TESIS
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan Pada
Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara
Oleh
DIANA LUBIS
177011083/M.Kn
ABSTRAK
Tanah merupakan salah satu sumber penghidupan dan mata pencaharian bagi manusia
dan masyarakat sehingga menjadi kebutuhan manusia yang paling mendasar, Urgensi tanah
bagi kehidupan manusia diapresiasi Pemerintah Republik Indonesia melalui kebijkan
nasional pertanahan dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor : 5 Tahun 1960 Tentang
Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria yang juga disingkat UUPA. Adapun landasan utama
dalam hal pengelolaan tanah di Indonesia diatur dalam Pasal 33 Ayat (3) Undang-Undang
Dasar 1945 yang berbunyi: “Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya
dikuasai oleh Negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat”. Secara
khusus BPN mempunyai tugas memberikan kepastian hukum pengelolaan tanah oleh warga
negara dalam berbagai jenis hak kepemilikan untuk dapat diberdayagunakan sebagaimana
mestinya. Untuk menghindari sengketa masyarakat harus memahami terlebih dahulu apakah
tanah itu telah ada pemiliknya, ditelantarkan atau tanah itu masih dikuasai oleh negara.
Masyarakat harus memahami kriteria tanah-tanah tersebut menghindari terjadinya sengketa.
Dari latar belakang tersebut rumusan masalahnya adalah, Bagaimana kriteria tanah yang
dapat dikuasai masyarakat, Bagaimana peralihan hak atas tanah yang tidak diketahui
keberadaan pemiliknya, dan Apa peran pemerintah terhadap peralihan hak atas tanah yang
tidak diketahui pemiliknya.
Metode pendekatan penelitian ini adalah bersifat deskriptif analisis. Pendekatan
terhadap permasalahan dilakukan dengan mengkaji ketentuan mengenai tanah terlantar.
Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif yang dilakukan dengan pendekatan
yuridis normatif. Menggunakan pendekatan yuridis normatif karena sasaran penelitian ini
adalah hukum atau kaedah (norm) yang dapat dipergunakan sebagai dasar hukum yang
mengatur pertanahan di Indonesia.
Keadaan tidak hadir dan akibat hukumnya menurut Hukum Perdata Indonesia,
dengan kemajuan teknologi akhir-akhir ini sangat pesat, khususnya dibidang telekomunikasi,
tetap saja tidak mencegah terjadinya kasus-kasus dimana seseorang tidak diketahui
keberadaannya atau didalam hukum perdata disebut juga dengan Afwezighed. Dengan tidak
diketahui keadaan seseorang dapat menimbulkan berbagai permasalahan diantaranya akan
mempengaruhi status hukum orang tersebut, harta kekayaannya dan perkawinannya.
Demikian terhadap tanah yang dimiliki seseorang yang dinyatakan hilang atau tidak hadir
(Afwezigheid) , harus dilakukan pernyataan tentang kematiannya oleh Hakim, maka para ahli
waris yang menurut undang-undang berhak mengoper kekuasaan atas segala harta
kekayaannya, dipersilahkan mengurus harta kekayaann yang ditinggalkannya. Jadi, peralihan
terhadap tanah hak milik tersebut akan beralih kepada ahli waris berdasarkan penetapan
orang hilang yang dikeluarkan oleh Hakim di pengadilan setempat. Permohonan peralihan ini
dapat dilakukan pada Badan Pertanahan dengan melampirkan putusan pengadilan dan data
para ahli waris.
Kata Kunci : Peralihan Hak, Tanah, Keberadaan Pemilik.
ABSTRACT
Land is one of sources of livelihood and subsistence for individuals and society so
that it becomes basic needs of human beings. The urgency of land for humans’ life is
appreciated by Government of the Republic of Indonesia through land national policy by the
issuance of Law Number 5/1960 on the Basic Agrarian Regulations, abbreviated into UUPA.
The primary cornerstone of the land management in Indonesia is regulated in Article 33
Paragraph (3) of the 1945 Constitution stating: “The land, waters and natural riches
contained therein shall be controlled by the State and exploited to the greatest benefit of the
people”. BPN (the National Land Office) is specifically obliged to provide legal certainty to
land management for citizens with various types of ownership rights to be properly used. In
order to avoid any kinds of disputes, the society has to firstly understand whether the land
has already had an owner, is abandoned or is still owned by the State. The society had to
comprehend criteria of land to avoid disputes. The research problems are how about the
criteria of land that can be owned by society, how about the transfer of land title whose
owner is unknown, and what role is played by the Government concerning land title transfer
whose owner is unknown.
This research employed descriptive analysis method. It approaches the problems by
studying everything about abandoned land. This is a normative juridical research with
normative juridical approach. It uses normative juridical approach because the research
target was laws or norms that can be applied as the legal ground to regulate the land in
Indonesia.
Circumstances are not present and the legal consequences according to Indonesian
Civil Law, with technological advances lately very rapidly, especially in the
telecommunications sector, still does not prevent cases where a person is not known to exist
or in civil law is also called Afwezighed. Unknown condition of a person can lead to various
problems including which will affect the legal status of that person, his wealth and marriage.
This is the case with land owned by someone who is declared missing or absent
(Afwezigheid) require ruling on death notification issued by a Judge; thus, all heirs who,
pursuant to the laws, are rightful to transfer all authorities over their properties, are
suggested to organize inherited wealth and property. The land title will then be transferred to
the heirs based on the ruling on missing people issued by the Judge at local court. The
proposal of this transfer can be organized at the land office by enclosing the court ruling and
data of all heirs.
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan dan kemudahan
sehingga Penulis dapat menyelesaikan penelitian tesis ini yang berjudul “PERALIHAN
HAK ATAS TANAH YANG TIDAK DIKETAHUI KEBERADAAN PEMILIKNYA
(STUDI PADA KANTOR BADAN PERTANAHAN NASIONAL KOTA BINJAI)”
Penulis tesis ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam
menyelesaikan Program Studi Magister Kenotariatan pada Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara.
Dalam kesempatan ini dengan kerendahan hati, Penulis menyampaikan ucapan
terimakasi yang tulus kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu SH, M.Hum, selaku Pejabat Rektor Universitas
Sumatera Utara, atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada Penulis untuk
mengikuti pendidikan Program Studi Magister Kenotariatan pada Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara sekaligus Dosen Pembimbing, atas Pembimbing yang telah
memberikan masukan serta kritik yang membangun kepada Penulis.
3. Ibu Dr. T. Keizerina Devi Azwar SH, CN, M.hum, selaku Ketua Program Studi
Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, sekaligus dosen
penguji yang dengan penuh perhatian memberikan bimbingan dan saran kepada Penulis.
4. Bapak Dr. Edy Ikhsan, S.H, M.A, selaku Sekretaris Program Studi Magister
Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak Prof. Dr. Syafruddin Kalo, SH, M.Hum, selaku sebagai Dosen Pembimbing
yang telah memberikan masukan serta kritik yang membangun kepada Penulis.
6. Bapak Prof. Dr. Saidin, SH, M.Hum, selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan perhatian, dukungan dan masukan serta kritik yang membangun kepada
Penulis.
7. Bapak Dr. Jelly Leviza, SH, M.Hum, selaku dosen penguji saya yang telah memberikan
saran dan kritik yang membangun kepada Penulis.
Diana Lubis
NIM. 177011083
I. IDENTITAS PRIBADI
Agama : Islam
Medan Denai
2015)
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... i
PERNYATAAN ORISINALITAS
PERSETUJUAN PUBLIKASI
ABSTRAK
ABSTRACT
KATA PENGANTAR
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................ 1
B. Perumusan Masalah ................................................................ 8
C. Tujuan Penulisan .................................................................... 8
D. Manfaat Penulisan .................................................................. 9
E. Keaslian Penelitian ................................................................. 9
F. Kerangka Teori dan Konsepsi ................................................ 11
1. Kerangka Teori ................................................................ 11
2. Konsepsi .......................................................................... 19
G. Metode Penelitian..................................................................... 21
1. Jenis dan Sifat Penelitian ................................................. 22
2. Sumber Data .................................................................... 22
3. Tehnik Pengumpulan Data .............................................. 23
4. Analisis Data .................................................................... 24
BAB II KRITERIA TANAH YANG TIDAK DIKETAHUI
PEMILIKNYA YANG DAPAT DIKUASAI
MASYARAKAT ........................................................................... 25
A. Kriteria Tanah Yang Tidak Diketahui Pemiliknya ................... 25
B. Regulasi Hukum Tentang Tanah Yang Tidak Diketahui
Pemiliknya.................................................................................. 41
iii
iv
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
bagi manusia dan masyarakat sehingga menjadi kebutuhan manusia yang paling
mendasar, dengan keyakinan betapa sangat dihargai dan bermanfaat tanah untuk
kehidupan manusia, bahkan tanah dan manusia tidak dapat dipisahkan. Manusia
hidup dan berkembang serta melakukan aktivitas diatas tanah sehingga setiap saat
masalah pertanahan. Hal tersebut berakibat hak atas tanah mempunyai peranan
yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Tanah dalam pengertian yuridis
adalah permukaan bumi, hak atas tanah adalah hak atas sebagian tertentu dari
permukaan bumi, yang terbatas, berdimensi dua dengan ukuran panjang dan
lebar.2
1
M. P Siahaan, Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan Teori dan Praktek, Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2003, h.1.
2
Hendri Tandi Utama, Analisis Yuridis Terhadap Perjanjian Simulasi Dalam
Kepemilikan Tanah Bagi Warga Negara Asing (Putusan Pengadilan Tinggi Nomor
12/Pdt/2014/Pt.Dps), Tesis, Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara,
Medan, 2017, h.1
1
Universitas Sumatera Utara
2
yang juga disingkat UUPA. UUPA merupakan tonggak utama kelahiran ketentuan
Berbagai macam hak atas tanah yang ada, hak milik atas tanah adalah hak atas
tanah yang terkuat, terpenuh dan turun-menurun yang dapat dipunyai orang atas
tanah dan hanya hak milik saja yang tidak dibatasi masa berlakunya oleh Negara
dalam Pasal 33 Ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi: “Bumi, air
dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan
salah satu sumber daya alam yang sangat dekat dengan hak individu, dimana
harapan besar yang di bebankan pada sesuatu yang di anggap akan mampu
membawa dampak yang baik atau lebih baik dibidang pengelolaan tanah. Dimana
dampak tersebut akan memberikan kemanfaatan bagi masyarakat apabila hal yang
memiliki makna yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat dan negara.
bagi masyarakat yang mencari nafkah melalui usaha pertanian, pertambangan dan
3
Ali Ahmad Chomzah, Hukum Pertanahan, Prestasi Pustaka, Jakarta, 2002, h.1.
tinggi, tidak hanya bernilai ekonomis, tetapi juga menyangkut masalah nilai-nilai
religius, yang harus dijaga, dikelola dan dimanfaatkan dengan baik sebagai
pengelolaan tanah oleh warga negara dalam berbagai jenis hak kepemilikan untuk
regional dan sektoral. BPN dahulu dikenal dengan sebutan Kantor Agraria. BPN
diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2006 dan Peraturan Presiden
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya disebut UUD 1945)
menentukan bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai
mengatur bahwa pendaftaran tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
fisik dan data yuridis dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang-bidang
tanah dan satuan-satuan rumah susun, termasuk pemberian surat tanda bukti
haknya bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas
hukum hak atas tanah yang dimiliki. Kepastian hukum hak atas tanah dapat
diperoleh pemegang hak atas tanah dengan cara melakukan pendaftaran tanah.
Sasaran dari kepastian hukum hak atas tanah adalah memberikan perlindungan
hukum kepada pemegang hak atas tanah (siapa pemiliknya) dan kepastian
mengenai obyeknya, yaitu letaknya, batas-batasnya dan luasnya serta ada atau
dilaksanakan secara konsisten sesuai dengan jiwa dan isi ketentuannya. Setiap hak
atas tanah yang telah didaftarkan, akan diterbitkan sertifikat oleh Kantor
5
Bachtiar Effendie, Pendaftaran Tanah di Indonesia dan Peraturan-Peraturan
Pelaksananya, Alumni, Bandung, 1993, h.5.
sertifikat merupakan alat bukti yang kuat, data fisik dan data yuridis yang
tercantum dalam sertifikat harus diterima sebagai data yang benar sepanjang data
hak atas tanah yang umum disebut dengan Sertifikat tanah kepada pihak yang
bersangkutan dan berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat terhadap Hak Atas
1997 tentag Pendaftaran Tanah, ketentuan Pasal 32 ayat (2). ”Dalam hal atas suatu
bidang tanah sudah diterbitkan secara sah atas nama orang atau Badan Hukum
yang memperoleh tanah tersebut dengan itikad baik dan secara sah nyata
menguasainya, maka tidak dapat lagi menuntut pelaksanaan hak tersebut apabila
Sertifikat tanah mempunyai arti dan peranan penting bagi pemegang yang
bersangkutan, juga berfungsi sebagai alat bukti hak atas tanah. Dengan kata lain
pemilik tanah mempunyai alat bukti kuat dengan status jelas akan dijamin
tanah tersebut adalah miliknya. Demikian pula pihak lain yang berkepentingan
dapat dipercaya. Akan tetapi meskipun sudah secara tegas diatur dalam Undang-
Undang Pokok Agraria dan Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 bahwa
didaftarkan, namun masih banyak masyarakat yang memiliki tanah tetapi tidak
6
Sheila Namira, Perlindungan Hukum Pemegang Sertifikat Hak Guna Usaha Akibat
Kekeliruan Penetapan Batas Tanah, Tesis, Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara, Medan, 2017, h.3.
mempunyai sertifikat sebagai alat bukti kepemilikan tanah tersebut, karena tanah
pemiliknya.
Pada kajian hukum adat terhadap hak penguasaan atas tanah yang tertinggi
kewajiban suatu masyarakat hukum adat, yang berhubungan dengan tanah yang
dan kewajiban tersebut ada yang termasuk bidang hukum perdata, yaitu yang
berhubungan dengan hak kepunyaan bersama atas tersebut, ada juga yang
Hak ulayat meliputi semua tanah yang ada dalam lingkungan wilayah
masyarakat hukum yang bersangkutan, baik yang sudah dihaki oleh seseorang
maupun yang belum. Dalam lingkungan Hak Ulayat tidak ada tanah sebagai “res
nullius.” Hak ulayat mempunyai kekuatan berlaku kedalam dan ke luar. Kedalam
7
Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia, Djambatan, Jakarta, 1995, h.164.
8
Ibid. h.165.
memahami bagaimana hukum yang berlaku terhadap tanah yang dikuasai terus-
tersebut dengan jangka waktu cukup lama tanpa mengetahui pemiliknya menjadi
hak atas tanah yang diajukan oleh masyarakat setempat, karena mengaku telah
lama dikelola olehnya. Tanah yang dikelola juga tidak hanya ditempati sebagai
tempat tinggal juga sebagai tempat usaha, namun tanah tersebut tidak diketahui
kepada BPN agar mendapatkan bukti kepemilikan hak atas tanah tersebut. Jika
terlantar belum dapat diatasi secara optimal, sehingga dapat dikatakan peraturan
Masyarakat harus memahami terlebih dahulu apakah tanah itu telah ada
pemiliknya, ditelantarkan atau tanah itu masih dikuasai oleh negara agar
menghindari sengketa tanah. Maka jelaslah bahwa pemberian atau penetapan hak
atas tanah dapat dilakukan oleh Negara melalui Pemerintah (dalam hal ini
dilaksanakan oleh instansi Badan Pertanahan Nasional RI), sehingga setiap timbul
mediasi, kecuali apabila para pihak menempuh cara penyelesaian melalui lembaga
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
9
Mhd Yamin Lubis, Abd Rahim Lubis, Hukum Pendaftaran Tanah. CV. Mandar Maju,
2010, hal. 3.
D. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
bagi kalangan akademis dan mahasiswa yang mandalami hukum perdata pada
2. Secara Praktis
masyarakat, terutama bagi masyarakat yang ingin mengetahui lebih dalam tentang
E. Keaslian Penelitian
yang membahas tentang Hak Penguasaan Atas Tanah . Adapun penelitian yang
2. Ekky Tri Hastaryo, Nomor Induk Mahasiswa : 12213001, dengan judul tesis
positif di Indonesia?
judul tesis “Hak Kepemilikan dan Penguasaan Tanah Di Wilayah Pulau Batam
(studi : di Pulau Sekikir dan Pulau Bulat)” dengan rumusan sebagai berikut
hutan lindung?
dimana dalam penelitian ini menekankan pada peralihan hak atas tanah yang tidak
diketahui keberadaan pemiliknya. Tanah mana yang dimaksud telah lama dikuasai
Adanya persepsi yang jelas dan tegas mengenai tanah terlantar tersebut,
selain dapat mengurangi atau mencegah timbulnya masalah atau sengketa, kiranya
akan dapat memberikan ketertiban dan kepastian hukum penguasaan tanah oleh
termasuk dalam masalah ini mengenai masyarakat yang secara nyata menguasai
1. Kerangka Teori
Kerangka teori adalah suatu model yang menerangkan suatu model yang
telah diketahui dalam suatu masalah tertentu. Arti teori adalah sebuah kumpulan
tersebut. Teori selalu berdasarkan fakta didukung oleh dalil dan proposisi dengan
penelitian dengan dasar teori yang baik akan membantu mengarahkan si peneliti
yang dianalisis.12
fakta dan peristiwa hukum yang terjadi. Untuk itu, orang dapat meletakkan fungsi
dan kegunaan teori dalam penelitian sebagai pisau analisis pembahasan tentang
keadilan bisa dicapai sesuai dengan harapan publik. Namun, proses penegakan
keadilan melalui instrument hukum selalu diterpa dilema yang tak berkesudahan.
10
Kerangka Teoritis,http://liaamami.blogspot.co.id/p/kerangka-teoritis.html, diakses pada
tanggal 21 Januari 2019 .
11
M.Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, PT.Softmedia, Medan, 2012, h.129.
12
Jimly Asshiddihie, Teori Hans Kelsen Tentang Hukum, Konstitusi Press, Jakarta, 2006,
h.61.
Masalah keadilan telah ditelaah sejak zaman Yunani kuno, berasal dari
pemikiran tentang sikap atau perilaku manusia terhadap sesamanya dan terhadap
pada sistem pemikiran. Oleh karena itu, untuk memenuhi rasa keadilan maka
“setiap orang dan badan hukum yang mempunyai sesuatu hak atas tanah pertanian
waktu yang cukup lama. Sebenarnya banyak kasus di beberapa daerah tentang hal
ini tidak dapat diselesaikan dan berujung pada adanya penyelesaian di pengadilan,
malangnya hampir dalam setiap kasus sengketa tanah posisi masyarakat selalu
berada dalam posisi tidak berdaya, selalu dipersalahkan dan menjadi korban.
13
Bahder Johan Nasution, Negara Hukum dan HAM, Mandar Maju, Bandung, 2011,h.97.
pada konflik sosial. Dengan demikian, perlu adanya suatu penyelesaian yang
dapat diterima oleh semua pihak yakni setiap konflik tak ada yang merasa mutlak
Secara hukum yang menduduki adalah salah, tetapi disisi lain juga
Musyawarah yang tidak lain adalah kegiatan saling mendengar dan saling
menerima pendapat yang terjadi tanpa tekanan dengan kedudukan sejajar antara
para pihak adalah jalan terbaik untuk menyelesaikan masalah seperti ini, yang
yang digunakan sebagai pisau analisis dalam penelitian ini adalah asas fungsi
sosial dari tanah, konsep tujuan hukum Gustav Raddbruch dan konsep
“Semua hak atas tanah mempunyai fungsi sosial”. Ini berarti bahwa hak atas tanah
apapun yang ada pada seseorang, tidaklah dapat dibenarkan, bahwa tanahnya itu
adanya asas ini maka adalah suatu hal yang sewajarnya bahwa tanah itu harus
Kewajiban memelihara tanah ini tidak saja dibebankan kepada pemiliknya atau
pemegang haknya yang bersangkutan, melainkan menjadi beban pula dari setiap
orang, badan hukum atau instansi yang mempunyai suatu hubungan hukum
Asas ini digunakan untuk menganalisis peralihan hak atas tanah yang
tidak diketahui keberadaan pemiliknya. Dengan asas fungsi sosial dari tanah
Keadilan berasal dari kata adil yang artinya menurut kamus besar bahasa
Indonesia adalah tidak memihak atau tidak berat sebelah. Sehingga keadilan dapat
diartikan sebagai suatu perbuatan yang bersifat adil atau perbuatan yang tidak
memihak. Keadilan adalah salah satu dari tujuan hukum selain kemanfaatan dan
14
Samun Ismaya, Pengantar Hukum Agraria, Yogyakarta : Graha Ilmu, 2011,h.21
menggugat rasa keadilan dari setiap orang yang telah memperoleh rasa keadilan,
paling lemah. Hal ini terjadi kalau dua syarat dipenuhi. Pertama, situasi
untuk yang paling tinggi yang mungkin dihasilkan bagi golongan orang-orang
kecil. Kedua, ketidaksamaan diikat pada jabatan-jabatan yang terbukti bagi semua
orang. Maksudnya, supaya kepada semua orang diberikan peluang yang sama
besar dalam hidup. Berdasarkan pedoman ini semua perbedaan antara orang
berdasarkan ras, kulit, agama dan perbedaan lain yang bersifat primordial, harus
ditolak.
keadilan, yaitu pertama, memberi hak dan kesempatan yang sama atas kebebasan
dasar yang paling luas seluas kebebasan yang sama bagi setiap orang. Kedua,
15
Pan Mohamad Faiz, 2009, Teori Keadilan John Rawls, dalam Jurnal Konstitusi,
Volume 6 Nomor 1, h.139-140.
16
Kebijaksanaan Pemerintah melalui Peraturan Perundang-Undangan dalam Perspektif
Sosiologis Academia Edu, http://www.academia.edu/10691642/pdf Esmi Warassih. Implementasi,
Surabaya: Disertasi Program Pascasarjana Universitas Airlangga, diakses pada tanggal 21 Januari
2019.
dapat memberi keuntungan yang bersifat timbal balik bagi setiap orang, baik
“Teori Keadilan Hans Kelsen, dalam bukunya general theory of law and
state, berpandangan bahwa hukum sebagai tatanan sosial yang dapat dinyatakan
adil apabila dapat mengatur perbuatan manusia dengan cara yang memuaskan
bersifat subjektif. Walaupun suatu tatanan yang adil yang beranggapan bahwa
yang manakah yang patut diutamakan. Hal ini dapat dijawab dengan
ditentukan oleh faktor-faktor emosional dan oleh sebab itu bersifat subjektif.19
mencari keadilan yang seadil-adilnya terhadap kriteria tanah yang dapat dikuasai
masyarakat. Diharapkan teori ini dapat memberikan rasa adil dalam hal
17
Ibid.,
18
Hans Kelsen, 2011, General Theory of Law and State, diterjemahkan oleh Rasisul
Muttaqien, Nusa Media, Bandung, h.7.
19
Ibid, h.12.
merasa aman.
bahwa hukum tersebut dapat dijalankan dengan baik. Sudah tentu kepastian
hukum sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan hal ini lebih diutamakan
tujuan utama dari hukum. Kepastian hukum ini menjadi keteraturan masyarakat
berkaitan erat dengan kepastian itu sendiri karena esensi dari keteraturan akan
masyarakat akan tahu kejelasan akan hak dan kewajiban menurut hukum. Tanpa
ada kepastian hukum maka masyarakat tidak tahu apa yang harus diperbuat, tidak
mengetahui perbuatanya benar atau salah, dilarang atau tidak dilarang oleh
hukum. Kepastian hukum ini dapat diwujudkan melalui penormaan yang baik dan
dan kondisi dengan memperhatikan asas manfaat dan efisiensi. Jika dikaitkan
dengan kepastian hukum dalam bidang hukum pertanahan maka sesuai dengan
20
Sudikno Mertukusumo, Penemuan Hukum, Liberty, Yogyakarta, 2009, h.21.
hukum pertanahan.
instruksi yang jelas bagi pemerintah. Hal ini diwujudkan dengan penyelenggaraan
permasalahan yang penulis angkat adalah sudah saatnya Indonesia dalam hal
keadilan dan menggali keadilan sendiri dari kehidupan masyarakat jika undang-
2. Konsepsi
Konsepsi adalah salah satu bagian terpenting dari teori. Peranan konsep
dalam penelitian adalah untuk menghubungkan dunia teori dan observasi, antara
abstraksi dan realitas.21 Konsep diartikan sebagai kata yang menyatakan abstraksi
perbedaan pengertian atau penafsiran mendua (dubius) dari suatu istilah yang
dipakai.
dikelola oleh pihak lain dapat dipahami sebagai tanah terlantar. A.P. Parlindungan
menyatakan tanah terlantar adalah tanah yang tidak dipergunakan secara optimal
merupakan suatu hal yang sangat mengganggu dalam penguasaan atas tanah.
Tanah yang diberikan dasar penguasaan haknya telah berubah bentuk fisiknya
akibat ditelantarkan dalam waktu tertentu, sehingga haknya gugur dan tanah
agar lebih terinci dan mempermudah pembaca untuk memahami isi tesis ini.
21
Mariam Darus Badrulzaman, Mencari Sistem Hukum Benda Nasional, Alumni,
Bandung,1983, h.19.
22
A.P. Parlindungan, Landreform Di Indonesia Strategi Dan Sasarannya, Bandar Maju,
Bandung, 1991, h.85.
sebagian tubuh bumi yang ada dibawahnya dan sebagian dari ruang yang ada
diatasnya.23
b. Hak penguasaan atas tanah yaitu lembaga hukum dan hubungan hukum
konkret.
c. Peralihan Hak atas tanah yaitu sesuatu hal yang menyebabkan Hak atas tanah
berpindah atau beralih dari seseorang atau badan Hukum kepada orang lain
d. Kepemilikan tanah yaitu status terhadap suatu tanah yang dimiliki perorangan
G. Metode Penelitian
Istilah “Metodologi” berasal dari kata “Metode” yan berarti “jalan ke”
dengan baik-baik untuk mengadakan penelitian dan untuk mencapai suatu tujuan
penelitian.25
23
Isa Darmawijaya, Klasifikasi Tanah, Gadjah Mada Universitas Press, Yogyakarta,
1990,h.9
24
Soerjono Soekanto, Suatu Tinjauan Sosiologi Hukum Terhadap Masalah-Masalah
Sosia, Alumni, Bandung, 1982, h.5.
yang disebut juga sebagai penelitian perpustakaan atau studi dokumen, karena
tertulis atau bahan-bahan hukum lainnya.27 Jadi, ini daripada metodologi dalam
2. Sumber Data
Dalam penelitian lazimnya jenis data dibedakan antara data primer dan
data sekunder. Berdasarkan sifat penelitian tersebut diatas, maka data yang
dikumpulkan berasal dari data sekunder. Data sekunder dalam hal ini dibagi
a. Bahan Hukum Primer, yaitu bahan hukum yang bersifat autoritatif artinya
25
Kartini Kartono, Pengantar Metodelogi Riset Sosial, Alumni, Bandung, 2005. h.15.
26
Definisi Undang-Undang,http://artikatacom/arti-3888081-undang-undang. html.
diakses tanggal 21 Januari 2019.
27
Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Sinar Grafika, Jakarta,1996, h.13
28
Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, h.47.
Selain itu penelitian ini didukung oleh data primer yang diperoleh dari
penelitian lapangan (field research), dalam hal ini penelitian di Kantor Badan
Sipil sehingga diperoleh data yang diperlukan sebagai data pendukung yang
4. Analisis Data
Analisis data sangat diperlukan dalam suatu penelitian, hal ini berguna
merupakan analisis data dari hasil penelitian dengan menggunakan norma hukum,
asas hukum dan pengertian hukum, sehingga dapat diperoleh kesimpulan jawaban
29
Edi Ikhsan, Mahmul Siregar, Metode Penelitian Dan Penulisan Hukum Sebagai Bahan
Ajar, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan, 2009, h.24
Tanah merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa, serta salah satu
hidup bagi manusia tetapi lebih dari itu, tanah memberikan sumber daya
kebutuhan hidup dan merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang
25
Universitas Sumatera Utara
26
dari persediaan hutan, mereka hidup mengembara dari tempat yang satu ke
Tahap kedua yaitu bahwa pada tahap ini manusia sudah mulai
semakin erat oleh karena cara beternak yang dikenal manusia dan
tempat tertentu dan tidak ada lagi perpindahan periodik. Manusia sudah
pertanian dan peternakan. Juga pada tahap ini manusia mulai terjamin
pertanian untuk jangka waktu yang lama. Pada saat ini manusia mulai
perkembangan zaman. Sedangkan pada sisi lain luas tanah dan kekayaan
30
Djamanat samosir, Hukum Adat Indonesia, Nuansa Aulia, Bandung, 2013, h.99
yang semakin meningkat. Oleh sebab itu perlu adanya aturan hukum
tubuh bumi, air dan ruang yang ada diatasnya. Dalam pengertian ini tanah
meliputi tanah yang sudah ada sesuatu hak yang ada diatasnya maupun
berlaku.31
pengertian tanah dengan permukaan bumi seperti itu juga diatur dalam
dalam hukum tanah, kata tanah dipakai dalam arti yuridis sebagai suatu
31
Petunjuk Teknis Direktorat Survei dan Potensi Daerah, Deputi Survei, Pengukuran
dan Pemetaan Badan Pertanahan Nasional RI, 2007, h.6.
32
A.P.Parlindungan, Konversi Hak-Hak Atas Tanah, Mandar Maju, Bandung,1990,h
90
tanah33.
implementasi dari Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 yang memberi landasan
dan keadilan bagi negara dan rakyat dalam rangka masyarakat adil
dan makmur;
33
Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia, Himpunan Peraturan-Peraturan Hukum
Tanah, Djambatan, Jakarta, 1996, h.18.
mengenai orang atau badan hukum yang menjadi pemegang hak atas
sebagainya.
bumi, air dan ruang angkasa serta kekayaan alam yang terkandung
angkasa. 35
34
Ibid, h.219
35
Suhanan Yosua, Hak Atas Tanah Timbul (Aanslibbing) Dalam Sistem Hukum
Pertanahan Indonesia, Restu Agung, Jakarta, 2010, h.38
dua, yaitu tanah hak dan tanah negara. Tanah Negara adalah tanah yang
telah dikuasai suatu hak atas tanah sesuai dengan peraturan perundangan
yang berlaku (tanah yang belum dihaki dengan hak perorangan), sedang
tanah hak adalah tanah yang dipunyai oleh perorangan atau badan hukum
dengan suatu hak atas tanah sesuai dengan ketentuan yang berlaku, hanya
terhadap tanah negara saja yang dapat dimintakan suatu hak untuk
Tanah negara yang dapat dimohon menjadi tanah hak dapat berupa :
36
Herawan Sauni, Politik Hukum Agraria, Pustaka Bangsa Press, Kampus USU,
2006, h.125
37
Ibid
Menurut Pasal 16 ayat (1) tersebut hak-hak atas tanah tersebut dapat
1) Hak atas tanah yang bersifat tetap, yaitu: hak milik, hak guna
Pasal 53, yaitu: hak gadai, hak usaha bagi hasil, hak menumpang
hukum yang melalui cara pencabutan hak atas tanah. Tanah yang
tanah yang belum dilekati dengan suatu hak atas tanah, yaitu
hak atas tanah baru yang diatur secara khusus dengan undang-
undang38.
terkandung dalam bumi, air dan ruang angkasa. Wewenang ini pun
perorangan atas tanah dan hak masyarakat hukum adat atau tanah
ulayatnya. Agar hal ini tidak terjadi, wewenang negara untuk mengatur
pengambilan sumber daya alam harus dibatasi secara ketat, yaitu tidak
dan warga masyarakat untuk mengambil sumber daya alam yang ada
38
Urip Santoso, Hukum Agraria Dan Hak-Hak Atas Tanah, Prenada Media, Cetakan
Ke-2, Edisi 1, Jakarta, Februari 2006, h.89
hukum adat tertentu, hanya dapat dilakukan oleh negara apabila ada
negara, hak ulayat, dan hak perorangan atas tanah) dijalin secara
tanah hak. Tanah negara adalah tanah yang langsung dikuasai oleh negara.
Langsung dikuasai artinya tidak ada pihak lain diatas tanah tersebut.
39
Muhammad Bakri, Hak Menguasai Tanah Oleh Negara, Citra Media,
Yogyakarta, 2007, h.6.
tanah negara bermula dari jaman Hindia Belanda. Sesuai dengan konsep
yang pihak lain tidak dapat membuktikan sebagai hak milik adalah
tanah yang dipunyai rakyat sebagai perseorangan serta hak ulayat yang
hak barat, diatas tanah-tanah hak adat tersebut pada umumnya tidak
ada bukti haknya. Adanya konsep domein negara tersebut maka tanah-
tanah hak milik adat disebut tanah negara tidak bebas atau onvrij
landsdomein karena sudah dilekati dengan suatu hak, tetapi diluar itu
semua tanah disebut sebagai tanah negara bebas atau vrij landsdomein.
dilekati dengan suatu hak yakni hak milik, hak guna usaha, hak guna
bangunan, hak pakai atas tanah negara, hak pengelolaan serta tanah
ulayat dan tanah wakaf. Adapun ruang lingkup tanah negara meliputi :
diperpanjang lagi.
waris.
yang berwenang. 40
Tanah yang berstatus tanah negara dapat dimintakan suatu hak untuk
secara sukarela.
40
Irwan Haryo Wardani, Perlindungan Hak Atas Penguasaan Tanah Transmigrasi
Yang Di Terlantarkan Dan Di Tinggalkan Oleh Transmigran Di Lahan Usaha Ii Upt Seunaam
Iv Di Provinsi Aceh, Tesis, Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera
Utara, Medan, 2016, h.19
terdapat dalam UUPA dikenal mengenai hak bangsa atas semua tanah
(1) Seluruh wilayah Indonesia adalah kesatuan tanah air dari seluruh
(2) Seluruh bumi, air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam
sebagai karunia tuhan yang maha esa adalah bumi, air dan ruang
(3) Hubungan antara bangsa Indonesia dan bumi, air serta ruang
angkasa termasuk dalam ayat (2) Pasal ini hubungan yang bersifat
abadi9.
- Primer : hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan, yang
diberikan oleh negara dan hak pakai yang diberikan oleh negara
(Pasal 16)
oleh pemilik tanah, hak gadai, hak guna usaha bagi hasil, hak
yaitu :
dari Negara
Oleh masyarakat disebut hak ulayat
menguasai tanah oleh negara terhadap tanah yang sudah dipunyai oleh
orang dengan suatu hak (tanah hak), dibatasi oleh isi dari hak itu. Isi
dari hak atas tanah berupa wewenang pemengang hak terhadap tanah
yang dihaki yang diberikan oleh negara. Jadi, wewenang negara yang
bersumber pada hak menguasai tanah oleh negara dibatasi oleh wewenang
41
Boedi Harsono, op cit, h.267
Pemiliknya
didalam hukum pertanahan. Para pemegang hak atas tanah meskipun tanah
bukti.
tahun merasa memiliki hak. Jika pemegang hak asli akan kembali
kehilangan haknya.
Pemegang hak adalah pemegang hak atas tanah, hak pengelolaan, atau
dasar penguasaan atas tanah.42 Hak atas tanah yang tidak diketahui
42
Pasal 1 Angka 4, Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia
Nomor 4 Tahun 2010 tentang Tata Cara Penertiban Tanah Terlantar.
sebagai pemegang hak dalam buku tanah dan sertipikat selalu menghadapi
kemungkinan gugatan dari pihak lain yang merasa mempunyai tanah itu.
untuk dibebaskan dari suatu perikatan dengan lewatnya waktu tertentu dan
dan atau melepaskan sesuatu hak secara sah telah daluarsa atau waktu yang
disediakan oleh hukum akan tertutup apabila pihak yang seharusnya dapat
hak yang ada padanya telah hilang secara sah. Jadi dengan lewatnya waktu
haknya karena batasan waktu yang diberikan oleh hukum telah lewat,
43
Ainuddin Parampasi, Penerapan Asas Rechtsverwerking Dalam Perolehan Hak Atas
Tanah Menurut Hukum Pertanahan Nasional (Putusan Peninjauan Kembali Mahkamah Agung
Nomor 336 PK/Pdt/2015), Tesis, Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas
Hasanuddin, Makasar, 2018,h.38
verjaring). Syarat adanya daluarsa ini harus ada itikad baik dari pihak yang
Seorang bezitter yang jujur atas suatu benda yang tidak bergerak
apabila ia dapat menunjukkan suatu hak yang sah dengan daluarsa dua
puluh tahun sejak mulai menguasai benda tersebut lama kelamaan dapat
memperoleh hak milik atas benda. Begitu juga apabila ia tidak dapat
menunjukkan suatu hak yang sah, maka dengan daluarsa tiga puluh tahun
sejak mulai menguasai benda tersebut dapat memperoleh hak milik atas
benda tersebut. Namun, hukum tanah kita yang memakai dasar hukum adat
bukan karena lewatnya waktu tetapi karena sikap atau tindakan seseorang
Tanah, yang diatur pada Pasal 32 ayat (2) yang menyebutkan bahwa :
yang menyebabkan orang menjadi kehilangan hak atas tanah yang semula
tanah yang semula dimiliki oleh orang lain, dengan tujuan untuk
44
A.P. Parlindungan, Pendaftaran Tanah di Indonesia, Cetakan I, Mandar Maju,
Bandung, 1999, h.127
45
Ainuddin Parampasi, Penerapan Asas Rechtsverwerking Dalam Perolehan Hak Atas
Tanah Menurut Hukum Pertanahan Nasional (Putusan Peninjauan Kembali Mahkamah Agung
Nomor 336 PK/Pdt/2015), Tesis, Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas
Hasanuddin, Makasar, 2018,h.47
(acquisitive verjaring), yang terdapat dalam Pasal 610, Pasal 1955 dan Pasal
sebagai pemilik.
undang Pokok Agraria. Oleh karena itu pasal-pasal tersebut sudah tidak
berlaku lagi sepanjang mengenai agraria (tanah). Hukum tanah kita yang
rechtsverwerking.
yang berlangsung dalam jangka waktu sekian lama atau secara terus
tercantum sebagai pemegang hak dalam buku tanah dan sertipikat selalu
karena pengaruh waktu maka hak itu hilang dan kedua seseorang
memperoleh hak atas suatu bidang tanah yang tidak dimanfaatkan pemilik
yang sesungguhnya47.
46
Ibid.
47
Ibid,h.50
juga telah dijelaskan ada beberapa macam hak-hak atas tanah, yaitu hak milik, hak
guna usaha, hak guna bangunan, hak pakai, dan hak pengelolaan. 48
kepemilikan sebidang tanah atau beberapa bidang tanah dari pemilik yang semula
kepada pemilik yang baru, karena sesuatu atau perbuatan hukum tertentu. Peralihan
hak tersebut bertujuan untuk memindahkan hak atas tanah kepada pihak lain untuk
selama-lamanya (dalam hal ini subjek hukum memenuhi syarat sebagai pemegang
Peralihan hak atas tanah bisa merupakan perikatan yang lahir dari Undang-
Undang sebagai akibat perbuatan orang yang menurut hukum misalnya mengurus
menetapkan beberapa hak dan kewajiban, yang harus mereka perhatikan seperti hak
48
Astri Rahmadani Sipahutar, Analisis Yuridis Tentang Izin Peralihan Hak Atas Tanah
Sebelum Pembuatan Akta Ppat Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Bpn Nomor
3 Tahun 1997 (Studi Di Kabupaten Asahan), Tesis, Magister Kenotariatan Fakultas Hukum USU,
Medan, 2018, h.19.
49
Irene Eka Sihombing, Segi-segi Hukum Nasional dalam Pengadaan Tanah Untuk
Pembangunan, Universitas Trisakti, Jakarta, 2005, h.56.
45
Universitas Sumatera Utara
46
Peralihan hak atas tanah terjadi karena pewarisan tanpa wasiat dan karena
hak atas tanah meninggal dunia maka, hak atas tanah tersebut dapat
b. Pengalihan hak atas tanah, berbeda dengan peralihan hak atas tanah
Hak milik dapat dialihkan haknya kepada pihak lain dengan cara jual beli,
a. Jual Beli
pemindahan hak atas tanah yang bersifat terang dan tunai. Terang berarti
51
Adrian Sutedi, Peralihan Hak Atas Tanah dan Pendafatarannya, Sinar Grafika, Jakarta,
2010, h 65.
Agraria, yaitu yang menyangkut jual beli hak milik atas tanah. Dalam
pasal-pasal lainnya, tidak ada kata yang menyebutkan jual beli, tetapi
kepada pihak lain melalui jual beli, hibah, tukar menukar, dan hibah
52
Makmur Siahaan, Analisis Yuridis Terhadap Sengketa Tanah TNI AU, CQ LANUD
SUWONDO Yang Dikuasai Oleh Masyarakat Sari Rejo (Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor
229.K/Pdt/1991, Tesis, Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan,
2018, hal.121
53
Harun Al-Rasyid, Sekilas Tentang Jual Beli Tanah, Cetakan I Ghalia Indonesia, Jakarta,
1987, h 92.
salah satunya adalah perbuatan hukum pemindahan hak atas tanah karena
jual beli.
pembuatan akta jual beli ini adalah fotokopi kartu tanda penduduk
pembeli kepada PPAT dalam pembuatan akta jual beli ini adalah
berhak untuk menjual sendiri tanah itu. Akan tetapi, bila pemilik tanah
adalah dua orang maka yang berhak menjual tanah itu ialah kedua orang
penjual.55
syarat materiil untuk melakukan jual beli, seperti pihak pembeli sebagai
penerima hak harus memenuhi syarat untuk dapat memiliki tanah yang
menolak pembuatan Akta Jual Beli yang diajukan. Proses jual beli
pejabat yang berwenang yaitu PPAT. Ada beberapa tahapan yang harus
dilakukan terhadap alas hak atau objek jual beli dalam proses jual beli
yaitu:
objek jual beli, jika di bawah tahun 2012 maka wajib dilakukan
4) Setelah akta siap dibuat dan dibacakan oleh Pejabat Pembuat Akta
Proses validasi Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan yang
jual beli melebihi Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak
dan nilai transaksi jual beli tersebut. Bea Perolehan Hak atas Tanah
Perolehan Hak atas Tanah Objek BPHTB adalah perolehan hak atas
tanah dan bangunan. Adapun, perolehan hak atas tanah dan atau
Usaha, dan Hadiah. Pengenaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
pihak dan dikarenakan para pihak yang melakukan jual beli dinilai
dengan adanya jual beli para pihak memperoleh nilai ekonomi dari
tanah yang menjadi objek hak atas tanah sehingga, oleh negara diatur
mengenai pengenaan pajak untuk jual beli tersebut. Untuk jual beli,
a) SSPD BPHTB
d) Akta Jual Beli lembar kedua yang dibuat oleh Pejabat Pembuat
validasi PPh;
b. Hibah
orang lain dengan tidak ada penggantian apa pun dan dilakukan secara
57
Afrizal, Pelaksanaan Dan Status Hukum Pemberian Orang Tua Kepada Anak
Perempuan Melalui Hareuta Peunulang Di Kabupaten Aceh Besar, Tesis, Magister Kenotariatan
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan, 2014, h.29
58
Pasal 1666 ayat 1, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
59
R.Subekti, Aneka Perjanjian, Cet.10, PT. Citra Aditya Bakti, 1995, h 94-95.
2) Dengan Cuma-Cuma
dari orang tua kepada anaknya, hal tersebut diatur dalam Pasal 212
Objek hibah merupakan suatu benda yang sudah ada, bukan suatu
benda yang baru akan ada dikemudian hari, apabila objek hibah
adalah suatu benda yang baru akan ada dikemudian hari maka hibah
b) panen yang akan datang dari suatu tanaman yang sudah ditanam.
c) bunga uang dari suatu deposito yang sedang berjalan atau utang
Tata cara peralihan hak dengan proses hibah, yaitu hibah dibuat
dari bentuk dan status yang dimiliki objek hibah tersebut. Apabila
objek tersebut berupa tanah yang memiliki status hak milik dan
61
Tan Thong Kie, Studi Notariat Serba Serbi Praktek Notaris, PT. Ichtiar Baru Van Hoeve,
Jakarta, 1994, h 581.
c. Pewarisan
Pewarisan tanah, perolehan hak milik atas tanah dapat juga terjadi
karena pewarisan dari pemilik kepada ahli waris sesuai dengan Pasal 26
mewasiatkan.62
Beberapa cara peralihan hak atas tanah diatas maka, setiap pengalihan
hak yang terjadi terhadap tanah tergantung pada bentuk alas hak tanah
tersebut dan harus memiliki alas hak yang jelas sesuai dengan ketentuan
62
Ibid, h.71
Persyaratan validasi BPHTB untuk hibah, waris atau jual beli waris
sebagai berikut:
1) SSPD BPHTB
C/ atau Girik)
lokasi tanah dan atau bangunan, dan diketahui status tanah yang akan
dialihkan.
transaksi.
Kantor Pertanahan.
Pertanahan.
seluruh rakyat Indonesia merupakan salah satu tujuan pokok dari Undang-
memerlukan tersedianya perangkat hukum yang tertulis, lengkap dan jelas serta
identifikasi dari tanah dan berfungsi sebagai continuos recording (rekaman yang
berkesinambungan dari hak-hak atas tanah dan juga harus menunjukkan sifat
63
Agusman Rodeka Siregar, Problematika Pendafataran Tanah Adat Menjadi Hak Milik
Tanpa Persetujuan Seluruh Ahli Waris pada Kantor Pertanahan Kabupaten Samosir, Tesis
Magister Kenotariatan, Fakultas Hukum, Universitas Sumatera Utara, 2017, h.71
yang terbuka untuk umum (public record). Hal ini penting, terutama jika
dikaitkan dengan salah satu asas dalam pendaftaran tanah, yaitu asas publisitas.64
Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, yaitu antara lain:65
yang baru (PP No. 24 tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah) diharapkan kepada
direalisasikan secara optimal oleh pemerintah secara amanat Pasal 19 ayat (1)
64
A.Suriyaman Mustari Pide II, Quo Vadis Pendaftaran Tanah, PUKAP, Makassar, 2009,
h.11
65
Ibid.
66
Ibid,h.12
kepastian hukum kepada pemegang hak atas tanah dengan alat bukti yang
dihasilkan pada akhir proses pendaftaran tanah tersebut berupa Buku Tanah dan
Sertipikat yang terdiri dari Salinan Buku Tanah dan Surat Ukur.67
hukum tertulis yang disusun menurut sistem hukum adat. Hukum tanah baru
Pokok Agraria adalah sistem publikasi negatif yang tidak murni, melainkan
yang kuat, seperti yang dinyatakan dlam Pasal 19 ayat (2) huruf c, Pasal 23 ayat
(2), Pasal 32 ayat (2), Pasal 38 ayat (2) UUPA. Sistem publikasi yang negatif
negatif yang tidak murni diuraikan dalam Penjelasan Pasal 32 ayat (2) PP
69
A.Suriyaman Mustari Pide I, Op.cit, h.136
70
Urip Santoso II, Hukum Agraria Kajian Komprehensif, Kencana Prenada Media, Jakarta,
2012,h.202
negatif yang mengandung unsur positif. Bukti bahwa sistem publikasi dalam
pendaftaran tanah yang dianut oleh UUPA adalah sistem publikasi negatif yang
sebagai alat pembuktian yang kuat, bukan sebagai alat pembuktian yang
positif;
c) Negara tidak menjamin kebenaran data fisik dan data yuridis yang
tercantum dalam sertipikat. Hal ini merupakan ciri sistem publikasi negatif;
d) Petugas pendaftaran tanah bersifat aktif meneliti kebenaran data fisik dan
dinyatakan tidak sah. Hal ini merupakan ciri sistem publikasi negatif.
71
Ibid, h.271
Jadi ciri pokok sistem publikasi negatif adalah bahwa pendaftaran tidak
menjamin bahwa nama yang terdaftar dalam buku tanah tidak dapat dibantah
walaupun ia beritikad baik. Haknya tidak dapat dibantah jika nama yang
terdaftar adalah pemilik yang berhak. Hak dari nama yang terdaftar ditentukan
oleh hak dan pembeli hakhak sebelumnya, perolehan hak tersebut merupakan
terdapat dualisme hukum pertanahan, yaitu hukum tanah adat dan hukum tanah
barat, maka dengan dijadikannya hukum adat sebagai dasar hukum pertanahan di
Pemilihan hukum adat sebagai dasar UUPA dilandaskan pada pemikiran bahwa
hukum adat adalah hukum yang sesuai dengan kepribadian Bangsa Indonesia
dan merupakan hukum rakyat Indonesia yang asli. Oleh karena sebagian besar
rakyat Indonesia tunduk pada Hukum Adat, maka UUPA didasarkan pula pada
sebagai salah satu asas yang dikenal dalam hukum adat dan sebagai jabaran dari
dasar kesatuan yang berdasarkan pada ketentuan Pasal 5 dan Penjelasan Umum
72
Elsa Syarief, Menuntaskan Sengketa Tanah Melalui Pengadilan Khusus Pertanahan,
Kepustakaan Populer Gramedia, Jakarta, 2012, h.161
III angka 1 UUPA yang ditempatkan sebagai asas yang harus diberlakukan
dalam hukum tanah nasional yang tertulis dan harus dipatuhi oleh semua orang
sudah dirumuskan dalam UUPA yaitu semua hak atas tanah mempunyai fungsi
Pasal 6 dan Pasal 15. Semua orang mempunyai hubungan hukum dengan tanah
dan kemudian terbentuk hak atas tanah dibebani kewajiban untuk memelihara
tentang Pendaftaran Tanah, sertipikat sebagai tanda bukti hak yang berlaku
sebagai alat pembuktian yang kuat diperoleh pemegang hak atas tanah apabila
1. Sertipikat hak atas tanah nama orang atau badan hukum tersebut
diterbitkan secara sah;
2. Hak atas tanah diperoleh dengan itikad baik;
3. Hak atas tanah dikuasai secara nyata;
4. Dalam waktu 5 (lima) tahun sejak diterbitkan sertipikat hak atas.
73
Nurhasan Ismail, “Rechtsverwerking dan Pengadopsiannya Dalam Hukum Nasional”,
Jurnal Mimbar Hukum Vol.19, Nomor 2, 2007, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
74
Urip Santoso I, Op.cit, h.280-282
sertipikat, maka pihak lain yang merasa mempunyai hak atas tanah itu tidak
dapat lagi menuntut pelaksanaan hak atas tanahnya. Ketentuan Pasal 32 ayat (2)
Sertipikat hak atas tanah sebagai produk akhir dari pendaftaran tanah
Secara umum sertipikat hak atas tanah merupakan bukti hak atas tanah.
Kekuatan berlakunya sertipikat telah ditegaskan dalam Pasal 19 ayat (2) huruf c
dan Pasal 32 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 tentang
Pendaftaran Tanah, yakni sertipikat merupakan tanda bukti hak yang berlaku
sebagai alat pembuktian yang kuat mengenai data fisik dan data yuridis yang
termuat didalamnya sepanjang data fisik dan data yuridis sesuai dengan data
yang ada dalam surut ukur dan buku tanah hak yang bersangkutan. Sertipikat
75
Ibid.
76
Ibid.
Indonesia. Tidak sedikit sertipikat yang cacat hukum yang berupa pemalsuan
sertipikat, dan sertipikat ganda, yang antara lain disebabkan oleh tidak
memilikinya. Hak milik atas tanah diatur dalam Pasal 20 ayat 1 Undang-undang
Pokok Agraria, adalah hak turun temurun, terkuat dan terpenuhi yang dapat
dipunyai oleh orang atas tanah dengan mengingat ketentuan dalam Pasal 6
Turun temurun artinya hak milik atas tanah dapat berlangsung terus
selama pemiliknya masih hidup dan bila pemiliknya sudah meninggal dunia,
maka hak miliknya dapat dilanjutkan oleh ahli warisnya sepanjang memenuhi
Terkuat artinya hak milik atas tanah lebih kuat bila dibandingkan dengan
hak atas tanah yang lain, tidak mempunyai batas waktu tertentu, mudah
pemiliknya paling luas bila dibandingkan dengan hak atas tanah yang lain, dapat
menjadi induk dengan hak atas tanah yang lain dan tidak berinduk terhadap hak
atas tanah yang lain, dan penggunaan tanah lebih luas bila dibandingkan dengan
hak atas tanah yang lain. Hak milik atas tanah dapat dipunyai oleh perseorangan
warga negara Indonesia dan badan-badan hukum yang ditunjuk oleh pemerintah.
Dalam menggunakan hak milik atas tanah harus memperhatikan fungsi sosial
atas tanah yaitu, dalam menggunakan tanah tidak boleh menimbulkan kerugian
orang lain, penggunanaan tanah harus disesuaikan dengan keadaan dan sifat
umum, dan tanah harus dipelihara dengan baik agar bertambah kesuburan dan
mencegah kerusakannya.78
1) Tidak ada lagi, lenyap, tidak kelihatan seseorang itu tiba-tiba tidak ada lagi
tanpa sebeb jelas atau tidak terlihat lagi dari pandangan.
2) Tidak dikenang lagi, tidak diingat lagi, lenyap seseorang dikatakan
mempunyai ketenaran tetapi tidak diketahui kabarnya begitu saja karena
suatu kejadian.
3) Tidak ada, tidak kedengaran lagi seseorang yang sering memperlihatkan
dirinya dilingkungan sekitar, suatu saat tidak lagi terdengar kabarnya
78
H. Aminuddin Salle, dkk, Hukum Agraria, AS Publishing, Makassar, 2011,h. 109
meninggal dunia”.80
meninggalkan tempat kediamannya dalam jangka waktu lima tahun, atau telah
lewat waktu lima tahun sejak terakhir didapat berita kejelasan tentang keadaan
orang tersebut, maka pengadilan bisa menetapkan secara hukum bahwa orang itu
79
Joel Canggayuda,dkk, Analisis Yuridis Kedudukan Orang Hilang dalam Hukum
Kewarisan Berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,” Jurnal Hukum Edisi 7 Januari-
Juni 2015, Universitas Sebelas Maret Surakarta, h.137
80
Ibid.
meninggal dunia sangat penting. Pasal 468 BW menegaskan jika atas panggilan
yang ketiga kalinya orang yang mungkin dinyatakan hilang atau kuasanya tidak
masih hidupnya, hari mana harus disebutkan dengan jelas dalam putusan.
yang lain berhubungan dengan dugaan kematian. Namun hakim dapat menunda
pengambilan putusan sampai jangka waktu lima tahun lebih atau memerintahkan
panggilan lanjutan jika ada pertimbangan lain dianggap perlu dan penting untuk
diindahkan oleh Hakim, hal ini sangat tergantung kebijaksanaan Hakim dalam
mempunyai kekuatan hukum, dan jika orang tersebut kembali maka hak-hak
dalam warisan harus dikembalikan pada orang yang hilang yang telah kembali
81
Ibid. h.138
tersebut. Tetapi dalam praktek memang belum pernah terjadi tetapi kalaupun
atau orang itu harus diwakili, maka atas orang yang berkepentingan ataupun atas
Jika kekayaan orang yang berpergian itu tidak begitu besar, maka
oleh Hakim. Jika sudah lima tahun lewat terhitung sejak hari keberangkatan
itu, harus dilakukan dahulu suatu panggilan umum (antara lain memuat
panggilan itu alam surat-surat kabar) yang diulangi paling sedikit tiga kali
tidak hadir atau Afweigheid harus dalam waktu relatif lama sehingga penentuan
setelah jangka waktu yang lama atau lebih dari 10 tahun. Maka didapatkan suatu
unsur-unsur yang harus dipenuhi oleh suatu keadaan agar dapat disebut sebagai
sebagai berikut:83
1. Seseorang;
terhadap kedudukan hukum seseorang dapat dibedakan dalam tiga masa, yaitu ;
82
Ibid. h.140-141
83
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, Cetakan Ke-3, PT. Citra Aditya
Bakti, Bandung, h.53
beberapa lama ia tidak pulang tanpa memberi kabar sama sekali tentang
oleh tindakan sementara dan cukup kalau sudah beberapa lama ia tidak
pulang.84
Tentang waktu selama beberapa lama itu ditentukan dalam pasal 467 dan
a) lima tahun bila yang tidak hadir tidak mengangkat seorang kuasa
untuk mengurusi kepentingannya atau tidak mengatur
pengurusannya;
b) sepuluh tahun bila yang tidak hadir meninggalkan kuasa atau
mengatur pengurusannya;
c) satu tahun bila yang tidak hadir ternyata merupakan salah seorang
sanak buah atau penumpang kapal yang dinyatakan hilang atau
mengalami kecelakaan.85
84
R. Soetojo Prawirohamidjojo, Hukum Orang dan Keluarga, Alumni, Bandung, h.201
85
Ibid.
Akibat persangkaan mati itu maka hak-hak orang yang tidak hadir itu
beralih secara sementara kepada ahli warisnya dan peralihan ini ada
batas-batasnya tertentu.
kabar kepastian meninggal dunia orang yang tidak hadir itu (Pasal 485
KUHPerdata), yaitu :
Jika kiranya sebelum saat termaksud dalam pasal yang lalu diterima
kabar tentang benar meninggalnya si tak hadir, maka mereka yang pada
saat meninggal itu karena undang-undang, atau karena surat-surat wasiat
si tak hadir, memperoleh hak-hak atas peninggalannya, seperti pun para
pengganti mereka, diperbolehkan menuntut perhitungan pertanggung-
jawaban dan penyerahan, berdasarkan 476 dan 482KUHPerdata.86
tidak ada kabar tentang meninggalnya orang yang tidak ada kabar
86
Abdulkadir Muhammad, Op.cit., h.56
Akibat hukumnya ialah para ahli waris atau orang yang memperoleh hak
berhak menuntut pembagian warisan atas harta kekayaan, dalam penelitian ini
harta kekayaan berupa tanah yang berdasarkan Sertipikat hak milik yang tidak
diketahui keberadaan pemiliknya. Para ahli waris merupakan keluarga dari orang
yang tidak diketahui keberadaanya, maka untuk itu salah satu ahli waris dapat
penetapan orang hilang, penetapan ahli waris serta pembagian harta warisan dan
kepastian meninggalnya orang hilang tersebut oleh hakim. Sehingga hal itu
dapat menjadi salah satu bukti agar peralihan tanah dapat dialihkan kepada ahli
Provinsi Sumatera Utara, posisi Kota Binjai secara geografis terletak pada pada
3º 31' 40” – 3º 40' 2” Lintang Utara dan 98º 32' 32 Bujur Timur dan terletak 28
Luas wilayah Kota Binjai sebesar 90.23 Km² dari beberapa Kecamatan
yang ada di Kota Binjai Kecamatan Binjai Selatan memiliki wilayah yang
paling luas sebesar 29.96 Km², sedangkan Kecamatan Binjai Kota memiliki
Agustus 1996 terdiri dari 5 kecamatan yaitu Binjai Selatan, Binjai Kota, Binjai
77
Timur, Binjai Utara, dan Binjai Barat yang terbagi atas 37 kelurahan dan 284
a. Kelurahan Setia
b. Kelurahan Satria
c. Kelurahan Tangsi
d. Kelurahan Binjai
f. Kelurahan Berngam
g. Kelurahan Kartini
d. .Kelurahan Payaroba
b. Kelurahan Mencirim
87
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Binjai Tahun 2016-2021.
Tentang Gambaran Umum Kota Binjai, Bab I, h.3.
e. Kelurahan Tunggurono
g. Kelurahan Pujidadi
e. Kelurahan Nangka
f. Kelurahan Pahlawan
h. Kelurahan Damai
Kota Binjai berada pada ketinggian lahan 3–76.5 m dpl dan tingkat
sangat tinggi.
dalam kategori tingkat kemudahan pemanfaatan tinggi, dengan kata lain bahwa
Secara garis besar jenis tanah dapat dibedakan ke dalam dua jenis tanah
yaitu Andosol dan Aluvial. Kedua jenis tanah ini menyebar secara merata di
Kecamatan Binjai Kota dengan luas 297 Ha, Binjai Selatan dengan luas 2949
Ha, Binjai Timur dengan luas 585 Ha dan Binjai Barat dengan proporsi luas 7
Ha. Jenis tanah ini merupakan jenis tanah mineral yang telah mengalami
perkembangan profil, solum agak tebal, warna agak coklat kekelabuan hingga
88
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Binjai Tahun 2016-2021.
Tentang Gambaran Umum Kota Binjai, Bab II, h.21.
berpadas lunak, agak asam, kejenuhan basa tinggi dan daya absorpsi sedang,
Selatan dengan proporsi luas sebesar 47 Ha, Kecamatan Binjai Kota dengan
luas 438 Ha, Kecamatan Binjai Timur dengan luas 1.798 Ha, Kecamatan Binjai
Barat seluas 1.407 Ha, dan Kecamatan Binjai Utara sebesar 2.234 Ha.
mempunyai daya tahan yang kuat karena merupakan endapan tanah liat yang
Di tempat penelitian dalam hal ini Kota Binjai, menurut data tanah yang
sudah bersertipikat adalah 57.421 bidang dan tanah yang belum bersertipikat
yang mana menurut data warga tetanggga setempat sebidang tanah tersebut
89
Hasil Wawancara, Anna Tarigan, Pegawai Badan Pertanahan Nasional Kota Binjai,
pada tanggal 24 Mei 2019.
dikuasai oleh pihak lain. Tanah tersebut telah bersertipikat hak milik yang
Hak milik atas tanah merupakan hak yang paling sempurna terhadap
hak kebendaan, karena pemegang hak milik atas tanah diberikan keleluasaan
hak yang dipunyainya. Hal ini mengandung arti bahwa pemegang hak milik
atas tanah dapat menguasai suatu tanah secara mutlak tanpa dapat diganggu
sekalipun.91
Hak milik atas tanah yang bersifat mutlak dalam artian tidak dapat
diganggu gugat ini hanya tertuju pada orang lain yang bukan eigenaar
yang tertentu. Bahkan hak milik atas tanah tidak terbatas, karena mengandung
unsur perlekatan artinya hak milik atas tanah dianggap otomatis meliputi apa
yang ada didalamnya dan melekat diatasnya yang terkenal asas accessie.92
seseorang adalah hak mutlak baginya atas dasar pandangan kebebasan individu
teknologi produksi yang modern untuk mencapai tujuan yaitu keuntungan dan
keberadaannya sudah ada jauh sebelum ada negara dan bebas dari aturan oleh
Dengan demikian konsep hak milik atas tanah dalam ajaran liberal
atas tanahnya, oleh karena itu tanah melekat secara pribadi kepada pemiliknya
sehingga berlaku mutlak. Oleh karena itu hak milik atas tanah yang berlaku
mutlak itu melahirkan anggapan pelanggaran terhadap hak milik atas tanah
komunal, yaitu hak milik itu adalah sifatnya kolektif. Munculnya ajaran
kelas-kelas didalamnya, yaitu kelas buruh dan kelas feodal. Kelas yang paling
banyak memeras kaum lemah (buruh) adalah kelas feodal, supaya jangan ada
penghapusan hak milik. Ketiadaan pemilikan seperti hak milik atas tanah
93
Ridwan, Hak Milik Perspektif Islam, Kapitalis, dan Sosialis, STAIN Press, Purwokerto,
2011, h. 89
94
Ibid.
akan menciptakan ikatan sosial bagi individu yang tak memilikinya. 95 Gagasan
pribadi dimana yang bekerja yaitu buruh dalam kekuasaan feodal. Untuk
masyarakat, oleh karena itu hak milik individu lebih baik sebagai hak milik
komunal, yaitu hak milik komunal, yaitu hak milik negara. Para kaum feodal
Dalam ruang lingkup Agraria, tanah merupakan bagian dari bumi, yang
tanah dalam segala aspeknya, melainkan hanya mengatur salah satu aspeknya,
yaitu tanah dalam pengertian yuridis yang disebut hak. Tanah sebagai bagian
dari bumi disebutkan dalam Pasal 4 ayat (1) Undang-undang Pokok Agraria,
yaitu:
95
Piotr Sztompka, Sosiologi Perubahan Sosial, Penerbit Prenada Jakarta, 2010, h.200
96
Ridwan, Op.cit, 2011, h.102
atas dasar hak menguasai dari negara sebagai yang dimaksud dalam
Pasal 2 ditentukan adanya macammacam hak atas permukaan bumi
yang disebut tanah, yang dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh
orang-orang, baik sendiri maupun bersamasama dengan orang lain
serta badan-badan hukum.
Negara. Apabila diatas tanah itu tidak ada hak pihak tertentu maka tanah
tersebut merupakan tanah yang langsung dikuasai oleh Negara dan apabila
diatas tanah tersebut terdapat hak pihak tertentu tanah tersebut merupakan
tanah hak. Tanah hak merupakan tanah yang dikuasai oleh Negara tetapi
penguasaan tanahnya tidak langsung sebab ada pihak tertentu yang menguasai
diatas tanah tersebut. Apabila hak pihak tertentu tersebut dihapus maka tanah
yang bersangkutan menjadi tanah yang langsung dikuasai oleh Negara. Dalam
kaitannya dengan hubungan hukum antara pemegang hak dengan hak atas
tanah, ada dua macam asas dalam hubungan hukum antara orang dengan
tanah:97
Dalam Asas ini, bangunan dan tanaman yang ada diatas tanah
hukum meliputi juga pemilikan bangunan dan tanaman yang ada diatas
tanah yang dihaki, kecuali kalau ada kesepakatan lain dengan pihak
97
Urip Santoso II, Hukum Agraria Kajian Komprehensif, Kencana Prenada Media,
Jakarta, 2012,h.12
Dalam Asas ini, bangunan dan tanaman yang ada diatas bagian dari
lahan. Kurangnya kesadaran dari para pemegang hak atas tanah untuk
Salah satu alasan yang mendasari pemegang hak dalam penelitian ini
adalah ahli waris atas tanah tidak memanfaatkan tanah yang dimilikinya, salah
tanah sebagai bentuk pengalihan aset atau investasi karena nilai/harga tanah
98
Ikhsan Budiman, Kajian Atas Penentuan Syarat Peralihan Hak Atas Tanah Yang
Bersertifikat Tanpa Akta Pejabat Pembuat Akta Tanah, Tesis, Magister Kenotariatan Fakultas
Hukum, Universitas Sumatera Utara, Medan, 2018.h.106
99
Hasil Wawancara, Sutikno, ahli waris, pada tanggal 15 Juni 2019.
menjadikan alasan pemilik tanah menjadikan tanah sebagai salah satu bentuk
investasi.
karena menjual kembali tanah yang dimiliki kepada pihak manapun merupakan
hak dari si pemegang hak atas tanah. Akan tetapi dalam berjalannya waktu
yaitu apabila seseorang mempunyai tanah tetapi selama jangka waktu tertentu
membiarkan tanahnya tidak terurus, dan tanah itu dipergunakan oleh orang lain
dengan itikad baik, dia tidak dapat menuntut lagi pengembalian tanah dari
orang yang menguasainya tersebut, yang mana tanah merupakan milik bersama
anggotanya, dan tidak boleh sekedar dimiliki akan tetapi dipergunakan sesuai
pemegang hak atas tanah yang namanya terdaftar dalam sertipikat dan pihak
101
yang ketiga yang beritikad baik. Sistem publikasi negatif biasanya diikuti
100
J.Satrio,Pelepasan Hak, Pembebasan Hutang dan Merelakan Hak (Rechtsverwerking),
Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2016, hal. 28
101
Arie S. Hutagalung, “Penerapan Lembaga “Rechstverwerking” Untuk mengatasi
Kelemahan Sistem Publikasi Negatif Dalam Pendaftaran Tanah,” Jurnal Hukum dan
Pembangunan 4 (Oktober-Desember 2000), Universitas Indonesia, hal. 328
mengenal lembaga kadaluwarsa, yang mana berasal dari hukum barat. Norma-
norma hukum adat sebagai hukum tidak tertulis adalah rumusan para ahli
dan tingkah laku para anggota masyarakat hukum adat dalam menerapkan
konkret yang dihadapi. Namun perlu ditegaskan pula bahwa dalam hal asas-
pengulangan asas-asas hukum tanah adat, dengan kata lain bahwa Undang-
yang tumbuh di dalam suatu masyarakat dalam memutus suatu perkara Berikut
(rechtsverwerking) ;
sebagaimana dalam hukum adat mengacu pada pelepasan hak yang didasarkan
penetapan orang hilang yang telah diuraikan dalam Bab sebelumnya, ini
artinya saling berkaitan satu dan lainnya, bahwa seseorang yang telah lama
dengan sengaja membiarkan hak miliknya untuk dikuasai pihak lain, maka ia
Siapa yang dengan itikad baik dan berdasarkan suatu alas hak yang sah,
memperoleh suatu barang tak bergerak, suatu bunga, atausuatu piutang
lain yang tidak harus dibayar atas tunjuk, memperoleh hak milik atasnya
dengan jalan daluwarsa, dengan suatu penguasaan selama dua puluh tahun.
Siapa yang dengan itikad baik menguasai sesuatu selama tiga puluh tahun
memperoleh hak milik dengan tidak dapat dipaksa untuk menunjukkan
alas haknya.
pernyataan tentanga kematiannya oleh Hakim, maka para ahli waris yang
Jadi, peralihan terhadap tanah hak milik tersebut akan beralih kepada ahli waris
Pertanahan dengan melampirkan putusan pengadilan dan data para ahli waris
berupa Hak Milik seperti uraian diatas adalah Pasal 20 bahwa Hak milik
adalah hak turun-menurun, terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai orang
atas tanah dan Pasal 21 bahwa hak milik dapat beralih dan dialihkan kepada
pihak lain.
" Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai
rakyat.”
jangka waktu tertentu, atau tanah tersebut musnah karena bencana alam
Badan Pertanahan Nasional Kota Binjai terhadap tanah tanah yang tidak
kepada ahli waris berdasarkan penetapan orang hilang yang ditetapkan oleh
Hakim, keterangan ahli waris dan data ahli waris serta melampirkan asli
Dalam hal penuntutan hak waris oleh ahli waris yang sebelumnya
Perdata yang pada intinya menjelaskan, apabila orang yang dalam keadaan
tidak hadir atau dinyatakan hilang itu pulang kembali setelah adanya dugaan
hukum bahwa orang tersebut telah meninggal, maka seluruh apa yang menjadi
104
Hasil Wawancara, Anna Tarigan, Pegawai BPN Kota Binjai, pada tanggal 08 Januari
2020
Akan tetapi, penuntutan hak waris oleh ahli waris yang sebelumnya
dinyatakan hilang tersebut tidak berlaku apabila melewati batas waktu yang
ahli waris yang dalam keadaan tidak hadir tersebut meninggal dunia. Pihak
yang merasa hak warisnya dikuasai oleh pihak lain dapat menggugatnya ke
terhadap semua orang yang memegang besit atas seluruh atau sebagian
warisan itu dengan alas hak ataupun tanpa alas hak, demikian pula
gugatan itu untuk seluruh warisan bila dia adalah satu-satunya ahli waris
atau hanya untuk sebagian bila ada ahli waris lain. Gugatan itu bertujuan
untuk menuntut supaya diserahkan apa saja yang dengan alas hak apapun
dalam warisan itu, beserta segala penghasilan, pendapatan dan ganti rugi,
menurut peraturan- perturan yang termasuk dalam Bab III buku ini
Islam). Kompilasi Hukum Islam Pasal 188 Para ahli waris baik secara
ahli waris yang lain untuk melakukan pembagian harta warisan. Bila ada
diantara ahli waris yang tidak menyetujui permintaan itu, maka yang
apabila lebih dari satu sebagai “Para Penggugat”, sedangkan pihak yang
dari satu sebagai “Para Tergugat”, jika ada pihak yang tidak mau tahu
urusan itu dan dia tidak menguasai objek warisan tersebut, sedangkan dia
ada penetapan orang hilang tersebut, maka ahli wais bisa mengajukan
berikut :
Pengadilan Negeri.
perkara.
menghadiri sidang.
tahapan yaitu:
hakim.
permohonannya.
e. Asli PBB
atas nama orang yang telah dinyatakan hilang akan dihapuskan dan diterbitkan
sertipikat hak milik yang baru dengan atas nama ahli waris dalam jangka waktu
105
Hasil Wawancara, Anna Tarigan, Pegawai BPN Kota Binjai, pada tanggal 08 Januari
2020
A. Kesimpulan
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tanah hak dan tanah negara. Tanah
Negara adalah tanah yang telah dikuasai suatu hak atas tanah sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku (tanah yang belum dihaki dengan hak
perorangan), sedang tanah hak adalah tanah yang dipunyai oleh perorangan
atau badan hukum dengan suatu hak atas tanah sesuai dengan ketentuan
yang berlaku, hanya terhadap tanah negara saja yang dapat dimintakan
Pengadilan, dan beralihnya hak atas tanah tersebut kepada ahli waris yang
seseorang dapat memperoleh hak atas suatu bidang tanah yang tidak
yang akibat hukumnya ialah para ahli waris atau orang yang memperoleh hak
97
Universitas Sumatera Utara
98
Milik atas nama orang yang telah ditetapkan hilang akan dihapuskan dan
diterbitkan sertipikat hak milik dengan atas nama ahli waris berdasarkan
(enam) bulan.
B. Saran
waktu 3 (tiga) bulan, dikarenakan sertipikat hak milik atas tanah tersebut
A. Buku-Buku
Abdullah bin Qudᾱmah Al-Muqaddisi, al-Kᾱfi fi Fiqh Imam Ahmad bin Hanbal,
Cetakan Pertama, Jilid 2, Dᾱrl al-Kutub al-Alamiyah, Beirut, 1994.
Abi Bakr bin Hasan al-Kasynawi, Ashal al-Madᾱrik Syarh Irsyᾱd al-Sᾱlik fi Fiqh
ImamMᾱlik, jilid III, Cetakan II, Beirut: Dᾱrl al-Fikr, 1986.
Abu Bakar bin Mas‟ud al-Kasani, Badᾱ’ Sanᾱi’ fi Tartib al-Syarᾱ’i, jilid VI,
Beirut: Dᾱrl al-Kutub al-Alamiyah, 1986.
Al-Rasyid, Harun, Sekilas Tentang Jual Beli Tanah, Cetakan I Ghalia Indonesia,
Jakarta, 1987.
Asshiddihie, Jimly, Teori Hans Kelsen Tentang Hukum, Konstitusi Press, Jakarta,
2006.
99
Universitas Sumatera Utara
101
Eka Sihombing, Irene, Segi-segi Hukum Nasional dalam Pengadaan Tanah Untuk
Pembangunan, Universitas Trisakti, Jakarta, 2005.
Jawad Mugniyah, Fiqh Imam Ja’far al- ṡᾱdiq, Cetakan kedua, Jilid 5,6, Iran:
Muassisah al-Anshariyan, 2000.
Kelsen Hans, General Theory of Law and State, Nusa Media, Bandung, 2011.
Kie,Tan Thong, Studi Notariat Serba Serbi Praktek Notaris, PT. Ichtiar Baru Van
Hoeve, Jakarta, 1994.
Lubis, M.Solly, Filsafat Ilmu dan Penelitian, PT. Softmedia, Medan, 2012.
Lubis, Mhd. Yamin, Hukum Pendaftaran Tanah, CV. Mandar Maju, Bandung,
2010.
Mahli Ismail, Fikih Hak Milik Atas Tanah Negara, Kaukaba, Yogyakarta, 2013.
Masyhur, Kahar, Membina Moral dan Akhlak, Kalam Mulia, Jakarta, 1985.
Muhammad bin Idis As-Syᾱfi‟ie, al-Uum, Cetakan Pertama, Jilid 5. T.tp: Dᾱrl al-
wafak, 2001.
Muljadi, Kartini, dan Gunawan Widjaja, Seri Hukum Harta Kekayaan : Hak-Hak
Atas Tanah, Kencana, Jakarta, 2008.
Siahaan,M.P, Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan Teori dan Praktek ,
Raja Grafindo, Jakarta, 2003.
Prasetyo, Teguh, dan Abdul Halim Bartkatullah, Filsafat, teori, dasn Ilmu
Hukum, Raja Grafindo, Jakarta, 2012.
Perangin-angin, Efendi. Praktik Jual Beli Tanah, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 1994.
Santoso, Urip Hukum Agraria: Kajian Komprehensif, Kencana Prenada Media
Group, Jakarta, 2012.
_______, Pendaftaran Dan Peralihan Hak ATAS Tanah, Cetakan III, Kencana,
Jakarta 2003.
Sutedi, Adrian, Peralihan Hak Atas Tanah dan Pendafatarannya, Sinar Grafika,
Jakarta, 2010.
Ter. Haar, Azas-Azas dan Susunan Hukum Adat, Pradnya Paramita, Jakarta,
1981.
B. Peraturan Perundang-Undangan
C. Tesis
Saragih Bambang Dipa, Analisis Yuridis Berlakunya PP No. 11 Tahun 2010 Dan
Permasalahan Yang Ditimbulkan, 2016.
Siahaan Vivi Dumasari, Peralihan Hak Guna Usaha Sekaligus Dilakukan Alih
Fungsi Penggunaan Tanah, 2011.
D. Jurnal
Pan Mohamad Faiz dan Rendy Octavianus Dumais, Pengaturan Hukum Terhadap
Keberadan Tanah Terlantar di Indonesia, 2009.
E. Internet