PENDAHULUAN
wilayah bagian tengah pulau Sumatera. Sebaian besar orang Minagkabau menempati
wilayah provinsi Sumatera Barat. Dalam Tambo sebagai suatu sejarah tradisional
Minagkabau dijelaskan bahwa alam Minangkabau secara geografis terdiri dari dua
wilayah utama, yaitu kawasan Luhak Nan tigo dan Rantau. 1 Luhak Nan Tigo terletak
pedalaman, maka Luhak Nan Tigo disebut juga darek atau darat yang merupakan
kawasan pusat atau inti dari wilayah Minagkabau, sedangkan Rantau adalah daerah
Luhak Nan Tigo terdiri dari tiga bagian, yaitu Luhak Tanah Datar, Luhak
Agam, dan Luhak Lima Puluh Kota. Dalam perkembangan sejarahnya, Rantau pada
Rantau berkembang menjadi pemukiman yang terpisah dari kawasan pusat. Tetapi
secara kultural, daerah Rantau tetap menghubungkan diri dengan kawasan pusat.
Sehingga di alam Minangkabau berlaku adat yang sama yang telah disusun oleh
yang berbunyi Luhak Bapangulu, Rantau Barajo. Dimana artinya adalah kekuasaan
kecil, artinya Luhak terdiri dari Wali Nagari yang mewakili pemerintahan yang
berdiri sendiri.
1
LKAAM. Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah. Padang : Surya Citra Offset. 2002. hal.22
territorial pada saat yang sama juga merupakan unit politik para penghulu di setiap
Nagari (BPAN) yang dulu dikenal dengan Kerapatan Adat Nagari (KAN).
Pada awal adanya nagari di Minagkabau, nagari itu telah mempunyai Limbago
atau Lembaga sebagai institusi yang mengatur kehidupan masyarakat nagari dalam
bidang adat, budaya, hukum, ekonomi, pertanian, sosial, pemerintahan, dan agama.
Limbago itu disebut dengan Tungku Tigo Sajarangan yang terdiri dari Ninik Mamak,
yang sama derajatnya yang tergabung dalam sebuah kerapatan adat. 3 Sistem
Sumatera Barat dileburkan menjadi pemerintahan desa. Jorong yang menjadi bagian
nagari waktu itu langsung dijadikan desa, sehingga nagari dengan sendirinya menjadi
hilang. Pemerintahan desa yang berasal dari budaya Jawa dipimpin oleh seorang
Kepala Desa. Pada pemerintahan desa, desa atau kelurahan adalah bagian dari wilayah
2
Peraturan Daerah Sumatera Barat Nomor 9 Tahun 2000 Tentang Ketentuan Pokok Pemerintahan
Nagari
3
Peraturan Daerah Sumatera Barat. Ibid
pemerintahan desa, Kepala Desa bertanggung jawab kepada pejabat yang berwenang
Perubahan ini bukan hanya perubahan nama, tetapi diantara keduanya terdapat
perbedaan karakter dan spirit yang menyertainya. Nagari yang berjumlah 543 di
Sumatera Barat diubah menjadi 3.138 desa. 5 Perubahan menjadi desa yang demikian
maksudnya agar memperoleh dana bantuan pembangunan desa (Bangdes) yang lebih
banyak dari pemerintah pusat. Bila dicermati lebih lanjut, perbedaan antara
pemerintahan nagari dan pemerintahan desa dapat dilihat pertama dalam segi
keanggotaan.
anggota yang menjadi wakil dari masyarakat dapat menyalurkan aspirasinya dengan
bermusyawarah jelas hanya sebagai “obat penawar” yang sama sekali tidak
Desa adalah “penguasa” LMD itu sendiri. Sehingga praktis tidak ada kekuatan yang
Dengan ketentuan demikian maka tidak ada kontrol sosial dari bawah, bahkan
dari samping sekalipun, yang ada hanyalah kontrol dari atas. Dalam Pasal 10 ayat 2
Kepala Desa bertanggung jawab kepada pejabat yang berwenang mengangkat melalui
4
Jurnal Analisa Politik. Volume 2 Nomor 7. Padang : Laboratorium Ilmu Politik Unand. 2004. hal.54
5
LKAAM. Op.C it.. hal. 29
dipilih dari unsur Ninik Mamak, Alim Ulama, Cerdik Pandai, Bundo Kanduang
(wakil dari tokoh-tokoh perempuan Minagkabau), utusan Jorong serta utusan pemuda.
yang kedua yaitu dalam segi pelaksanaan dan kedudukan dalam pemerintahan. Dari
Peraturan Daerah sumatera Barat Nomor 9 tahun 2000 Tentang Ketentuan Pokok
penting dan berbeda dengan LMD. Pertanggungjawaban Wali Nagari dapat diminta
melalui BPAN dan BPAN dapat melakukan fungsi pengawasan dalam pelaksanaan
pemerintahan nagari. Ini berbeda dengan LMD, yaitu tidak mempunyai peran yang
vital dalam hal keputusan desa dan Kepala Desa hanya menyampaikan keterangan
spesifiknya Peraturan Daerah Sumatera Barat Nomor 9 Tahun 2000, telah mampu
menggeser peran LMD, yang hanya sebagai sebuah lembaga yang melegitimasi
Sekretaris Desa diangkat oleh Bupati dan Kepala Urusan diangkat oleh Camat atas
dilakukan setelah para calon menempuh seleksi dalam bentuk penyaringan. Hal ini
nagari, jumlah aparat dalam satuan staf tersebut berbeda. Dalam pemerintahan nagari
yang berkedudukan sebagi unsur staf pembantu Wali Nagari dan memimpin
Sekretariat Nagari adalah Sekretaris Nagari. Selain itu aparat dalam pemerintahan
nagari dilengkapi dengan unsur pelaksana Wali Nagari yang di dalam pemerintahan
pemerintahan desa dijalankan oleh Kepala Dusun beserta beberapa para staf yang
ditetapkan oleh Kepala Desa. Lebih lanjut mengenai pemerintahan nagari, yang dalam
struktur organisasinya memiliki Kepala Jorong. Jumlah Kepala Jorong dalam sebuah
Indonesia. Tetapi bagi kebanyakan daerah umumnya dan Sumatera Barat khususnya,
mengalami degradasi,
6
LKAAM. Ibid. hal.31
pernah terjalin antara pemerintah dengan anak nagari dan masyarakat adat
dan pemekaran desa menyebabkan hilangnya salah satu syarat adanya wilayah
4. Masyarakat kehilangan tokoh Angku Palo atau Wali Nagari. Fungsinya tidak
dapat digantikan oleh Kepala Desa atau Lurah. Wali Nagari adalah tokoh
kharismatik yang sangat dihormati dan menjadi panutan bagi anak nagari.
Wali Nagari tidak hanya menguasai dan memahami seluk beluk pemerintahan
nagari tetapi juga menguasai dan memahami adat istiadat serta taat beragama.
muda yang kurang memahami adat istiadat setempat. Bahkan ada diantara
nagari,
7. Generasi muda Minang sudah banyak yang tidak mengetahui dan memahami
8. Tungku Tigo Sajarangan dan Tali Tigo Sapilin terpinggirkan dan kehilangan
fungsinya.
yang jelas terhadap hal-hal yang bersifat umum terutama untuk pelaksanaan fungsi-
fungsi sosial dalam masyarakat belum tersentuh termasuk dalam hal pembinaan adat
dan budaya yang hanya dikelola secara umum, dimana Kepala Desa berfungsi sebagai
Pembina Adat. Kondisi ini telah mematikan fungsi-fungsi sosial yang ada dalam
pemerintahannya, dan sistem kontrol sosial masyarakat tidak ada sama sekali.
Nomor 60 Tahun 1999. Maka di Provinsi Sumatera Barat disikapi dengan merespon
karena sudah tiga puluh dua tahun masyarakat Sumatera Barat kehilangan jati diri
masyarakat di daerah, sebab secara otomatis daerah diberikan kesempatan yang luas
untuk mengatur daerahnya sendiri sesuai dengan potensi yang dimiliki daerahnya.
Bahkan daerah juga diberikan wewenang untuk membentuk dan menentukan sendiri
masing.
(PERDA) Propinsi Sumatera Barat Nomor 9 Tahun 2000 tentang Ketentuan Pokok
Pemerintahan Nagari.
sebagai unit pemerintahan terendah di seluruh Kota atau Kabupaten di Sumatera Barat
dituangkanlah dalam Peraturan Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota Nomor 01 Tahun
2001 tentang Pemerintahan Nagari, dimana Nagari Guguak VIII Koto tergabung di
dalamnya.
Nomor 01 Tahun 2001 Tentang Pemerintahan Nagari ini, maka secara bertahap dan
pasti seluruh bentuk Sistem Pemerintahan Desa yang diterapkan selama masa Orde
Pemerintahan Nagari dilaksanakan oleh Wali Nagari sebagai pimpinan Eksekutif yang
dibantu oleh Badan Perwakilan Anak Nagari (BPAN) sebagai lembaga Legislatif.
dalam skala kecil, dimana nagari berhak untuk mengatur rumah tangganya sendiri.
Terlihat bahwa nagari telah mengalami bongkar pasang yang sedemikian rupa.
nagari dari waktu ke waktu ternyata tidak membawa dinamika nagari kearah yang
lebih baik. Justru secara mendasar semua peraturan tersebut telah menyebabkan
memudarnya nilai-nilai lokal adat Minangkabau dalam masyarakat nagari yang pada
dasarnya demokratis.
belakunya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 dengan studi kasus pada Nagari
Guguak VIII Koto yang tergabung dalam Kabupaten Lima Puluh Kota Sumatera
Barat.
Agar penelitian ini memiliki arah yang jelas dalam menginterpretasikan fakta
dan data ke dalam penulisan skripsi ini, maka terlebih dahulu dirumuskan
dengan Studi Kasus di Nagari Guguak VIII Koto Kabupaten Lima Puluh Kota
Sumatera Barat?”.
masalah yang akan dibahas agar hasil yang diperoleh tidak menyimpang dari tujuan
yang dicapai. Untuk itu, pada penelitian ini peneliti hanya membahas masalah :
dewasa ini,
dewasa ini,
pengetahuan di Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Koto Kabupaten Lima Puluh Kota Sumatera Barat, serta dapat menjadi bahan
kontribusi dan masukan bagi Nagari Guguk VIII Koto dan pemerintah daerah
Kabupaten Lima Puluh Kota sebagai bahan pertimbangan dan evaluasi dalam
3. Secara pribadi, penelitian ini memberi wawasan yang sangat berarti bagi
dan dasar penelitian, agar langkah yang ditempuh selanjutnya jelas dan konsisten.
Menurut Kerlinger, teori adalah serangkaian asumsi, konsep, definisi dan proporsi
hubungan antara konsep. 7 Untuk itu diperlukan teori-teori yang mendukung penelitian
ini.
dikembangkan oleh David Easton dimana Paine dan Naumes telah menawarkan
suatu model proses pembuatan kebijakan yang merujuk pada teori sistem tersebut. 8
Teori ini merupakan model deskriptif karena lebih berusaha menggambarkan apa
Konsep ini menunjuk pada seperangkat lembaga dan kegiatan yang dapat
adanya saling hubungan antara elemen-elemen yang membangun sistem politik serta
Masukan-masukan diterima oleh sistem politik dalam bentuk tuntutan dan dukungan.
Teori ini disusun dari sudut pandang para pembuat kebijakan. Dalam hal ini,
lingkungan serta secara khusus memuaskan keinginan atau kepentingan para pembuat
7
Koentjaraningrat. Metode-metode Panelitian Masyaraka. Jakarta : Gramedia. 1999. hal. 65
8
Budi Winarno. Teori dan Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta : Media Pressindo. 2004. hal. 70-74
I Demand K Desicion O
N O U
Energi Legistatif
P N T
Informasi
V P Eksekutif
Bahan U
Support E Making U Yudikatif
mentah T R T
Policy
S
I
Envirunment
Envirunment (International)
FEEDBACK
(Sumber : Budi Winarno. Teori dan Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta : Media Pressindo. 2004.
hal. 74)
Dengan merujuk pada pendekatan sistem yang ditawarkan oleh Easton, Paine
terjadi antara lingkungan dengan para pembuat kebijakan, dalam suatu proses yang
lingkungannnya. Interaksi yang terjadi dalam bentuk keluaran dan masukan (inputs
and outputs). Outputs yang dihasilkan pada akhirnya akan menjadi bagian lingkungan
yang seterusnya akan tetap berinteraksi dengan lembaga atau para pembuat kebijakan.
Paine dan Naumes memodifikasi pendekatan ini dengan menerapkan langsung pada
suatu sistem politik terhadap tuntutan-tuntutan yang timbul. Untuk mengubah tuntutan
pertentangan atau konflik dan memberlakukan penyelesaian ini pada pihak yang
mendukung sistem tersebut dan hal ini bergantung pada interaksi antar berbagai
subsistem, maka suatu sistem akan melindungi dirinya melalui tiga hal, yakni :
2) Menyandarkan diri pada ikatan-ikatan yang berakar dalam sistem itu sendiri,
Dengan penjelasan yang demikian, maka teori ini memberikan manfaat dalam
itu, teori ini juga menyadarkan mengenai beberapa aspek penting dari proses
perumusan kebijakan.
Puluh Kota. Tuntutan kembali ke nagari tersebut berasal dari tokoh-tokoh adat, alim
ulama dan para cerdik pandai (yang dikenal dengan tungku tigo sajarangan) yang
kemudian ditanggapi oleh para perumus kebijakan di Kabupaten Lima Puluh Kota
Nagari. Mulai saat itu maka berlakulah penerapan Sistem Pemerintahan Nagari di
seluruh wilayah Kabupaten Lima Puluh Kota yang mana Nagari Guguak VIII Koto
9
tergabung di dalamnya.
9
Wawancara dengan Chandrawita (anggota Komisi A DPRD Kabupaten Lima Puluh Kota), pada
tanggal 9 Oktober 2007 di kantor DPRD Kabupaten Lima Puluh Kota Sumatera Barat
negara, yaitu : 10
Negara Serikat,
Untuk itu ada beberapa pandangan para ahli dalam menentukan bentuk suatu
10
Abu Daud Busroh. Ilmu Negara. Jakarta : Bumi Aksara. 1993. hal.61
11
Murtimus. Tata Negara. Payakumbuh : SMUN 1 Guguk Press. 2003. hal.27
kepentingan umum,
pribadi,
kepentingan umum.
bagaimana sebenarnya yang menjadi bentuk dari Sistem Pemerintahan Nagari yang
undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa. 13 Pemerintahan Desa yang
berasal dari budaya Jawa dipimpin oleh seorang Kepala Desa. Pada Pemerintahan
Desa, desa atau kelurahan adalah bagian dari wilayah Kecamatan. Dalam
Desa bertanggung jawab kepada pejabat yang berwenang mengangkat melalui Camat,
12
Murtimus. Ibid
13
LKAAM. Op. Cit. hal.28
14
Jurnal Analisa Politik. Op. Cit. hal.54
1.6.4.1 Nagari
Kata nagari berasal dari bahasa Sanskerta yaitu “Nagari”, yang dibawa oleh
bangsa yang menganut agama Hindu. Bangsa itu pulalah yang menciptakan
nagari kecil itu merupakan suatu bentuk negara yang berpemerintahan sendiri. 15
nagari diberikan oleh ahli adat De Rooy. Dia menulis bahwa nagari yang tertua adalah
dan mendirikan tempat tinggal baru yang akhirnya membentuk sebuah kampung.
Dusun, Dusun berkembang menjadi Koto dan Koto berkembang menjadi Nagari. 17
A.A Navis telah menguraikan nagari yang empat tersebut sebagai berikut :18
1) Taratak
Yaitu pemukiman paling luar dari kesatuan nagari yang juga merupakan
boleh bergonjong.
15
LKAAM. Pelajaran Adat Minangkabau. Bandung : Tropic Offset. 1997. hal. 47
16
A.A Navis. Alam Takambang Jadi Guru: Adat dan Kebudayaan Minangkabau. Jakarta : Grafiti Pers.
1984. hal. 92
17
M. Amir Sutan. Adat Minangkabau, Tujuan dan Pola Hidup Orang Minang. Jakarta : Mutiara
Sumber Widya. 1997. hal. 45-48
18
A.A Navis. Op. Cit. hal. 94
3) Koto
4) Nagari
dalam sebuah pepatah adat yang berbunyi “Nagari kaampek suku, dalam suku babuah
paruik, kampuang nan batuo, rumah batungganai” (nagari berempat suku, dalam
suku berbuah perut, kampung bertua, dan rumah bertungganai). Artinya yaitu setiap
2. Setiap suku mempunyai beberapa buah perut (kaum dari turunan ibu),
19
M. Amir Sutan. Op. Cit. hal.48
penghulu kaum dari keluarga yang mendiami suatu rumah menurut stelsel
matrilineal.
nagari merupakan satu kesatuan masyarakat hukum adat yang hidup dalam wilayah
suatu nagari terdiri dari beberapa Jorong yang dikepalai oleh Wali Jorong yang
1.6.4.2 Jorong
nagari. Jorong umumnya merupakan bekas desa yang ada dalam wilayah suatu nagari,
namun tidak menutup kemungkinan desa dipecah menjadi beberapa Jorong jika bekas
desa tersebut memiliki wilayah yang luas atau atas dasar pertimbangan jumlah
penduduk.
20
M.Amir Sutan. Loc. Cit
yang sama derajatnya yang tergabung dalam sebuah kerapatan adat. Penghulu-
penghulu tersebut dibantu oleh para manti (orang cerdik yang dipercaya oleh
Provinsi Sumatera Barat. Terdiri dari himpunan beberapa suku yang mempunyai
adalah niniak mamak, alim ulama, cerdik pandai, dan bundo kanduang. Unsur-unsur
Perwakilan Anak Nagari (BPAN), Badan Musyawarah Adat dan Syarak (BMAS)
sebagai badan yang memberikan saran dan nasehat kepada Wali Nagari. BMAS
mendapatkan masukan dari dua lembaga yaitu Lembaga Adat Nagari (LAN) dan
Lembaga Syarak Nagari (LSN). Sementara itu Wali Nagari dalam menjalankan
tugasnya dibantu oleh seorang sekretaris dan beberapa staf yaitu Kaur Nagari Bidang
Wali Nagari, BPAN, Wali Jorong, Badan Musyawarah Adat Syarak Nagari (BMASN)
dan LAN. Sedangkan dalam arti sempit pemerintahan nagari berarti suatu badan
21
LKAAM. Bunga Rampai Pengetahuan Adat Minangkabau. Padang :Yayasan Sako Batuah. 2000.
hal. 20
pimpinan dan menentukan dalam pelaksanaan tugas nagari seperti Wali Nagari dan
secara langsung oleh rakyat nagari, hal ini sesuai dengan peraturan daerah Nomor 01
Tahun 2001 tentang Pemerintahan Nagari pada Bab III bagian ketiga Pasal 34
dinyatakan bahwa Pemerintahan Nagari dipimpin oleh seorang Wali Nagari dan
dibantu oleh perangkat nagari yang terdiri dari sekretariat nagari, unsur staf lainnya
dan Wali Jorong. Pelaksanaan tugas dan kewajiban tersebut dilaksanakan sesuai
Pasal 60 Ayat 1 Peraturan Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota Nomor 4 Tahun 2001,
yaitu :
22
LKAAM. Ibid
kuasa hukumnya,
tangga nagari,
ketertiban masyarakat,
Kota Nomor 01 Tahun 2001 tentang Pemerintahan Nagari bahwa Badan Perwakilan
Anak Nagari (BPAN) merupakan lembaga Legislatif pada tingkat nagari. Sesuai
Peraturan Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota Nomor 01 Tahun 2001 tersebut telah
Belanja Nagari,
Nagari diantaranya:
anak nagari.
23
LKAAM. Ibid
lembaga adat di masing-masing nagari, maka Lembaga Adat Nagari (LAN) yang telah
ada sebagai lembaga Yudikatif nagari perlu difungsikan sehingga dapat berperan
sebagai mana mestinya. LAN berfungsi menyelesaikan sengketa sako dan pusako
(harta dan pusaka) menurut ketentuan sepanjang adat yang berlaku di nagari, dalam
Tabel 2
Struktur Organisasi Pemerintahan Nagari
BUPATI
CAMAT
SEKRETARIAT NAGARI
WALI JORONG
24
LKAAM. Ibid
struktur dan fungsi dari lembaga yang ada di nagari tersebut. Akan tetapi otoritas
tradisional. Orang-orang yang memiliki otoritas dalam tipe ini adalah Niniak Mamak
(Ninik Mamak) atau Penghulu-penghulu dimana jabatannya telah ada secara turun
Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa di Kabupaten Lima Puluh Kota
yaitu Peraturan Daerah Nomor 01 tahun 2001 tentang Pemerintahan Nagari pada Bab
Lima Puluh Kota. Bahwa menentukan penetapan nagari termasuk batas wilayah
nagari lama, nama nagari, jumlah penduduk, merupakan hasil kesepakatan adat nagari
dan beberapa tokoh masyarakat sebelum terbentuknya nagari yang syah menurut
Peraturan Daerah tersebut. Hasil musyawarah yang telah ada tersebut kemudian
terbentuk berbagai badan-badan yang ada di tingkat nagari yang diamanatkan oleh
Peraturan Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota Nomor 01 Tahun 2001 tentang
Pemerintahan Nagari.
masing nagari, maka Lembaga Syarak yang ada di nagari perlu difungsikan sehingga
c) Sebagai wadah pemberi fatwa untuk anak nagari dan Pemerintahan Nagari
Minangkabau, yaitu Ninik Mamak, Alim Ulama dan Cerdik Pandai (Cadiak Pandai).
Sedangkan Tali Tigo Sapilin mengacu pada tiga landasan sebagai tempat berpijak
bagi Tungku Tigo Sajarangan. Dimana ketiga landasan tersebut adalah ketentuan adat
yang menjadi pegangan Ninik Mamak, hukum agama atau syarak sebagai pegangan
para alim ulama, dan Undang-undang yang menjadi pegangan atau landasan berpijak
pemegang gelar Datuk secara turun-temurun menurut garis keturunan ibu dalam
tumbuh dalam kaum, suku, dan nagari dapat dicari pemecahannya melalui
adalah dari Ninik turun ke Mamak, dari Mamak turun ke Kemanakan, patah tumbuh
hilang berganti. Kemenakan yang berhak menerima warisan itu adalah kemenakan
dibawah dagu, yaitu kemenakan yang mempunyai pertalian darah. Namun ada dua
pendapat dalam hal pewarisan gelar Ninik Mamak sesuai dengan aliran kelarasan
Caniago.27
27
A.A Navis. Op. Cit. hal.144
Mamak. 28
kepemimpinannya adalah tahu sah dengan batal, tahu halal dengan haram,
melaksanakan perintah dan menjauhi larangan Allah dan Rasul karena adat
Minangkabau adalah adat Islami, adat bersendi syarak, syarak bersendi kitabullah.
Allah, Sunnah datang dari Rasul. Pada hakikatnya, alim ulama berdiri di pintu syarak
(agama Islam).
sebagai pusat pengkajian, ilmu, dan politik. Surau sebagai lembaga pendidikan dan
pusat kaum terpelajar dalam menuntut ilmu agama yang berkaitan dengan kehidupan
sebagai Alim Ulama dengan ketentuan dipandang taat beribadah, rajin ke Surau, dan
mampu membimbing masyarakat untuk taat beragama. Dewasa ini unsur Alim Ulama
28
LKAAM. Op. Cit. hal.105
29
LKAAM. Ibid. hal.108-109
pengetahuan dalam arti yang luas. Dalam kenyataan sehari-hari, Cerdik Pandai adalah
orang yang menguasai ilmu, baik ilmu adat, ilmu agama, maupun ilmu pengetahuan.
Pada awalnya para Cerdik Pandai adalah warga nagari yang berprofesi sebagai guru,
berpengetahuan lebih dibanding masyarakat awam dan terbiasa dengan menulis dan
membaca. 30
nagari. Mereka paham dengan Undang-undang dan peraturan atau ketentuan yang
berlaku dalam hidup bersama sebagai bangsa dan bernegara. Ketika perkembangan
pendidikan sudah lebih maju telah melahirkan orang-orang pandai dan para
diantaranya di Jawa, Madura, dan Bali disebut Desa, di Sumatera disebut Kampung,
Pekasoan, di Nusa Tenggara Barat disebut Banjar, Lomblan, di Nusa Tenggara Timur
30
LKAAM. Ibid
31
R.Joeniarto. Perkembangan Pemerintahan Lokal. Jakarta : Bumi Aksara. 1992. hal.23
Dalam masyarakat Batak juga terdapat sistem pemerintahan lokal yang dikenal
dengan sebutan Huta, yaitu kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan
usul yaitu Dalihan Na tolu yang harus tetap selaras dengan ketentuan dan hukum
agama. Setiap Huta, marga-marga yang ada dikelompokkan menjadi tiga kelompok,
kelompok Kahanggi, Anak Boru, dan Huta menentukan atau memilih pimpinan
mereka yang duduk dalam Dewan Huta atau sebagai Raja Pamusuk. Pembentukannya
diusulkan oleh Camat kepada Bupati untuk selanjudnya diusulkan kepada DPRD
Kabupaten.
menentukan kelompok marga yang tergolong Kahanggi, Anak Boru, dan Mora.
33
1.6.5.2 Pakasa’an
sebelum masuknya bangsa asing ke negeri ini. Begitupun sub etnis Toumbulu yang
serta memiliki pemuka adat yang memimpin dan memerintah komunitas masing-
masing.
Pemimpin Minahasa zaman tempo dulu terdiri dari dua golongan yaitu Walian
dan Tona’as. Sebelum abad ke-7, masyarakat Minahasa berbentuk Matriakhat. Bentuk
32
A.A Nasution. Pangamalan Budaya Dalihan Na Tolu dalam Pengelolaan Pemerintahan Daerah
Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, dan Kota Padangsidempuan. Jakarta :Fortasman.2003. hal.51
33
http://tomohon.go.id. Diakses tanggal 1 Februari 2008
pemerintahan “Makarua Siouw”, yaitu sama dengan Dewan dengan 18 orang leluhur
dari tiga Pakasa’an. Tetapi pada abad ke-7 telah terjadi perubahan pemerintahan,
laki-laki.
wilayah sub etnis yang disebut Pakasa’an Toumbulu yang dipimpin seorang Tona’as.
Dibawah Pakasaan terdapat beberapa Walak yang dikepalai oleh Kepala Walak.
Walak membawahi beberapa Wanua, dan Wanua tediri dari beberapa Lukar yang
dikepalai oleh seorang Kolano. Lukar dipimpin oleh seseorang yang didebut dengan
Wanua diganti Negeri dan Lukar menjadi Jaga. Setelah kemerdekaan Republik
Negeri diganti dengan Desa, dan Jaga menjadi Dusun. Setiap sub etnis Minahasa
mempunyai panglima perangnya sendiri tapi panglima perang tertinggi adalah raja
karena dilantik dan dapat diganti oleh dewan tua yang disebut Potuosan.
1.6.5.3 Wanua
Kemunculan desa di Bali bila dilacak dari awal, dapat dilihat jejaknya sejak
zaman Bali Kuna yaitu sebelum kedatangan raja-raja turunan Majapahit ke Bali. Pada
masa itu, antara abad ke-9 samapai abad ke-14, masyarakat Bali telah mengenal
Wanua atau Banua seperti yang tercatat dalam prasasti desa Trunyan abad ke-10. 34
Wujud desa pada masa ini lebih merupakan kelompok keturunan pendiri
pemukiman yang sejak awal telah mendiami daerah tersebut. Meskipun ada yang
disebut raja, namun kekuasaannya tidak masuk mencampuri keadaan di desa. Pada
masa ini desa-desa mempunyai kekuasaan penuh, mandiri, dan otonom. Walaupun
pengaruh dari Empu Kuturan, seorang Wiku Mumpuni dari Jawa Timur, namun hal ini
Pemerintahan Provinsi dan Kabupaten kepada Wanua sebagai desa adat. Disamping
Selain di Bali, hampir semua kerajaan atau sistem pemerintahan di Bugis dan
Makassar terbangun dari adanya perjanjian politik antara kelompok atau Anang dalam
wilayah Wanua untuk mengangkat To Manurung sebagai pemimpin atau raja untuk
membangun sebuah negara dengan sistem hukum dan sistem sosial budaya yang
34
www.peradahindonesia.go.id. Diakses tanggal 1 Februari 2008
35
Ahmat Yani. Prilaku Politik Orang Bugis dalam Dinamika Politik Lokal. Sulawesi. Cseas. Kyoto-
u.ac.jplib
Metode penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah metode
masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau
deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan prilaku yang
diamati. 37 Dengan demikian untuk memperoleh data, peneliti turun ke lapangan untuk
melakukan wawancara terhadap aktivitas dari objek yang diteliti serta dari
Nagari yang diterapkan di wilayah Minangkabau, terutama pada Nagari Guguak VIII
Adapun lokasi yang dipilih dalam penelitian ini yaitu di Nagari Guguak VIII
kepustaaan.
1. Metode Lapangan
2. Metode Kepustakaan
kerangka konsep dengan menggunakan referensi berupa text book yaitu buku
selanjutnya adalah melakukan analisa data. Dalam analisa data ini, data yang sudah
terkumpul akan diolah yang kemudian akan di analisis untuk dapat disimpulkan
Pemerintahan Nagari yang diterapkan di Nagari Guguak VIII Koto Kabupaten Lima
Metode analisa data dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu suatu
dalan IV bab dan beberapa sub bab. Untuk itu sistematika penulisan skripsi ini adalah:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisikan gambaran umum wilayah Nagari Guguak VIII Koto
38
Hadari Nawawi. Op. Cit. hal. 65
dewasa ini.
BAB IV PENUTUP
Bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang diperoleh dari hasil
penelitian.