orang yang meninggalkan satu
dirham demi mendapatkan dua dirham. Hal seperti ini tidaklah berat baginya, namun ia tetap
tidakterbebas dari sikap memperhatikan sesuatu yang ditinggalkannya dan masih
memperhatikan kondisi dirinya. Sikap ini masuk kategori zuhud, namun masih belum
sempurna.

- Orang yang menganggap dunia tidak ada arti baginya. Ia menjadi seperti seorang yang
meninggalkan setumpuk kotoran untuk mengambil mutiara,

Namun tidak menganggap hal demikian sebagai bentuk ganti rugi. Ia berpandangan bahwa
penjauhan diri terhadap dunia yang di hubungkan dengan kenikmatan akhirat atau Allah
adalah lebih hina dari pada meninggalkan setumpuk kotoran yang dihubungkan dengan
mutiara. Jadi disini tidak ada hubungan antara satu sama lain yang didasarkan untuk
memperoleh ganti rugi (atau akhirat) karena meninggalkan dunia.Ada juga mengenal orang
zabid (yang hidup zuhud), Al-Palimbani menerangkan pula tiga tingkatan yang
mencerminkan proses kejiwaan seorang salik dalam menempuh kehidupan zuhud itu:

 Zuhud “orang mubtadi (pemulaan) yaitu orang yang permulaan menjalani akan jalan
yang menyampaikan kepada makrifah akan Allah itu, yaitu orang yang di dalam
hatinya masih ada rasa kasih dan cenderung kpda keduniaan, tetapi ia bersungguh-
sungguh melawan hawa nafsunya.
 Orang yang pertengahan jalan itu  yaitu orang yang telah mudah hatinya
meninggalkan akan dunia itu, tiada lagi kasih akan dunia itu.
 Orang yang muntabi, yakni orang-orang yang arif, yang bagi mereka dunia itu
seperti” tahi saja “ tidak ada nilainya lagi, sehingga segenap hati mereka sudah
menghadap ke akhirat.

Namun di atas itu masih ada satu tingkat lagi, yaitu orang yang meninggalkan
daripada hatinya yang lain dari pada Allah, baik duia maupun akhirat.Zuhud dalam
arti dan tingkatan seperti ini adalah maqam dalam perjalanan seorang salik Al-
Palimbani mengikuti Al-Ghazali terdiri dari tiga perkara yaitu ilmu, hal, dan
amal.Pada pendapat Al-Palimbani zuhud mempunyai tingkatan yang tertinggi yaitu
bukan tidak memiliki sesuatu, tetapi tidak mengiginkan sesuatu selain Allah.

Ciri-ciri orang zuhud:

1)mengetahui bahwa kehidupan dan kesenangan dunia hanyalah sementara;

2) mengetahui bahwa kehidupan akhirat lebih baik dan kekal;

3)memandang bahwa dunia adalah tempat untuk menyiapkan kehidupan akhirat;

6
4) mengeluarkan dari hati kecintaan pada dunia;

5) memasukkan kecintaan pada kepatuhan pada Allah;

6) melepaskan diri dari ketergantungan padamakhluk;

7) mempunyai anggapan bahwa kebahagiaan bukan diukur dari materi,namun

Darispiritualitas

8) memandang bahwa harta, jabatan adalah amanah untuk

kemanfaatan orang banyak6;

9) menggunakan harta untuk berinfak di jalan allah;

10) meninggalkan hal-hal yang berlebihan, walaupun halal;

11) menunjukkan sikap hemat, hidup sederhana, dan menghindari bermewah-


mewah;

12) menjaga anggota tubuh agar terhindar dari segala yang dapat menjauhkan diri
dari allah(menjaga dari bicara kotor, selalu menyebut nama allah, menjaga
pandangan).

Semua ini mungkin bisa dipertahankan oleh seorang zahid yang di dalam hatinya
tidak ada lagi sesuatu selain Allah, walaupun ia memiliki kekayaan dan
kebesaran.Karena itu maqam zuhud ini adalah pendahuluan dari maqam syukur yang
mencerminkan kejiwaan seseorang muslim yang selalu memandang tuhan dalam
semua nikmat yang dilimpahkan kepadanya.Tetapi sebelum mencapai maqam tersebut
masih ada satu maqam lagi yang harus dilewati yaitu maqam sabar.Maka ketahuilah
tingkatan zuhud yang tertinggi adalah engkau meninggalkan segala sesuatu selain
Allah karena mencari ridhaNya. Semua dilakukan untuk mengetahui kelezatan dan
luhurnya sifat zuhud. Selagi masih mampu mempertahankan diri dari semua itu, maka
lakukanlah, dan itulah yang dinamakan zuhud yang sebenarnya (hakiki).

Tujuan Zuhud
Zuhud mempunyai beberapa tujuan, yaitu :
1. Ia tidak gembira dengan adanya sesuatu dan tidak sedih dengan hilangnya
sesuatu.
2. Orang yang memujinya dan orang yang dianggapnya sama saja.
3. Ia merasa intim dengan Tuhan dan merasa lezat dalam mentaatinya.

Zuhud bukan meninggalkan dunia, tetapi tidak meletakkan hati padanya.


Zuhud bukan menghindari kenikmatan duniawi, tetapi tidak meletakkan nilai yang
tinggi padanya. Dan inilah definisi zuhud dari Rosulullah SAW,
6
Milati,Journal of Islamic studiec and humanities ,Vol 1.No 2,Des.2016:243-258

7
“Bukanlah zuhud itu mengharamkan yang halal, bukan menyia-nyiakan
harta, tetapi zuhud dalam dunia itu ialah engkau tidak memandang apa yang
ditanganmu itu lebih diandalkan dari apa yang di sisi Allah” (Kanz Al-‘Ummal, Hadis
ke 6059).
Dalam Qur’an disebutkan, “Supaya kamu tidak bersedih karena apa yang
lepas dari tanganmu dan tidak bangga dengan apa yang diberikan kepadamu” (QS
57:23).
Dari tafsir ayat itu kita dapat dua karakteristik orang yang zuhud,Pertama,
“zahid tidak menggantungkan kebahagiaan hidupnya pada apa yang yang dimliknya.”
Para psikolog eksistensialis bercerita tentang dua pola hidup:pola hidup memiliki dan
pla hidup menjadi. Zuhud adalah pola menjadi. Zahid tidak memperoleh kebahagiaan
dari pemilikan. Alangkah rentannya hhidup pada berbagai persoalan, bila hati
diletakkan pada benda-benda yang memiliki.Kedua, “kebahagiaan seorang zahid tidak
lagi terletak pada hal-hal yang material tetapi pada tataran spiritual.”
Contoh perilaku zuhud
1. Bersyukur atas setiap nikmat yang diberikan Allah SWT.
2. Mencukupkan diri pada harta yang dimiliki, kendati hanya cukup untuk kebutuhan
sehari-hari.
3. Jika memiliki banyak uang, menyisihkannya untuk bersedekah dan tidak berfoya-foya
berlebihan.
4. Sederhana dalam berpenampilan, baik dari segi tempat tinggal, pakaian, ataupun
makanan. Meskipun memiliki banyak uang, ia tidak pamer dan hidup bermewah-
mewahan.

8
PENUTUP
KESIMPULAN
Perjalanan spritual yang dilakukan seorang sufi dalam menemukan hakikat dan ma’rifat
tersebut kadang-kadang mempunyai kecenderungan yang berbeda-beda. Sebagian orang yang
menekuni dunia kema’rifatan ia meninggalkan hal yang diragukan halalnya karena khawatir
terjerumus kedalam dosa. Ia meninggalkan hal yang bersifat syubhat karena khawatir
terjerumus kedalam maksiat. Itulah sifat wara’, penghati-hatiaa, sifat yang postitif penuh
mawas diri. Menjaga diri dari perbuatan dosa terhadap hal yang diragukan halal-haramnya.
Sebagian gajala orang yang ma’rifat ia hidup zuhud, tidak rakus terhadap dunia, tidak
terkelabuhi oleh gemerlap mayapada. Apa pun yang mengganggu ibadahnya ia singkirkan, ia
hindari sejauh-jauhnya. Zuhud bukan berarti istilah daerah “nyingkor kandonyan”, menjauhi
dunia hidup menderita. Bukan! Zuhud berarti “hidup prihatin” mengabdi kepada tuhan. Dan
pola hidupnya sederhana, demi Ar-Rahman.
Gejala orang yang ma’rifat juga termasuk faqr, tidak meminta lebih dari pada yang menjadi
haknya, tidak banyak memohon rezeki, kecuali hanya menjalankan kewajiban-kewajibannya
dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah.
SARAN
Demikian makalah yang dapat saya paparkan tentang zuhud dan fakir semoga bermanfaat
bagi pembaca pada umumnya dan pada kami pada khususnya. Dan tentunya makalah ini
tidak lepas dari kekurangan, untuk itu saran dan kritik yang bersifat konstruktif sangat kami
butuhkan guna memperbaiki makalah selanjutnya.

9
DAFTAR PUSTAKA

Jurnal Al -Hikmah Vol nomor 1/2011


Ibid hlm.76-77
Amin Syukur,Zuhud Di Era Modern,hlm 12
Widyananda,Rakha Fahreza (2020)Pengertian Zuhud menurut Para
Ahli,JATIM,Merdeka.com
https://m.merdeka.com/jatim/pengertian-zuhud-menurut-para-ahli-serta-tingkatannya-wajib-
diketahui-kln.html
Milati,Journal of Islamic studiec and humanities ,Vol 1.No 2,Des.2016:243-258

10

Anda mungkin juga menyukai